Anda di halaman 1dari 17

Kajian Konflik

(I)

Danil Akbar Taqwadin

FISIP UIN Ar-Raniry


Filosofi Konflik
- Konflik → Perseteruan, pertentangan antara dua atau lebih pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan berbasis aspek materil ataupun immateril.
- Secara filosofis, bentuk konflik dibagi 2:
1. Constructive → keadaan konflik disalurkan dalam bentuk kompetisi, persaingan,
yang memiliki aturan yang tangible atau intangible membatasi pertentangan
tersebut dalam koridor yang disepakati bersama.
2. Destructive → keadaan konflik disalurkan dalam bentuk penggunaan senjata dan
kekerasan. Meskipun memiliki aturan tentang koridor pertentangan (Law of
War), namun koridor sulit dipraktikkan secara penuh akibat kompleksitas konflik.
- Dalam kajian ini, konteks konflik yang dimaksud cenderung bersifat destructive,
berbanding constructive.
Sebab-Sebab Konflik
- Secara sebab, konflik secara umum dapat dibagi 2:
1. Conflict of ideas (bersumber dari aspek immateril)
2. Conflict of interests (bersumber dari aspek materil)

“Seringkali narasi konflik yang hadir di tataran permukaan bukanlah sumber


konflik yang sebenarnya, melainkan bagian dari taktik pihak-pihak yang bertikai
untuk menarik simpati masyarakat atau entitas lainnya.”
1. Conflict of Ideas – Konflik berdasarkan
perbedaan idea (Immaterial)

a. Nasionalisme → konflik yang bersumber dari aspek kebangsaan sebagai identitas


politik suatu masyarakat. Ex. Bangsa Indonesia vs Bangsa Malaysia, Bangsa
England vs Bangsa France, Bangsamoro vs Nasionalisme Fillipina, Bangsa
Indonesia vs Bangsa Aceh?
b. Identitas etnis →Kelompok etnis adalah suatu kelompok yang berbagi identitas
yang sama, yang diturunkan secara turun temurun, yang produk identitasnya
berupa bahasa, budaya, keyakinan yang sama, serta individual dalam kelompok
tersebut mengakui secara sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok
tersebut. Ex. Melayu di Thailand Selatan vs Thai, Dayak vs Madura di Kalimantan
Tengah & Barat (2000), Kurdi vs Arab di Iraq, Tutsi vs Hutu di Rwanda (1994), Aceh
vs Jawa di Aceh bagian tengah (1999).
c. Agama/Keyakinan → Bentuk konflik ini dibagi 2, yaitu: Inter-agama (antar agama) &
intra-agama (internal agama). Ex. Perang Salib antara Islam vs Kristen (1100 M),
Protestan vs Katolik (Abad ke 15 M), Syiah vs Sunni, Wahabi vs Dayah di Aceh, dsb.
d. Ideologi sosial/politik → bersandar pada keyakinan akan suatu ideologi sosial/politik
untuk dipraktikkan dalam suatu sistem pemerintahan. Ex. Liberal vs Communist (selama
masa perang dingin, 1946-1990), dsb.
*Genosida → Kejadian luar biasa yang dikategorikan sebagai pelanggaran HAM Berat.
Genosida tidak dikategorikan sebagai konflik (memiliki pihak-pihak yang bertikai), tetapi
disebut dengan kekerasan yang massif, sistematis. Seringkali berkaitan dengan Ethnic/
Groups. Ex. Hutu vs Tutsi di Rwanda (1994), Serbia vs Bosnia (1998), Pembantaian Yahudi
oleh Nazi German/Holocaust (1943-1945), Pembasmian PKI (1965), dsb.
2. Conflict of Interests – Konflik berdasarkan
perbedaan kepentingan (Materil)

a. Teritorial disputes → konflik terkait dengan kawasan/wilayah. Ex. Konflik antara Israel
dan Palestina, Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, wilayah Aceh antara GAM
dan Pemerintah Indonesia, wilayah Ambalat antara Indonesia dan Malaysia, wilayah
laut china Selatan antara China, Fillipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia, dan
Thailand.
b. Control of governments → percobaan pengambilan kekuasaan oleh kelompok/kudeta.
Dilakukan oleh pihak internal atau eksternal. Ex. Thailand (Thaksin Shinawatra), Aung
San Suu Kyi (1992) di Myanmar oleh Junta Militer, Invasi Afghanistan, Iraq, Libya.
c. Economic conflict → konflik ekonomi jarang sekali berujung pada penggunaan use of
force, apalagi dalam konteks globalisasi yang mengedepankan integrasi ekonomi secara
global seperti sekarang ini. Kecuali dalam konteks perdagangan yang tidak sesuai
dengan hokum internasional seperti drug trafficking, human trafficking, dan konteks
blackmarket lainnya.
Tipe-Tipe Konflik
– Konflik Bersenjata (Armed conflict)→ suatu konflik kekerasan yang
terdapat dua (2) atau lebih pihak yang berkonflik (combatant), dan
sedikitnya menghasilkan 25 sampai 1000 korban konflik (battle-
related deaths) setiap tahunnya.
– Kerusuhan/Kekerasan satu pihak (One-sided violence) → terdapat
satu atau lebih aktor kekerasan yang melakukan kekerasan ke atas
satu atau lebih entitas lainya yang tidak melawan (non-
combatant), yang menghasilkan 25 sampai 1000 korban konflik
(battle-related deaths) setiap tahunnya.
– Perang (War) → Suatu konflik kekerasan antara dua (2) atau lebih
aktor konflik yang menghasilkan korban konflik (battle-related
deaths) lebih dari 1,000 jiwa per tahunnya. (Uppsala University,
Dept. Peace & Conflict Studies)
– Genosida (Genocide) → suatu tindakan yang berkeinginan atau
melakukan penghancuran (secara keseluruhan atau sebagian)
terhadap entitas yang berkaitan dengan warga negara, etnis, ras,
atau kelompok agama tertentu (Convention on the Prevention and
Punishment of the Crime of Genocide).
Skop Konflik
1. Intra-State Conflict → konflik kekerasan yang berlaku dalam batas-batas
wilayah nasional sebuah Negara.
2. Inter-State Conflict →konflik kekerasan yang berlaku antar Negara-Negara.
3. Extra-State Conflict → konflik kekerasan yang awalnya berasal dari dalam
sebuah negara, kemudian menyebar keluar Negara dan melahirkan konflik
yang baru dengan entitas yang berbeda. Atau konflik yang antara aktor non-
negara dengan aktor Negara di luar batas-batas wilayahnya.
Aktor Konflik
– Negara → Dalam hal ini Negara diwakili oleh perangkat keamanan
seperti → militer, polisi, milisi, intelijen, dsb.
– Non-Negara →
a) Belligerent → pihak yang berperang, apakah dengan alasan merebut
kekuasaan Negara, berupaya merubah ideologi atau sistem negara,
atau berpisah negara). Ex. Separatis.
b) Kelompok yang mengafiliasikan diri dengan ideologi atau identitas
tertentu (etnis, nasionalism, ras, agama dan keyakinan, ideologi sosial
politik, dan identitas lainnya) dan memandang penting untuk
menghilangkan, mengusir atau melukai suatu kelompok lain yang
berbeda dengannya dari suatu wilayah. Ex. Konflik antar etnis.
c) Kelompok Teroris → kelompok yang memiliki ideologi dan
menggunakan instrumen teror dalam mencapai tujuannya. Teroris
secara sadar menggunakan serangan brutal terhadap non-combatant
dengan tujuan untuk menyebarkan ketakutan yang dikemas sebagai
bargaining chip terhadap pihak lawannya. Kelompok teroris yang
dimaksud seringkali mempunyai jaringan internasional.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai