Politik
pihak”.
“Ketidak sepakatan yang tajam atau
oposisi atas berbagai kepentingan, ide,
dll”.
“Konflik-persepsi atau perbedaan
kepentingan (perceived divergence of
interest), atau suatu kepercayaan bahwa
aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak
di percayai secara simultan.
D. Pioner Teori Konflik
Konflik sudah ada sejak manusia ada di muka bumi.
• Charles Darwin (survival of the fittest): “Perjuangan yang
dilakukan oleh spesies untuk tetap bertahan”.
• Karl Marx (class struggle): “Bagian yang tak terelakan
dalam sebuah masy yang mencerminkan filosofis
materialisme dialektik”.
• Sigmund frued (physco analitik): mempelajari tentang
kekuatan psikodinamika untuk mengontrol ego yang
terjadi di dalam diri seseorang.
E. Tiga Sudut Pandang Konflik
Perilaku
Cultural Struktural
F. Etnisitas , Konflik & Pembangunan Politik
Empat kemungkinan pola interaksi:
1. Penundukan meleburnya identitas pendatang oleh identitas
lokal. Identitas pendatang dimoderinisasi sedemikian rupa dlm
pemaknaan lokal. Contoh: praktek keagamaan hindu di
Indonesia.
2. Dominasi penundukan identitas lokal oleh identitas
pendatang. Identitas lokal terserap sedemikian rupa ke dlm
identitas & pemaknaan etnis pendatang. Contoh: terdesaknya
budaya Indian di USA & Aborigin di Australia.
3. Survival ko-eksistensi negatif dari masing’s etnis terutama
etnis pendatang, dimana eksistensi identitas etnis hadir
diwilayah lokal tetapi suasana kebatinan mereka berorientasi ke
negeri asalnya.
4. Kooperasi ko-eksistensi positif dari masing’s identitas etnis,
dimana identitas pendatang dianggap setara dgn identitas etnis
lain yang tumbuh berkembang.
Setiap pola menunjukkan derajat keidealan tertentu.
Pola 1 & 2 berada pd satu level yaitu sama’s tdk ideal krn sifatnya yg pd
derajat tertentu saling mengeliminasi kuantitas & kualitas masing’s
identitas etnis.
Pola ke-3 sama sekali tidak ideal krn lebih bersifat menciptakan
ketegangan terus menerus & tdk ada interaksi.
Pola ke-4 mrpk pola paling ideal krn masing’s identitas saling bekerja
sama & mengisi.
Pola 1-3 (terutama 3) rentan bagi terjadinya konflik.