Anda di halaman 1dari 12

Etnisitas, Konflik dan Pembangunan

Politik

By: Toto Kushartono, S.Ip.,M.Si


A. Identitas & Identitas Budaya
 Hubungan antar manusia krn keberadaan seseorang senantiasa
menjadi bagian dari sebuah kelompok etnik, agama, tradisi & bahasa
dlm sebuah sistem kebudayaan tertentu.
 Identitas  proses yg tdk terberi (given) & tdk statis.
 Jeefrey Weeks  Identitas adl ttg belonging, ttg persamaan dgn
sejumlah orang & ttg apa yg membedakan kamu dgn yg lainnya. Sbg
sesuatu yg paling mendasar, identitas sesuatu yg paling mendasar,
identitas memberi rasa ttg lokasi pribadi, inti yg stabil bagi
individualitasmu.
 Manusia sbg mahluk politik dlm kesehariannya menggunakan kuasa
teks’s, simbol’s, idiom’s atau ajaran’s tertentu utk merepresentasikan
suatu identitas dgn tujuan khusus. Dgn kata lain simbol’s etnisitas,
ras, agama & gender menjadi alat bagi suatu perjuangan mencapai
tujuan tertentu, setidaknya utk mempertahankan eksistensi individu
atau kelompok.
 Dlm kesharian masy kita, terdapat sejumlah identifikasi budaya
sederhana, misal: masy mengidentifikasikan orang Bali sbg
pemeluk Hindu, orang Aceh sbg pemeluk Islam, orang Flores sbg
pemeluk Katolik.
 Identifikasi budaya terepresentasikan melalui nama, misal: nama
Sitompul identik dgn kebudayaan Batak, Slamet dgn Jawa, Ketut
dgn Bali, Sioe Liong dgn Tinghoa, dstnya.
 Terminologi identitas bukan mrpk suatu yg final, statis & succeed,
melainkan sesuatu yg selalu tumbuh. Sesuatu yg tdk pernah
sempurna, selalu dlm proses & selalu dibangun dari dalam.
 Dalam kondisi kemajemukan suatu subjek akan kehilangan
identitasnya, “in the desert one loose one’s identity”. Namun
demikian, identitas bisa ditelusuri jika kita tarik tataran yg
fundamental & individual.
 Identitas  Sesuatu yg memberikan jaminan keberadaan diri dgn
meminjam kekuatan bersama utk menghadapi ketidakpastian
masa depan.
B. Etnis dan Etnisitas

 Makna etnis yg paling sederhana & paling dekat  ciri khas


penampakan fisik (tubuh). Sbg penanda: “siapa kita” dan “siapa
mereka” yg bisa membangkitkan rasa solidaritas & sekaligus juga
permusuhan.
 Etnis (berasal dari bhs Yunani)  “bangsa atau masy mengacu pd
pengertian (identik) pd dasar geografis suatu wilayah dgn sistem
tertentu”.
 Kesamaan’s spt asal, sejarah, budaya, agama & bhs sering dijadikan
utk menyebut suatu kelompok etnis.
 Batasan definisi kelompok etnis secara antropologi adl:
1) secara biologis mampu berkembang biak;
2) memiliki nilai’s budaya yg sama & sadar akan rasa
kebersamaan dlm suatu bentuk budaya;
3) Membentuk jaringan komunikasi & interaksi sendiri;
Lanjutan
4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yg diterima oleh
kelompok lainnya.
 Dlm kajian etnisitas, etnisitas tdk dapat dipandang sbg sesuatu yg
berdiri sendiri.
 Etnisitas adl konsep relasional yg mendasarkan pd kategorisasi
identifikasi diri (Barker, 2000:193).
 Etnisitas  bidang yg merujuk pd politik kultural yg dilakukan oleh
kelompok dominan (Pieterse, 1996:25).
 Etnisitas  Kategori’s yg diterapkan pd kelompok atau kumpulan
orang yg dibentuk & membentuk dirinya dlm kebersamaan atau
kolektivitas (Rex, 1994:8).
 Etnisitas  kategori etnis mengenai kesadaran kelas ke kelas.
Dlm term ini muncul gagasan “kami” dan “mereka” dan
pembedaan atas klaim thd asal usul & karakteristik budaya.
C. Pengertian Konflik

Konflik  “Perbedaan pendapat, perkelahian,


peperangan, atau perjuangan.”
 “Konfrontasi fisik antara beberapa

pihak”.
 “Ketidak sepakatan yang tajam atau
oposisi atas berbagai kepentingan, ide,
dll”.
 “Konflik-persepsi atau perbedaan
kepentingan (perceived divergence of
interest), atau suatu kepercayaan bahwa
aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak
di percayai secara simultan.
D. Pioner Teori Konflik
Konflik sudah ada sejak manusia ada di muka bumi.
• Charles Darwin (survival of the fittest): “Perjuangan yang
dilakukan oleh spesies untuk tetap bertahan”.
• Karl Marx (class struggle): “Bagian yang tak terelakan
dalam sebuah masy yang mencerminkan filosofis
materialisme dialektik”.
• Sigmund frued (physco analitik): mempelajari tentang
kekuatan psikodinamika untuk mengontrol ego yang
terjadi di dalam diri seseorang.
E. Tiga Sudut Pandang Konflik

Perilaku

Cultural Struktural
F. Etnisitas , Konflik & Pembangunan Politik
Empat kemungkinan pola interaksi:
1. Penundukan  meleburnya identitas pendatang oleh identitas
lokal. Identitas pendatang dimoderinisasi sedemikian rupa dlm
pemaknaan lokal. Contoh: praktek keagamaan hindu di
Indonesia.
2. Dominasi  penundukan identitas lokal oleh identitas
pendatang. Identitas lokal terserap sedemikian rupa ke dlm
identitas & pemaknaan etnis pendatang. Contoh: terdesaknya
budaya Indian di USA & Aborigin di Australia.
3. Survival  ko-eksistensi negatif dari masing’s etnis terutama
etnis pendatang, dimana eksistensi identitas etnis hadir
diwilayah lokal tetapi suasana kebatinan mereka berorientasi ke
negeri asalnya.
4. Kooperasi  ko-eksistensi positif dari masing’s identitas etnis,
dimana identitas pendatang dianggap setara dgn identitas etnis
lain yang tumbuh berkembang.
 Setiap pola menunjukkan derajat keidealan tertentu.
Pola 1 & 2 berada pd satu level yaitu sama’s tdk ideal krn sifatnya yg pd
derajat tertentu saling mengeliminasi kuantitas & kualitas masing’s
identitas etnis.
Pola ke-3 sama sekali tidak ideal krn lebih bersifat menciptakan
ketegangan terus menerus & tdk ada interaksi.
Pola ke-4 mrpk pola paling ideal krn masing’s identitas saling bekerja
sama & mengisi.
Pola 1-3 (terutama 3) rentan bagi terjadinya konflik.

 Pada kasus Indonesia, etnis Tionghoa mengalami interaksi etnisitas


paling problematik dibandingkan etnis India, Arab & beberapa etnis
kecil lainnya.
Thn 1740  Rasialisme anti Tionghoa akibat permainan VOC.
Thn 1916  “Peroesoehan di Koedoes” (Tan Boen).
Thn 1918  Kerusuhan Solo.
terakhir 1998  Pembakaran Solo.
 Pada umumnya di negara multi etnik akan muncul persoalan’s yg
menjadi laten & akan muncul ke permukaan menjadi konflik yg
meledak sewaktu’s. misal: Di Amerika, White Politics 
superioritas orang kulit putih dlm seluruh ranah kehidupan,
sementara Black Moslem  minoritas kulit hitam & kekerasan.
 Di negara’s Asia Tenggara, ada 2 kelompok, yaitu:
1. kelompok negara imigran (immigrant state), konsep
bangsa yg digunakan social nation (bangsa yg
berdasarkan multi ras).
2. kelompok negara pribumi (indigenous state), konsep
bangsa yg digunakan ethno nation (bangsa yg
berdasarkan ras atau etnis).
 Di negara yg multi etnik, pemerintah mengelola keberagaman
etnik dgn berbagai jenis kebijakan, yg mrpk refleksi atau tipikal
pem-an yg dijalankan suatu negara.
Lanjutan
 Negara bisa akomodatif thd permasalahan etnis, akan tetapi negara
juga bisa sangat represif & koersif dlm mengelola masalah antar
kelompok etnis.
 Indonesia memiliki kebijakan antar etnik yg unik, sbg negara
postkolonial elit lokal acapkali mengacu pd proses pembuatan
kebijakan yg diwariskan oleh pemerintah Kolonial Belanda.
 Indonesia adl negara dgn konsep pribumi yg menitikberatkan
kepribumiannya terutama ketika rezim Orde Baru berkuasa. Akan
tetapi, sebenarnya Indonesia bukan negara yg berdasarkan ethno
nation, namun dlm masalah Tionghoa, konsep Bangsa Indonesia
lebih dekat pd ethno nation. Dimana orang Tionghoa harus terlebur
ke dlm tubuh pribumi.
 Motto “Bhineka Tunggal Ika”  utk etnis Indonesia pribumi, tdk utk
etnis Tionghoa.
 Negara melakukan pembedaan thd etnis Tionghoa melalui per-UU-
an, artinya negara melakukan dominasi.****

Anda mungkin juga menyukai