Tugas 2 Filsafat Pemerintahan
Tugas 2 Filsafat Pemerintahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan, seperti
kerusuhan, kudeta, terorisme. dan revolusi. Konflik mengandung pengertian "benturan".
seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu,
kelompok dan kelompok, individu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok
dengan pemerintah.
Konflik merupakan gejala serba hadir dalam kehdupan manusia masyarakat dan
bernegara. Sementra itu, salah satu dimensi penting proses politik adalah penyelesaian
konflik yang melibatkan pemerintah. Proses "penyelesaian" konflik politik yang tidak
bersifat kekerasan ada tiga tahap. Adapun ketiga tahap ini meliputi politisasi atau koalisi.
tahap pembuatan keputusan, dan tahap tahap pelaksaaan dan integrasi. Konflik bukan
merupakan suatu hal yang asing didalam hidup manusia. Sejarah mencatat bahwasanya
konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia, sepanjang seseorang masih hidup
hampir mustahil untuk menghilangkan konflik dimuka bumi ini baik itu konflik antar
individu maupun antar kelompok. Jika konflik antara perorangan tidak bisa diatasi secara
adil dan mana proposional, maka hal itu dapat berakhir dengan konflik antar kelompok.
Untuk itu. konflik merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan, seperti
kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Konflik mengandung pengertian
"benturan". seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu
dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan kelompok, dan antara individu
atau kelompok dengan pemerintah.Konflik yang mengandung kekerasan, pada
umumnya terjadi dalam masyarakat-negara yang belum memiliki consensus dasar
mengenai dasar dan tujuan negara dan mengenai mekanisme pengaturan dan
penyelesaian konflik yang melembaga. Hura-hara (riot), kudeta, pembunuhan atau
sabotase yang berdimensi politik (terorisme), pemberontakan, dan separatism, serta
revolusi merupakan sejumlah contoh konflik yang mengandung kekerasan
Konflik yang tidak berwujud kekerasan pada umumnya dapat ditemukan dalam
masyarakat-negara yang memiliki consensus mengenai dasar dan tujuan negara, dan
mengenai mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga. Adapun
contoh konflik yang tidak berwujud kekerasan, yakni unjuk-rasa (demonstrasi),
pemogokan (dengan segala bentuknya), pembangkangan sipil (civil disobedience),
pengajuan petisi dan protes, dinog (musyawarah), dan polemic melalui surat kabar.
Sementara itu, konflik tidak selalu bersifat negative seperti yang diduga orang banyak.
Apabila ditelaah secara seksama, konflik mempunyai fungsi positif, yakni sebagai
pengintegrasi masyarakat dan sebagai sumber perubahan.
A. Kesimpulan
Dalam ilmu-ilmu social dikenal dun pendekatan yang saling bertentangan untuk
memandang massyarakat. Kedua pendekatan ini meliputi pendekatan struktural-
fungsional (konsensus) dan pendekatan struktural konflik. Pendekatan konsensus
berasumsi masyarakat mencangkup bagian-bagian yang berbeda fungsi ntapi
berhubungan satu sama lain secara fungsional. Kecuali itu, masyarakat terintegrasi atas
dasar suatu nialai yang disepakati bersama sehingga masyarakat selalu dalam keadaan
keseimbangan dan harmonis. Lalu pendekatan konflik berasumsi masyarakat
mencangkup berbagia bagian yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan.
Konflik dikelompokkan menjadi dua tipe, kedua tipe ini meliputi konflik positif dan
konflik negative, yang dimaksud dengan konflik positif adalah konflik yang tak
mengancam eksistensi system politik, yang biasanya disalurkan lewat mekanisme
penyelesaian konflik yang disepakati bersama dalam konstitusi, Mekanisme yang
dimaksud adalah lembaga- lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan-badan
pewakilan rakyat, pengadilan, pemerintah, pers, dan foru-forum terbuka lainnya.
Tuntutan seperti inilah yang dimaksud dengan konflik yang positif.
Referensi:
Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoened Poesponegoro. (2019). Sejarah Nasional
Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (1942-1998). Jakarta:
Balai Pustaka.
Kahin, George McTurnan. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca,
NY: Cornel University Press.
Drs. Arbi Sanit., 1985 Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta: CV Rajawali,
Huntington, Samuel P., 2003, Tertib Politik di Tengah Pergeseran Massa. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Inu Kencana Syafe'l, 1998, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rumlan Surbakti.. 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Gidiasarana
Indonesia.
Tholkhah, Imam., 2001. Anatomi Konflik Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Saefulloh, Eep Fatah., 1988, Posisi Agama Islam dan Negara, Jakarta: Ghalia
Indonesia,Persada