Anda di halaman 1dari 10

Materi Katabolisme Lemak dan Protein

Pertemuan 3
Rabu 13 Oktober 2021
Kelas XII

Katabolisme : adalah reaksi perombakan, pemecahan atau penguraian senyawa kompleks


(organik) menjadi sederhana (anorganik) yang menghasilkan energi. Contohnya katabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.

Artikel ini membahas tentang hubungan katabolisme karbohidrat, katabolisme protein dan
katabolisme protein. Semua katabolisme tersebut saling berkaitan untuk menghasilkan energi.

Tapi..

Untuk dapat digunakan oleh sel, energi yang dihasilkan harus diubah menjadi ATP 
(Adenosin Tri Phospat). ATP merupakan gugus adenin yang berikatan dengan tiga gugus
fosfat. Pelepasan gugus fosfat menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel, yang
digunakan untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak,
reproduksi, dan lain-lain.

Contoh katabolisme adalah respirasi sel, yaitu proses penguraian bahan makanan yang
bertujuan menghasilkan energi. Sebagai bahan baku respirasi adalah karbohidrat, asam
lemak, dan asam amino dan sebagai hasilnya adalah CO2 (karbon dioksida, air dan energi).

Respirasi dilakukan oleh semua sel hidup, seperti sel hewan dan sel tumbuhan.  

Katabolisme Karbohidrat
Struktur karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi uatama dan sumber serat utama. Karbohidrat
mempunyai tiga unsur, yaitu karbon, hydrogen dan oksigen. Jenis-jenis karbohidrat sangat
beragam. Karbohidrat dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-aromnya,
panjang pendeknya rantai serta jenis ikatan.

Dari kompleksitas strukturnya karbohidrat dibedakan menjadi karbohidarat sederhana


(monosakarida  dan disakarida)dan karbohidrat dengan struktur yang kompleks
(polisakarida). Selain kelompok tersebut juga masih ada oligosakarida yang memiliki
monosakarida lebih pendek dari polisakarida, contohnya adalah satkiosa, rafinosa,
fruktooligosakarida, dan galaktooligosakarida

Fungsi Karbohidrat
1. Simpanan energi, bahan bakar dan senyawa antara metabolism
2. Bagian dari kerangka struktural dari pembentuk RNA dan DNA
3. Merupakan elemen struktural dari dinding sel tanaman maupun bakteri.
4. Identitas sel, berikatan dengan protein atau lipid dan berfungsi dalam proses
pengenalan antar sel.

Proses Katabolisme Karbohidrat


Pada Proses katabolisme  karbohidrat, sering disebut dengan glikolisis yaitu proses
degradasi.  Proses degradasi 1 molekul glukosa (C6) menjadi 2 molekul piruvat (C3) yang
terjadi dalam serangkaian reaksi enzimatis   menghasilkan energi bebas dalam bentuk ATP
dan NADH  Proses glikolisis terdiri dari 10 langkah reaksi yang terbagi  menjadi 2 Fase,
yaitu:

1. 5 langkah pertama yang disebut fase preparatory

1. 5 langkah terakhir yang disebut fase payoff

Fase I memerlukan 2 ATP dan  Fase II menghasilkan 4 ATP dan 2 NADP, sehingga total
degradasi Glukosa menjadi 2 molekul piruvat   menghasilkan 2 molekul ATP dan 2 molekul
NADP.

Pada tahap pertama, molekul D-Glukosa diaktifkan bagi reaksi berikutnya dengan


fosforilasi pada posisi 6, menghasilkan glukosa-6-fosfat dengan memanfaatkan ATP Reaksi
ini bersifat tidak dapat balik. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut
dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.

Reaksi kedua ialah  isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat, yang merupakan suatu


aldosa, menjadi fruktosa-6-fosfat, yang merupakan suatu ketosa, dengan enzim
fosfoglukoisomerase dan dibantu oleh ion Mg2+.

Tahap ketiga adalah fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim


fosoffruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini,gugus fosfat
dipindahkan dari ATP ke fruktosa-6-fosfat pada posisi 1.

Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul


fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan
D-gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim aldolase fruktosa difosfat atau enzim aldolase.  Hanya
satu di antara dua triosa fosfat yang dibentuk oleh aldolase, yaitu gliseraldehid-3-fosfat, yang
dapat langsung diuraikan pada tahap reaksi glikolisis berikutnya. Tetapi, dihidroksi aseton
fosfat dapat dengan cepat dan dalam reaksi dapat balik, berubah menjadi gliseraldehid-3-
fosfat oleh enzim isomerase triosa fosfat.

Tahap kelima adalah reaksi oksidasi gliseraldehid-3fosfat menjadi asam 1,3 difosfogliserat.


Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam
fosfat. Enzim yang mengkatalisis dalam tahap ini adalah dehidrogenase gliseraldehida fosfat.
Pada tahap ini, enzim kinase fosfogliserat mengubah asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam
3-fosfogliserat.
Diagram proses glikolisis (terdiri dari 10 tahapan)
Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan memerlukan ion Mg2+ sebagai
kofaktor. Pada tahap ini, terjadi pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi asam 2-
fosfogliserat. Reaksi ini melibatkan pergeseran dapat balik gugus fosfat dari posisi 3 ke posisi
2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseril mutase dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor.

Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2-


fosfogliserat dengan katalisis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.

Tahap terakhir pada glikolisis ialah reaksi pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari
fosfoenolpiruvat ke ADP yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul asam piruvat.
Gambar proses katabolisme terdiri atas glikolisis, siklus krebs dan transpor elektron
Katabolisme Lemak
Struktur Lemak
Berdasarkan struktur dan fungsinya, lemak dibagi menjadi bermacam-macam:
1. Asam-asam lemak : Merupakan suatu rantai hidrokarbon yang mengandung satu
gugus metal pada salah satu ujungnya dan salah satu gugus asam atau karboksil.
Secara umum formula kimia suatu asam lemak adalah CH3(CH2)nCOOH, dan 
biasanya kelipatan dua.
2. Rantai pendek : rantai hidrokarbonnya terdiri dari jumlah atom karbon genap 4-6
atom.
3. Rantai sedang : 8-12 atom
4. Rantai panjang : 14-26 atom.
Semua asam lemak lemak ini merupakan asam lemak jenuh
Sedangkan untuk asam lemak tidak jenuh, adalah lemak yang mempunayi ikatan rangkap
atau lebih misalnya palmitoleat, linolenat, arakhidat, dan lain sebagainya.
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH (oleat).
Turunan-turunan asam lemak : merupakan suatu komponen yang terbentuk dari satu atau
lebih asam lemak yang mengandung alcohol dan disebut ester. Terdapat dua golongan ester
yaitu gliserol ester dan cholesterol ester.

Gliserol ester
Gliserol ester erbentuk melalui metabolism karbohidrat yang mengandung tiga atom karbon,
yang salah satu ataom karon bersatu dengan salah satu gugus alcohol. Reaksi kondensasi
antara gugus karboksil dengan gugus alcohol dari gliserol akan membentuk gliserida,
tergantung dari jumlah asam lemak dari gugus alkohol yang membentuk raeksi kondensasi.
(monogliserida, digliserida, trigliserida)

Kolesterol ester
Kolesterol ester terbentuk melelui reaksi kondensasi, sterol, kolesterol, dan sam lemak terikat
dengan gugus alcohol.

Glikolipid
Glikolipid merupakan komponen yang mempunayi sifat serperti lipid, terdiri dari satu atu
lebih komponen gula, dan biasanya glukosa dan galaktosa.

Sterol
Sterol merupakan golongan lemak yang larut dalam alcohol, Mislanya kolesterol sterol.
Berbeda dengan struktur lainnya sterol mempunyai nucleus dengan empat buah cincin yang
saling berhubunga, tiga diantaranya mengandung 6 atom karbon, sedang yang keempat
mengandung 5 atom karbon.

Fungsi Lemak
1. Sebagai penyusun struktur  membran sel Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier
untuk sel dan mengatur aliran material-material.
2. Sebagai cadangan energi Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa
3. Sebagai hormon dan vitamin, hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan
vitamin membantu regulasi proses-proses biologis
Proses Katabolisme Lemak
Lemak merupakan salah satu sumber energy bagi tubuh, bahkan kandungan energinya paling
tinggi diantara sumber energy yang lain, yaitu sebesar  9kkal/gram. Energi hasil pemecahan
lemak dimulai saat lemak berada didalam kebutuhan energi.

Pemecahan atau katabolisme lemak dimulai saat lemak berada didalam system pencernaan
makanan. Lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Dari kedua senyawa
tersebut, asam lemak sebagian mengandung sebagian besar energi, yaitu sekitar 95%,
sedangkan gliserol hanya mengandung 5% dari besar energi lemak.

Untuk dapat menghasilkan energi, asam lemak akan mengalami oksidasi yang terjadi didalm
mitokondria, sedangkan gliserol dirombak secara glikolisis. Gliserol dalam glikolisis akan
diubah kembali menjadi dihidroksi aseton fosfat. Oksidasi asam lemak juga melalui lintasan
akhir yang dilalui karbohidrat, yaitu siklus krebs.

Setelah berada didalam mitokondria, asam lemak akan mengalami oksidasi untuk
menghasilkan energi. Oksidasi asam lemak terjadi dalam dua tahap, yaitu oksidasi asam
lemak yang menghasilkan residu asetil KoA dan oksidasi asetil KoA menjadi karbon dioksida
melalui siklus krebs.

Katabolisme Protein
Struktur Protein
Dilihat dari tingkat organisasi struktur, protein dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas
dengan urutan kerumitan yang berkurang. Kelas-kelas itu adalah :

 Struktur primer:  Ini adalah hanya urutan asam amino di dalam rantai protein.
Struktur primer protein dilakukan oleh ikatan-ikatan (peptida) yang kovalen.
 Struktur sekunder:  Hal ini merujuk ke banyaknya struktur helix-aa atau lembaran
berlipatan-B setempat yang berhubungan dengan struktur protein secara
keseluruhan. Struktur sekunder protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan hidrogen
antara oksigen karbonil dan nitrogen amida dari rantai polipeptida.
 Struktur tersier: Hal ini menunjuk ke cara rantai protein ke dalam protein berbentuk
bulat dilekukkan dan dilipat untuk membentuk struktur tiga-dimensional secara
menyeluruh dari molekul protein. Struktur tersier diselenggarakan oleh interaksi
antara gugus-fufus R dalam asam amino.
 Struktur kuartener. Banyak protein ada sebagai oligomer, atau molekul-molekul
besar terbentuk dari pengumpulan khas dari subsatuan yang identik atau berlainan
yang dikenal dengan protomer.
Fungsi Protein
1. Membentuk jaringan/ bagian tubuh lain
2. Pertumbuhan (bayi, anak, pubertas)
3. Pemeliharaan (dewasa)
4. Membentuk sel darah
5. Membentuk hormon, enzim, antibody,dll
6. Memberi tenaga (protein sparing efek)
7. Pengaturan (enzim, hormone)

Proses Katabolisme Protein


Para proses katabolisme protein asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika
jumlah asam amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan
protein), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti
karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amina. Gugus amin ini
kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.

Terdapat  2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:


1. Transaminasi: Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α ketoglutarat
menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
2. Deaminasi oksidatif: Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk
ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya
dibuang melalui ginjal berupa urin.

Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1. Melalui peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2
menghasilkan karbamoil fosfat.
2. Melalui raksi ini diperlukan energi dari ATP
3. Melalui peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-
ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan.
4. Melalui peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat
menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATPDengan
peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan
L-arginin
5. Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan
menghasilkan L-ornitin dan urea.

Hubungan Katabolisme Antara Karbohidrat, Lemak, & Protein


Kamu sudah mengetahui bahwa di dalam sel reaksi metabolisme tidak terpisah satu sama lain
yaitu membentuk suatu jejaring yang saling berkaitan. Di dalam tubuh manusia terjadi
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Bagaimana keterkaitan ketiganya? Pada bagan
terlihat karbohidrat, protein, dan lemak bertemu pada jalur siklus Krebs dengan masukan
asetil koenzim A.

Gambar hubungan katabolisme karbohidrat, protein dan lemak


Tahukah kamu bahwa Asetil Ko-A sebagai bahan baku dalam siklus Krebs untuk
menghasilkan energi yang berasal dari katabolisme karbohidrat, protein, maupun lemak. Titik
temu dari berbagai jalur metabolisme ini berguna untuk saling menggantikan “bahan bakar”
di dalam sel, Hasil katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga bermanfaat untuk
menghasilkan senyawa- senyawa lain yaitu dapat membentuk ATP, hormon, komponen
hemoglobin ataupun komponen sel lainnya.

Lemak (asam heksanoat) lebih banyak mengandung hidrogen terikat dan merupakan senyawa
karbon yang paling banyak tereduksi, sedangkan karbohidrat (glukosa) dan protein (asam
glutamat) banyak mengandung oksigen dan lebih sedikit hidrogen terikat adalah senyawa
yang lebih teroksidasi.

Senyawa karbon yang tereduksi lebih banyak menyimpan energi dan apabila ada pembakaran
sempurna akan membebaskan energi lebih banyak karena adanya pembebasan elektron yang
lebih banyak. Jumlah elektron yang dibebaskan menunjukkan jumlah energi yang dihasilkan.
Perlu kamu ketahui pada jalur katabolisme yang berbeda glukosa dan asam glutamat dapat
menghasilkan jumlah ATP yang sama yaitu 36 ATP.

Sedangkan katabolisme asam heksanoat dengan jumlah karbon yang sama dengan glukosa (6
karbon) menghasilkan 44 ATP, sehingga jumlah energi yang dihasilkan pada lemak lebih
besar dibandingkan dengan yang dihasilkan pada karbohidrat dan protein. Sedangkan jumlah
energi yang dihasilkan protein setara dengan jumlah yang dihasilkan karbohidrat dalam berat
yang sama.

Dari penjelasan itu dapat disimpulkan jika kita makan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak akan lebih memberikan rasa kenyang jika dibandingkan dengan protein
dan karbohidrat. Karena rasa kenyang tersebut disebabkan oleh kemampuan metabolisme
lemak untuk menghasilkan energi yang lebih besar.

Diet Tinggi Protein dalam Pengelolaan Berat Badan


Diet dan obesitas saat ini menjadi masalah umum dunia. Di Indonesia, penduduk yang
mengalami kelebihan berat badan (overweight) sekitar 17,5% dan pasien obesitas sekitar
4,7%. Obesitas pada umumnya disebabkan oleh konsumisi sumber energi karbohidrat yang
berlebihan melampaui kebutuhan akan energi, sehingga konversi karbohidrat menjadi lemak
yang akan disimpan dalam tubuh. Apakah obesitas dapat dicegah?
Salah satu metode yang banyak diperbincangkan adalah "diet tinggi protein", yaitu
modifikasi diet dengan meningkatkan rasio protein dan meminimalkan karbohidrat sebagai
sumber energi tubuh. Protein merupakan sumber energi yang bersifat paling mengenyangkan
dibandingkan karbohidrat dan lemak. Protein memperlama waktu pengosongan lambung dan
memengaruhi hormon kolesistokinin dan GLP-1 (glucagon like peptide-1) yang mengatur
rassa kenyang. Peningkatan konsentrasi asam amino hasil pencernaan protein akan
menstimulasi glukoneogenesis yang menyebabkan rasa kenyang. Glukoneogenesis adalah
proses sintesis glukosa/glikogen dari prekursor nonkarbohidrat ketika karbohidrat tidak
tersedia dalam makanan.
Protein tidak dapat disimpan dalam tubuh sehingga dapat mengurangi nafsu makan dan
mengontrol asupan energi yang masuk. Diet tinggi protein berpengaruh terhadap komposisi
tubuh yang lebih berotot dan mampu meningkatkan penggunaan simpanan lemak yang dapat
menurunkan berat badan total.
Meskipun metode diet tinggi perotein ini terbukti efektif dalam penurunan berat badan, tetapi
masih menjadi perdebatan berkaitan dengan masalah kesehatan, anatara lain sebagai berikut.
- Tidak memenuhi persyaratan gizi tubuh (60% kebutuhan energi seharusnya berasal dari
karbohidrat).
- Menimbulkan gangguan ginjal karena mengonsumsi protein lebih dari 25% dari total energi
sehari dapat memperberat fungsi ginjal dalam mengekskresikan hasil metabolisme protein
seperti asam urat dan kalsium.
- Asupan protein tinggi merupakan meningkatkan risiko terjadinya batu ginjal.
-Berisiko osteoporosis karena terjadi peningkatan ekskresi kalsium dalam urine yang
mengakibatka penurunan penyimpanan kalsium dalam tulang.
Masalah-masalah kesehatan tersebut dapat muncul jika seseorang menjalani diet tinggi
protein dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu adanya kontrol kesehatan,
pemilihan jenis makanan sumber protein yang tepat, waktu penerapan, dan keseimbangan zat
gizi lainnya. Sebaiknya disertai dengan diet tinggi serat dan aktivitas fisik secara rutin

Diet untuk menurunkan berat badan identik dengan menahan rasa lapar. Namun, berbeda
halnya dengan diet protein. Diet ini justru merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi
menu diet yang nikmat dan memberi rasa kenyang lebih lama. Bila dilakukan dengan benar
diet ini dapat menurunkan berat badan Anda secara optimal.

Diet tinggi protein dilakukan dengan mengonsumsi protein harian minimal 1,5 gram per kilo
dari berat badan atau 30-40 persen dari total kalori zat gizi makro yang dianjurkan. Jika
dalam sehari seseorang membutuhkan 1800 kalori maka selama diet dianjurkan untuk
mengonsumsi protein sekitar 45 sampai 218 gram per hari.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Skotlandia diketahui bahwa diet tingggi protein
yang dilakukan selama 8-12 minggu mampu menurunkan berat badan sebanyak 6,5 kg
sampai 10 kg.

Inilah Ciri-Ciri Tubuh Tidak Cocok dengan Diet yang Anda Pilih
Lemak menurun dari 36,7 persen menjadi 34 persen. Lingkar pinggang pun menyusut
mulai dari 6 cm hingga 9,4 cm. Hasilnya akan lebih baik bila diet tinggi protein dibarengi
dengan diet tinggi serat dan aktivitas fisik secara rutin.
Selama menjalankan diet tinggi protein seseorang akan memperbanyak konsumsi protein,
terutama hewani serta mengurangi konsumsi karbohidrat. Dengan begitu, tubuh akan dipaksa
membakar timbunan lemak lalu diubah menjadi energi sehingga berat badan pun dapat
menurun dengan cepat. Anda juga akan merasa kenyang kbih lama karena gula darah stabil
sepanajng hari.
Namun sayangnya, konsumsi tinggi protein namun rendah kadar karbohidrat dan serat dapat
mengganggu kerja dan fungsi organ tubuh lainnya. Kerja ginjal akan lebih berat akibat
meningkatnya sisa metabolisme protein sehingga dapat berisiko menyebabkan batu ginjal.
Selain itu, kurangnya serat bisa menyebabkan usus menimbun banyak lemak, tulang
kehilangan kalsium dan tubuh mengalami dehidrasi karena tingginya kadar protein dalam
tubuh. Tak heran bila, seseorang yang menjalani diet ini memiliki tubuh ideal tapi ginjalnya 
bisa rusak sehingga membuatnya rutin melakukan cuci darah.
Diet tinggi protein sebenarnya tidak dapat dilakukan oleh semua orang dengan berbagai usia.
Hanya orang dewasa dengan kondisi tubuh yang sehat dan fungsi ginjal normal saja bisa
menerapkan diet ini.
Perlu diketahui bahwa diet tinggi protein bukan berarti mengganti karbohidrat dengan
protein. Diet ini meningkatkan konsumsi protein yang normalnya berkisar 10-20 persen
menjadi 30-40 persen.
Bila dilakukan dengan benar maka diet ini akan berdampak positif pada tubuh, seperti
normalnya kadar gula dalam darah, lemak darah, hormon insulin, status zat besi dan vitamin
B12.
Diet protein tinggi yang benar adalah dengan memasukan gizi lengkap dan seimbang dengan
jumlah proporsi yang tepat antara 50 persen karbohidrat, 20 persen lemak, dan 30-40 persen
protein.

Makanan Protein untuk Diet


Setelah Anda mengetahui manfaat yang bisa didapatkan dari diet tinggi protein, penting
mengetahui jenis-jenis makanan yang mengandung protein tinggi. Makanan-makanan yang
mengandung protein itu di antaranya:

 Produk olahan susu


Susu, keju, dan yoghurt merupakan produk olahan susu yang kaya asupan protein, sekaligus
kalsium dan vitamin D. Guna memaksimalkan asupan protein bagi tubuh Anda, pilihlah yang
rendah lemak.

 Telur
Telur merupakan makanan kaya protein dengan harga yang relatif terjangkau. Sebagai
gambaran, telur berukuran kecil (35-40 gram) mengandung 4-5 gram protein, sedangkan telur
berukuran besar (60g) mengandung 8g protein.
baca juga: Efek Negatif Susu Berprotein Tinggi pada Pria

 Daging
Dada ayam tanpa kulit merupakan makanan berprotein tinggi dengan kandungan 284 kalori
dan 53 gram protein. Sedangkan setiap 85 gram daging sapi tanpa lemak mengandung 22
gram protein dan 184 kalori. Selain itu daging sapi merupakan makanan kaya zat besi dan
vitamin B12.

 Seafood
Salah satu makanan laut yang kaya protein adalah ikan tuna. Tuna kaleng (150 g)
mengandung sekitar 40 g protein. Selain itu, beberapa seafood lain juga banyak mengandung
omega-3 yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Diet tinggi protein sendiri umumnya tidak berbahaya jika dilakukan jangka pendek. Akan
tetapi bukan berarti diet protein tinggi tidak bebas risiko. Sebaiknya konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter sebelum melakukan diet ini.
Dokter juga dapat membantu membuat rencana diet yang tetap mengandung nutrisi yang
diperlukan tubuh. Bagi penderita penyakit ginjal, diet tinggi protein sebaiknya dihindari
karena dapat mengganggu fungsi ginjal.

√ Faktor-faktor yang mempengaruhi Fotosintesis:


1. Intensitas cahaya
2. Panjang gelombang cahaya
3. Konsentrasi CO2
4. Suhu
5. Ion Anorganik
6. Zat Inhibitor

√ Pembuktian Fotosintesis
Ada 3 orang penelitian yang mengemukakan tentang Fotosintesis
1.Percobaan oleh Jan Ingenhousz
2.Percobaan oleh T,W.Engelmann
3.Percobaan oleh Julius von Sachs
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai