Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Penyakit Paru Obstruktif K ronik

Disusun oleh:
dr. Evriana Citra

Pembimbing:
dr. Ibrahim Muhammad

PROGRAM INTERNSIP DOKTER


INDONESIAA RUMAH SAKIT AR BUNDA
LUBUKLINGGAU SUMATERA SELATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul “Penyakit Paru Obstruktiv Kronis”.
Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia.
Selama proses pembuatan dan penyusunan laporan ini penulis mengalami
keterbatasan dalam mengerjakan, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada dr. Ibrahim Muhammad yang telah memberi dukungan, bimbingan,
dan dorongan selama pembuatan laporan ini berlangsung.
Penulis mengetahui bahwa laporan kunjungan kasus keluarga ini tidak
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Terima Kasih.

Lubuklinggau, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................2
2.1. Identitas Pasien........................................................................................2
2.2. Anamnesis...............................................................................................2
2.3. Pemeriksaan Fisik....................................................................................3
2.4. Diagnosis Banding..................................................................................5
2.5. Diagnosis Kerja.......................................................................................5
2.6. Penatatalaksana di IGD...........................................................................5
2.7. Tatalaksana Rumatan..............................................................................5
2.8. Prognosis.................................................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
3.1. Definisi....................................................................................................6
3.2. Epidemiologi...........................................................................................6
3.3. Klasifikasi................................................................................................7
3.4. Etiologi dan Faktor Risiko......................................................................9
3.5. Patofisiologi...........................................................................................10
3.6. Diagnosis...............................................................................................12
3.6.1. Anamnesis...................................................................................13
3.6.2. Pemeriksaan Fisik.......................................................................13
3.6.3. Pemeriksaan Penunjang..............................................................14
3.7. Diagnosis Banding................................................................................16
3.8. Tatalaksana............................................................................................16
3.9. Prognosis...............................................................................................25
3.10. Pencegahan............................................................................................26
BAB IV ANALISA KASUS.................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid, dikenal dimasyarakat sebagai penyakit wasir atau
ambeien. Hemoroid atau wasir merupakan pelebaran dan inflamasi
pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus
hemoroidalis. Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan
rheo yang berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah
adalah darah yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai
pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar
pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan
disekitar vasa atau vena.1
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering
ditemukan. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan
terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra
abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga
karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis.4 Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh
kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang
beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi
dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer
anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal.2
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada
sekitar 35% penduduk.7 Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-
laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan
usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat
tidak nyaman

4
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 53 tahun
Alamat : Lubuk Linggau barat I
Agama : Islam
MRS : 21 November 2021

2.2 ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada minggu, 21 November 2021.

Keluhan Utama

Terdapat benjolan pada anus.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Ar-Bunda diantar oleh keluarganya, dengan keluhan

terdapat benjolan pada anus yang tidak bisa dimasukkan kembali 1 hari SMRS.

Benjolan terasa sakit dan membuat os tidak nyaman saat duduk. Os juga mengeluh

panas dan nyeri disekitar anus, kadang keluar darah segar menetes diakhir BAB.

Os sudah sering merasakan adanya benjolan pada anusnya sejak tahun 2010.

Mula-mula keluar benjolan kecil dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya,

beberapa tahun terakhir os merasakan benjolannya semakin membesar dan tidak

dapat masuk dengan sendirinya, os biasanya memasukkan kembali benjolan

tersebut kedalam anusnya dengan menggunakan tangan. BAK dalam batas normal.

5
Riwayat Penyakit Dahulu

- Os sudah menderita keluhan keluarnya benjolan dari anus sejak tahun 2010,

namun benjolan tersebut masih bisa dikembalikan ke posisi semula.

- Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.

- Riwayat kencing manis tidak diketahui.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien pernah mengalami keluhan seperti os.

Riwayat Pengobatan

- Os biasanya mengonsultasikan keluhannya ke klinik di dekat rumahnya, os

biasanya mendapatkan obat yang dimasukkan ke anusnya, namun os tidak

mengetahui nama obat tersebut.

Riwayat Alergi

Os tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan, debu, ataupun udara.

Riwayat Psikososial

Os mengaku jarang mengkonsumsi buah dan sayur, os sering makan makanan

pedas, dan sedikit minum air putih. Os menyangkal sering melakukan aktivitas

yang berat, duduk, atau berdiri lama. BAB rutin 1x/hari, BAB sering dirasakan

keras, sehingga os harus mengedan untuk mengeluarkan feses.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

6
Keadaan Umum : Tampak sakit
sedang Kesadaran : Kompos
mentis
GCS : 15: E4 M6 V5
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Frekuensi Nadi : 88 x/menit, teratur, isi dan tegangan
baik Suhu : 36,7 0C
SpO2 : 99 %
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 168 cm
IMT : 23,03 kg/m2

2.4 STATUS GENERALIS

Kepala

- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, ketombe (-)

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

- Hidung : Tidak ada kelainan bentuk, sekret (-/-), darah (-/-)

- Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, sekret (-/-), darah (-/-)

- Mulut : Bibir kering (-), mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-

T1

Leher

- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB

- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thorax

- Paru

 Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris

 Palpasi : Vokal fremitus simetris di kedua lapang paru

 Perkusi : Sonor di semua lapang paru

7
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak

 Palpasi : Ictus cordis teraba

 Perkusi : Batas Jantung dalam batas normal

 Auskultasi : BJI dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Datar, lesi kulit (-)

- Auskultasi : Bising usus (+) dalam batas normal

- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen

- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepato-splenomegali (-)

Ekstremitas

- Atas : Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), deformitas (-/-)

- Bawah : Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), deformitas (-/-)

Regio Anorectal

Inspeksi: Terdapat benjolan ukuran 3cm x 1cm, warna hampir sama dengan daerah di

sekitarnya, hematom perianal (-)

Palpasi: Konsistensi kenyal, permukaan licin, berbatas tegas, dasar terfiksir,nyeri tekan

(+), tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus.

Rectal Touche

8
- Tonus spincther ani baik

- Mukosa rectum lincin, permukaan tidak berbenjol

- Tidak terdapat adanya massa

- Tidak terdapat adanya nyeri tekan

- Ampula recti tidak kolaps

- Sarung tangan: feses (+), darah (-), lendir (-)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Minggu, 21/11/2021.

HEMATOLOGI RUTIN
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Haemoglobin 15.5 12—16 gr/dL
Haematokrit 42.1 37—47 %
Eritrosit 5.1 4.2—5.4 106/µL
Leukosit 11.6 4.8—10.8 103/µL
Trombosit 313 150—450 103/µL
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 150 <180 mg/dL
ELEKTROLIT
Na 136.4 135—148 mEq/L
K 3.00 3.50—5.30 mEq/L
Ca 0.99 1.15—1.29 mEq/L

2.6 RESUME

Laki laki, 53 tahun datang ke RSUD Ar-Bunda dengan keluhan terdapat benjolan pada

anus yang tidak bisa dimasukkan kembali 1 hari SMRS. Benjolan terasa sakit dan

membuat os tidak nyaman saat duduk. Os juga mengeluh panas dan nyeri disekitar

anus, kadang keluar darah segar menetes diakhir BAB. Riwayat keluarnya benjolan

sejak tahun 2010. Mula-mula keluar benjolan kecil dan masih bisa keluar masuk

dengan sendirinya, beberapa tahun terakhir os merasakan benjolannya semakin

9
membesar dan tidak dapat masuk dengan sendirinya, os biasanya memasukkan kembali

benjolan tersebut kedalam anusnya dengan menggunakan tangan.

Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Dari Pemeriksaan regio

anorektal didapatkan: benjolan ukuran 3cm x 1cm, warna hampir sama dengan daerah

di sekitarnya, hematom perianal (-), konsistensi kenyal, permukaan licin, berbatas

tegas, dasar terfiksir, nyeri tekan (+), tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus.

2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis Banding

- Hemorroid Interna

- Prolaps Rektum

- Ca Kolorektal

2.8 USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Anoskopi

2.9 DIAGNOSIS KERJA

Hemorroid Interna Grade IV

2.10 RENCANA TINDAKAN

Hemoroidectomy

2.11 EDUKASI

Perbaikan gaya hidup, meliputi:

- Olahraga

10
- Banyak minum air putih

- Diet berserat, konsumsi sayuran dan buah-buahan, makanan yang harus

dihindari: pedas, merica, daging kambing, durian, nanas, salak, accar/cuka, rempah-

rempah

- Sikap dann lama duduk waktu BAB

- Tidak menahan saat ingin BAB

2.12 PROGNOSIS

- Quo ad Vitam : Bonam

- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

- Quo ad Functionam : Bonam

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hemoroid atau lebih dikenal sebagai wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis. Hemoroid berasal dari kata
‘’haima’’ dan ‘’rheo’’ yang dalam ilmu medis berarti pelebaran pembuluh
darah.8 Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis,
tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga
memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi.3

Hemoroid adalah suatu keadaan ketika terdapat bantalan-bantalan vascular


yang menonjol di pertemuan anus dan rektum (anorectal junction).
Kondisi ini berhubungan dengan peningkatan intraluminal yang tinggi
sehingga anus terlihat menonjol dan kongestif dan bahkan dapat disertai
prolaps dan ulserasi.5

Hemoroid merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan dapat


mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga menyebabkan penurunan
kualitas hidup seseorang, hemoroid juga cenderung memburuk dari tahun
ke tahun.1 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hemoroid
merupakan suatu keadaan yang patologis, pelebaran vena-vena di dalam
pleksus hemoroidalis yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal sehingga anus terlihat menonjol.

12
Gambar 2. 1 Gambaran Hemoroid

3.2 Etiologi hemoroid

Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau

penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan

resiko terjadinya hemoroid seperti berikut.8

1. Peradangan pada usus

Penyakit crohn adalah proses inflamasi kronis yang dapat mengenai bagian
saluran gastrointestinal manapun, tetapi yang paling umum menyerang ileum
terminal, penyakit ini secara karakteristik melibatkan semua lapisan dinding
usus.7

2. Keturunan

Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir
akan memudahkan terjadinya hemoroid setalah mendapatkan paparan
tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, dan kontipasi.
Hubungan antara riwayat penyakit keluarga dimasa lalu tidak memiliki
hubungan yang relevan dengan kejadian hemoroid, akan tetapi kebiasaan
yang telah dilakukan oleh anggota keluarga memiliki peranan yang sangat
berpengarah bagi anggota keluarga lainnya.7

3. Konsumsi makanan rendah serat

Diet rendah serat dapat menyebabkan fases menjadi kecil dan keras yang
dapat menyebabkan mengejan pada saat buang air besar. Makanan yang
13
mengandung serat akan mempercepat produksi fases, semakin banyaknya
makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.9

4. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat penimbunan lemak secara


berlebihan. Obesitas menjadi faktor resiko terjadinya berbagai penyakit,
salah satunya yaitu hemoroid. Hemoroid terjadi karena sirkulasi darah yang
buruk pada penderita obesitas adalah salah satu masalah yang berefek pada
kesehatan sel dan kesehatan vascular. Karena adanya peningkatan tekanan
abdominal abdominal dan tekanan pada daerah pelvic pada vena yang ada
dianus.6

5. Lama duduk

Hemoroid biasnya ditandai dengan rasa gatal dan panas dianus disertai
kesulitan buang air besar. Hal ini disebabkan oleh pelebaran atau
pembesaran pembuluh vena di daerah poros usus atau sekitar dubur akibat
tekanan yang terus menerus karena duduk yang terlalu lama lebih tanpa
mengganti posisi atau dengan istirahat dapat meningkatkan tekanan intra
abdominal. Duduk lama pada saat buang air besar juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya hemoroid. Pemakaian toilet duduk menyebabkan posisi
usus dan anus tidak dalam posisi tegak. Sehingga menyebabkan tekanan dan
gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.4

6. Mengejan dan kontipasi

Kontipasi adalah kondisi dimana fases menjadi lebih keras sehingga susah
dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada rektum
(Kartika Sari & Wirjatmadi, 2018). Kontipasi merupakan pelannya
pergerakan fases melalui usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering
dan keras pada colon descenden yang menumpuk karena absorsi cairan yang
berlebihan. Pada kontipasi diperlukan waktu mengejan terlalu lama membuat
tekanan yang keras sehingga menyebab hemoroid.4

7. Alkohol

Alkohol dapat menyebabkan tubuh lebih banyak kehilangan air. Alkohol


14
menghentikan produksi anti diuretic hormone, yang dapat menyebabkan
seseorang lebih sering berkemih, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi.
Alkohol juga menarik air dari fases sehingga dapat memicu terjadinya
konstipasi, selain itu terlalu banyak mengkomsumsi alkohol juga dapat
menyebabkan diare yang juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
hemoroid.9

3.3 Klasifikasi

Sesuai dengan tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Hemoroid internal

Hemoroid internal adalah pelebaran vena submukosa di atas linea dentate.


Hemoroid internal ini merupakan bantalan vascular di dalam jaringan sub
mukotan pada rektum sebelah bawah. Hemoroid sering dijumpai pada tiga
posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan- belakang, dan kirilateral. Hemoroid
yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid
internal dapat menjadi prolapss adalah tonjolan dinding rektum sehingga
terlihat menonjol keluar anus dan berdarah terkadang juga menimbulkan
rasa nyeri apabila berkembang menjadi thrombosis dan nekrosis (biasanya
menjadi prolapss yang berat, inkarserasi dan strangulasi).10 Hemoroid
internal dibedakan menjadi empat derajat yaitu :

Derajat I

menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi. Pada
stadium awal seperti ini tidak terdapat prolapss, dan pada pemeriksaan
anoskopi terlihat hemoroid yang membesar menonjol kedalam lumen.

Derajat II

menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.

15
Derajat III

pada derajat ini hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi.

Derajat IV

merupakan hemoroid yang menonjol ke luar dan tidak dapat didorong masuk
kembali dan tidak dapat direposisi kembali.

Gambar 2. 2 Derajat Hemoroid Internal

2. Hemoroid eksternal

Hemoroid eksternal merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis


inferior. Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi keluarnya mukus
dan adanya fases yang menempel pada pada pakaian dalam yang merupakan
ciri hemoroid eksternal yang mengalami prolaps menetap. Hemoroid eksternal
dibagi menjadi 2 yaitu hemoroid eksternal akut dan kronis.2

a. Hemoroid eksternal akut

merupakan pembengkakan bulat kebiruan pada pinggiran anus yang


merupakan hematoma.3

b. Hemoroid eksternal kronik

di sebut dengan skin tags yaitu satu atau lebih lipatan kulit yang terdiri dari
jaringan penyambung sedikit pembulu darah, merupakan kelanjutan hemoroid
eksternal yang mengalami trombosis. Kedua pleksus hemoroid, internus dan
eksturnus saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran
vena yang kembali dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid
internus mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
16
vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui darah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.7

3.4 Tanda gejala

Tanda dan gejala yang umum pada penderita hemoroid yaitu keluar darah saat
buang air besar, rasa gatal dan perih dari anus, nyeri dan rasa tidak nyaman
karena adanya benjolan dari anus.

1. Hemoroid internal

Umumnya perdarahan merupakan tanda pertama pada hemoroid internal yang


diakaibatkan oleh trauma karena fases yang keras.1 Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan fases, dapat hanya berupa
garis pada fases atau kertas pembersih (tissue toilet) pada perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari
vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena pleksus vena
berhubungan dengan cabang arteri secara langsung (pintas arteri vena) tanpa
melewati kapiler.5 Hemoroid internal dapat menyebabkan adanya lendir ke
jaringan perianal, lendir pada fases dapat menyebabkan dermatitis lokal atau
biasa disebut dengan pruritus ani.10 Tanda gejala hemoroid berdasarkan derajat
yaitu :

a. Derajat I

Adanya perdarahan merah segar, Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat
prolapsse/penonjolan,

b. Derajat II

- Penonjolan hemoroid melewati linea dentate

- Dapat terlihat saat mengejan

- Dapat kembali secara spontan

- Perdarahan

c. Derajat III

17
- Penonjolan dapat masuk kembali menggunakan dorangan jari

- Perdarahan

d. Derajat IV

- Penonjolan tidak dapat masuk kembali

- Perdarahan

- Terjadi thrombosis dan infark

2. Hemoroid eksternal

Hemoroid eksternal biasanya ditandai dengan adanya penonjolan dibagian luar


anus disebabkan oleh gangguan rotasi bantalan anus dalam keadaan normal
bantalan anus akan menempel secara longgar pada lapisan otot sirkuler, namun
ketika defekasi musculus sphincter ani eksternal akan berelaksasi, bantalan
anus akan berotasi kearah luar membentuk bibir anorektum. Gatal, nyeri pada
saat buang air besar, dan tidak ada pendarahan. Tekanan urteri pada rektum
selama kehamilan, tumor intra abdomen, kontipasi, diare, obesitas, gagal
jantung kongesif dan hipertensi portal adalah penyebab utama terjadinya
hemoroid eksternal. Thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal
dapat terjadi. Thrombosis akut biasnya berkaitan dengan peristiwa tertentu,
seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam
diet. Nyeri dari inervasif saraf oleh adanya distensi dan edema. Nyeri
berlansung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trombosi.9

3.5 Patofisiologi

Diet rendah serat dapat menyebabkan fases menjadi kecil dan keras yang dapat
menyebabkan mengejan pada saat buang air besar. Makanan yang mengandung
serat akan mempercepat produksi fases, semakin banyaknya makanan yang
masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. Yang
mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Mengejan menyebabkan
peningkatan tekanan vena lalu menimbulkan prolapsse bantalan anal. Pada
18
bantalan yang mengalami prolapss terjadi gangguan venouse return sehingga
mengakibatkan dilatasi pleksus dan stastis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi
epitel bantalan yang menimbulkan perdarahan.3

Kehamilan atau obesitas memberikan ketegangan abnormal dari otot sfingter


internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui
mekanisme yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme
aksi. Terlalu lama duduk di toilet atau pada saat membaca diyakini
menyebabkan penurunan relative venous return di daerah perianal (yang
disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesi vena dan terjadilah
hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung,
yang memfasilitasi prolapss. Melemahnya struktur pendukung sudah dapat
terjadi pada awal dekade ketiga. Hipertensi portal telah sering disebutkan
dalam hubungan dengen hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada
pasien dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif. Varises anorekatal
terjadi di midrekum, di antara system portal dan vena inferior rektal. Varises
terjadi lebih sering pada pasien nonsirosis. Dan mereka jarang mengalami
perdarahan.4

3.6 Faktor risiko hemoroid

Faktor risiko hemoroid menurut berbagai sumber adalah sebagai berikut:

1. Usia

Usia lebih dari 45 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena hemoroid. Usia
yang semakin tua dapat menyebabkan degenerasi pada jaringan tubuh.
Semakin meningkatnya usia akan memperparah hemoroid, sel secara terus
menerus akan dirusak oleh radikal bebas. Kerusakan sel oleh radikal bebas
tidak dapatdiimbangi oleh kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri melalui
proses

regeneratif karina kemampuannya telah menurun. Menurunnya tonus otot


sfingter menyebabkan kelemahan struktur dinding pembuluh darah dan akan
19
menimbulkan prolapss (penonjolan)

2. Ibu hamil

Hemoroid normalnya terdapat pada individu sehat terdiri dari bantalan


fibromuskuler kemudian bervaskularisasi yang melapisi saluran anus. Pada ibu
hamil tekanan intraabdomen yang meningkat karena pertumbuhan janin dan
juga karena perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemorroidalis.4

3. Pekerjaan

Posisi kerja duduk merupakan pilihan utama semua pekerja dan dianggap
paling nyaman serta tidak melelahkan. Dalam perencanaan stasiun kerja duduk,

dimensi-dimensi yang perlu diperhatikan adalah tinggi badan saat duduk,


tinggi mata duduk, tebal paha duduk, jangkauan tangan kedepan, tinggi siku
duduk, dan tinggi popliteal duduk.2 Duduk memerlukan lebih sedikit energi
dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot.
Pekerjaan yang dilakukan sambil duduk memiliki keuntungan kurangnya
kelelahan pada kaki, terhindar dari sikap yang tidak alamiah, kurangnya tingkat
keperluan sirkulasi darah. Namum bekerja dengan sikap duduk memiliki
kerugian untuk melembekan otot-otot perut dan tidak baik bagi alat dalam
khususnya bagian pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.8
Salah satu populasi tenaga kerja yang mengerjakan pekerjaan dengan posisi
duduk adalah pekerjaan pada industri yang menghasilkan pakaian jadi. Industri
ini mengerjakan tenaga yang bekerja dengan posisi duduk dan menunduk
secara terus menerus selama waktu kerja. Tingginya permintaan produk dari
konsumen menyebabkan para pekerja dituntut untuk melakukan aktifitas fisik
secara terus menerus yang menyebabkan dampak buruk secara fisiologis.
Dampak buruk ini secara konseptual dapat diartikan sebagai rendahnya energi
yang dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh bila dibandingkan dengan
energi yang dibutuhkan untuk melalukan suatu aktifitas. Keadaan seperti ini
secara kronik dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan secara berlebihan dan
dalam jangka panjang dapat memicu penyakit lain yang berakhir dengan
kematian atau kegagalan fungsi-fungsi penting dalam tubuh lainnya.10

20
3.7 Diagnosis
Sebelum diagnosa di buat terlebih dahulu kita melakukan anamnesis. Anamnesis yang
baik akan menghasilkan diagnosa yang tepat. Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor
obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intra abdominal yang
tinggi (mengejan), pasien sering jongkok berjam- jam di toilet, dan dapat disertai rasa
nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum lainnya tidak boleh diabaikan karena
keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Diagnosis hemoroid ditegakkan dari pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
• Inspeksi
Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh
pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.2
• Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid
ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.2
• Anaskopi
Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.2

3.7 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding dari hemorrhoid adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
Antara lain karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel seperti diverkulitas, colitis
ulserosa, dan polip. Bila dicurigai adanya penyakit- penyakit tersebut maka
diperlukan pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolon in loop.5
2. Benjolan
21
Antara lain karsinoma anorektal atau prolaps recti / procidentia. Pada procidentia,
seluruh dinding akan prolaps, sedangkan pada hemoroid hanya mukosa saja yang
prolaps.5

3.8 Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Sering
pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya tidak langsung operasi
tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps hemoroid interna dapat menjadi
ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi
sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan bau
yang menyengat.8

3.9 Terapi
1. Terapi konservatif
• Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat
yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak
mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus
menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan secara berlebihan.10
• Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-
obatan yang sering digunakan adalah:9
• Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi kebiasaan
mengejan, misalnya Docusate Sodium.
• Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti

22
5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah
penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping
sistematik.
• Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal
yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan
rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
• Analgesik, untuk mengatasi rasa nyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol,
Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi
pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau
pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang
sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
• Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti
hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya
sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan
hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti
maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
• Terapi Tindakan Non Operatif Elektif

2. Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati
sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi
inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat,
suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan kekuadran
simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi).
Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan
yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1
dan 4.4
• Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk
hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan
pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya

23
timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan
mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu
kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu
dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang
hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan
terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.4

• Bedah Beku (Cryosurgery)


Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi
nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk
terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.4
• IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga
terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini diulang tiap seminggu sekali.4

3. Terapi Operatif
Hemoroidektomi
Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi minta untuk dilakukan
hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer, pasien meminta dokter
untuk menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai
berikut:4
• Gejala kronik derajat 3 atau 4.
• Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
• Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.

Prinsip hemoroidektomi :
3 Eksisi hanya pada jaringan yang benar-benar berlebih.
4 Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal
tidak terganggu Spinchter ani.
Ada beberapa macam metode yang digunakan adalah :2
- Metode Langenbeck
Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan menjepit radiair
hemoroid internus, mengadakan jahitan jelujur di bawah klem dengan

24
catgut chromic No. 2/0 dan melakukan eksisi Diatas klem. Sesudah itu
klem dilepas dan jahitan di bawah klem diikat diikuti kontinuitas mukosa.
- Metode Miligan Morgan
Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (jam 3, 7, 11). Caranya dengan
mengangkat vena yang varises kemudian dijahit walaupun sebenarnya metode
miligan morgan originalnya tanpa jahitan. Sesuai prosedur aslinya, benjolan
hemoroid dijepit kemudian dilakukan diseksi. Pedikel vaskuler diligasi dan
luka dibiarkan terbuka agar terjadi granulasi. Metode ini sangat sering
digunakan di Inggris.
- Metode Whitehead
Untuk hermoroid sirkuler / berat. Caranya dengan melakukan incisi secara
sirkular, mengupas seluruh v. hemoriodalis dengan membebaskan mukosa dari
submukosa, bagian yang prolaps dipotong, kemudian dijahit kembali. Ini
merupakan operasi hemoroid yang radikal.
- Metode Ferguson
Yaitu benjolan hemoroid ditampakkan melalui anoskopi kemudian dilakukan
eksisi dan ligasi pada posisi anatomic hemoroid tersebut. Metode ini
digunakan di Amerika Serikat Metode hemoroidektomi yang sering dilakukan
adalah metode langenbeck karena mudah untuk dilakukan dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang dapat
menimbulkan stenosis.

4. Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids/ PPH)


Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru
dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari PPH adalah

mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta mengembalikan jaringan ke


posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua. Prosedur tidak bisa
diterapi secara konservatif maupun terapi non operatif. Mula- mula jaringan
hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator lalu
dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian dengan menggunakan alat
25
yang disebut circular stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan tersebut maka suplay darah ke jaringan tersebut akan
terhenti sehingga jaringan hemoroid akan mengempis dengan sendirinya.
Kerjasama jaringan dan m. sphincter ani untuk melebar dan mengerut menjamin
control keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Keuntungan penanganan dengan
PPH antara lain nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitive,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20- 45 menit, dan pasien pulih lebih cepat
sehingga rawat inap di rumah sakit lebih singkat. Penyulit pada PPH dan operasi
konvensional lainnya tidak jauh berbeda. Tetapi ada kemungkinan terjadi
perdarahan, trombosis, serta penyempitan kanalis analis. Jika terlalu banyak
jaringan otot yang ikut terbuang akan mengakibatkan kerusakan dinding rectum
jika m. sphincter ani internus tertarik dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang. PPH bisa saja gagal pada
hemoroid yang terlalu besar kerena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke
kanalis analis dan kalaupun bisa, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke
dalam stapler.2

3.10 Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi asimptomatik.
Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik,
namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-
5%. Terapi non operatif seperti ligasi cincin karet (rubber band ligation)
menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun
kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat ditangani dengan terapi
non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan keberhasilan
terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan
dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.11

3.11 Pencegahan
Dari seluruh tindakan pengobatan penyakit hemoroid pencegahan non operatif,
medikamentosa sampai operatif maka yang paling terbaik adalah tindakan
pencegahan. Cara terbaik untuk mencegah hemoroid yang dapat dilakukan yaitu:12
26
• BAB usahakan teratur sehari sekali
• Usahakan tinja / kotoran tidak keras sehingga pada saat BAB tidak perlu
mengejan.
• Jangan terlalu lama jongkok di kloset.
• Banyak minum minimal 1,5 – 2 liter air putih / sehari
• Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal ( makanan pedas, alkohol
) atau merangsang pencernaan ( kopi, teh ).
• Makanan yang seimbang , kaya serat, sayur dan buah- buahan sehingga dapat
menghindari konstipasi / sembelit kronis.
• Hindari stress, karena berdasarkan penelitian seseorang yang stress memiliki resiko
lebih tinggi
• Olah raga yang teratur seperti senam, berjalan, berenang, dan menungging pada saat
menjelang tidur.
• Hindari mengangkat beban / barang yang berat. Berdasarkan penelitian
seseorang yang melakukan kegiatan fisik yang berat akan beresiko 2,79 kali
menderita hemoroid daripada yang tidak

27
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang pasien Tn. A berusia 53 tahun datang ke IGD

RS AR Bunda Lubuklinggau dengan keluhan terdapat benjolan pada anus yang tidak bisa

dimasukkan kembali 1 hari SMRS. Benjolan terasa sakit dan membuat os tidak nyaman saat

duduk. Os juga mengeluh panas dan nyeri disekitar anus, kadang keluar darah segar menetes

diakhir BAB. Riwayat keluarnya benjolan sejak tahun 2010. Mula-mula keluar benjolan

kecil dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya, beberapa tahun terakhir os merasakan

benjolannya semakin membesar dan tidak dapat masuk dengan sendirinya, os biasanya

memasukkan kembali benjolan tersebut kedalam anusnya dengan menggunakan tangan.

Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Dari Pemeriksaan regio anorektal

didapatkan: benjolan ukuran 3cm x 1cm, warna hampir sama dengan daerah di sekitarnya,

hematom perianal (-), konsistensi kenyal, permukaan licin, berbatas tegas, dasar terfiksir,

nyeri tekan (+), tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus.

Tanda dan gejala yang umum pada penderita hemoroid yaitu keluar darah saat buang air

besar, rasa gatal dan perih dari anus, nyeri dan rasa tidak nyaman karena adanya benjolan

dari anus. Pasien mengeluh benjolan pada anus yang dirasa tidak nyaman dan sebelumnya

sering BAB berdarah sesuai dengan diagnosis hemoroid. Hemoroid Derajat IV merupakan

hemoroid yang menonjol ke luar dan tidak dapat didorong masuk kembali dan tidak dapat

direposisi kembali. Sesuai dengan keadaan pasien yang termasuk kedalam hemoroid derajat

IV karena benjolan pada anus pasien yang tidak dapat di masukkan kembali. Pada pasien

direncanakan operasi hemoroidektomi karena hemoroid yang diderita merupakan hemoroid

28
kronik dengan derajat 4 sesuai dengan teori indikasi operasi untuk hemoroid yaitu hemoroid

dengan gejala kronik derajat 3 atau 4, perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi

sederhana, Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Djojoningrat, D., 2012. Pendekan Klinis Penyakit Gastroenterologi. In: Sudoyo


W. Aru, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta; Internal Publishing: 444-
445.
2. Juan, G. et al. Chronic Constipation in the elderly.World J Gastroenterology,
2011;107:18-25.
3. Lalisang., 2016. Hemorrhoid: Pathophysiology and Surgical Management A
Hemorrhoid: Pathophysiology and Surgical Management A Literature reviews.
New Ropanasuri Journal of Surgery 2016 Volume 1 No.1:31–36.
4. Lee JH, Kim HE, Kang JH, Shin JY, Song YM. Factors Associated with
Hemorrhoids on Korean Adults.Korean J Fam Med.2014;35(5):227-36.
5. Lorenzo, Rivero S. Hemorrhoids: diagnosis and current management.Am surg
2009 August;75(8):635-42.
6. Simadibrata M. Hemoroid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna
Publishing;2014.869-71.
7. Lohsiriwat V. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical
management. World J Gastroenterology2012;18(17):2009-17.
8. Reese GE, Von Roon AC, Tekkis PP. Haemorrhoids. Clinical evidence2009
Januari 29:1-4.
9. Sudarsono, D.F. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. Lampung:
Universitas Lampung
10. Ulima B. Fakor Risiko Kejadian Hemorrhoid Pada Usia 21-30 Tahun [Karya
Tulis Ilmiah]. Semarang.Universitas Diponegoro;2012:9-16

30

Anda mungkin juga menyukai