Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN SENGKETA LAHAN PERKEBUNAN

SAWIT TERHADAP TANAH MASYARAKAT ADAT


DI KALIMANTAN SELATAN

2024012_Sandy Agus Firmasnyah

2024012_William Yudikae.Y

2024012_Muh.Arli Pratama

2024051_Yosafat

2024012_Muh.Diffa Wildan Aghista


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan hukum dan keanekaragaman, baik dari aspek daratan,
lautan maupun udara. Berbicara mengenai pertanahan yang ada di Indonesia, secara pokok peraturan di
bidang pertanahan yang ada di Indonesia diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960. Setelah
Indonesia merdeka, kondisi hukum tersebut berada dalam situasi dualisme hukum agraria. Adanya
dualisme tersebut ditandai adanya keberlakunya hukum peninggalan penjajah, yang dimana bidang
pertanahan dan hukum adat menjadi hukum asli bangsa Indonesia.Persoalan perkebunan sawit dan
pertanahan di Kalimantan Selatan khususnya adalah bagaikan dua sisi mata uang dan saling keterkaitan
satu dengan yang lain dalam hal pelaksanaan. Dalam penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Selatan, telah terjadi ketidak pastikan hukum, kebijakan kegiatan HGU perkebunan sawit di
Kalimantan Selatan mengalami tumpang tindih dengan hak-hak masyarakat adat yang tentunya
menyebabkan konflik dan potensi konflik yang berkepanjangan antara pengusaha dengan
masyarakat.Dalam membahas pertanahan yang ada di Indonesia , UUPA hadir di Indonesia untuk
mengatur tentang pertanahan dalam rangka menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah.
Adapun permasalahan yang dinilai dari beberapa kalangan yang tidak memberikan jaminan kepastian
hukum bagi pemegang hak atas tanah, banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut kurang ideal bagi
bangsa Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Hukum sebagai kaidah atau norma memiliki fungsi untuk mewujudkan Tanah merupakan benda alam yang terdapat
ketertiban dalam masyarakat, memberikan kepastian hukum (aliran dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari
positivisme hukum), kebahagiaan (aliran utilitas), dan keadilan (aliran bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan
hukum alam). batuan, dan bahan-bahan organic sebagai hasil
pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
Hukum perencanaan wilayah dan kota adalah keseluruhan asas- asas merupakan medium atau tempat tumbuhnya
dan kaidah-kaidah yang mengatur bagaimana suatu kota atau wilayah tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang
ditata (mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-
pengawasan pengelolaannya) dan juga meliputi lembaga-lembaga dan faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam wilayah dan lamanya waktu pembentukan
masyarakat (Yuliprianto, 2010)

Hukum agraria adalah keseluruhan norma – norma hukum baik tertulis Sengketa adalah perselisihan antara orang
perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan hukum antara subyek
berdampak luas secara sosial-politis. Sengketa
hukum dalam bidang agraria. Hukum agraria sebenarnya merupakan lahan/tanah merupakan permasalahan kepemilikan
sekelompok berbagai bidang hukum yang masing – masing hak antara dua pihak, yang umumnya terjadi karena kedua
pengusaan atas sumber daya alam pihak mengklaim kepemilikan atas suatu tanah.
STUDI KASUS

Pemerintah Kalimantan Selatan memiliki peluang yang besar dalam pengembangan perkebunan kelapa
sawit,s terutama karena ketersediaan sumberdaya alam/lahan, tenaga kerja, teknologi maupun tenaga
ahli. Pemerintah Kalimantan Selatan perlu memanfaatkan peluang ini dengan lebih baik, mulai dari
perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada posisi yang sekarang. Disamping
itu, tuntutan akan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan perlu juga menjadi pertimbangan.
Tugas ini tentu sangat berat, dan untuk itu perlu dilakukan upaya yang tepat untuk pengembangan
agribinis kelapa sawit di Kalimantan Selatan.

Dalam penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan, telah terjadi ketidak pastian
hukum, kebijakan kegiatan hak guna usaha perkebunan sawit di Kalimantan Selatan mengalami
tumpang tindih dengan hak – hak masyarakat adat yang tentunya menyebabkan konflik dan potensi
konflik yang berkepanjangan antara pengusaha dengan masyarakat. Hal ini tentu harus secepatnya
dicarikan strategi penyelesaian agar masalah ini tidak berlarut-larut.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dalam penyelesaian sengketa lahan dapat dapat dilakukan dengan rekomendasi seperti melalui
peradilan umum yang dijalankan oleh pengadilan negeri merupakan tingkat pertama dan
pengadilan tinggi merupakan tingkat banding,namun apabila tidak ditemukan jalan keluar dari
melalui peradilan umum maka dapat dilalui penyelesaian secara sepihak oleh kepala BPN,untuk
kasus yang terjadi di Kalimantan Selatan ini sengketa lah berhasil menemui jalan keluar melalui
peradilan umum yang dilakaukan.
Adapun kebijakan kebijakan yang dapat diambil terhadap konflik sengketa kepemilikan tanah di
Kalimantan Selatan antara lain dengan meningkatkan upaya pemerintah dalam penataan hukum
serta melalui tata cara kewenangan penyelesaian sengketa pertanahan.
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai