Makalah Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Makalah Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Oleh :
SUHAYRI SEPRIWANDI
PEMBAHASAN
2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena why
question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan bagaimana
perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik
(Keliat, Budi Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam
Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap
pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien
dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu
untuk mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan
suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).
4. Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D
dalam Suryani, 2005).
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan
berdasarkan pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada
perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami
klien.
5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan
isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Tekhnik-tekhnik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)
a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.
Gunanya adalah untuk :
a. Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
b. Mengoreksi.
c. Memberi keterangan lebih jelas.
Ruginya adalah :
a. Mengulang terlalu sering dan sama.
b. Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk
membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan
tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk
tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting (Suryani,
2005).
7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada
perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen
dalam Suryani, 2005). Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan
menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan (Suryani, 2005).
8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan
penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan
pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu
dalam memberikan alternatif pemecahan masalah (Suryani, 2005).
9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu
perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang
telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).
Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)
a. Memfokuskan pada topik yang relevan.
b. Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi.
c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan atau
koreksi terhadap informasi sebelumnya.
10. Mengubah Cara Pandang
Tehnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan
cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek
negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaan
terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari
sisi negatifnya. Seorang perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat
ketika klien mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan : “sebenarnya apa yang
anda pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Reframing akan membuat klien mampu
melihat apa yang dialaminya dari sisi positif (Gerald, D dalam Suryani, 2005)
sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan yang lebih baik dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya.
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah
tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan
gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
12. Membagi Persepsi
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi (sharing
peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan
antara respos verbal dan respons nonverbal klien.
13. Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam
Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence
Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu
pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan
kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor mungkin bisa
menurunkan kecemasan klien.
b. Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.
c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.
15. Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk
meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani,
2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat
nonverbal.
Marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri aktivitas sistem syaraf
simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan
adanya kesalahan. Komplain adalah bentuk ekpresi negatif yang dihasilkan dari
ketidaksesuaian antara kenyataan dan keinginan pasien. Rewel adalah tindakan atau
ekspresi saat mereka ingin menyampaikan apa yang mereka inginkan, dengan
menyampaikan dengan banyak bicara atau dengan sering dan terkadang mengganggu
orang lain. Penyebab Pasien dapat seperti itu antara lain:
1. Faktor fisik
Kelelahan yang berlebihan
Adanya zat-zat tertentu yang menyebabkan marah, spt kuranganya zat asam di
otak
Hormon kelamin, seperti pada waktu wanita menstruasi.
Umur
2. Faktor psikis
Rendah hati
Sombong
Egoistis
Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons pasien
terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap pewawancara.
Tiap pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah, iri, atau
takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang menanganinya.
Seorang pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga kesehatan, yang
harus bertindak secara professional dan obyektif, dan tidak merasa diserang atau
menjadi defensif.
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan,
dan pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu kunci utama meredam kemarahan
pasien adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan
mereka.
2. Dimengerti.
3. Dihormati
5. Diberi penjelasan
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu
taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point dalam
pernyataan pasien yang bisa kita setujui. Misalnya, “Ya Pak, saya
sependapat bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama untuk bisa
mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami memang sedang
penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya dan melaporkannya pada
Bapak sesegera mungkin.”
3. Tetap tenang dan kuasai diri.
Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang
cemas, gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga
sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung
bertindak emosional.
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung
tinggi dan cepat.
Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
1. Cari Pendamping
Ketika Anda takut terhadap pasien yang agresif, carilah teman untuk menemi
Anda ketika menghadapi pasien tersebut. Anda akan lebih tenang dan
ketenangan anda akan memberikan efek positif untuk pasien.
2. Tetap Tenang
3. Sikap Tubuh
2.5 Contoh Roleplay Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Rewel, Marah, Dan
Komplain
Di suatu rumah sakit, ada seorang pasien yang sudah berumur 50 tahun dengan
diagnosa Maag Akut. Pasien cenderung sering marah dan mengkomplain segala
sesuatu nya termasuk soal makanan nya. Pada suatu pagi ada dua orang perawat muda
yang sedang magang berdinas di jam pagi sampai siang, mahasiswi perawat Reina dan
perawat Init.
Pagi itu di ruang rawat inap pasien sudah ngomel – ngomel dengan keluarga
dan ART (asisten rumah tangga). Pasien merasa makanan di Rumah sakit tidak enak
dan tidak ia sukai. Pasien pun ingin makan dengan makanan yang di larang karena
penyakitnya.
Pasien : Kenapa sih makanan nya begini, bubur, dan ikan seperti ini?
Anak pasien : Mah, inikan memang aturan dari rumah sakit yang harus mama
makan sesuai dengan keadaan mama sekarang.
Pasien : Mamah nggak suka, tolong belikan ibu nasi kuning di luar sana.
Fase Orientasi
Perawat 1 : Permisi .. apa betul ini, keluarga dari pasien yang ada di
kamar ini? Anak Pasien : Iya benar, saya anak dari pasien
ini.
Perawat 2 : Sebelumnya apakah ibunya sering mengeluhkan sesuatu kepada
adek. ?
Anak pasien: Selama saya disini ibu saya sering marah-marah dan cerewet sus.
Perawat 2 : Baik kalau begitu kami akan langsung memeriksa ibu ya.
Anak pasien : Iya silahkan.
Perawat 1 : Permisi , selamat pagi ibu..(tersenyum)
Pasien : Selamat pagi suster..(tersenyum)
Perawat 1 : Baik ibu.. perkenalkan nama saya Perawat 1 dan rekan saya Perawat 2.
Kami mahasiswa magang di rumah sakit ini, saya dan rekan saya
berdinas dari pukul 7 sampai jam 2 siang.”
Pasien : Aduuuuh sakit sus pelan-pelan. Perawat 1 : Iya maaf bu, ini sudah pelan-
pelan.
Pasien : Sus, saya boleh ga makan makanan yang di luar, bukan anjuran rumah
sakit?
Perawat 2 : Ibu mau nya makan apa bu?
Pasien : Saya mau makan nasi kuning iwak hintalu sus ai kada biasa makan bubur”
Perawat 1 : Begini bu, ibu kan sedang sakit, maag kambuh, jadi untuk sementara
ibu harus makan makanan yg dianjurkan rumah sakit bu. Ibu boleh
makan nasi kuning tapi tunggu sehat ya bu, kalo misalkan tidak bisa
makan bubur dan minta untuk ganti menu nanti kita bicarakan dengan
Bagian Gizi dulu ya, Bu. Karena pasien maag tidak bisa makan
makanan yg sifat nya keras bu jadi harus lembek dulu. Atau ibu
aplikasikan dengan bubur dan soup biar nafsu makannya bertambah
ya, Bu.
Pasien : Kok gitu sih sus, saya kan bosan makan-makanan itu aja saya juga mau
makan makanan yang lain juga.
Perawat 2 : Iya ibu, maka dari itu usahakan dibiasakan terlebih dulu ya bu, biar
cepat sembuh jadi bisa makan nasi kuning sarapan nya.
Pasien : Baik lah kalau begitu sus.
Perawat 1 : Lalu apa lagi yang ibu rasakan saat ini?
Pasien : Perut saya masih terasa nyeri dan tubuh saya lemas, saya juga merasa
pelayanan di rumah sakit ini sangat kurang terhadap pasien yang seperti
saya”.
Pasien : Kadang saya pencet bel perawat nya lama untuk datang.(judes)
Perawat 1 : “Oh iya ibu maaf sebelumnya untuk menangani pasien
sangat banyak ya bu, dan kaka perawat sedang sibuk setiap waktunya.
Perawat 2 : Tetapi kami akan berusaha untuk lebih baik lagi dan tepat waktu
ya bu. Pasien :(mengaguk sambil melihat sekitarnya)
Fase Terminasi
Perawat 2 : Baik bu kami sudah selesai, kami akan kembali ke kantor perawat
misalkan ada hal yang di perlukan dan untuk infus ibu ini mau habis ya
bu, bisa pencet tombol disebelah kanan ibu, kami akan segera datang.
Perawat1 : Baik bu saya permisi. Dek saya dan rekan saya permisi, untuk infus
sambil diperhatikan ya jangan sampai habis nanti darah nya akan naik.
Percakapan Terapeutik telah selesai dan berakhir maka kesimpulan nya adalah
akhirnya pasien mengerti dengan apa yang dijelaskan kedua perawat tadi sehingga
pasien dapat mengaplikasikan nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi: