Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS


PADA An. A DENGAN DIANOSA MEDIS GEA +
DEHIDRASI SEDANG-BERAT IRNA C
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN

Pembimbing Akademik: Heni Ekawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Pembimbing Klinik: Anni, S.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 14 PROFESI NERS

AYU ASIMAH NIM 2114901018


FAISAL RIZE NIM 2114901028
NADIA AULIA NIM 2114901076
MILLATUL KAMALIA NIM 2114901061
GOFHA ROLIROBI NIM 2114901035
JAM’AN AMANY NIM 2114901045

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PRAKTEK PROFESI NERS
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan kasus Askep dikonsultasikan dengan Pada An.. N dengan
GIP0A0 UK 38/39 MINGGU/Letkep + Hydramnion +Makeosomia+ PE+ Anemia
Pembimbing Klinik dan Akademik di revisi dan disetujui pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 02 Desember 2021


: Ruang IRNA C Bawah RSUD Syarifah Ambami
Tempat Rato
Ebu Bangkalan

Bangakalan, 20 Desember 2021

Penyusun

Kelompok 14

Mengetahui

Pembimbung Akademik Pembimbing Klinik (CI)

(Heni Ekawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.) (Anni Astutik S.Kep.Ns)


NIDN: 0731018304 NIP.19820930 200903 2008

Kepala Ruangan
R. IRNA E
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

(Irma Faroh S.kep.Ns )


NIP. 19811030 200501 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan anugerah kepada kami untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
laporan pendahuluan dan laporan kasus ini tentang “Pada Ny. N Dengan Dianosa
Medis P1001 Post Sc Hydramnion +Makrosomia+ Pe + Anemia Ruang Irna C Bawah
Rsud Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan”.

Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media buku referensi.
Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah memberikan
partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai Hydramnion. Kami sadar makalah
ini belum sempurna maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

Bangkalan, November 24 2020

Kelompok 14 Profesi Ners


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.3 Tanda dan gejala
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Web Of Caution (WOC)
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.8 komplikasi
2.2 konsep Asuhan keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang. Gastroenteritis akut
adalah diare disertai muntah yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Muhammad Iqbal, 2018). Gastroenteritis kronik yaitu
yang berlangsung lebih dari 14 hari dapat disebabkan infeksi maupun non
infeksi. Gastroenteritis akut merupakan perwujudan infeksi Campylobacter yang
paling lazim, biasanya disebabkan oleh C jejuni, C. coli dan C. laridis masa
inkubasi adalah 1 – 7 hari, diare terjadi dari cairan tinja encer atau tinja berdarah
dan mengandung lendir (Muhammad Iqbal, 2018).

Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa


lambungyang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial Kumala
( 2011). Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat)
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm.
Definisi lain memakai kriteria frekuaensi yaitu buang air besar encer tersebut
dapat atau tanpa di sertai lender dan darah. Gastroenteritis akut sering menyerang
balita karena daya tahan tubuhnyayang masih lemah, sehingga dapat terkena
bakteri penyebab diare, jika diare disertai muntah berkelanjutan akan
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan dan elektrolit). Inilah yang harus
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
menyebabkan kematian, dehidrasi yang terjadi pada anak akan cepat menjadi
parah. hal ini disebabkan karena seorang anak berat badanya lebih rendah
daripada dewasa. Maka cairan tubuhnya relatif sedikit, sehingga kehilangan
sedikit cairan dapat menggagu oran-organ vitalnya, dehidrasi akan smakin parah
jika di tambah dengan keluhan lainya seperti mencret dan panas karena
kehilangan cairan tubuh lewat penguapan (Mardiana, 2019).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian


kesehatan, diare akut merupakan penyebab kematian pada bayi 31,4% dan balita
25,2% Tjitrosusanto (2013). Kematian anak di Indonesia sangat tinggi, Indonesia
menduduki rangking ke enam dengan angka kejadian sebesar 6 juta bayi yang
mati pertahunnya, kematian anak dan balita disebabkan oleh penyakit diare,
bahkan untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung
dari tinja mempunyai nilai sensitifitas mencapai 70-90% (Belfield, 2014 et al).
Angka Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit GEA pada balita adalah
kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17
bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar12,37%, sedangkan
proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes,
2011).

Menurut World Health Organization Organization (2018) saat ini


penyakit Gastroenteritis diderita 66 juta orang di dunia. Menurut Reno (2017) di
Indonesia terdapat 33.832 orang menderita Gastroenteritis ditemukan dan di
tangani di Provinsi Jawa Timur 2018 adalah 28.869 sehinga cakupan kasus diare
yang ditemukan dan ditangani sebesar 85,3%. Jumlah penderita gastroenteritis di
jawa timur pada januari 2016 sebanyak 82,87% penderita, kemudian pada tahun
2017 sebanyak 82,29% penderita, dan pada tahun 2018 sebanyak 77,85%
penderita Jawa timur (2018). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
penurunan setiap tahunnya. Ada 10 data penyakit tertinggi di kabupaten
lamongan salah satunya adalah gastroenteritis akut yang menduduki peringkat ke
8 dengan 2,32%.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GEA adalah gangguan


osmotik yang merupakan akibat terdapatnya makan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan feses sehingga
timbul diare. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan selanjutnya timbul diare pula. Gastroenteritis akut yang ditandai
dengan diare dan pada beberapa kasus mual muntah dapat menimbulkan
anoreksia nervosa, hipetermia, dehidrasi (ketidakseimbangan cairan elektrolit).
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mencakup pencarian tanpa
akhir dari bentuk badan ideal melalui kelaparan (King, 2014). Hipertermi adalah
keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu tubuh emncapai
sekitar 37,8℃ per oral atau 38,8℃ per rectal secara terus menerus disertai kulit
panas dan kering, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang


keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Kebutuhan elektrolit
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi.
Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan cairan dan elektrolit,
maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Sebagian dari penderita (1 – 2%) akan jatuh kedalam dehidrasi
dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal (Sodikin,
2011). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisitubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilakan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. (Puspa, 2018).
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati
akanberakibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Pada balita akan
menyebabkan anorexia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi,
dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam
keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan
menghambat proses tumbuh kembang anak. Sedangkan dampak psikologis
terhadap anak-anak antara lain anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat
tergantung pada orang terdekatnya. (Sinaga, 2018).

Tindakan atau peran perawat yang harus dilakukan pada pasien diare
dengan resiko ketidakseimbangan elektrolit adalah pemberian makanan yang
mengandung zat besi dan pemberian makanan yang sedikit berserat, pemberian
cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan
dehidrasi bila di perlukan, pemberian obat-obatan pemberian anti biotik.
Pemberian cairan per oral seperti pemberian ASI atau susu formula pada bayi.
Pemberian cairan sangat penting mengingat komplikasi tersering yang juga dapat
menyebabkan kematian penderita dehidrasi Rustam (2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Gastroenteritis?


2. Bagaimana etiologi Gastroenteritis?
3. Bagaimana tanda dan gejala Gastroenteritis?
4. Bagaimana patofisiologis Gastroenteritis?
5. Bagaimana Web Of Caution (WOC) Gastroenteritis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Gastroenteritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan Gastroenteritis
8. Bagaimana komplikasi Gastroenteritis?
9. Bagaimana konsep proses keperawatan Gastroenteritis?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar departemen


Keperawatan Anak
2. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai konsep dasar Gastroenteritis
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengatahui Definisi Gastroenteritis


2. Untuk mengatahui Etiologi Gastroenteritis
3. Untuk mengatahui Patofisiologi Gastroenteritis
4. Untuk mengatahui tanda dan gejala Gastroenteritis
5. Untuk mengatahui Web Of Caution (WOC) Gastroenteritis
6. Untuk mengatahui pemeriksaan diagnostik Gastroenteritis
7. Untuk mengatahui penatalaksanaan Gastroenteritis
8. Untuk mengatahui komplikasi Gastroenteritis
9. Untuk mengatahui konsep proses keperawatan Gastroenteritis
1.4 Manfaat

Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai


Gastroenteritis dan asuhan keperawatan pasien dengan Gastroenteritis
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar


dengan konsisteni lembek atau cairbahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari
(DEPKES, 2016).

2.1.2 Etiologi

Dewi Wulandari dan Meira Erawati (2016) mengemukakan ada empat


macam penyebab gastroenteritis, yaitu:

a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis. Meliputi infeksi enteral
sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, Escherichia Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Ecno, Coxsacme, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain – lain.
c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloide), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Thricomonas hominis), jamur (Candida, Albicans).
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi.
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor Makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor Psikologis Rasa takut dan cemas

2.1.3 Tanda dan gejala

a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering


b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun
h. Malaise

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat


dehidrasi ringan/sedang
1 Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah rewel Lesu, lunglai
atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin minum Malas minum
tidak haus banyak atau tidak bisa
minum
2 Periksa:
Turgor kulit Kembali Kembali lambat Kembali sangat
cepat lambat
3 Hasil Tanpa Dehidrasi ringan/ Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi sedang, kriteria berat, kriteria
bila ada satu
tanda-tanda
Bila ada satu tanda Ditambah satu
ditambah satu atau atau lebih tanda
lebih tanda lain lain
4 Terapi Rencana Rencana terapi B Rencana terapi
terapi A C

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedan g Dehidrasi Berat 1. Lihat:


Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar Mata
Normal Cekung Sangat cekung dan kering Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa tidak haus
Haus, ingin minum banyak Malas minum atau tidak bisa minum 2. Periksa:
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat 3. Hasil
pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang, kriteria Dehidrasi berat,
kriteria bila ada 1 tanda* Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain
Ditambah 1 atau lebih tanda lain 4. Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B
Renca
2.1.4 Patofisiologi

Menurut mutaqqin dan kumala (2012), secara umum kondisis


peradangan pada gastroentinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
invasi pada mukosa, memproduksi enteroksin dan atau memproduksi sitoksin.
Mekanisme ini mengahasilkan sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi
cairan sehingga akan terjadi dihedrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare,meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dngan asupaan makanan atau


zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus eninggi sehingga terjadi pegesaran air
dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebian ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit oleh dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elekrolit oleh dinding usus
dalam rongga usus dan selanjutnta timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motlitas usus, terjadinya hiperperistltik (kram abdomenal/perut
sakit dan mues) akan mengakibatkan akan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula..
Selain itu diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setalah berhasil melewati rintangan asam lambung.Organisme
masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempel pada
mukosa 19 usus serta melepaskan enteroksin yang dapat menstimulus cairan dan
elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan destruksipada
mukosa sel dari vili usus halus yang dapat menyababkan penurunan kapasitas
absorpsi cairab dan elektrolit. Interaksi antara toksin dan ipetel, usus mentimulasi
enzim adenillsiklase dalam membran sel dan mengubah cyclic AMP yang
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit.Proses ini disebut diare
sekretorik. Pada proses invasi dan pengrusakan mukosa usus, organisme
menyerang enterocyte (sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan
(timbul mual muntah) dan lerusakan pada mukosa usus.
2.1.5 Web Of Caution (WOC)

Lingkungan Masukan makanan Infeksi miroorganisme


yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan/zat tidak Peningkatan sekresi Peristaltik usus


dapat di serap rongga usus meningkat
meningkat air dan
elektrolit ke dalam
Tekanan osmotik Ketidaknyamanan/
dalam rongga usus nyeri abdomen
meningkat

Nyeri akut
Terjadi pergeseran
air pada rongga usus

Isi rongga usus yang Feses mengandung


berlebihan akan merangsang GASTRDENTERITIS
asam
usus untuk mengeluarkan

Kemerahan di
Banyak kehilangan Kurang informasi
sekitar anus
elektrolit dan cairan tentang penyakit

Timbulnya
Intake berkurang Kurang pengetahuan perlukaan
dari output berlebih tentang prognosis dan disekitar anus
kebutuhan pengobatan

Resiko
ketidakseimbangan Resiko kerusakan
dan elektrolit integritas kulit
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan tinja
1. Makroskopis dan mikroskopis.
2. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest,bila di duga terdapat inteleransi gula
3. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbanga asam basa dalam darah, dengan
menggunakan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan 22 analisa gas darah murni menurut astrup (suatu pemeriksaan
analisa gas darh yang dilakukan melalui darah arteri) bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kratenin untuk mengetaui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare)

2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Wulandari dan Erawati (2016), dasar penatalaksaan gastroenteritis
sebagai berikut:

a. Pemberian cairan:
1. Jenis cairan
a) Cairan dehidrasi oral
1) Formula lengkap mengandung NaCL, NaHCO3, KCI dan
glukosa. Kadar natrium 90 mEq/1 untuk kolera dan diare akut
pada anak diatas 6 bulan dngan dehidrasi ringan (untuk
mencegah dehidrasi). kadar natrium 50-60 mEq/1 untuk diare
akut non kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering
disebut oralit.
2) Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCL
dan sukrosa atau karbohidrat lain,misalhnya larutan gula
garam, larutan air, tajin garam, larutan tepung beras garam
dan sebagiannya untuk pengobatan pertama dirumah pada
semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi
maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2. Cairan parenteral
a) DG aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)
b) RL g ( 1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%)
c) RL (ringer latkat)
d) DG 1:2 (1 bagian larutan darrow + 2 bagian glukosa 5%)
e) RLg 1;3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10 %)
f) Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %
atau 4 bagian glukosa5-10 % 1 bagian NaCL 0,9 %.
b. Pengobatan dietitek
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
1. Susu (ASI dan atau susu fomula yang mengandung rendah laktosa dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
2. Makanan setengah pada (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tiak jenuh.
c. Obat-obatan
1. obat anti sekresi: Asetosil dosis 25 mg/ hari dengan dosis minum 30
mg klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/ kg BB/ hari.
2. Obat spsmotolik dan lain-lain, umumnya obat spasmotolik seperti
papaverin ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi nyeri
2.1.8 komplikasi

Menurut Marmi & Raharjo, 2012, Sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:

a.Dehidrasi (ingan, sedang, berat, hipotonik, isonik atau hipertonik)


b.Rejtakan hipovolemik 3. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni
otot, lemah, bradikardi perubahan pada elektrokardiagram)
c.Hipoglikemia
d.Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktose karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
e.Kejang, terutama pada dehidrasi hipotonik
f. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah,penderita
jugamengalami kelaparan.

2.2 konsep Asuhan keperawatan


2.2.1 Pengkajian

a. Identitas Pasien Nama, Jenis Kelamin, Tanggal lahir, Umur, Anak ke,
Nama Ayah, Nama Ibu, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu, Pendidikan
Ayah, Pendidikan Ibu, Agama, Suku/Bangsa, Alamat, Tanggal Masuk
Rumah Sakit, Diagnosa Medis, No Register, Sumber Informasi.
b. Keluhan utama penyakit gastroenteritis Keluhan utama yang sering
pada klien penyakit gastroenteritis atau diare yaitu : nyeri perut
,mual ,muntah
c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian
mengenai penyakit yang diderita oleh klien mulai timbulnya keluhan
yang dirasakan sampai klien dibawa kerumah sakit , dan apakah pernah
memeriksakan diri ketempat lain selain rumah sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya
dan data yang didapatkan saat pengkajian.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat
sebelumya misalnya gastroenteritis akut riwayat penggunaan obat
obatan ( antitrispin)
e. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit gastroenteritis
f. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada klien dengan gastroenteritis
meliputi pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum
pemeriksaan fisik tanda tanda vital, dan pemeriksaan fisik head to toe.
g. Kepala : Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung
h. Mata : Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
i. Hidung : Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
j. Telinga : Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
k. Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
l. Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
m. Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal,
diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,
diare dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare
dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
n. Abdomen
(1) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien
dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
o. Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)
normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi Poltekkes
Kemenkes Padang 38 ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada
anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,
sianosis.
p. Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal dibuktikan dengan
turgor kulit menurun, BAB cair kurang lebih 6kali warna kuning (SDKI
halaman 56 kategori fisiologis sub kategori nutrisi dan cairan kode Dx
D.0019)
2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan yang
dibuktikan dengan membran mukosa kering, suhu meningkat berat badan
(SDKI halaman 64 kategori fisiologis subkategori nutrisi dan cairan kode
Dx D.0023)
2.2.3 Intervensi
No Tanggal SLKI SIKI
1 08 desember Setelah dilakukan Manajemen diare (siki halaman
2021 intervensi keperawatan 164 kode I.03101)
selama 2x24 jam maka Observasi
fungsi gastrointestinal 1. Identifikasi penyebab diare
membaik dengan 2. Monitor warna, volume
kriteria hasil : frekuensi dam konsistensi tinja
1. Frekuensi BAB dari 3. Monitor jumlah diare
skala 3 sedang ke Terapeutik
skala 5 membaik 1. Pasang jalur intravena
2. Muntah dari skala 3 2. Berikan cairan intravena
sedang ke skala 5 Edukasi
membaik 1. Hindari makanan berbentuk
gas, pedas dan mengandung
(SLKI Hal 25 Kode laktosa
L.03019) 2. Anjurkan pemberian asi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat,
jika perlu

2.2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang di
kerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2018)

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan


untuk mencapai tindakan yang spesifik serangkaian kegiatan yang dilakukan
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang di hadapi
ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di
harapkan (Dinarti dan Yuli M, 2017)

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupaka tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

Evalusi di susun menggunakan SOAP (Suprajitno dalam Wardani, 2019):


S: ungkapan perasaan atau keluhan secara subjektif oleh klien

O: keadaan objektif yang dapat di identifikasi oleh perawat menggunakan


pengamatan yang objektif

A: analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif

P: perencanaan selanjutnya setelah melakukan analisis


DAFTAR PUSTAKA
DEPKES RI Direktorat Jendral Pengadilan Penyakit Dan
Penyehatanlingkungan, 2011. Buku Saku Lintas Diare. Jakarta:
Depkes

DEPKES, (2016). INFODATIN Pusat Data Dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Dewi Wulandari Dan Meira Erawati (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Belajar

Dianrti, Yuli M. 2017 Dokumentasi Keperawatan Timpani

Dinarti Dan Yuli M, 2017. Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan. 1–172.

Friedman. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih Bahasa Harmoko,


Dkk. Edisi Keenam . Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia – Aplikasi


Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta Medika Salemba

ICME Stikes,(2015) Buku Panduan Penyusunan Karyatulis Ilmiah: Studi


Kasus, Jombang : Stikes Icme

Kemenkes, 2011). Situasi Diare Di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan


Informasi Kesehatan

King (2014). The Sciene Of Psycology: An Appreactive View New York, Ny:
Megraw Hill Education.

Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Mardiana (2019). Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut (Cairan Dan


Elektrolit.
Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Muhammad Iqbal (2018). Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Keperawatan


Gastroenteritis Akut.

Mutaqqin Dan Kumala (2012) Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Puspa (2018). Journal Of Health Care Technology And Medicine


(Keseimbangan Cairan Elektrolit)

Reno (2017). Presentase Kesehatan Indonesia. Presentase Kesehatan,


Retrieved From Presentase Kesehatan Jawa Timur

Rustam, 2017. Manajemen Risiko: Prinsip, Penerapan, Dan Penelitian.


Jakarta: Salemba Empat.

Sinaga, (2018). Asuhan Keperawatan Gea. Kti Gastroenteritis Akut,


(Keseimbangan Cairan Elektrolit)

Sodikin (2011) Definisi Gastroentitis Akut. Journal Of Healthcare


Technology And Medecine (Gastroentitis Akut)

Suprajitno Dalam Wardani, 2019. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan


Pengantar Riset Keperawatan. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasinal Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

World Health Organization Organization (2018). Time To Deliver: Report Of


The Who Independent Hugh Level Commision On Noncommunicable
Diseases.

Anda mungkin juga menyukai