Anda di halaman 1dari 7

RAGAM BAHASA

 Batasan Ragam Bahasa


Dalam pendahuluan KBBI, ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut
pemakaian. Ragam bahasa berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut
pemakai.

 Macam Macam Ragam Bahasa :


1. Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana ragam bahasa ilmiah ini diperoleh sesuai
dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam
bidang tertentu, disusun menurut metode (pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya atau keilmiahannya.
 Ciri-Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :
1. Baku.
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik
mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan
penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
2. Logis.
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
3. Kuantitatif.
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti
4. Tepat.
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus
atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: “Jamban pesantren
yang sudah rusak itu sedang
diperbaiki.”Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang rusaknya itu
mungkin jamban, atau mungkin juga pesantren.
5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif.
Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak
diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
6. Runtun.
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam
kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang
mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.
 Contoh Ragam Bahasa Ilmiah:

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan
busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-
bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan
jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika,
untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa
menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap
rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di
kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan
ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang
Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara- negara Islam.

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik
kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang
merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

2. Ragam Bahasa Bisnis

Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa
digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya. Ciri-ciri ragam bahasa bisnis antara
lain:
1. Menggunakan bahasa yang komunikatif.
2. Bahasanya cenderung resmi.
3. Terikat ruang dan waktu.
4. Membutuhkan adanya orang lain.

Contoh:

1. Pemerintah menargetkan impor daging kerbau hingga 100.000 ton dan 700.000 sapi hingga
akhir 2017.
2. Kabephe Cakra mengajak bangkitkan teh Jabar.
3. WNI borong properti mewah di Singapura.
4. Pembelian properti mewah tersebut untuk kepentingan bisnis mereka di luar negeri.
5. BNI perluas jaringan untuk kenyamanan.
6. Jumlah unit usaha di Jawa Barat naik.
7. BIJB fokus gaet investor.
8. Kopi organik Garut siap diekspor.
9. Pedagang daging kambing libur jualan di hari raya idul adha.
10. Pedagang di Pasar Ciawitali enggan menjual daging kerbau India, karena mutunya tak jelas.

3. Ragam Bahasa Sastra

Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak
efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering
dipakai dalam ragam bahasa sastra. Ciri-ciri ragam bahasa sastra antara lain:
1. Menggunakan kalimat yang tidak efektif.
2. Menggunakan kata-kata yang tidak baku.
3. Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi.

Contoh:
1. Prosa Lama , seperti Hikayat di bawah ini

Botol Ajaib
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk
dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil
ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-
akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata
Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas. “Aku
hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda. Abu Nawas
hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara
menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang
ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang
lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat.
Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu
Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu
sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan.
la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang
membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi
penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi
memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja.
Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. (dan
seterusnya.. lihat cerita di buku)
2. Puisi ,
TEMAN SEJATI

Seorang teman adalah seseorang tertawa dan menangis dengan Inspirasi,


Seseorang yang meminjamkan tangan membantu, meskipun teman-teman mungkin tidak
selamanya, Dan mereka tidak mungkin berakhir bersama-sama, kenangan persahabatan sejati
akan
bertahan selamanya.
Seorang teman bukanlah bayangan atau hamba Tetapi seseorang yang memegang
sepotong seseorang dalam hatinya. Seseorang yang berbagi senyum, Seseorang yang mencerahkan
hari Anda

4. Ragam Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada publik, atau dapat diartikan sebagai bahasa komunikasi pengantar pemberitaan
yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.[1

Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik

Sederhana: selalu memilih kata atau kalimat yang mudah dimengerti oleh sebagian besar
khalayak atau pembaca
Singkat: langsung menuju kepada pokok masalah atau pembahasan. Bahasa jurnalistik dilarang
bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami maksud yang
ingin disampaikan.
Padat: Bahasa Jurnalistik harus sarat informasi, artinya setiap kalimat dan paragraf memuat
banyak informasi penting dan menarik, serta layak untuk disajikan kepada pembaca
Lugas: tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat
yang bisa membingungkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampikan dalam
sebuah berita
Jelas: mudah dipahami atau ditangkap maksudnya, tidak baur, atau dengan kata lain jelas susunan
kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan (SPOK)

Contoh :
Puluhan pengungsi letusan Gunung Merapi, di barak pengungsian Desa Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terserang sejumlah penyakit
termasuk hipertensi. "Setelah lebih dari satu minggu warga berada di barak pengungsian, mereka
mulai mengeluhkan sejumlah serangan penyakit dan pada umumnya yang berusia di atas 40 tahun
mulai terserang hipertensi," kata petugas kesehatan dari Puskesemas Cangkringan Retno Diah,
Selasa.
Menurut dia, pengungsi yang mengeluh merasa pegal-pegal ada 87 orang, hipertensi 86 orang,
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 81 orang, sakit kepala 61 orang, mual 39 orang, dan gatal-
gatal 39 orang. "Serangan hipertensi ini memang banyak menyerang kalangan pengungsi. Mungkin
dipicu karena mereka merasa jenuh, stres saat proses evakuasi, dan masalah pikiran terkait harta
benda, ternak serta rumah yang ditinggal mengungsi," katanya.
Ia mengatakan penanganan para pengungsi yang mengalami hipertensi ini dilakukan dengan
memberi obat pereda atau penurun tekanan darah, pendampingan psikologis, dan dirujuk ke rumah
sakit (RS) terdekat. "Untuk penanganan psikologi kami telah menyiagakan dua orang psikater,
namun jika memang kondisinya sudah parah maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat," katanya.
Diah mengatakan, sampai saat ini kalangan pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit ada 12 orang
dan tidak hanya karena masalah hipertensi, namun ada yang menderita berbagai penyakit.
"Pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit di antaranya satu orang melahirkan, tiga orang mengalami
diare, dan sisanya akibat kecelakaan lalu lintas saat terjadi kepanikan saat Gunung Merapi meletus
pada Jumat (30/10). Total pengungsi di barak Glagaharjo ini

5. Filsafat Bahasa

Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat
dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis
linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari.

Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara
mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para
filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa.

Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan
mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para sarjana
bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya,
sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan konseptual.
Dalam usahanya mencari hakikat pengetahuan konseptual itu, para filsuf mempelajari bahasa bukan
sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh
kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.
Para filsuf juga tertarik untuk memperbaiki bahasa. Bahasa seharusnya diperbaiki karena
kegiatan keilmuan para filsuf boleh dikatakan tergantung kepada pemakaian bahasa. Di lain pihak,
telah banyak keluhan dari sarjana di berbagai bidang bahwa bahasa yang mereka pakai
mengandung banyak kelemahan.
Keluhan para filsuf terhadap kelemahan bahasa terwujud dalam beberapa bentuk.
Sebagai misal, Plotinus dan Bergson menganggap bahwa bahasa itu tidak cocok untuk dipakai
sebagai dasar formulasi kebenaran yang fundamental. Menurut pendapat mereka, orang akan dapat
memahami kebenaran hanya kalau mereka itu menyatu dengan kenyataan dan tanpa bahasa. Paling-
paling bahasa hanya mampu menggambarkan kebenaran itu dengan gambaran yang bengkok.
Jadi, dalam hal ini, ada dua pandangan yang berbeda terhadap bahasa ini. Pertama,
pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu masih dapat berfungsi untuk menjadi sarana
pengantar filsafat. Akan tetapi, dalam pengalaman pemakaian ini tidak baik, karena si pemakai
sendirilah yang salah. Si pemakai menyimpang dari cara pemakaian bahasa yang baik dan yang
benar, tanpa memberikan makna apa-apa terhadap penyimpangan yang mereka lakukan.
Dalam kelompok ini terdapatlah misalnya orang-orang seperti Locke dan Ludwig Wittgenstein.
Locke tidak menyukai jargon scholastik. Wittgenstein berkata bahwa kebanyakan masalah yang
timbul dalam pembicaraan filsafat berasal dari kenyataan bahwa para filsuf menggunakan
terminologi (istilah) secara menyimpang, berlainan dengan makna yang sebenarnya.
6. Hubungan Bahasa dengan Filsafat

Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan
antarmanusia, tetapi, bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa
bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia. Kearifan Melayu mengatakan :
“Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine
qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.
Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof
(ahli filsafat) tidak mungkin bisa mengungkapkan perenungan kefilsafatannya kepada orang lain.
Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan mengerti tentang buah pikiran kefilsafatan. Louis O.
Katsooff berpendapat bahwa suatu system filsafat sebenarnya dalam arti tertentu dapat dipandang
sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya
penyusunan bahasa tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem symbol-
simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari jawab dan makna dari seluruh symbol
yang menampakkan diri di alam semesta ini.
Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia symbol-simbol tersebut.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang
sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang tidak
dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara langsung
maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan
terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun. Bahasa memiliki daya tarik tersendiri
untuk dijadikan objek penelitian filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu
sehubungan dengan fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks. Salah satu kelemahannya
yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sebagaimana mata tidak dapat melihat
dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai