k3 6 Sasaran Keselmatan Pasien
k3 6 Sasaran Keselmatan Pasien
k3 6 Sasaran Keselmatan Pasien
DISUSUN OLEH :
1. ENDANG PRAYITNO
2. ENDANG SULISTYAWATI
3. ERIKA PUTRA
4. HALIMAH
5. HARI GUSTIANINGSIH
6. HEFRI BRENLY
7. IKA MULYANA
8. ILHAM AJI WIBOWO
9. IMAM KHAROMAIN
10. JUNARRIZA
11. KRISNA ANISA
12. LINA ARISCA
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan & Keselamatan
Kerja tentang ”SASARAN KESELAMATAN PASIEN PADA SASARAN Ke-4, Ke-5, dan
Ke-6” sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran
ataupun kritik yang membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh
setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan
hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada
dasarnya adalah menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu primum non nocere atau first, do no harm .
Ada 6 sasaran keselamatan pasien yaitu : 1. Sasaran keselamatan pasien ke-1 tentang
ketepatan identifikasi pasien, 2. Sasaran keselamatan pasien ke-2 tentang peningkatan
komunikasi yang efektif, 3. Sasaran keselamatan pasien ke-3 tentang peningkatan
kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Sasaran keselamatan pasien ke-4 tentang
kepastian tepat-lokasi, tepatp-rosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Sasaran
keselamatan pasien ke-5 tentang pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, 6. Sasaran keselamatan pasien ke-6 tentang pengurangan risiko pasien
jatuh.
4
B. Rumusan Masalah
Diketahui bahwasanya keselamatan pasien merupakan prioritas utama bagi pelayanan
kesehatan. Oleh sebab akan dibahas beberapa sasaran keselamatan pasien,
diantaranya:
1. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – IV ?
2. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?
3. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui SKP ke – IV serta bagaimana cara mengurangi dan elemen
yang harus dinilai pada Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui SKP ke – V serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui SKP ke – 6 serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman. Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang
Rumah Sakit pasal 43 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety)
adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang
lebih aman.
Untuk menghindarkan kesalah pahaman akan pengertian dan yang menjadi ranah
keselamatan pasien, maka yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa yang termasuk
ke dalam keselamatan pasien adalah segala kesalahan yang terjadi di rumah sakit yang
dilakukan oleh semua profesi yang menangani pasien secara langsung dalam
memberikan asuhannya. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.
6
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI,2008)
Setelah keempat jenis insiden di atas dapat dimengerti, maka ada satu kejadian lagi
yang sangat fatal dan penting untuk dilaporkan dalam keselamatan pasien yaitu
kejadian sentinel (sentinel event) yang artinya suatu Kejadian Tidak Diharapkan –
KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai untuk
7
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Setiap insiden dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit) dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format laporan yang ada.
TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden
yang dilaporkan. TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada rumah sakit. Rumah
sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan
pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan secara
nasional (Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011).
8
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint
Comission International (JCI).
Sasaran menyoroti bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti keahliaan atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi – solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal – hal sebagai berikut :
1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien Standar
2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High – Alert).
4) Sasaran IV : Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi.
a. Standar SKP 4 :
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
memastikan bedah yng benar tempat, benar prosedur dan benar pasien.
b. Standar SKP 4.1:
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan adanya waktu jeda diruang
operasi segera sebelum dimulainya bedah untuk memastikan bedah yang benar
– tempat, benar – prosedur dan benar – pasien.
c. Sasaran KP 4 dan 4.1 :
Bedah yang salah tempat, salah – prosedur dan salah – pasien merupakan
sesuatu yang secara mengkhawatirkan umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan
ini adalah hasil dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara
anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien dalam penandaan tempat,
dan kurangnya prosedur untuk memverifikasi tempat bedah.
Selain itu assesmen pasien yang tidak memadai, rekam medis yang tidak
memadai, budaya yang tidak mendukung komunikasi yang terbuka antara
anggota tim bedah, masalah yang berkaitan dengan tulisan tangan yang tak
terbaca, dan penggunaan singkatan adalah faktor yang sering berkontribusi.
9
Bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur yang menyelidiki dan /
atau mengobati penyakit dan gangguan dalam tubuh manusia melalui
pemotongan, penghilangan, penggantiaan, atau penyisipan lingkup diagnostik
atau teraupetik.
10
a) Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk termasuk sisi
(lateral), multiple struktur (contoh: pada jari tangan, jari kaki, lesi) ,
dan multiple level (contoh: tulang belakang) dan dokumentasikan
pada formulir site marking (penandaan operasi), kecuali untuk
organ yang hanya ada 1 didalam tubuh (contoh: tindakan
laparaskopi, appendiktomi, SC, perianal, mukosa)
b) Penandaan pada prosedur untuk organ mata tetap dilakukan dengan
memberikan tanda pada dahi pasien sesuai sisi operasi dan
didokumentasikan pada site marking (penandaan operasi)
c) Pasien yang tidak dilakukan penandaan lokasi operasi / tindakan
infasif yaitu pasien bayi prematur, tindakan pada gigi, pasien luka
bakar, pasien yang menolak dilakukan penandaan, maka penandaan
dilakukan dengan cara memberi tanda pada formulir site marking
(penandaan operasi) (khusus pada gigi dilakukan juga penandaan
pada foto rongen gigi)
d) Penandaan lokasi operasi dengan menuliskan kata “YA“ pada
lokasi yang akan dilakukan operasi.
e) Perlu melibatkan pasien
f) Bahan penadaan harus tidak mudah luntur terkena
air/alkohol/povidon iodin/chlor hexidine
g) Dilakukan oleh dokter bedah yang akan melakukan tindakan
h) Dilakukan pada saat pasien terjaga/sadar jika memungkinkan dan
harus terlihat sampai saat akan disayat.
11
Perawat kamar operasi memastikan dokumentasi lengkap dan sesuai
dengan identitas pasien saat melakukan operan dengan perawat
ruangan, seperti surat persetujuan tindakan kedokteran baik bedah
maupun anestesi, formulir kunjungan pra anestesi, surat persetujuan
dilakukan tranfusi darah (bila perlu), formulir transfer pasien dari
ruang rawat ke kamar operasi, hasil pemeriksaan penunjang dan
imaging.
Gambar 2. Contoh formulir yang dapat digunakan untuk verifikasi benar pasien, benar
prosedur operasi, benar lokasi operasi
c. Time out
12
a) Seluruh anggota tim operasi melakukan komunikasi secara verbal dan
mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum
operasi/prosedur dengan menggunakan ceklis keselamatan
operasi/prosedur.
b) Formulir keselamatan operasi terdiri dari Sign in, Time out, dan Sign
out menurut WHO, 2009:
c) Sign in (dilakukan sesaat sebelum induksi anestesi
Yang harus dilakukan saat sign in antara lain:
1. Identifikasi pasien, prosedur, lokasi operasi dan persetujuan
operasi
2. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap
3. Pulse oksimetri terpasang dan berfungsi dengan baik
4. Pastikan ada alergi / tidak
5. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
6. Resiko kehilangan darah ≥ 500 cc
7. Pastikan implant tersedia
Menurut Fernando J. Kim, dkk, Current issues in patient safety in surgery : a review,
pssjournal.biomedcentral, 2015
14
Berdasarkan gambar swiss cheese diatas, tampak bahwa di gambar :
a) Dinyatakan bahwa ketika terjadi kesalahan pada saat penandaan posisi
operasi/site marking, kemudian di kamar operasi tidak dilakukan proses time
out, maka pasien akan menerima tindakan operasi pada posisi yang salah,
sedangkan pada gambar.
Hal penting dalam upaya penghilang infeksi ini dan yang lainnya adalah
menjaga kesehatan tangan. Pedoman kebersihan tangan yang diterima secara
internasional dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
16
atau alat pengering diletakkan diarea dimana prosedur mencuci tangan dan
menjaga kebersihan tangan dari kuman diharuskan.
Gambar diatas merupakan langkah cuci tangan menurut standart WHO dan
momen dalam cuci tangan.
17
Gambar diatas merupakan Formulir Surveilans PPI di RSUD Johar Baru.
Resiko jatuh terkait dengan pasien, situasi, dan / atau lokasi. Resiko yang
terkait dengan pasien termasuk riwayat jatuh, obat yang diguanakan, konsumsi
alkohol, gangguan jalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan status
mental, dan sejenisnya. Pasien yang sejak awal dinilai memiliki resiko rendah
18
untuk jatuh bisa tiba – tiba menjadi memiliki resiko yang tinggi. Alasannya
meliputi, tapi tidak terbatas pada, operasi dan / atau anestesi, perubahan
kondisi pasien yang mendadak, dan penyesuaian dengan obat.
Penyebab Jatuh
19
Kriterian yang didokuemtasikan mengidentifikasi jenis pasien yang dianggap
beresiko tinggi untuk jatuh. Dalam konteks populasi yang dilayani, layanan
yang disediakan, dan fasilitas yang dimilik, rumah sakit harus mengevaluasi
kasus pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko jatuh dan
resiko cidera jika jatuh terjadi.
Sebuah program untuk mengurangi kasus jatuh melibatkan asesmen resiko dan
asesmen ulang secara berkala populasi pasien tertentu dan / atau lingkungan
dimana perawatan dan layanan disediakan (seperti yang dilakukan selama tour
keamanan berkala). Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk
mengidentifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (seperti pasien yang
datang dengan ambulans, pemindahan pasien dari kursi roda atau kereta, atau
penggunaan alat untuk mengangkat pasien), dan jenis pasien (sepertipasien
yang memiliki gangguan berjalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan
status mental, dan sejenisnya) yang beresiko tinggi untuk jatuh.
20
Riwayat jatuh dari tempat
4
tidur saat bayi anak
Pasien menggunakan alat
Faktor Lingkungan 3
bantu / box/ mebel
Pasien berada ditempat tidur 2
Diluar ruang rawat 1
Respon Terhadap Dalam 24 jam 3
Operasi / Obat
Dalam 48 jam Riwayat Jatuh 2
Penenang / Efek
Samping >48 jam 1
Bermacam-macam obat yang
digunakan: obat sedative
(kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan
Penggunaan Obat 3
paralisis), Hipnotik,
Barbitural, Fenotiazin,
Antidepresan, Laksans/
Diuretika, Narkotik
Salah satu dari pengobatan di
2
atas
Pengobatan lain 1
TINGKAT
SKOR TINDAKAN
RISIKO
> 12 Risiko Tinggi Jatuh Lakukan intervensi jatuh standar & Resiko jatuh tinggi
Skala Morse
21
Tgl
No. Risiko Skala
DP DS
Tidak 0
2 Diagnosis Medis Sekunder > 1
Ya 15
√ Furnitur 30
√ Lemah 15
√ Terganggu 30
Status Mental:
√ Orientasi sesuai
6 0
kemampuan diri
TINGKA
SKOR TINDAKAN
T RISIKO
Tidak
0 – 24 Perawatan yang baik
Berisiko
Risiko
25 – 50 Lakukan intervensi jatuh standar
Rendah
Risiko
> 51 Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
Tinggi
22
PENILAIAN PASIEN RESIKO JATUH PADA PASIEN LANSIA
No. 1 "Ya" dan No. 2 "Tidak" Resiko Tinggi Jatuh Intervensi jatuh tinggi
No. 1 "Tidak" dan No. 3 "Ya" Resiko Tinggi Jatuh Intervensi jatuh tinggi
23
SKALA PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI
24
Apakah Pasien Dapat
Berdiri Tanpa
Bantuan ?
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
25
ALUR PENATALAKSANAAN PASIEN RISIKO JATUH
Mulai
Pasien Masuk
1. UGD Observasi &
Yang akan dirawat
2. Rawat Inap
Tidak
Risiko Tinggi?
Ya
Score anak > 12 Risiko Rendah /
Score dewasa > 51 Tidak Beresiko
Score geriatri > 4
Intervensi Jatuh
Standar & Risiko
Tinggi
Intervensi Jatuh
Standar
Asesmen Ulang
Risiko Jatuh
Selesai
26
Tanggal
NO. INTERVENSI
Dinas Pagi Dinas Sore
27
10. Pastikan peralatan tetap terjaga dan dilayani cepat dan
tepat (seperti kursi roda, tongkat, dll)
Tanggal
NO. INTERVENSI
Dinas Pagi Dinas Sore
28
10. Libatkan pasien dan keluarga pasien dalam semua aspek
program pencegahan jatuh
11. Anjurkan pasien untuk terlibat semua kegiatan sebelum
memulai alat bantu
12. Mengajarkan pasien dalam pengobatan terkait waktu,
dosis,efek samping dan interaksi dengan makanan / obat-
obatan
Nama dan Paraf Petugas
Intervensi pasien jatuh risiko tinggi (dilakukan kepada seluruh pasien yang
Tanggal
NO. INTERVENSI
Dinas Pagi Dinas Sore
29
7. Lakukan pencatatan dan pelaporan bila terjadi insiden jatuh
(Kejadian tidak diharapkan / KTD) dengan mengisi lengkap
formulir lembar 3A (Form PK.......) dan melaporkan dalam
waktu 2x24 jam ke Manris dengan telah diketahui atasan
Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan. Sesuai dengan yang tercantum di Permenkes 1691 tahun 2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit pada pasal 8 yang berisikan “Rumah sakit dan
tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan
mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”. Hal ini dapat didefinisikan bahwa perawat memiliki kewajiban dan berperan
penting dalam keselamatan pasien di rumah sakit.
30
31
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.
Perawat dituntut untuk dapat menghindari apa yang dapat menyebabkan suatu
kejadian pada pasien. Oleh sebab itu setiap Rumah Sakit harus menerapkan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Healthcare Research and Quality. Patient Safety Primers: Medication
Errors. 2012
Boushon B et al. How to Guide Reducing Patient Injuries from Falls. Cambridge,
MA: Institute for Healthcare Improvement. 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57124/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=7E71EBA5EE6E9B78556CA74C4FA0332E?sequence=4
33