Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FIQHULLUGHAH

PROBLEMATIKA AL-TA’RIB

Disusun oleh

Kelompok 3 :

Intan Hamsyah : F031191043

Fikriyah Nadia Alkatiri : F031191044

Nur Aisy Zahrani : F031191040

Nur Hisrah Sri W. S : F031191038

PRODI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang dan Urgensi Masalah......................................................................iii
BAB II......................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
2.1. Problematika Al-ta’rib....................................................................................................1
BAB III...................................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................17
Daftar Pustaka........................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Urgensi Masalah

Manusia sebagai mahluk hidup yang berpikir dan berakal melakukan

interaksi langsung maupun tidak langsung antar sesama manusia melalui

tahap komunikasi dengan menggunakan bahasa. Maka lazim dikatakan bahwa

bahasa merupakan sarana komunikasi, bahasa digunakan untuk

menyampaikan suatu maksud atau keinginan kita kepada orang lain.

Sejarah mencatat bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa utama

dunia. Bahasa Arab diakui sebagai bahasa internasional dan sebagai salah

satu bahasa terbesar di dunia. Ia memiliki peran penting dalam perkembangan

masyarakat Muslim Arab.

Sebagaimana fungsi bahasa yang utama adalah alat komunikasi, maka

demikian pula yang terjadi dengan bahasa Arab. Bahasa ini dipergunakan

oleh bangsa Arab dalam berbagai interaksi. Masyarakat dapat melahirkan

bahasa untuk berkomunikasi sehingga menghasilkan bahasa yang beraneka

ragam sesuai dengan taraf masyarakat di mana bahasa itu lahir. [ CITATION

Abd09 \l 1033 ] Secara tidak langsung, hal tersebut mengindikasikan bahwa

bahasa, di manapun berada, juga turut berkembang seiring berkembangnya

pengguna bahasa itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Ali Abdul Wahid

Wafi bahwa perkembangan sebuah bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor,

di antaranya adanya pengaruh bahasa lain serta faktor sosialgeografis, seperti

budaya, adat-istiadat dan keyakinan masyarakat. (Wafi, 1962: 226).

iii
Bahasa Arab sebagai ekspasi budaya sangat memungkinkan untuk

pengikuti perkembangan budaya dan peradaban. Oleh karena itu, bahasa Arab

mampu tumbuh dan berkembang dalam konteks budaya, ilmu pengetahuan,

ekonomi dan sosial-politik. Pesinggungan budaya, ilmu pengetahuan,

ekonomi dan sosial-politik yang terjadi terbias pada eksistensi suatu bahasa.

[CITATION Ahm20 \l 1033 ].Bahasa Arab sebagai bahasa yang menjadi simbol

bahasa dunia Arab, maka tentu saja bahasa Arab tetap dijaga agar senantiasa

update. Bahasa Arab banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Barat menjadi salah satu

penyebab penyesuaian bahasa Arab dengan istilah-istilah baru yang

dikandung oleh bahasa yang membawa temuan ilmiah baru tersebut.

Agar bahasa Arab mampu bertahan di era persaingan bahasa, dan agar

mampu mengakomodir kata-kata baru yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka lahirlah istilah yang dikenal dengan ta’rib

atau arabisasi. Istilah ta‘rib (arabisasi) dalam bahasa Arab dapat dikatakan

sebagai bagian dari bahasan kata serapan (dakhil), di mana katakata yang

diserap telah mengalami perubahan, baik dari aspek fonologis dan

morfologis, sesuai dengan kaidah dan ketentuan bahasa Arab.

Sejatinya, bahasa arab yang melalui proses ta’rib tidak langsung dengan

mudah diterima oleh masyarakat. Artinya, pasti akan ada pro dan kontra

mengenai bahasa yang mengalami perubahan tersebut. Hal inilah yang

menjadi problematika dalam al-ta’rib. Disamping ada kelompok yang

menerima disisi lain ada juga yang menolak. Karena problematika al-ta’rib ini

merupakan masalah yang cukup serius, yang mana jika ada masalah pasti

diperlukan solusi untuk bisa diselesaikan.

iv
Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa

untuk menerima bahasa asing menjadi bahasa arab atau yang dikenal dengan

ta’rib, pasti terdapat problem-problem dalam masyarakat khususnya para ahli

bahasa. Oleh karena itu, penulis merasa materi mengenai problematika al-

ta’rib ini perlu dibahas secara rinci sehingga ketika dihadapkan mengenai

masalah al-ta’rib, tidak memunculkan kebingungan dalam menghadapi

problem-problem yang ada.

v
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Problematika Al-ta’rib

Kemunculan ta‘rib bukan dengan mudah diterima oleh sebagian

kalangan ahli bahasa Arab. Di antara mereka ada yang menerima dan yang

menolak. Aliran yang menentang arabisasi mengatakan bahwa metode

arabisasi dapat menyebabkan masuknya kata-kata asing yang pada akhirnya

akan merusak bahasa dan bukan tidak mungkin akan mendominasinya.

Senada dengan pernyataan di atas, Ibrahim menyatakan bahwa ta‘rib

bagaikan senjata yang memiliki dua sisi tajam, yaitu dapat memberikan

manfaat dan memperkaya khazanah bahasa (Arab) itu sendiri dengan syarat

adanya batasan dalam mengambil atau mengadopsi bahasa asing, namun di

sisi lain dapat menghilangkan identitas, karakteristik dan sifat asli bahasa

yang meminjam (Arab) secara bertahap (Ibrahim, 2001: 128). 

Kemudian yang mereka lakukan adalah membentuk kata baru

berdasarkan akar kata Arab (isytiqāq), karena dengan jalan ini bahasa Arab

dapat dipertahankan kemurnian dan keutuhannya. Oleh sebab itu, bangsa

Arab lebih senang memakai kata ‫ س???يارة‬untuk makna mobil daripada

mempergunakan kata ‫اوتوموبيل‬  yang berasal dari kata automobile. Demikian

pula dengan penggunaan kata ‫ ه??اتف‬sebagai ganti dari kata ‫ تلف??ون‬dari kata

telephon dan lain-lain (Chejne, 1996: 186 dan Ya'qub, tt: 221).

Para ulama baik klasik maupun kontemporer berbeda pendapat dalam

menjawab pertanyaan apakah dalam al-Quran terdapat lafaz yang bukan

bahasa Arab (ajam). Ada tiga kelompok ulama klasik yang mengemukakan
1
pendapatnya berkaitan dengan masalah ini [ CITATION Zuh161 \l 1033 ]

yaitu :

1. Kelompok pertama berpendapat bahwa pada kenyatannya dalam al-

Quran ada lafaz-lafaz yang bukan bahasa Arab (ajam). Kata-kata

tersebut ,‫طه‬, ‫اليم‬, ‫الط???ور‬, ‫الرب???انيون‬, ‫الص???راط‬, ‫ الف???ردوس‬adalah diantaranya

‫كفلين‬, ‫مش??كاة‬, ‫ القس??طاس‬dan lain-lain. Ulama yang berpendapat demikian

diantaranya adalah Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu Jubair, Ikrimah dan

sebagian dari golongan ahli fiqh. Bentuk-bentuk ta’rib yang lain dalam

al-Qur’an dapat dijelaskan secara berurut sebagai berikut:

a. Huruf hamzah

1) Kata ‫ أباريق‬dalam firman Allah ‫ بأكواب وأباريق وكأس من معين‬berasal

dari bahasa Persi yang bisa bermakna saluran air atau

menuangkan air.

2) Kata ‫ أبا‬dalam firman Allah ‫ وفاكهة وأبّا‬yang berarti alhissis atau

(rumputan) dalam bahasa ahlu al-Maghrib 

3) Kata ‫ إبلعى‬dalam firman Allah ‫ ي??ا أرض ابلعى م??اءك‬Ibnu Hatim

dalam tafsirnya, sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi,

menyatakan bahwa kata ibli’I Berasal dari bahasa Habsyi.

Sementara Saikh bin Hayyan menyatakan berasal dari bahasa

Hindi.

4) Kata ‫ أخلد‬yang terdapat dalam ayat ‫ولكن??ه أخل??د إلى األرض‬, yang

berarti rukun (sandaran) dalam bahasa Ibrani

5) Kata ‫ األرائك‬dalam ayat ‫على األرائك نعم الثواب‬. Ibnu al-Jauziy dalam

bukunya Funun al-Afnan, sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi

2
menyatakan itu adalah bahasa Habsi yang berarti dipan atau

ranjang.

6) Kata. ‫ وإذ ق?ال إب?راهيم ألبيه‬.Menurut Al-Kirmaniy dalam alAja’ib,

sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi menyatakan bahwa Azar

dalam ayat di atas berasal dari bahasa Persi yang berarti Syaikh

(orang yang sudah uzur)

7) Kata ‫ استبرق‬. Menurut Abu Hatim dan Abu Ubaid, sebagaimana

dikutip oleh al-Suyuthi berpendapat bahwa kata tersebut berasal

dari bahasa Persi

8) Kata ‫ اس?فار‬. Menurut Al-Wasithi dalam al-Irsyad menyatakan

kata tersebut berasal dari bahasa Suryani, sementara al-

Kirmaniy berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari bahasa

Nabti. Kata asfar, baik dalam bahasa Suryani ataupun nabti

mempunyai arti sama yaitu al-Kutub (kitab)

9) Kata ‫ اص??رى‬. Abu al-Qasim dalam kitabnya Lughat alQur’an

menyatakan kata tersebut berasal dari bahasa Nabti yang berarti

‘ahdiy (perjanjian) 

10) Kata ‫ اكواب‬, berasal dari bahasa Nabti yang berarti gelas atau

cangkir 1

11) Kata ‫ أليم‬berasal dari bahas Ibran

12) Kata ‫ إال‬berasal dari bahasa nabti yang merupakan Nama Allah 

13) Kata ‫ إناه‬. Menurut Abu Qasim dalam bukunya lughat al-Qur’an,

kata tersebut berasal dari bahasa Barbar

14) Kata ‫ ان‬berasal dari bahasa Barbar 

3
15) Kata ‫ انية‬dalam firman Allah ‫ من عين انية‬berasal dari bahasa

Barbar yang berarti ‫ حارة‬dalam bahasa Barbar 

16) Kata ‫أواه‬  berasal dari bahasa Habsyi

17) Kata ‫ أواب‬berasal dari bahasa Habsyi yang bermakna ‫المصباح‬ 

18) Kata ‫ أوبى‬berasal dari bahasa Habsyi 

19) Kata ‫األولى و األخرة‬   dalam firman allah ‫الجاهلية األولى‬  dan  ‫فى الملة‬

‫ األخرة‬berasal dari bahasa Habsyi. Ini sebagaimana dinyatakan

al-Zarkasyi dalam al-Burhan, di mana orang-orang Nabti

menamakan al-akhirah dengan al-ula dan al-ula dengan al-

akhirah.

b. Huruf Ba

1) Kata ‫ بطائنها‬dalam firman Allah ‫ بطائنه??ا من اس??تبرق‬berasal dari

bahasa Qibti

2) Kata ‫ بعير‬dalam firman Allah ‫ حمل بعير‬berasal dari bahasa Ibrani 

3) Kata ‫ بيع‬berasal dari bahasa Persi

c. Huruf Ta

1) Kata ‫تتبيرا‬  dalam firman Allah ‫وليتبروا ما علوا تتب??يرا‬  berasal dari

bahasa Nabti 

2) Kata ‫ تحت‬dalam firman Allah ‫فناداها من تحتها‬  berasal dari bahasa

Nabti 

3) Kata ‫ تنور‬berasal dari bahasa Persi

d. Huruf Jim

1) Kata ‫ جبت‬berasal dari bahasa Habsyi 

2) Kata ‫ جهنم‬berasal dari bahasa Persyi

4
e. Huruf Ha

1) Kata ‫ حرام‬berasal dari bahasa Habsyi

2) Kata ‫ حصب‬berasal dari bahasa Zanjiy

3) Kata ‫ حطة‬berasal dari bahasa ahlu al-kitab yang tidak diketahui

maknanya dalam bahasa Arab.

4) Kata ‫ حوب‬dalam firman Allah ‫ انه كان حوبا كبيرا‬berasal dari bahasa

Habsyi yang berarti ‫إثم‬ 

5) Kata ‫ حواريون‬berasal dari bahasa Nabti

f. Huruf Dal

1) Kata ‫ درست‬berasal dari bahasa Ibrani 

2) Kata ‫ دري‬berasal dari bahasa Habsyi 

3) Kata ‫ دينار‬berasal dari bahasa Persi

g. Huruf Ra

1) Kata ‫ راعنا‬adalah bahasa yang digunakan orang Yahudi

2) Kata ‫ ربانيون‬berasal dari bahasa Ibrani atau Suryani, pendapat ini

sebagaimana dinyatakan oleh al-Jawaliqi 

3) Kata ‫ ربيون‬berasal dari bahasa Ibrani 

4) Kata ‫ الرس‬berasal dari bahasa a’jamiy yang bermakna ‫البئر‬ 

5) Kata ‫ الرقيم‬berasal dari bahasa Romawi 

6) Kata ‫ رمز‬berasal dari bahasa Ibrani 

7) Kata ‫ رهو‬dalam firman Allah ‫واترك البحر رهوا‬. Abu Qasim dalam

bukunya Lughat al-Qur’an menyatakan bahwa kata tersebut

berasal dari bahasa Nabti yang bermakna ‫ س??هال‬sementara al-

Wasiti menganggapnya berasal dari bahasa Suryani yang

bermakna ‫ساكنا‬ 

5
8) Kata ‫ الروم‬berasal dari bahasa a’jamiy (asing) merupakan salah

satu nama bangsa anak manusia.

h. Huruf Za

1) Kata ‫ الزنجبيل‬berasal dari bahasa Persi

i. Huruf Sin

1) Kata ‫ سجدا‬berasal dari firman allah yaitu ‫ وادخلوا الباب سجدا‬berasal

dari bahasa suryani

2) Kata ‫ السجل‬berasal dari bahasa habsyi

3) Kata ‫ سجيل‬ada berbagai pendapat tentang asal usul kata ‫ِس? ِج ّل‬

,sebagian mengatakan kata itu berasal dari abyssinia dan berarti

‫ رجل‬atau lelaki,ibnu jinni mengartikannya dengan surat dan

menurutnya kata ini berasal dari bahasa persi,khaffaji sepakat

dengan pendapat yang mengatakan kata ini berasal dari

abyssinia dan juga bukan dari parsi,melainkan dari bahasa

yunani yang sepadan dengan kata latin “sigillum”

4) Kata ‫ س??جين‬Abu hatim tidak memberikan komentar banyak

perihal kata di atas,hanya mengomentari dengan ungkapan ‫انه‬

‫غير عربية‬

5) Kata ‫ سرادق‬berasal dari bahasa persi

6) Kata ‫ سرى‬berasal dari bahasa persi

7) Kata ‫ سفرة‬berasal dari bahasa nabti

8) Kata ‫ سكر‬berasal dari bahasa habsyi

9) Kata ‫ سلسبيل‬berasal dari bahasa a’jamiy

10) Kata ‫ سندس‬berasal dari bahasa persi

6
11) Kata ‫ سيدها‬dalam firman allah ‫و الفيا سيدها ل??دى الب??اب‬  berasal dari

bahasa qibti

12) Kata ‫سنين‬  berasal dari bahasa habsyi

13) Kata ‫ سينا‬berasal dari bahasa nabti

j. Huruf Syin

1) Kata ‫ ش??طر‬dalam firman Allah ‫ ش??طر المس??جد الح??رام‬berasal dari

bahasa Habsyi 

2) Kata ‫ شهر‬berasal dari bahasa Suryani

k. Huruf shod

1) Kata ‫ الصراط‬berasal dari bahasa Romawi yang berarti ‫الطريق‬ 

2) Kata ‫ صرهن‬berasal dari bahasa Nabti

l. Huruf Tha

1) Kata ‫ طه‬berasal dari bahasa Habsyi

2) Kata ‫ الطاغوت‬berasal dari bahasa Habsyi yang berarti ‫كاهن‬ 

3) Kata ‫ طفقا‬berasal dari bahasa Romawi 

 Kata ‫ طوبى‬berasal dari bahasa Habsyi 

 Kata ‫ الطور‬berasal dari bahasa Suryani yang berarti ‫الجبل‬ 

 Kata ‫ طوى‬berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ‫رجل‬

m. Huruf Ain

1) Kata ‫ عبدت‬dalam firman Allah ‫ان عبدت ب??نى اس??رائيل‬  berasal dari

bahasa nabti yang berarti ‫قتلت‬ 

2) Kata ‫ عدن‬berasal dari bahasa Suryani 

3) Kata ‫ الع??رم‬dalam firman Allah ‫ س??يل الع??رم‬berasal dari bahasa

Habsyi

n. Huruf Ghain

7
1) Kata ‫ غساق‬berasal dari bahasa Turki

2) Kata ‫ غيض‬berasal dari bahasa Habsyi

o. Huruf Fa

1) Kata ‫ الفردوس‬berasal dari bahasa Romawi yang bermakna ‫بستان‬ 

2) Kata ‫ فوم‬berasal dari bahasa Ibri yang berarti ‫الحنطة‬

p. Huruf  Qaf

1) Kata ‫ قرط??اس‬Dalam ayat ‫ ول??و نزلن??ا علي??ك كتاب??ا في قرط??اس‬.Penulis

alKalimat al-Aromiyyah fil Lughotil Arobiyyah berpendapat

bahwa kata ini bukan bahasa Arab asli dan berasal dari kata

“charta” dalam bahasa Yunani sedang dalam bahasa Abyssinia

adalah kartas. Sementara itu, al-Suyuthi hanya mengomentari

dengan pernyataan “‫ ”ان القرطاس غير عربى‬.

2) Kata ‫ القسط‬dan ‫ القسطاس‬aslinya berasal dari bahasa Romawi 

3) Kata ‫ قسورة‬berasal dari bahasa Habsyi 

4) Kata ‫ قطنا‬berasal dari bahasa Nabti ya ng berarti ‫كتابنا‬

5) Kata ‫ قفل‬aslinya adalah bahasa Persi 

6) Kata ‫ القمل‬berarti ‫ الدبا‬dalam bahasa Ibri atau Suryani, sementara 

Abu Umar, ketika ditanya terkait kosa-kata tersebut,

menyatakan ketidak tahuannya tentang asal-usul kosa-kata

tersebut.

7) Kata ‫ قنطار‬,ada banyak pendapat terkait asal-usul kata tersebut.

Setidaknya, ada empat pandangan berbeda sebagaimana dikutip

oleh al-Suyuthi; Tsa‘alabi menyatakan kata tersebut aslinya

adalah Romawi, alKholil menduganya berasal dari Suryani,

8
Ibnu Qutaibah menyatakan berasal dari Afrika, sementara yang

lain menyatakan berasal dari bahasa Barbar. 

8) Kata ‫ القيم‬berasal dari bahasa Suryani

q. Huruf Kaf

1) Kata ‫ ك??افور‬berasal dari bahasa Persi Terkait kata ‫ ك??افور‬ini,

Salman Harun dalam bukunya memberi catatan khusus dengan

menyatakan bahwa kata tersebut sebenarnya bukanlah berasal

dari bahasa Persia akan tetapi berasal dari kosa-kata bahasa

Indonesia, yaitu dari kata kapur barus yang diserap oleh bahasa-

bahasalain di dunia, yang kemudian diserap ke dalam bahasa

Arab. Salman Harun, Setelah mengungkapkan argumen-

argumennya, lalu menyatakan sebagai bangsa Indonesia kita

patut berbangga di karenakan salah satu kosa-kata kita

digunakan Allah sebagai pengungkap firman-Nya dalam al-

Qur’an. Apa yang telah diungkapkan Salman Harun di atas

tentu patut diapresiasi. Tidak bermaksud mematahkan

pernyataan beliau, rasanya pernyataan tersebut harus ditinjau

ulang dengan menyajikan data-data ilmiyah yang lebih akurat

dengan menjelaskan sejarah masing-masing bangsa, baik Arab

maupun Indonesia serta mencari fakta-fakta kebersinggungan

yang pernah terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa-

bahasa di dunia yang menjadi perantara kata ‫ كافور‬diserap ke

dalam bahasa Arab. 

2) Kata ‫ كفر‬dalam ayat ‫ سيئاتهم عنهم كفر‬berasal dari bahasa Ibrani 

3) Kata ‫ كفلين‬berasal dari bahasa Habsyi 

9
4) Kata ‫ كتر‬berasal dari bahasa Persi 

5) Kata ‫ كورت‬dalam ayat ‫ إذا الشمس كورت‬berasal dari bahasa Persi

r. Huruf Mim

1) Kata ‫ متكئا‬aslinya adalah Habsyi 

2) Kata ‫ مرقوم‬dalam firman Allah ‫ كت??اب مرق??وم‬berasal dari bahasa

Ibri 

3) Kata ‫ مزجاة‬berasal dari bahasa Qibti 

4) Kata ‫ مسك‬berasal dari bahasa Persi 

5) Kata ‫ مشكاة‬berasal dari bahasa Habsyi 

6) Kata ‫ مقاليد‬dalam ayat ‫ له مقاليد السموات األرض‬berasal dari bahasa

Persi 

7) Kata ‫ ملكوت‬berasal dari bahasa Nabti 

8) Kata ‫ مناص‬berasal dari bahasa Nabti 

9) Kata ‫ منساة‬berasal dari bahasa Habsyi

10) Kata ‫ منفطر‬berasal dari bahasa Habsyi 

11) Kata ‫ المهل‬berasal dari bahasa Barbar

s. Huruf Nun

1) Kata ‫ ناشئة‬dalam firman Allah ‫إن ناشئة الليل‬  berasal dari bahasa

Habsyi

t. Huruf Ha

1) Kata ‫ هدنا‬berasal dari bahasa Ibrani 

2) Kata ‫ ه??ون‬dalam ayat ‫وعب??اد ال??رحمن ال??ذين يمش??ون على األرض هونا‬

berasal dari bahasa suryani

3) Kata ‫ هيت لك‬berasal dari bahasa nabti

10
u. Huruf Wawu

1) Kata ‫ وراء‬berasal dari bahasa Nabti 

2) Kata ‫ وردة‬dalam firman Allah ‫ فاءذا انشقت السماء فك?انت وردة‬, tidak

ada keterangan jelas terkait asal-usul kata ini tapi ada

kesepakatan untuk menyatakan bahwa bukan bahasa Arab asli

‫ليس بعربي‬

3) Kata ‫ وزر‬berasal dari bahasa Nabti

v. Huruf Ya

1) Kata ‫ ياقوت‬berasal dari bahasa Persi

2) Kata ‫ يحور‬dalam ayat ‫ انه ظن ان لن يحور‬berasal dari bahasa Persi

3) Kata ‫ يس‬berasal dari bahasa Habsyi 

4) Kata ‫ يصدون‬berasal dari bahasa Habsyi

2. Kelompok kedua dari golongan linguis berpendapat bahwa tidak ada

kata mu‘arrab dalam al-Quran dengan dalil firman Allah swt. Mereka

adalah AlSyafi‘i, Ibn Jinny, al-Razy, al-Zamakhsyari, Ibn Faris,dan Abu

Ubaydah. Menurut mereka, al-mu‘arrab bukan termasuk bahasa Arab

sehingga seandainya terdapat di dalam al-Qur’an, akan berlawanan

dengan beberapa ayat al-Qur’an yang menegaskan penggunaan

bahasaArab dalam seluruh ayat al-Qur’an, yaitu surat al-Zukhruf (43:3) 

‫ ان جعلن??اه قرءان??ا عربيا‬,asy-syuara (26:195) ‫ بلس??ان ع??ربي م??بين‬,dan fushilat

(41:44) ‫ولوْ جعلنه قرءانا أعجميا لقالوا لوال فصلت ءايته ءاعجمي وعربي‬

3. Kelompok ketiga adalah golongan yang menengahi kedua golongan di

atas. Golongan ini berpendapat bahwa kedua golongan tersebut baik

yang menerima ataupun yang menolak keduanya benar, karena kata-kata

tersebut pada awalnya atau asalnya memang adalah bahasa ajam

11
kemudian orang Arab meng-arab-kannya sesuai dengan bahasanya,

mengubah lafaz-lafaz ajam dengan menyesuaikan lafaz bahasanya

sehingga bahasa ajam tersebut menjadi bahasa Arab. Setelah itu,

turunlah al-Quran sehingga kata-kata tersebut bercampur dalam bahasa

Arab. Dengan demikian orang yang berpendapat bahwa kata-kata

tersebut adalah bahasa Arab dan orang yang berpendapat bahwa kata-

kata tersebut adalah mu‘arrab semuanya benar  Pendapat ini merupakan

pendapat yang paling dapat diterima, baik di lihat dari sudut pandang

ilmu sosiologi maupun linguistik. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa

Arab kepada penutur asli bahasaArab yang telah lama hidup sebelum al-

Qur’an turun. Mereka telah lama berinteraksi dengan bangsabangsa non-

Arab seperti bangsa Persia, Romawi, Yunani, India, Cina, dan bangsa-

bangsa lainnya, baik melalui proses perdagangan, pertemuan para duta,

dan penjajahan oleh bangsa lain. Bahasa Arab bukan bahasa yang baru

lahir, tapi telah mengalami interaksi dengan bahasa-bahasa bangsa lain

melalui berbagai cara.

Ulama kontemporer juga memperdebatkan masalah al-ta’rib. Merekapun

terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu :

1. Kelompok konservatif, yang berpendapat bahwa bahasa dalam

bentuknya yang lama itu lebih baik atau bagus daripada bahasa yang ada

hari ini. Oleh karena itu mereka menolak ta’rîb. Mereka yang termasuk

kelompok ini memandang bahasa Arab secara mutlak mampu mengatasi

problematika Arabisasi istilah-istilah baru. Tidak perlu meminjam kata-

kata asing seutuhnya. Solusi yang ditawarkan adalah derivasi kata

(isytiqâq) bahasa Arab yang memiliki kesamaan ciri dan arti dengan

12
istilah baru atau menerjemahkannya. Misalnya, kata ‫ الس???يارة‬untuk

menunjukkan makna automobile dan frase ‫ المتحرك???ة الص???ور‬sebagai

padanan kata sinematografi.

2. Kelompok Pragmatis, kelompok ini mengatakan boleh-boleh saja adanya

ta’rîb, selama tidak ada perbedaan makna terhadap istilah-istilah

tersebut, hal ini juga mempermudah. Kelompok ini memberikan

kelonggaran seluas-luasnya untuk meminjam istilah-istilah asing

seutuhnya dan menyesuaikannya dengan pola-pola bahasa Arab

sehingga bisa dilakukan proses derivasi kata. Argumen ini didasarkan

pada beberapa fakta peristiwa di masa lalu, bangsa Arab menyerap kata (

‫ ) درهم‬yaitu mata uang dirham menjadi ( ‫ ُم َدرْ هم‬  ) yang mempunyai arti

orang yang banyak uang dirhamnya.Tidak ada halangan untuk

melakukan cara seperti ini selama istilah asing tersebut masih bisa

disesuaikan dengan huruf dan pola bahasa Arab. Misalnya antara

mengatakan (‫ ) تلف??ون‬dengan mengatakan (‫ ) ه??اتف‬tidak ada perbedaan,

karena kedua istilah ini merupakan benda yang sama. Kata( ‫ )تلفون‬terdiri

atas huruf-huruf Arab dan sesuai dengan pola( ‫فعلون‬/ fi‘lûn) sehingga

dapat dibentuk menjadi akar kata, yaitu (‫تلفن‬  talfana) yang inflektif dan

derivatif. Tidak juga dilarang mengatakan ( ‫ ) دكتر‬dari kata dokter, dan

lainya. Artinya boleh saja ini dilakukan untuk menyerap istilah-istilah

ilmiyah, selama tidak ada perbedaan dalam terjemahnya artinya.

3. Kelompok Moderat, pendapat ketiga ini sebagai penengah antara

kelompok pertama dan kedua. Jika sudah mencari nama untuk istilah

yang baru sudah menggunakan beberapa cara, tetapi tidak

memungkinkan lagi, maka boleh saja menggunakan lafaz asing tersebut

13
setelah menyesuaikan dengan metode bahasa Arab. Langkah pertama

yang dilakukan dalam proses pencarian padanan kata bagi istilah-istilah

baru adalah berusaha menelusuri kata-kata bahasa Arab asli yang pantas.

Namun jika tidak ditemukan padanan kata yang layak, langkah ke dua

adalah meminjam istilah asing tersebut melalui proses penyesuaian

dengan kaidah-kaidah fonologis dan morfologis bahasa Arab.

Dari ketiga pendapat di atas, Emil Badi’ Ya’kub memberikan pendapat

atau tanggapan bahwa:[ CITATION Ibi20 \l 1033 ]

a. Pendapat pertama, bahwa kelompok ini telah menganggap buruk

memberi fasilitas bagi bahasanya karena alasan mencintai

bahasanya itu. Dengan cara itu, hampir saja mereka “mengawetkan”

bahasa mereka pada kosakatanya yang ada. Padahal bahasa Arab,

hari demi hari tidak akan luput dari bahasa asing yang masuk

(dakhil), karena itu merupakan hal yang lumrah (biasa) bagi setiap

bangsa yang berdampingan satu sama lain dalam suatu kelompok

besar masyarakat dunia, yang terkadang saling bergesekan. Karena

bagaimanapun jjuga, suatu bahasa yang sedang dalam posisi

tinggipun tidak bisa mengungkapkan segala hal tanpa meminta

bantuan bahasa lain untuk mengekkspresikannya.

b. Pendapat kedua, mereka terlalu gampang dalam menerima bahasa

asing yang masuk ke dalam bahasa Arab. Karena jika melafazkan

bahasa latin dengan padanannya yang ada dalam bahasa Arab, bisa

menjadikan bahasa latin tersebut menjadi bahasa Arab, maka bahasa

asing mana yang tidak ada dalam bahasa Arab setelah itu? Dalam

14
artian kata asing manapun bisa menjadi bahasa Arab tanpa ada yang

mencegah (menyaringnya).

c. Menurut Ya’kub, metode yang dilakukan kelompok moderat

(ketiga) paling baik dan lebih dapat diterima karena bersifat objektif

dan kondisional. Hal ini dikarenakan, seandainya kata ‫ هاتف‬, ‫مذياع‬,

dan ‫ سيارة‬dikatakan kepada orang Arab Badui, ia dapat mengenalnya

dengan melihat pola kata-kata tersebut yang menunjukkan alat.

Meskipun ia tidak mengetahui maksud sebenarnya dari ketiga kata

tersebut, ia dapat mengetahui ‫ مذياع‬sebagai alat penyampai informasi

, ‫ ه?????اتف‬sebagai alat komunikasi dan ‫ س?????يارة‬sebagai alat

berjalan.Berbeda halnya jika ketiga kata tersebut disampaikan

berupa hasil Arabisasi versi kelompok pertama, yaitu ‫تلف??ون‬, ‫رادي??وا‬

,dan ‫ أوتومبيل‬.Orang Arab Badui tersebut tidak akan bisa

memahaminya sedikitpun. Berdasarkan dari segi bolehnya Arabisasi

ini, disimpulkan bahwa:[CITATION Ibi201 \l 1033 ]

1) Mengutip itu (iqtibâs) adalah hal yang alamiah antar bangsa,

karena tidak ada suatu bahasapun yang mengklaimm bahwa

bahasanya terbebas dari bahasa-bahasa serapan.

2) Memaksakan kosakata ilmiah klasik sebagai padanan kosakata

ilmiah modern tidak akan mencapai tujuan secara optimal.

Karena memanfaatkan secara maksimal atas khazanah bahasa

klasikpun, tidak akan cukup memadai membuat padanan istilah-

istilah modern. Oleh karena itu, peminjamam bahasa asing

sudah menjadi keharusan terutama untuk nama benda atau

unsur kimiawi seperti ‫( أوكسجين‬oksigen), ‫ الهيدروجين‬,(hydrogen),

15
‫ األ????نزيم‬,(enzim), ‫( اإللك????ترون‬electron), karena sulit mencari

padanannya pada kosakata klasik bahasa Arab.

3) Kemajuan ilmu pengetahuan selalu dinamis, sehingga jumlah

istilah-istilahnya yang spesifik sekarang ini mencapai lebih dari

1.500.000 kosa kata. Jumlah tersebut masih terus bertambah

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan

demikian, peminjaman kosa kata asing atau ta’rîb menjadi suatu

keniscayaan untuk membuat istilah-istilah ilmiah dalam bahasa

Arab. Akan tetapi proses ta’rîb harus memerhatikan kaidah-

kaidah, seperti menjadi keaslian bahasa asal sebisa mungkin,

mendekatkan pada bahasa Arab pengucapannya, dan sebisa

mmungkin mencocokkan dengan wazan-wazan dalam bahasa

Arab. 

Dan Ya’kub menegaskan bahwa bahasa Arab tidak perlu takut

meminjam istilah-istilah ilmiah dari bahasa asing. Karena bahasa

Arab dengan kata dan hurufnya sudah terjaga keabadiannya dengan

kitab suci al-Qur’an, serta karya-karya ulama salaf dan nenek

moyang bangsa Arab.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

16
Dari paparan diatas dapat diperoleh bahwa adanya al-ta’rib tidak

memungkinkan langsung diterima saja oleh kalangan ahli bahasa. Tentu ada

problematika yang dihadapi para ahli terkait al-ta’rib. Terdapat golongan

yang menerima hal tersebut, tetapi disisi lan ada golongan yang menolak

juga. Para ulama baik klasik maupun kontemporer berbeda pendapat dalam

menjawab pertanyaan apakah dalam al-Quran terdapat lafaz yang bukan

bahasa Arab (ajam). Ada tiga kelompok ulama klasik yang mengemukakan

pendapatnya berkaitan dengan masalah ini diantaranya: kelompok pertama

berpendapat bahwa pada kenyatannya dalam al-Quran ada lafaz-lafaz yang

bukan bahasa Arab (ajam). Kelompok kedua dari golongan linguis

berpendapat bahwa tidak ada kata mu‘arrab dalam al-Quran dengan dalil

firman Allah swt. Dan kelompok ketiga berpendapat bahwa kedua golongan

tersebut baik yang menerima ataupun yang menolak keduanya benar, karena

kata-kata tersebut pada awalnya atau asalnya memang adalah bahasa ajam

kemudian orang Arab meng-arab-kannya sesuai dengan bahasanya,

mengubah lafaz-lafaz ajam dengan menyesuaikan lafaz bahasanya sehingga

bahasa ajam tersebut menjadi bahasa Arab.

17
Daftar Pustaka

Ahmad, z. (2020). ta'rib bahasa arab dan Muarrab dalam Al-quran. Jurnal Waraqat, Volume
V No 1.

Ibid. (2020). Ta'rib Bahasa Arab Dan Muarrab Dalam Al-Quran. Jurnal Waraqat, 223 Volume
V no 1.

Ibid. (2020). Tarib Bshssa Arab Dan Mu'arrab dalam Al-Quran. Jurnal Waraqat, 222 Volume V
No 1.

Malik, A. (2009). arabisasi ta'rib dalam bahasa arab. adabiyyat, Vol 8 No 2.

Zuhriah. (2016). Eksistensi kata serapan dalam Al-quran. Jurnal Ilmu Budaya, 69-70.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/08204
https://www.assunnah.ac.id/journal/index.php/WRQ/article/download/93/80

18

Anda mungkin juga menyukai