Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

“TABLET SALUT GULA”

Disusun Oleh:

Kelompok 5/Golongan B2/ Farmasi 3B

1. M Wildan Badruddin (C11800168)

2. Rizfany Fugie A (C11800183)

3. Tyas Dwi Afriyani (C11800195)

4. Uswatun K (C11800186)

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA STIKES


MUHAMMADIYAH GOMBONG
2020

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 4
C. Tujuan Formulasi....................................................................... 4
D. Manfaat Formulasi..................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
A. PRAFORMULASI.................................................................... 5
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat...................................... 5
1. Farmakokinetik............................................................... 5
2. Indikasi........................................................................... 5
3. Kontraindikasi................................................................ 5
4. Efek Samping................................................................. 5
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat............................. 6
1. Organoleptis................................................................... 6
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul................................. 6
3. Ukuran Partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan........ 6
4. Kelarutan........................................................................ 6
5. Stabilitas......................................................................... 6
6. Titik Lebur...................................................................... 6
7. Higroskopis.................................................................... 6
8. Inkompatibilitas.............................................................. 7
III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian....................... 15
B. FORMULASI........................................................................... 15
I. Permasalahan...................................................................... 15
II. Pengatasan Masalah............................................................ 15

ii
III. Macam-macam Formula Standar...................................... 16
IV. Formulasi yang Diajukan.................................................. 16
C. PELAKSANAAN..................................................................... 17
I. Cara kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan.................... 17
II. Kemasan, Brosur dan Etiket.............................................. 22
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 23
A. HASIL....................................................................................... 25
B. PEMBAHASAN....................................................................... 35
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 39
A. Kesimpulan ............................................................................. 39
B. Saran........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 40
LAMPIRAN ........................................................................................... 41

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan  padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau  tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (FI III,1979).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara
baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter
atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono 2002).
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit
fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995).
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik,
tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi
serta peradangan lambung (Sartono,1993).
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri
kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).
Tablet salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan
beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan
bantingan selama proses penyalutan tablet initi harus memiliki resistensi
dan kekerasan yang cukup didalam panci penyalut yang berputar terus
menerus selama proses berlangsung (Ansel, 1989).

1
Tablet salut gula yaitu tablet yang disalut dengan gula dari
suspense dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati,
kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida, yang disuspensikan dengan
gom akasia atau gelatin. Penyalutan tahan air berisi zat seperti selak atau
selulosa asetat dalam pelarut yang tidak mengandung air sering digunakan
sebelum tablet disalut gula. Kelemahan penyalutan dengan gula antara lain
yaitu waktu penyalutan yang lama dan perlu penyalutan tahan air (Ditjen
POM, 1995).
Tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik tertentu yang
sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet bergulir didalam panci atau
berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut suspensi udara ketika
proses penyalutan berlangsung. Agar mampu menahan benturan sesama
tablet atau benturan tablet dengan dinding panci, maka tablet harus tahan
terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet yang rapuh, yang lunak oleh
pemanasan, atau yang rusak oleh campuran penyalut, cenderung menjadi
kasar pada tahap awal proses penyalutan dan tidak cocok untuk disalut
dengan lapisan tipis (Ansel, 1989).
Penyalutan gula mengandung banyak zat padat, sehingga lebih
lambat mengering dan dapat mengisi banyak cacat kecil di permukaan
tablet yang dapat terjadi pada tahap awal proses penyalutan selain
permukaan yang halus, maka bentuk fisik tablet juga sangat penting.
Bentuk ideal tablet yang akan disalut adalah bulat, karena memungkinkan
tablet tersebut bergulir bebas didalam panci penyalut, dengan kontak
sekecil mungkin sesama tablet. Proses penyalutan tablet terbagi atas 6
tahap, yaitu: protective, gum syrup, built up syrup, smoothing syrup,
colouring syrup, dan polishing. Lapisan penutup merupakan tahap
pemberian lapisan pelindung agar air dari larutan berikutnya tidak masuk
kedalam tablet init. Built up syrup merupakan proses pemberian lapisan
sebenarnya dari salut gula, sedangkan smoothing syrup bertujuan untuk
membuat permukaan tablet licin sehingga zat warna dapat melapisi tablet
secara merata. Colouring bertujuan untuk memberikan warna pada

2
permukaan tablet dan polishing merupakan proses pengkilatan permukaan
tablet sehingga menjadi mengkilat (Augsburger & Hoag, 2008).
Beberapa mekanisme penyalutan gula pada sediaan tablet yaitu:
a. Dilakukan penyalutan dasar (subcoating), yaitu proses pemberian
laurtan dasar dan pemberian serbuk salut apabila tablet sebagian
kering.
b. Pelicinan (smoothing), yaitu proses pembasahan ganti berganti dengan
sirup pelicin (bolak-balik) dan pengeringan dari salut tablet menjdai
bulat dan licin. Untuk melicinkan digunakan sirup pelicin yaitu: R/
Saccharosa 60%; Aquadest ad 40%.
c. Proses pewarnaan (coloring), dilakukan dengan memberi zat warna
yang dicampurkan pada sirup pelicin.
d. Proses finishingI yaitu proses pengeringan salut sirp yang terakhir
dengan cara perlahan-lahan dan terkontrol dengan memutar panci
penyalut dengan tangan dan pengeringan berjalan perlahan-lahan
sehingga memperoleh hasil yang licin.
e. Tahap akhir dilakukan penggilapan (polishing) dengan menggunakan
lapis tipis lilin yang licin. Lilin dilarutkan dalam nafta panas atau
petroleum benzin, larutan ini ditambahkan pada tablet dalam panci dan
diputar hingga pelarut menguap (Anief, 2000).
Beberapa fungsi penyalutan gula pada sediaan tablet yaitu:
a. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak .
c. Membuat penampilan lebih baik
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna (Ditjen POM,
1995).
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan tablet salut gula, antara lain
yaitu:
a. Uji ketebalan
b. Uji keseragaman bobot
c. Uji kekerasan tablet

3
d. Uji kerapuhan tablet
e. Uji waktu hancur

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tablet salut gula?
2. Berapa banyak tahapan pada proses penyalutan tablet?
3. Bagaimana mekanisme penyalutan pada sediaan tablet?
4. Apa saja fungsi dari penyalutan gula pada sediaan tablet?
5. Uji evaluasi apa saja yang dilakukan pada sediaan tablet salut gula?
C. Tujuan Formulasi
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang tablet salut gula
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tahapan pada proses penyalutan
tablet salut
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme penyalutan pada
sediaan tablet
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi atau keuntungan dari
penyalutan gula pada sediaan tablet
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam uji evaluasi yang
dilakukan pada sediaan tablet slaut gula
D. Manfaat Formula
Manfaat pada praktikum ini yaitu memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang kefarmasian dan sebagai pembelajaran mengenai cara
penyalutan pada sediaan tablet dan kontrol kualitasnya dengan baik dan
benar

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan obat
- Paracetamol (FKUI farmakologi dan terapi, 2005)
1. Farmakokinetik : Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi
zat penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan
penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda
peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Parasetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma
dicapai dalam waktu ½ jam dan waktu paruh plasma
antara 1-3 jam. Dalam plasma,
25% parasetamol terikat protein plasma. Obat ini di
metabolisme oleh enzim mikrosom hati.

Indikasi Meredakan rasa sakit seperti, sakit kepala, sakit gigi,


sakit pada otot dan menurunkan demam yang
menyertai flu

Kontraindikasi Pasien dengan riwayat hipersensitivitas dan penyakit


hepar aktif derajat berat. Penggunaan paracetamol,

5
terutama dalam jangka panjang, perlu diperhatikan
pada pasien dengan: Penyakit hepar kronis
dekompensata.

Efek samping : Mual, nyeri perut dan kehilangan nafsu makan.


Demam, muncul ruam kulit yang gatal, sakit
tenggorokan, muncul sariawan, jangka panjang dan
dosis besar dpaat menyebabkan kerusakan hati dan
reaksi hipersensitivitas.

II. Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat


a. Paracetamol
1. Organoleptik
warna putih, tidak berbau, rasa pahit.
2. Struktur kimia dan Berat Molekul
Struktur Kimia :

Berat molekul : 151,16.


3. Ukuran partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan
Bubuk kristal putih.
4. Kelarutan
Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
5. Stabilitas

6
Terhidrolisis pada pH minimal 5-7 , stabil pada
temperatur 45°C (dalam bentuk serbuk) , dapat terdegradasi
oleh quimominim dan terbentuk warna pink, hitam, coklat.
Relatif stabil terhadap oksidasi, menyerap uap air dalam
jumlah tidak signifikan pada suhu 25°C dan kelembaban
90%.
6. Titik Lebur
169°C – 172°C
7. Higroskopis
Paracetamol menyerap kelembaban dengan jumlah
tidak signifikan pada suhu 25°C.
8. Inkompatibilitas
Inkompatibilitas terhadap permukaan nylon dan
rayon.
b. Talk
1. Organoleptik
Berwarna putih sangat halus, bau lemah khas,
voluminous, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat Molekul: 591,25
3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan.
 Ukuran Partikelnya 0,40673
 Bentuk bubuk halus putih
4. Kelarutan
Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter,
sedikit larut dalam benzene panas dan etanol panas 95%
5. Stabilitas
Bahan yang stabil dapat di sterilisasi kan dengan
pemanasan pada 1608°C selama tidak kurang dari 1 jam.
6. Titik Lebur
50 – 58 °C

7
7. Higroskopis
Higroskopis
8. Inkompatibilitas
Senyawa yang mengandung amonium kuartener
c. Sukrosa
1. Organoleptik
Manis dan tidak berbau
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat Molekul : 342 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan
Massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk
hablur putih dan ukuran partikel yaitu granul tidak
beraturan.
4. Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam


air mendidih;sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter

5. Stabilitas

Stabil pada suhu ruang, stabil pada kelembaban yang


cukup, stabil pada pH maksimum 9

6. Titik Lebur
160-186 °C
7. Higroskopis

8
-
8. Inkompatibilitas
Serbuk sukrosa bisa terkontaminasi oleh logam
berat, yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas dengan
bahan aktif misalnya asam askorbat. Sukrosa bisa
terkontaminasi dengan sulfit dari proses penyulingan.
Dengan kandungan sulfit yang tinggi, perubahan warna
dapat terjadi pada tablet salut gula, untuk warna khusus
yang digunakan pada salut gula kandungan maksimum
sulfit dihitung sebagai sulfur adalah 1 ppm. Dalam bentuk
larutan atau asam terkonsentrasi, sukrosa terhidrolisis atau
berinversi menjadi dekstrosa dan fruktosa.

d. PGA
1. Organoleptik
tidak berbau
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan


-.
4. Kelarutan

Larut dalam 20 bagian gliserin; 20 bagian propilen


glikol; 2,7 bagian air dan praktis tidak larut dalam etanol.

9
5. Stabilitas

Stabil pada penyimpanan ditempat yang kering, dalam


suhu yang dingin.

6. Titik Lebur
160-186 °C
7. Higroskopis
-
8. Inkompatibilitas
-

e. Gelatin
1. Organoleptik
Tidak berwarna dan rasa lemah
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat molekul : 20.000-250.000 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan
-.
4. Kelarutan

10
Direndam dalam air menjadi lunak; m/air
panas;t/etanol & CHCl3 & eter

5. Stabilitas

Stabil pada penyimpanan suhu kamar

6. Titik Lebur
27,28 °C
7. Higroskopis
Tidak higroskopis
8. Inkompatibilitas
Gelatin bereaksi dengan aldehida dan gula
aldehida .

f. Aquadest
1. Organoleptik
Tidak berwarna dan tidak berbau.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat molekul : 18,02 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan

11
Berbentuk cairan jernih
4. Kelarutan

5. Stabilitas

Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar

6. Titik Lebur
100°C
7. Higroskopis
-
8. Inkompatibilitas
Bahan yang mudah terhidrolisis , bereaksi dengan
garam-garam anhidrat menjadi bentuk hidrat, material-
material organik dan kalsium koloidal.
g. Kalsium karbonat
1. Organoleptik
Tidak berasa dan tidak berbau.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat molekul : 100,09 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan
Berbentuk serbuk hablur mikro
4. Kelarutan

Tidak larut dalam air dan etanol, tetapi larut dalam


asam asetat , asam klorida dan asam nitrat.

12
5. Stabilitas

Stabil pada penyimpanan dalam wadah tertutup rapat


dan suhu kamar

6. Titik Lebur
825°C
7. Higroskopis
Bersifat higroskopis
8. Inkompatibilitas
Inkompatibel dengan beberapa agen pengoksidasi.
h. PEG
1. Organoleptik
Tidak berwarna dan berbau khas.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat molekul : 500 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan
Berbentuk serbuk licin
4. Kelarutan

larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P,


dalam glikol lain, dan hidrokarbon aromatik. PEG 400
praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon
alifatik.

5. Stabilitas

Stabil pada penyimpanan dalam wadah tertutup rapat


dan suhu kamar

13
6. Titik Lebur
39-46°C
7. Higroskopis
Bersifat higroskopis dan dapat melunak jika terkena
suhu tinggi.
8. Inkompatibilitas

Kompatibel dengan HgO kuning, ammoniated mercury,


asam salisilat

i. Kloroform
1. Organoleptik
Tidak berwarna, rasa manis dan berbau khas
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Struktur kimia :

Berat molekul : 119,38 g/mol


3. Ukuran Partikel, Bentuk atau Luas Permukaan
Berbentuk cairan tidak berwarna
4. Kelarutan

Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah


larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian
besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam
minyak lemak.

5. Stabilitas

Stabil pada penyimpanan dalam wadah tertutup rapat


dan suhu kamar

14
6. Titik Lebur
-63,5°C
7. Higroskopis
-
8. Inkompatibilitas

Tidak kompatibel dengan asam kuat atau basa.

III. Bentuk Sediaan, Dosis, dan Cara Pemberian


 Bentuk Sediaan : tablet salut gula
 Dosis : 3 x sehari 1 tablet setiap hari, dikonsumsi sesudah
makan.
 Cara Pemberian : dengan cara per oral.

B. FORMULASI
I. Permasalahan
Menempelnya bahan di dalam dinding die, pada proses pencetakan.
Pada proses penyalutan yang mengandung zat padat akan menjadikan
tablet salut lambat mongering an dapat mengisi banyak cacat kecil di
permukaan tablet yang dapat terjadi pada tahap proses awal penyalutan
selain permukaan yang halus, bentuk ideal tablet juga sangat peting.
II. Pengatasan masalah
Untuk mengatasi masalah menempelnya bahan di dinding die, ialah
bias ditambahkan pelicin. Jangan terlalu banyak mengandung zat
padat supaya tidak terjadi lambatnya pengeringan, bentuk ideal tablet
salut di bentuk dalam bentuk bulat, karena memungkan tablet tersebut
bergulir bebas di dalam panci penyalut, dengan kontak sekecil
mungkin sesame tablet.

III.Macam-macam formulasi standar (disertai literatur)


-
IV. Formulasi yang diajukan

15
R/ Paracetamol 200 tablet inti

C. Pelaksanaan
I. Cara Kerja
Formulasi

16
a. Ditimbang sebanyak 200 tablet inti (paracetamol/ asetosal) yang
dibebas debukan
b. Disisihkan 100 tablet inti (untuk uji sifat fisik tablet)
c. Tahap Sealing

Dibuat lapisan sealing

Lapisi panci penyalut dengan larutan sealing

Dikeringkan dengan mengaliri udara panas sampai panci


kering

Tablet inti dimasukkan ke dalam panci kemudian diputar

Panci dialiri dengan udara panas sampai suhu tablet inti


sekitar 30°C

Kemudian 15 mL larutan sealing dituangkan, lalu keringkan


dengan udara 25°C-30°C, tunggu sampai kering

Penyalutan dilanjutkan dengan 10 mL larutan sealing sampai


rata sebanyak 2-4 lapis, pengering menggunakan hair dryer
dan kipas angin

d. Tahan Subcoating

Semua bahan ditimbang untuk larutan subcoating dan serbuk


subcoating sebanyak setengah formula

Dilarutkan masing-masing bahan larutan subcoating dengan


sebagian air (sesuai porsi), bila sudah larut semua
dicampurkan semua larutan, diaduk sampai homogen

17
Larutan subcoating dan serbuk subcoating dicampur sehingga
menjadi suspense subcoating

Tablet dituangkan ke dalam panci penyalut

Panci diputar selama 3-5 menit, kemudian dikeringkan dengan


udara panas menggunakan kipas angina dan hair dryer

Tahap subcoating selesai apabila tablet inti telah terlapisi


dengn sempurna secara merata

e. Tahap Smoothing

Tablet yang telah disubcoat diletakkan pada panci penyalut


yang telah bersih

Kemudian ditambahkan larutan smoothing dan diaduk secara


merata lalu dibiarkan kering sendiri tanpa pengering udara
selama beberapa menit

Dikeringkan dengan pengering udara sampai tablet kering dan


halus

f. Tahap Coloring

Buatlah larutan atau suspense zat warna

Tablet yang telah dismoothing diletakkan pada panci penyalut


yang bersih

18
Tablet yang dilapisi dengan larutan sirup berwarna, lalu
diputar

Dikeringkan dengan pengering udara

g. Tahap Polishing

Tablet yang telah dismoothing diletakkan pada panci penyalut


yang bersih

Larutan polishing yang telah dibuat kemudian diletakkan ke


dalam panci penyalut yang bersih secara menyebar dan
merata, lalu panci diputar

Uji Evaluasi Sediaan Obat Salut Gula

a. Uji Keseragaman bobot

Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya


dan penyimpangan bobot setiap tablet terhadap bobot rata-
ratanya, dilakukan untuk sebelum disalut dan setelah disalut

Persyaratan keseragaan bobot terpenuhi jika tidak lebih dari


dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan kolom B
b. Uji ketebalan tablet

Diuji 5 tablet, msing-masing tablet diukur ketebalannya


menggunakan jangka sorong.

Tablet diukur ketebalannya baik sebelum disalut dan sesudah


disalut

19
Hasilnya seharusnya lebih tebal dibandingkan dengan tablet
inti yang belum disalut, tablet salut sudah dilapisi oleh
berbagai lapisan penyalut
c. Uji Kekerasan Tablet

Dengan menggunakan hardness tester, tablet diletakkan pada


ujung alat dngan posisi vertikel, kemudian putar skrup pada
ujung lain sehingga kaplet akan tertekan

Pemutaran dihentikan setelah tablet benar-benar pecah


ditandai dengan skala yang statis nantinya jika kita putar
sudah tidak mau menaikkan skalanya (sudah maksimal
angkanya)

Dilakukan dengan menggunakan 5 tabet salut dihitung


kekerasannya
d. Uji Kerapuhan Tablet

Sebanyak 20 tablet yang telah dibebasdebukan, kemudian


ditimbang seksama lalu dimasukkan friabiator, putar 100
putaran, setelah itu tablet ditimbang kembali

e. Uji Waktu Hancur

Sebanyak 2 tablet dimasukkan ke dalam uji waktu hancur


(disintegration tester). Setiap tabungnya diisi dengan satu
tablet lalu dimasukkan penangas air.

Air dimasukkan ke penangas sama dengan posisi lubang


ayakan di bawah alat saat tabung naik dalm kedudukan
Alat dijalankan sampai semua fraksi pecahan tablet benar-
tertinggi.
benar hancur antar tablet yang sebelum disalut dan sesudah
disalut
20
II. Kemasan, Brosur, Etiket
Kemasan

21
Brosur

Phamol-T
Tablet salut gula
22
Komposisi :
Paracetamol 500 mg

Manfaat :
Menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi, dismenore, (nyeri haid), sakit pada otot
Etiket

23
APOTEK SEJAHTERA
Jl.Wadas No.3 Kebumen
Tlp. (0252)123098
Apoteker : Uswatun Hasanah S.Farm,Apt SIP : 123450

No. 1
Tanggal : 07-12-20 ed : 07-2-21
Nama : Tn.Angga (27 th)

3x1 tablet
Diminum setelah makan

“semoga lekas sembuh”

24
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
A. Catatan Penimbangan Bahan
1. Tahap Sealing (Tidak dilakukan)

2. Tahap subcoating

Larutan Subcoating
No Bahan Berat (Gram)
1 Sukrosa 400
2 PGA 20
3 Gelatin 8
4 Akuades 300
Serbuk Subcoating
No Bahan Berat (Gram)
1 Kalsium karbonat 120
2 Talk 120

3. Tahap Smoothing

No Bahan Berat (Gram)


1 Sukrosa 100
2 Akuades 50

4. Tahap Coloring

No Bahan Berat (Gram)


1 Sukrosa 180
2 Gelatin 2
3 Zat warna Qs
4 Akuades 110

5. Tahap polishing (Tidak dilakukan)

No Bahan Berat (Gram)


1 PEG
2 Kloroform

25
A. Penyiapan Tahap Penyalutan

No Tahapan Proses Jumlah Hasil


Penambahan Pengamatan
1 Tahapan sealing Tidak dilakukan
2 Tahap subcoating 5 mL Bagian tepi
5 mL
tablet belum
2 mL
tertutup semua,
karena banyak
larutan gula
yang menempel
3 Tahap smoothing 2 mL Permukaan
2 mL
tabket sudah
2 mL
lumayan licin
4 Tahap coloring 3 mL Warna masih
3 mL
pudar
3 mL
Warna belum
rata
5 Tahap polishing (tidak Tidak dilakukan
dilakukan)

B. Kontrol Kualitas Tablet Salut


1. Keseragaman Bobot tablet salut

Sebelum disalut (mg) Sesudah disalut (mg)


1 289, 8. 271, 15 270, 1 351, 8. 335, 15 339,
. 1 5 . 9 . 7 0 . 6
2 280, 9. 275, 16 269, 2 348, 9. 356, 16 335,
. 1 0 . 1 . 0 1 . 1
3 281, 10 275, 17 271, 3 316, 10 362, 17 331,
. 1 . 1 . 5 . 2 . 2 . 2
4 281, 11 235, 18 279, 4 347, 11 343, 18 327,
. 8 . 1 . 9 . 1 . 9 . 2
5 278, 12 267, 19 261, 5 344, 12 326, 19 324,
. 1 . 1 . 5 . 0 . 9 . 3
6 288, 13 279, 20 276, 6 344, 13 321, 20 322,

26
. 0 . 3 . 5 . 7 . 1 . 0
7 210, 14 276, x́ 270, 7 333, 14 322, x́ 336,
. 1 . 5 8 . 8 . 8 6

Perhitungan:
bobot tablet ke−x−bobot rata−rata tablet
% penyimpangan: × 100 %
bobot rata−ratatablet

 Tablet Sebelum Disalut


- Tablet ke-1 (289,1 mg) - Tablet ke-11 (235,1 mg)
289,1−270,8 235,1−270,8
× 100 %=6,75 % × 100 %=13,1%
270,8 270,8
- Tablet ke-2 (280,1 mg) - Tablet ke-12 (267,1 mg)
280,1−270,8 267,1−270,8
× 100 %=3,43 % × 100 %=1,36 %
270,8 270,8
- Tablet ke-3 (281,1mg) - Tablet ke-13 (293,1 mg)
281,1−270,8 293,1−270,8
× 100 %=3,76 % × 100 %=3,13 %
270,8 270,8
- Tablet ke-4 (281,8mg) - Tablet ke-14 (276,5 mg)
281,8−270,8 276,5−270,8
×100 %=4,06 % ×100 %=2,10 %
270,8 270,8
- Tablet ke-5 (278,1 mg) - Tablet ke-15 (270,9 mg)
278,1−270,8 270,9−270,8
× 100 %=2,69 % ×100 %=0,03 %
270,8 270,8
- Tablet ke-6 (288,0mg) - Tablet ke-16 (269,1 mg)
288,0−270,8 269,1−270,8
×100 %=6,35 % × 100 %=0,62 %
270,8 270,8
- Tablet ke-7 (210,1 mg) - Tablet ke-17 (271,5 mg)
210,1−270,8 271,5−270,8
× 100 %=0,63 % ×100 %=0,25 %
270,8 270,8
- Tablet ke-8 (271,5 mg) - Tablet ke-18 (279,9 mg)

27
271,5−270,8 279,9−270,8
×100 %=0,25 % ×100 %=3,36 %
270,8 270,8
- Tablet ke-9 (356,1 mg) - Tablet ke-19 (324,3 mg)
275,0−270,8 261,5−270,8
×100 %=1,55 % ×100 %=3,43 %
270,8 270,8
- Tablet ke-10 (362,2 mg) - Tablet ke-20 (276,5 mg)
175,1−270,8 276,5−270,8
× 100 %=1,58 % ×100 %=2,1 %
270,8 270,8

 Tablet Sesudah Disalut


- Tablet ke-1 (351,7 mg) - Tablet ke-11 (343,9 mg)
351,7−336,6 343,9−336,6
×100 %=6,75 % ×100 %=2,16 %
336,6 336,6
- Tablet ke-2 (348,0 mg) - Tablet ke-12 (326,9 mg)
348,0−336,6 326,9−336,6
×100 %=3,38 % ×100 %=2,88 %
336,6 336,6
- Tablet ke-3 (316,2 mg) - Tablet ke-13 (321,1mg)
316,2−336,6 321,1−336,6
× 100 %=6,06 % × 100 %=4,60 %
336,6 336,6
- Tablet ke-4 (347,1mg) - Tablet ke-14 (322,8 mg)
347,1−336,6 322,8−336,6
× 100 %=5,79 % ×100 %=4,09 %
336,6 336,6
- Tablet ke-5 (344,0 mg) - Tablet ke-15 (339,6 mg)
344,7−336,6 339,6−336,6
×100 %=6,71 % ×100 %=0,89 %
336,6 336,6
- Tablet ke-6 (344,7 mg) - Tablet ke-16 (335,1 mg)
344,7−336,6 335,1−336,6
×100 %=2,40 % × 100 %=0,44 %
336,6 336,6

28
- Tablet ke-7 (333,8mg) - Tablet ke-17 (331,2 mg)
333,8−336,6 331,2−336,6
×100 %=0,83 % × 100 %=1,60 %
336,6 336,6
- Tablet ke-8 (335,0mg) - Tablet ke-18 (327,2 mg)
335,0−336,6 327,2−336,6
×100 %=0,47 % × 100 %=2,79 %
336,6 336,6
- Tablet ke-9 (356,1 mg) - Tablet ke-19 (324,3 mg)
356,1−336,6 324,3−336,6
× 100 %=5,79 % ×100 %=3,65 %
336,6 336,6
- Tablet ke-10 (362,2 mg) - Tablet ke-20 (322,0 mg)
362,2−336,6 322,0−336,6
× 100 %=7,60 % ×100 %=4,33 %
336,6 336,6

29
TABLET SESUAH DISALUT

%Penyimpangan bobot
Bobot tablet
Tablet ke rata-rata
(mg)
A 5% B 10%

1 351,7 4,48% 4,48 %

2 348,0 3,38 % 3,38 %

3 316,2 6,06% 6,06 %

4 347,1 5,79 % 5,79 %

5 344,0 6,71 % 6,71 %

6 344,7 2,40 % 2,40 %

7 333,8 0,83% 0,83%

8 335,0 0,47 % 0,47 %

9 356,1 5,79 % 5,79 %

10 362,2 7,60 % 7,60 %

11 343,9 2,16 % 2,16 %

12 326,9 2,88 % 2,88 %

13 321,1 4,60 % 4,60 %

14 322,8 4,09 % 4,09 %

15 339,6 0,89 % 0,89 %

16 335,1  0,44% 0,44 %

17 331,2 1,60 % 1,60 %

18 327,2 2,79 % 2,79 %

19 324,3 3,65 % 3,65 %

20 322,0 4,33 % 4,33 %

30
Keseragaman  bobot untuk tablet dengan berat >300mg, maka dari 20
tablet tersebut tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari 5% dan tidak boleh satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih dari 10% (Anonim, 1979).

2. Ketebalan Tablet

Sebelum disalut Sesudah


(mm) disalut (mm)
1. 5 1. 6
2. 6 2. 7
3. 6 3. 7
4. 5 4. 6
5. 6 5. 7
6. 6 6. 7

3. Uji Kekerasan

Sebelum disalut Sesudah


(kg) disalut (kg)
1. 9,90 1. 16,08
2. 9,35 2. 11,35
3. 8,20 3. 9,97
4. 11,54 4. 15,45
5. 10,97 5. 11,40
6. 9,48 6. 10,50
Syarat kekerasan tablet non salut menurut Farmakope Indonesia adalah
4-10kg, tablet salut 10-20 kg

4. Uji Kerapuhan

Tablet inti (mg) Tablet salut (mg)


Belum Sesudah Belum Sesudah
6,6001 6,5881 7,6901 7,6860
6,524 6,552 7,7486 7,7458

31
6,544 6,530 7,5910 7,5873

Perhitungan
bobot sebelum diuji−bobot sesudah diuji
% Kerapuhan= ×100 %
bobot sebelum diuji
% Kerapuhan Tablet inti % Kerapuhan Tablet salut (mg)
1) Tablet ke-1 1) Tablet ke-1
6,6001−6,5881 7,6901−7,6860
×100 %=0,81% ×100 %=0,05 %
6,6001 7,6901
2) Tablet ke-2 2) Tablet ke-19 (324,3 mg)
6,524−6,552 7,7486−7,7458
×100 %=−4,5 % × 100 %=0,03 %
6,524 7,7486
3) Tablet ke-3 3) Tablet ke-3
6,544−6,530 7,5910−7,5873
×100 %=0,21 % × 100 %=4,33 %
6,544 7,5910

Menurut Farmakope Indonesia, syarat kerapuhan tablet inti adalah <1%


dan untuk tablet salut < 0,8%

5. Uji Waktu Hancur

Sebelum disalut (menit) Setelah disalut (menit)


2,73 2,80 1,75 4,67 4,56 3,20
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari
15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non enterik kurang dari 30
menit.

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan tablet


salut gula dengan zat aktif berupa paracetamol yang berkhasiat sebagai

32
analgesik antipiretik. Tablet salut gula merupakan tablet kempa yang
disalut dengan menggunakan beberapa lapisan tipis secara berturut-turut
dengan larutan sukrosa dengan atau tanpa pewarna. Penyalutan pada tablet
salut gula berfungsi untuk melindungi bahan obat dengan berperan
sebagai barrier terhadap kelembaban dan udara, menutupi bahan obat yang
rasa dan baunya tidak enak dan memperbaiki penampilan tablet.
Penyalutan dapat bervariasi dalam ketebalan dan warna dari tambahan
bahan-bahan yang akan digunakan untuk salut gula (King,1984).
Penyalutan dalam tablet berfungsi untuk melindungi obat dari udaradan
kelembapan, untuk menghindari gangguan dalam pemakaian obat karena
bau dan rasanya yang tidak enak, dan untuk memperbaiki penampilan
tablet agar lebih menarik (Ansel, 1984). Dalam percobaan kali ini
perlakuan yang utama penyalutan yaitu pada tablet intinya. Tablet inti
yang digunakan dalam penyalutan harus mempunyai stabilitas fisik yang
baik agar saat proses penyalutan dalam mesin beban aliran dan gesekan
bahkan bertumbukan dengan tablet lain dapat diminimalisir sekecil
mungkin. Akan tetapi tabket ini harus tetap menjamin kehancuran tablet
yang baik (Voight, 1984). Tablet inti yang akan disalut harus memiliki
sifat fisik yang baik diantaranya yaitu tablet harus tahan terhadap abrasi
dan gumpil agar mampu menahan benturan antara tablet satu dengan yang
lain saat berada dalam panci penyalut, permukaan tablet tidak rapuh dan
lunak oleh pemanasan ataupun lunak oleh campuran penyalut karena hal
itu akan mempengaruhi proses penyalutan, permukaan tablet harus halus,
bentuk fisik yang ideal yaitu bulat dengan tujuan agar mempermudah
bergulir bebas dalam panci penyalut dan meminimalisir sekecil mungkin
untuk kontak langsung dengan tablet yang lain. Dalam pembuatan tablet
salut gula ini melewati beberapa tahap proses terlebih dahulu diantaranya
yaitu tahap subcoating (penyalutasn dasar) yang bertujuan untuk
membulatkan tepi tablet dan meningkatkan ukuran dari tablet (Lachman et
al, 1994), tahap smoothing (pelicinan) bertujuan untuk membuat
permukaan tablet menjadi lebih licin sehingga zat warna dapat melapisi

33
tablet secara merata, tahap coloring (pewarnaan) bertujuan untuk
memberikan warna pada tablet sesuai dengan keinginan dalam proses
pemberian warna harus diperhatika untuk memastikan tablet tidak
berlebihan warnanya (Hogan,2001). Selanjutnya adalah tahap poloshing
yaitu pengkilapan pada tablet agar lebih mengkilap dan menarik.
Setelah tablet inti melewati proses penyalutan dengan berbagai
tahap, selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan tablet salut gula. Evaluasi
tersebut meliputi uji ketebalan, uji keseragaman bobot, uji kekerasan
tablet, uji kerapuhan tablet, dan uji waktu hancur tablet.
1. Evaluasi uji ketebalan
Tablet salut gula yang sudah jadi lalu diukur ketebalannya, uji ini
dilakukan untuk mengetahui ketebalan dari sediaan tablet. Tablet
dihitung ketebalannya dari sebelum disalut dan setelah disalut.
Ketebalan pada tablet berhubungan dengan kekerasan suatu sediaan
tablet. Uji ini dilakukan menggunakan jangka sorong dengan cara
menggeser rahang jangka sorong lalu tablet diletakan diujung alat
dan dihitung sekalanya diulang sampai tablet ke-6. Hasil yang kami
peroleh yaitu tebal tablet sebelum disalut sebanyak 6 kali replikasi
yaitu 5,6,6,5,6,6 dan tebal tablet yang sudah disalut 6,7,7,6,7,7. Hasil
tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa tablet
yang sudah disalut harusnya lebih tebal dari tablet yang belum disalut.
2. Uji keseragaman bobot
Uji ini bertujuan untuk mengetahui keseragaman bobot tablet
yang dibuat, uji ini dilakukan menggunakan alat berupa neraca
analitik yang cara kerjanya dengan menimbang masing-masing tablet
sebanyak 20 tablet dan dihitung % penyimpangannya. Persyaratan
keseragaman bobot terpenuhi apabila tablet dengan berat >300mg,
maka dari 20 tablet tersebut tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 5% dan tidak boleh satu
tablet pun yang  bobotnya menyimpang lebih dari 10% (Anonim,
1979). Hasil yang diperoleh yaitu dari 20 tablet pada kolom A terdapat

34
5 tablet yang memiliki % penyimpangan yang melebihi daribobot
rata-rata lebih dari 5%, sedangkan pada kolom B semua tablet sudah
memenuhi syarat keseramana bobot.
3. Uji kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet bertujuan untuk mengetahui kekerasan tablet
yang sudah dibuat terhadap tekanan mekanik ataupun gesekan baik
saat proses pengemasan, distribusi maupun penyimpanan. Pengujian
ini dilakukan menggunakan alat Hardnes Teaster dengan syarat
kekerasan tablet non salut yaitu 4-10 kg, dan tablet salut dengan
kekerasan 10-12 kg (FI III,1979). Hasil yang diperoleh dari uji
kekerasan tablet yaitu tablet inti sebelum disalut ada dua tablet yang
meyimpang dari persyaratan kekerasan tablet yaitu melebihi 10 kg
sedangkan tablet yang sudah disalut sudah sesuai dengan literatur dan
tidak ada penyimpangan.
4. Uji kerapuhan tablet
Uji kerapuhan tablet bertujuan untuk mengetahui ketahanan dan
kekuatan fisik sediaan tablet terhadap gesekansaat proses pengemasan
sampai penyimpanan. Uji kerapuhan dilakukan dengan menggunakan
alat Friability Teaster dengan cara sebanyak 20 tablet dibebasdebukan
lalu ditimbang dan dimasukan dimasukan ke dalam alat dan diputar
sebanyak 100 putaran dan ditimbang kembali. Syarat kerapuhan tablet
inti adalah <1% dan untuk tablet salut < 0,8%. Hasil yang diperoleh
kerapuhan tablet inti ada 1 tablet inti yang menyimpang dari syarat
yaitu -4,5% dan pada tablet setelah disalut terdapat satu tablet yang
menyimpang dari persyaratan yaitu 4,33%.

35
5. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur bertujuan untuk mengetahui berapa lama tablet
dapat hancur didalam tubuh. Pengujian ini menggunakan alat
Desintegration Teaster dengan cara tiga buah tablet dimasukan
kedalam alat uji. Setiap tabung berisi satu buah tablet lalu dimasukan
kedalam penangas air dengan suhu 37oC. Sayarat waktu hancur tablet
salut yang baik yaitu tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut non enterik kurang dari 30 menit.
Hasil pengujian didapatkan waktu untuk tablet sebelum disalut
berkisar antara 2 menit dan untuk tablet sesudah disalut sekitar 3-4
menit hal tersebut sudah sesuai dengan persyaratan waktu hancur
tablet salut yang baik yaitu tidak kurang dari 30 menit.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tablet salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan
menggunakan beberapa lapisan tipis secara berturut-turut dengan larutan
sukrosa dengan atau tanpa pewarna. Penyalutan pada tablet salut gula
berfungsi untuk melindungi bahan obat dengan berperan sebagai barrier
terhadap kelembaban dan udara, menutupi bahan obat yang rasa dan
baunya tidak enak dan memperbaiki penampilan tablet. Proses penyalutan
tablet meliputi subcoating, smoothing, coloring, dan polishing.

B. Saran
Praktikan diharapkan lebih trampil dalam membuat sediaan salut
gula karena sediaan tersebut membutuhkan ketrampilan, kecekatan dan
ketelitian yang tinggi agar dihasilkan sediaan yang memenuhi syarat mutu
fisik suatu sediaan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 2000, Farmasetika, 2000, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta


Ansel, H. C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan FarmasI, Edisi Keempat, EBC,
Jakarta.
Augsburger, L.L. & Hoag, S.W, 2008, Pharmaceutical Dosage Forms Tablets.
3rd Edition,Informa health care USA, New York.
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FKUI.2007.
Katzung, Bertram G. 2011. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

38
LAMPIRAN

Penimbangan bahan Alat

Pengayakan Uji laju alir

Uji sudut diam Uji bobot jenis nyata

39
Uji kompresibilitas Pengisian kapsul

Uji keseragaman bobot Uji kompresibilitas

40

Anda mungkin juga menyukai