Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)

PADA PRODUKSI WAFEL UMKM CRUNCH N’ CRUNCH

DI AYANI MEGA MALL PONTIANAK

Disusun Oleh :

Dea eka puspita 191031017


Endang naritami 191031024
Hanifah 191031028
Rahmi rama dhani 191031046
Riesta armelia 191031049

Dosen Pengampu :

Mulyanita, S.T, M.Si

Ikawaty Sulistyaningsih, S.Gz., M.Gizi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PRODI DIII GIZI

TAHUN AJARAN 2021/2022


Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi

Waffle Crunch n Crunch di Megamall Ayani Pontianak

Abstrak;

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP) untuk mengidentifikasi dan mencegah bahaya potensial
dalam proses produksi wafer roll coklat di Megamall Ayani Pontianak .Proses
produksi waffle dari pencampuran bahan baku, pengolahan,dan penyajian dilakukan
di tempat yang sama,dilakukan secara terbuka,hanya saja tempat penyimpanan bahan
mentah dilakukan di dapur dalam(dapur kotor)Penerapan sistem jaminan mutu harus
dilakukan pada setiap tahapan untuk mencegah pencemaran bahaya mikrobiologi,
kimia, dan fisik serta menjaga kualitas produk.

Penelitian dilakukan menggunakan metode survey, dengan mengikuti secara langsung


seluruh alur proses pembuatan waffle coklat mulai dari pengiolahan sampai dengan
penyajian,sampai produk akhir dalam kemasan. Metode analisa data yang digunakan
adalah metode analisa deskriptif. Penerapan sistem HACCP di PT. X melalui dua
langkah yaitu preliminary step to hazard analysis dan step hazard analysis.

Waffle merupakan sejenis kudapan khas berasal dari Belgia.Bahan baku utama
pembuatan kue waffle adalah tepung terigu (gandum). Pengadaan tepung terigu di
Indonesia dilakukan dengan mengimport dari Negara lain.

Kata kunci :Tepung Terigu, HAACCP,wafle.

1. Pendahuluan

Pada era globalisasi saat ini sudah banyak sekali kebudayaan asing masuk dengan
mudah ke Indonesia.Budaya asing yang sudah berhasil memberikan pengaruh besar
terhadap budaya lokal salah satunya adalah produk makanan.Makanan budaya asing
sekarang sudah banyak diminati oleh masyarakat Indonesia bahkan menjadi makanan
favorit hingga sampai saat ini.Salah satu makanan budaya asing yang menjadi makanan
favorit dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum millenial
adalah waffle.Waffle merupakanan makanan khas dari mehara Belgia yang dapat
dengan mudah ditemukan di Indonesia dari pedagang kaki lima hingga Mall besar di
sejumlah wilayah perkotaan,makanan ini banyak disukai bahkan hampir semua
kalangan usia,hal tersebut dibuktikan oleh jumlah peminat yang mengantri untuk
membeli waffle tersebut rela menunggu antrian panjang hanya demi membelikan
waffle ,tekstur,rasa,dan variasi topping yang unik menjadi daya tarik tersendiri untuk
makanan khas belgia yang sangat popular saat ini,sehingga bisa menjadi salah satu
produk makanan primadona di Megamall di daerah Pontianak terutama menjadi menu
yang paling banyak diminati di Crunch n Crunch .
Oleh karena itu,perlu adanya oemantauan penerapan Hazard Analisis Critical Control
Points terhadap makanan Primadona Crunch n Crunch di Mall terkenal di wilayah
Pontianak ini dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya kontaminasi
mikroba pathogen,memastikan apakah makanan tersebut aman secara biologis,fisik
dan kimia bagi konsumen.

1. Metode Pelaksanaan

2.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan praktek lapangan dilakukan di Crunch n Crinch Megamall Ayani Pontianak


pada thari Jum’at,24 Desember 2021.

2.2.Materi

Instrumen yang digunakan adalah video recorder menggunakan handphone dan


oengamatan secara objektif /secara langsung dari proses pengolahan,sampai makanan
dikemas.

2.3. Tekhnik Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilakukan di Crunch n Crunch Megamall Ayani Pontianak denhan metode


obaervasi,record video dan wawancara singkat mengenai proses pengolahan.

2.4. Analisi data hasil Kegiatan

Analisis data dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan menganalisis penerapan


HACCP. Analisis HACCP yang dilakukan meliputi: analisis deskripsi produk,
identifikasi rencana penggunaan, penyusunan bagan alir, konfirmasi bagan alir di
lapangan, identifikasi bahaya, penentuan CCP, penentuan batas-batas kritis (critical
limits) pada CCP. Selain itu, dilakukan juga perancangan tata letak pabrik untuk
rekomendasi perbaikan berdasarkan konsep HACCP (Pramesti et al., 2013).

2. Hasil dan Pembahasan

3.1.Deskripsi Produk

Waffle adalah makanan yang terbuat dari adinan tepung terigu,dan campuran bahan
makanan lainnya seperti telur,minyak,dan gula,yang dimasak dengan besi waffle yang
bermotif khas dan berkarakteristik tertentu yang disajikan dengan tambahan variasi
topping yang beragam untuk memberikan daya tarik terhadap makanan
tersebut.Adonan waffle tersebut diadon sebanyak satu toples besar dan akan diolah
sesuai pesanan,penyimpanan adonan di lsimoan dan tertutup tidak terlalu rapat di
tempat terbuka berdampingan dengan tempat pengolahan,pengolahan dilakukan setiap
ada pemesanan saja,tidak ada proses penyimpanan waffle dalam waktu yang lama,hal
tersebut dikarenakan pengilahan waffle hanya sesuai permintaan konsumen
saja,proses penyajian dilakukan di tempat terbuka dekat dengan proses
pengolahan,produk di sajikan menggunakan kemasam khusus dari pihak Crunch n
Crunch .

3.2. Identifikasi dan Analisis Bahaya Bahan Baku dan Kemasan


Identifikasi dan analisis bahaya meliputi potensi bahaya fisik, kimia, dan mikrobiologi
pada bahan baku dan kemasan yang digunakan untuk membuat Waffle. Terdapat tiga
bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman untuk
dikonsumsi, yaitu hazard fisik, kimia, dan biologi. Bahaya fisik termasuk benda -benda
seperti pecahan logam, gelas, batu, yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah,
tercekik ataupun perlukaan pada saluran pencernakan. Bahaya kimia antara lain
pestisida, za t pembersih, antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan makanan.
Bahaya biologi antara lain mikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman, dan hewan
beracun. Adapun detail identifikasi tersebut disajikan pada Tabel 1
Bahan Jenis bahaya Penyebab bahaya Cara
pengendalian
Terigu Kapang, pemutih, aflatoksin, benda 1. Penyimpanan 1. Memilih
asing, kerikil, dan debu. yang kurang tepat. supplier yang
2. Pemutih yang tepat.
digunakan. 2. Memeriksa
3. Kontaminasi terigu saat bahan
lingkungan sekitar baku datang
3. Melakukan
penyaringan
bahan baku.
Telur ayam Salmonella, debu, dan tanah, 1. Kotoran ayam 1. Memilih
busuk, retakan dan bintik merah di yang masih supplier yang
cangkang menempel pada tepat.
telur. 2. Memeriksa
2. Kontaminasi telur saat datang
lingkungan sekitar. dari pemasok.
3. Mencuci
bahan baku
dengan air
mengalir.
4. ada
spesifikasi
bahan makanan
5. siman pada
suhu -5◦C
Gula Bakteri osmofilik, kerikil, debu, 1. Penyimpanan 1. Memilih
dan kotoran. kurang tepat. supplier yang
2. Kontaminasi tepat.
lingkungan sekitar. 2. Memeriksa
gula pasir saat
bahan baku
datang.
3. Menyaring
gula agar benda
asing tidak ikut
masuk
Minyak Bakteri koliform, bahan pengawet 1. Penyimpanan 1. Memilih
goreng (antioksidan), pewarna, debu, dan kurang tepat. supplier yang
kotoran. 2. Bahan tambahan tepat.
pangan yang 2. Memeriksa
digunakan tidak margarin saat
sesuai atau bahan baku
berlebih 3. datang.
Kontaminasi
lingkungan sekitar.
Choclate Bakteri 1. Penyimpanan Penyimpanan
osmofilik,Mycobacterium, debu, kurang tepat. tidak terlalu
dan kotoran. 2. Kontaminasi lama dan di
lingkungan sekitar. simpan di
tempat kering

Bahan biologi, kimia atau fisika, atau kondisi yang dapat menimbulkan resiko
kesehatan yang tidak diinginkan terhadap konsumen. Menurut NACMCF (1992)
mendefinisikan bahaya atau ”hazard” sebagai suatu sifat-sifat biologis/mikrobiologis,
kimia, fisika yang dapat menyebabkan bahan pangan (makanan) menjadi tidak aman
untuk dikonsumsi. Selain itu, salah satu faktor yang dapat menimbulkan risiko besar
adalah senyawa yang dihasilkan oleh Salmonella, yang biasanya terdapat pada telur.
Salmonella dapat menyebabkan bakteri menyebar ke dalam telur dengan menempel
pada permukaan kulit telur (U.S. Department of Agriculture, 2005). Pengamatan
menunjukkan bahwa minyak nabati curah yang digunakan dalam industri ini mudah
terkontaminasi oleh bahan tambahan makanan (BTP) yang digunakan secara
berlebihan dan tidak memenuhi syarat. Pilih pemasok yang dapat diandalkan dan
periksa bahan baku sebelum digunakan dan disimpan dalam kondisi kedap udara dan
kering untuk menghindari berbagai kontaminasi fisik, kimia, dan mikrobiologi. Dalam
proses pengemasan, kemasan yang digunakan adalah PE sebagai kemasan primer dan
karton sebagai kemasan sekunder. Kemasan ini memiliki potensi kontaminasi apabila
monomer plastik bermigrasi ke dalam makanan, khususnya bila dipanaskan atau
kondisi berada pada suhu tinggi. Pemilihan kemasan yang tepat dan penyimpanan pada
kondisi yang bersih dan kering dapat mencegah adanya debu atau kotoran lain yang
masih menempel pada kemasan.
3.3 Identifikasi Bahaya Proses Produksi

Identifikasi dan analisis bahaya yang dilakukan meliputi: potensi bahaya fisik, kimia,
dan mikrobiologi pada proses produksi waffle. Proses tersebut disajikan pada Tabel 2.

Bahan Jenis bahaya Penyebab Cara


bahaya pengendalian
Penimbangan,pengayakanbaha Pecahan cangkang 1. Pencegahan 1. Pengecekan
n baku dan persiapan telur, aflatoksin, cangkang telur terhadap bahan
pengadukan adonan cemaran mikroba yang tidak baku sebelum
dari bahan baku. berhati-hati. digunakan. 2.
2. Penggunaan Pengecekan
bahan baku yang berkala terhadap
sudah bahan baku.
kadaluarsa. 3. Penyimpanan
3. Penyimpanan bahan baku yang
bahan baku yang tepat dan layak.
tidak benar
Pengadukan adonan Kontaminasi dari 1. Terjadinya Pencucian
alat, dan debu. kontaminasi peralatan secara
akibat perawatan berkala saat
yang buruk. 2. sebelum dan
Kontaminasi ole setelah produksi
h debu yang agar tidakterjadi
beterbangan. kontaminasi silan
g antar batch
produksi.
Pencetakan dalam oven listrik Kontaminasi dari Kontaminasi Pencucian alat
alat. fisik karena secara berkala
kurangnya serta penggantian
perawatan alat, alat jika sudah
sehingga timbul berkarat.
karat.
Pemanggangan 1. Kontaminasi Pemanggangan Pemanggangan
oleh kapang. yang kurang dilakukan pada
2. suhu yang sempurna suhu dan waktu
tidak sesuai menyebabkan yang tepat dan
dlm proses kondisi yang konsisten.
memungkinkan
pemanggangan
kapang tumbuh.

Pengambilan waffle dari Kotoran, debu, Kontaminasi Minimalisasi


cetakan dan abu rokok. dapat terjadi saat kontak produk
pemindahan kue dengan
dari cetakan ke kontaminan.
rak pendingin
Pendinginan Kotoran dari Kontaminasi Pemisahan antara
langitlangit dan dapat terjadi rak pendinginan
debu. akibat tata ruang dan rak
yang buruk, penyimpanan
bercampurnya
rak penyimpanan
dan rak
pendinginan.
Pengemasan 1. Debu dan Pengemasan 1. Minimalisasi
mikrooganisme yang kurang baik terjadinya
. sehingga rawan kontaminasi
2. kontaminasi terjadi dengan
silang dari kontaminasi. pengecekan
pekerja, wadah secera berkala.
2. Penerapan
higiene pekerja,
alat dan wadah
yang baik

Proses produksi waffle yang dapat terjadi dan memengaruhi kualitas dari produk
akhir yaitu: proses penimbangan bahan baku dan persiapan pengadukanadonan,
pencetakan dalam pemanggang listrik, pemanggangan, pengambilan waffle dari
cetakan, pendinginan, dan pengemasan. Pada proses penimbangan bahan baku dan
persiapan adonan, terdapat beberapa kemungkinan bahaya yang dapat terjadi, seperti:
kontaminasi dari pecahan cangkang telur, aflatoksin, dan Salmonella sp. Terjadinya
kontaminasi pada proses pengadukan adonan disebabkan perawatan alat yang kurang
baik dan maksimal, ruang produksi yang tidak higienis, sehingga dapat mencemari
produk. Identifikasi bahaya pada proses pencetakan adalah kontaminasi dari alat,
seperti tidak dicucinya cetakan secara berkala dan cetakanyang berkarat, sehingga
berbahaya bagi konsumen. Proses pemanggangan yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan produk masih mentah dan basah, sehingga dapat ditumbuhi kapang dan
jamur. Pada saat observasi berlangsung, ditemukan adanya pekerja yang merokok
(Gambar 2) saat memanggang adonan. Selain itu, pekerja membuang abu rokoknya di
lantai. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi pada produk akhir, mengingat abu
rokok mengandung debu, yang mudah tertiup dan terbawa oleh angin.(Irwan et al.,
2019)
3.4. Penentuan Critical Control Point
(CCP) pada ProsesPenerimaan Bahan Baku

Critical Controlt Point


(CCP) merupakan langkah-langkah yang dapat diterapkan untuk mencegah atau meng
hilangkan bahaya
menuju titik aman (Bryan,1995). Penetapan CCP pada bahanbaku cukup penting dilak
ukan karena kualitas bahan baku sangat
mempengaruhi produk akhir yang dihasilkan, sehingga aman
untuk dikonsumsi. Adapun penentuan CCP pada proses
penerimaan bahan baku disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa bahan b
aku yang termasuk ke dalam
kategori CCP adalah terigu, gula pasir. Pada terigu, potensi
bahaya biologi dan kimia dapat disebabkan adanya racun aflatoksin yang dihasilkan
kapang, sementara potensi bahaya
fisik disebabkan adanya kerikil. Racun tersebut tidak dapat
dihilangkan selama tahapan proses produksi, sehingga cukup
berbahaya apabila terkonsumsi dan berpengaruh langsung
terhadap keamanan produk akhir. Pada gula pasir dan garam, potensi bahaya fisik
yang ditemukan berupa kerikil/batu kecil
menyebabkan gula pasir dan garam tergolong ke dalam kategoriCCP karena kerikil te
r sebut tidak dapat dihilangkan selama tahapan proses produksi.
TABEL 3. Penentuan CCP bahan baku
No Bahan Identifikasi Apakah adabah Proses produksi Kontaminasisilang padafas Keterangan
baku bahaya aya? (P1) dapatmenghila ilitas atauproduk laintidak
ngkanbahaya? dapatdikendalikan?
Ya: ke P2 (P2)
Tidak: bukanC Ya: CCP
CP Ya: ke P3 Tidak: BukanCCP
Tidak: CCP
1 Terigu Kapang Ya Tidak - CCP
Pemutih da Ya Tidak - CCP
naflatiksin
Kerikil dan
debu Ya Tidak - CCP
2 Telur Salmonella Ya Ya Tidak Bukan CCP
Debu danta Ya Ya Tidak Bukan CCP
nah
3 Minya Debu dank Ya Ya Tidak Bukan CCP
k otoran
4 Pasta - - - - Bukan CCP
Coklat
5 Gula p Kerikil, de Ya Tidak - Bukan CCP
asir budan koto
ran

3.5. Penentuan Critical Control Point (CCP) pada ProsesProduksi


Pada tahapan proses pembuatan brownies, terdapat beberapamacam bahaya fisik, kimi
a, dan biologi yang ditemukan. Penetapan CCP pada tahapan proses produksi penting
dilakukanuntuk menentukan titik kritis agar dapat dilakukan upayapengendalian dala
m mengurangi potensi bahaya. Adapun garisbesarnya disajikan pada Tabel 4

TABEL 4. CCP pada proses produksi.


No Tahapan Identifikasi Apakahada Adanyatin Prosesdiranca Bahaya dapatm Prosesla Ket
Proses bahaya bahaya? dakanpenc ngkhususuntu eningkatkansa njut dap
(P1) egahan? kmengurangib mpai batastidak atmeng
(P2) ahaya?(PE) aman? (P4) urangib
Ya: keP2 ahaya (
Tidak: buk Ya: ke P3 Ya: CCP Ya: Ke P5 P5)
anCCP Tidak: buk Tidak: ke(P4) Tidak: BukanC
anCCP CP Ya: Buk
anCCP
Tidak:
CCP
1 Penerim Bakteri, ka Ya Ya Ya - - CCP
aan Bah pang
anBaku Aflatoksin Ya Ya Ya - - CCP
Kerikil, de
bu Ya Ya Ya - - CCP
2 Penimba Kontamun Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan
ngan ba asi darialat CCP
hanbaku , debu
3 Pencam Kontamina Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan
puran si darialat, CCP
debu
4 Penceta Debu Ya Ya Ya - - CCP
kandala
mloyang
5 Pemang Debu Ya Ya Ya - - CCP
gangan
6 Pengem E. colli, de Ya Ya Tidak Ya Tidak CCP
asan bu
kotoran Ya Tidak - - - Bukan
CCP

Beberapa tahapan proses produksi yang termasuk ke dalamkategori CCP adalah pener
imaan bahan baku, pemanggangan, dan pengemasan. Pada penerimaan bahan baku, p
otensi bahayabiologi dan kimia disebabkan adanya racun aflatoksin yang dihasilkan k
apang pada bahan baku tepung. Sementara itu, potensi bahaya fisik pada tahapan pene
rimaan bahan bakutersebut disebabkan adanya kerikil, kotoran, debu, dsb. Prosespene
rimaan bahan baku bertujuan untukmenghilangkan/mengurangi potensi bahaya yang t
erdapat didalam bahan baku hingga ke tingkat aman dengan caramelalukan seleksi pa
da bahan baku tersebut agar aman untukdikonsumsi. Pada tahap pemanggangan, dapat
digolongkan kedalam CCP karena proses ini dirancang khusus untukmengurangi pote
nsi bahaya yang teradapat di dalam adonandengan cara pematangan produk melalui p
emanasan. Padaproses pengemasan, potensi bahaya yang ditemukan berupakontamina
si E.
coli dan kotoran yang tidak dapatdihilangkan/dikurangi pada proses selanjutnya, kare
na prosestersebut merupakan tahap akhir dalam proses produksi. Tahapanproses prod
uksi lainnya tidak termasuk ke dalam CCP, karenadapat diminimalisasi, sehingga bah
aya yang dapat ditimbulkanmenjadi tidak terlalu signifikan.

3.6. Penentuan Tindakan Koreksi pada Proses Produksi


HACCP
Merupakan sistem yang digunakan untuk mengukur tingkat bahaya, memprediksi
risiko, dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan melalui penitikberatan
pencegahan dan pengendalian proses (Suklan, 1998). Penetapan HACCP bertujuan
untuk menjamin pengendalian potensi bahaya yang berpengaruh terhadap keamanan
produk pangan. Proses penetapan HACCP dilakukan dengan menghimpun informasi -
informasi mengenai identifikasi CCP, prosedur monitoring, dan tindakan koreksi, yang
disajikan pada Tabel 5.
No Tahapan Jenis Bahaya Parameter Batas Kritis Target Pemantauan Frekuensi Tindakan

1 Proses
Penerimaan Bakteri, CCP
Bahan baku Terdapat Bebas dari Memberikan Setiap Koreksi
Penggunaan
kapang, yang bebas residu aflatoksin kriteria bahan pemasok/
Bahan Baku
aflatoksin, dari toksin aflatoksin dan bahan baku baku merek yang
kerikil, dan benda dan benda pengotor yang baik datang terjamin
2 Pemanggang Kontaminasi Sanitasi Kondisi Suhu Pengeccekan Setiap Pembersihan
kotoran, asing (kerikil asing kualitasnya
-an silang, debu, peralatan pekerja, pemanggang sanitasi alat, proses alat,
debu. dan debu)
kotoran pekerja, dan peralatan, an yang lingkungan, pemangg lingkungan,
lingkungan dan tepat, dan pekerja dan pekerja
yang baik lingkungan sanitasi -angan
yang tidak lingkungan
bersih kerja,
pekerja, dan
peralatan
yang baik
3 Pengemasan E. coli, debu Sanitasi Kondisi Sanitasi Pengecekan Setiap Pembersihan

dan kotoran peralatan, pekerja, lingkungan sanitasi alat, proses alat,


pekerja, dan peralatan kerja, lingkungan, pengem lingkungan,
lingkungan dan pekerja, dan dan pekerja a san dan pekerja
yang baik lingkungan peralatan
yang tidak yang baik
bersih

Berdasarkan Tabel 5, mengenai penerapan HACCP pada proses produksi, proses


produksi yang menjadi titik kritis adalah penerimaan bahan baku, pemanggangan, dan
pengemasan. Proses penerimaan bahan baku dapat menghilangkan atau mengurangi
potensi bahaya hingga ke titik aman. Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukan proses seleksi atau memilih supplier yang tepat, agar dapat terjamin
keamanannya. Proses pemantauan dilakukan setiap bahan baku datang dan nilai target
yang dicapai, yaitu bahan baku yang bebas dari benda asing dan aflatoksin untuk bahan
baku tepung terigu. Sementara itu, proses pemanggangan dapat mengurangi potensi
bahaya karena adanya proses pemasakan terhadap adonan bahan baku. Proses
pengemasan yang merupakan tahapan akhir dari proses produksi dilakukan secara
manual, sehingga cukup rawan terhadap adanya kontaminasi. Kedua proses ini
menitikberatkan pada kondisi sanitasi peralatan, lingkungan pekerjaan, dan pekerja
yang harus selalu dalam keadaan bersih.

Kesimpulan

yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu: 1) berbagai aspek dalam pembuatan waffle
(bahan baku, kemasan, dan bahan untuk pengolahan) memiliki 3 jenis potensi bahaya
yang ditinjau dari segi biologi, fisik, dan kimia; dan 2) dalam konsep HACCP terdapat
3 tahapan dalam pembuatan waffle yang dianggap sebagai CCP, yaitu: proses
penerimaan bahan baku, pemanggangan, dan pengemasan.

Ucapan Terimakasih

Penulis berterima kasih kepada Poltekkes Kemenkes Pontianak atas bimbingan dan
konsultasinya selama pelaksanan kegiatan serta penyusunan naskah.

Daftar Pustaka

Irwan, J. et al. (2019) ‘Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
pada Produksi Brownies UMKM 3 Sekawan Cake and Bakery’, Jurnal Bakti Saintek:
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sains dan Teknologi, 3(1), p. 23. doi:
10.14421/jbs.1306.

Anda mungkin juga menyukai