1. Analisis bahaya dan penetapan risiko yang berhubungan dengan produksi
bahan mentah, pemanenan/penyembelihan, pengolahan, distribusi,
penjualan, persiapan dan konsumsi.
2. Penetapan titik pengendalian kritis (CCP=Critical Control Points)
yang dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.
3. Penetapan limit kritis yang harus dipenuhi untuk setiap CCP yang
ditentukan.
4. Penentuan prosedur untuk memantau CCP.
5. Penetapan tindakan koreksi yang harus dilakuakan jika terjadi
penyimpangan selama pemantauan.
6. Penetapan sistem pencatatan yang efektif yang merupakan dokumen
penting program HACCP.
7. Penetapan prosedur verifikasi untuk membuktikan bahwa sistem HACCP
telah berhasil.
Manfaat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point )
Terdapat beberapa keuntungan pokok yang diperoleh pemerintah dan instansi kesehatan serta
konsumen dari penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan makanan:
HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada semua
aspek dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologi, kimia, dan fisik pada
setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai penggunaan produk
akhir.
HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan kegiatan
yang dapat atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya sebelum mencapai
konsumen.
Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses pengolahan
makanan
Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga pengawasan
menjadi optimal.
Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis dari
proses produksi yang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan.
Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan dan karena itu
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah
langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk
mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai
titik aman (Bryan, 1995). Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa
bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur atau pengolahan dimana
pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengurangi
bahaya.
1. Bahan dasar yang digunakan kualitasnya harus betul-betul baik sehingga keripik
yang dihasilkan akan baik pula, dipilih kimpul yang masih baru, tua, warnanya
putih dan sudah dipasah tipis-tipis kira-kira 1-2 mm.
2. Bahan pembantu, berupa minyak goreng dalam pembuatan minyak goreng keripik
harus baik, warnanya cerah dan tidak tengik. Fungsi dari tersebut sebagai media
untuk mengoreng yang sangat berpengaruh pada keripik yang dihasilkan.
3. Pengaruh suhu pengorengan, berpengaruh terhadap hasil keripik. Pengaruh suhu
dilakukan dengan mengatur besar kecilnya api kompor, jika minyak terlalu panas
karipik akan cepat gosong.
Penyusunan
Diagram Alir
Garam Cemaran fisik ini berupa benda asing Menetapkan spesifikasi terhadap mutu dan
seperti kerikil, debu, pasir, dan logam. kualitas garam yang akan digunakan,
Sumber cemaran tersebut berasal dari selektif dalam membeli kepada agen yang
lingkungan luar dan sortasi yang kurang terpercaya, penyimpanan dilakukan pada
tepat wadah tertutup, kering dan bebas cemaran.
Abu Cemaran fisik yang berupa kerikil, dan Menetapkan spesifikasi terhadap mutu dan
tanah kualitas abu yang akan digunakan,
pengontrolan dan pemilihan/ dilakukan
sortasi, penyimpanan pada kondisi kering
dan selektif membeli pada agen yang
terpercaya.
Cemaran Fisik debu, kerikil, kulit, tanah berasal dari Melakukan sortasi dan pengecekan secara
lingkungan sekitar dan pengemas bahan itu teliti.
sendiri.
Cemaran Kimia Asam sianida dari umbi gadung Melakukan penanganan dan pengolahan
bahan baku dengan tepat sehingga kadar
asam sianida berkurang
Cemaran Biologi Cemaran biologi yang mungkin terjadi pada Untuk pencegahan hal ini, sebaiknya air
proses pembuatan keripik gadung adalah yang telah mengalami water treatment,
proses yang kontak langsung dengan air, dengan cara penyaringan atau filtrasi.
seperti pada saat perendaman dan
pencucian. Seperti E.coli, lumut, Coliform,
Staphylococcus, semut, dan serangga.
B, Penggorengan
Pada proses penggorengan dikategorikan dalam CCP proses dikarenakan pada proses ini dirancang
khusus untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai aman dengan melakukan penggantian minyak
goreng yang sudah tidak layak dipakai. Selain itu karsinogenik pada tubuh konsumen jika dikonsumsi
secara terus menerus. Hal tersebut akan menyebabkan kematian pada pengkonsumsinya jika tidak ada
penanganan secara khusus. Penggunaan minyak goreng jelantah secara berulang-ulang dapat
membahayakan kesehatan tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemanasan akan terjadi proses
degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng.
Tabel 4. Perbandingan Standar Mutu Keripik Gadung “Pak Budi” dengan SNI
Kesimpulan
Dari hasil penelitian Konsep Pengendalian Mutu dan Hazard Analysis Critical Control Points
(HACCP) pada usaha kecil menengah (UKM) “Keripik Gadung Pak Budi” dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsep pengendalian mutu bahan baku yang dapat diterapkan pada UKM keripik gadung
adalah dengan pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses dan pengendalian
mutu produk akhir.
2. Konsep HACCP yang dapat diterapkan pada UKM keripik gadung adalah dengan identifikasi
bahaya setiap tahapan proses, penentuan CCP tiap-tiap tahapan proses dan rencana HACCP
sebagai tindakan koreksi.
Terimakasih