DISUSUN OLEH:
1. ARIANTO PASSALLI S. (21030120410003)
2. WIDI PRIHATMOKO (21030120410004)
3. NOVI SETYOWATI (21030120420034)
4. VANIA FRIMASGITA G. (21030120420030)
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber kontaminan pada bahan mentah jamur kaleng
2. Untuk mengetahui jenis kontaminan pada bahan mentah jamur kaleng
3. Untuk mengetahui potensi bahaya yang timbul dari kontaminan fisik
pada jamur kaleng
4. Untuk mengetahui tahapan pada proses produksi jamur kaleng
5. Untuk mengetahui Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan
Good Manufacturing Practice (GMP) pada proses produksi jamur kaleng
BAB II
PEMBAHASAN
2.4. Potensi Bahaya yang Timbul Karena Kontaminan Fisik Pada Jamur
Kaleng
Kontaminan fisik yang ditemukan pada jamur kaleng tentu sangat
beresiko bila sampai termakan oleh konsumen, beberapa resiko yang
mungkin timbul adalah dapat melukai mulut (bibir dan gusi), menyebabkan
gigi patah, tersedak, sakit dan infeksi pada saluran cerna yang
mengharuskan dilakukan tindakan operasi untuk mengemabil benda asing
yang termakan.
Bagi perusahaan sendiri, jika sampai dilaporkan adanya kontaminan
pada produk, maka harus menarik seluruh produknya dari pasaran yang
tentu saja mengakibatkan kerugian dan hilangnya kepercayaan dari
konsumen.
Penimbangan Pengepakan
Blanching Pendinginan
Pendinginan Sterilisasi
Grading Penutupan
Sortasi Exhausting
2.5.8. Pengisian
Pengisian jamur ke dalam kemasan, dilakukan setelah jamur ditiriskan
dan kemasan disemprot dengan air. Pengisian dilakukan dengan
menggunakan alat pengisi semi automatis (automatic filler machine)
yang dilengkapi alat agitator. Agitator tersebut berfungsi untuk mengatur
pengisian jamur agar sesuai dengan standar. Jamur yang jatuh pada
agitator akan mengalir melalui saluran yang berisi air (cannal flume) .
Pada cannal flume terdapat alat perangkap benda asing (stone trap) yang
berfungsi untuk memisahkan benda asing apabila ada yang terikut
dengan jamur. Setelah jamur melewati cannal flume maka jamur akan
kembali lagi ke conveyor dewater. Untuk menghindari adanya kelebihan
pengisian, maka dilakukan pengecekan dengan cara ditimbang.
Penimbangan dilakukan secara manual dengan alat bantu timbangan.
2.5.9. Pemberian larutan (Brinning)
Brinning adalah pengisian larutan brine yang dilakukan saat sebelum
masuk pada exhauster melalui pipa pengisi. Prinsip pengisian adalah
mengisikan larutan brine pada kemasan hingga penuh. Larutan brine
diisikan dalam keadaan panas, untuk membantu terciptanya ruang hampa
dan untuk mencapai temperature awal yang diperlukan. Sedangkan
penambahan brine sendiri dimaksudkan untuk memberi cita rasa,
membantu penetrasi panas dan mencegah warna gelap pada jamur saat
sterilisasi.
2.5.10. Penghampaan udara (Exhausting)
Exhausting adalah perlakuan pemanasan terhadap bahan dengan
menggunakan uap panas, dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari
isi kaleng yang dapat mempercepat kerusakan kaleng, mendapatkan
ruang vakum sehingga pada akhir proses pengalengan memberikan
bentuk yang baik pada tutup kaleng, menguragi tekanan dari dalam
kaleng yang disebabkan pengembangan pada waktu proses pemasakan ,
mencegah terjadinya proses oksidasi makanan didalam kaleng dan
mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri aerobik. Exhausting dilakukan
melewatkan kemasan dan isi ke dalam exhauxter box yang berisi uap
panas bersuhu 80 – 85oC selama 6-8 menit.
2.5.11. Penutupan
Penutupan kemasan yang berisi jamur bertujuan untuk mencegah
masuknya udara di sekitar bahan dan mencegah proses kontaminasi
mikroba udara. Proses penutupan pada kemasan gelas, dilakukan dengan
menggunakan alat penutup gelas (Capper), prinsip kerja alatny adalah
pemuaian benda apabila dipanaskan. Proses penutupan pada kemasan
kaleng menggunakan mesin penutup kaleng (Seamer) yang terdiri dari
gerakan penekukan tutup dan bibir kaleng secara bersamaan dan tahap
menekan hasil penekukan tersebut. Tutup kaleng atau gelas yang akan
digunakan dalam proses penutupan telah diberi kode produksi.Pemberian
kode pada tutup kemasan kaleng dilakukan sebelum penutupan,
sedangkan pemberian kode untuk kemasan gelas dilakukan setelah
penutupan. Kode diberikan dengan maksud untuk memberikan identitas
hasil produk agar mempermudah pengecekan dan pemasaran.
2.5.12. Proses Sterilisasi
Sterilisasi diawali dengan crating yaitu penataan atau penampung kaleng
dan gelas kedalam keranjang untuk siap di sterilisasi. Tujuan dari crating
adalah untuk menyamakan suhu awal produk sebelumdi sterilisasi dan
mencegah germinasi spora. Sterilisasi terdiri dari venting, cooking dan
cooling. Hal yang mendukung dalam tahapan keberhasilan sterilisasi
adalah suhu awal produk, venting, come up time, suhu proses, lama
proses, cooling, discharge temperature, holding time, dan sisa klorin.
2.5.13. Pendinginan
Dilakukan setelah proses sterilisasi, pendinginan dilakukan sampai suhu
38º - 45ºC selama 15 menit. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri thermofilik dan mencegah terjadinya over cooking
yang akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu. Pendinginan
dilakukan saat kaleng atau gelas masih berada dalam retort. Air yang
digunakan pada proses pendinginan harus mengandung klorin dengan
kadar residu 0,2 – 2,5 ppm karena pada saat proses berlangsung air akan
merembes masuk kedalam kemasan sehingga perlu pemberian klorin
untuk desinfektan air. Setelah melalui proses yang diinginkan, maka air
pendingin dikeluarkan dari retort. Sedangkan produk jadi dengan bantuan
katrol diangkut ke gudang observasi.
2.5.14. Penyimpanan sementara
Produk dalam kemasan diangkut ke gudang observasi kemudian
dikeluarkan dari keranjang dan diatur pada pallet yang terbuat dari kayu
sambil dibersihkan dari sisa – sisa pendinginan. Setelah disimpan
sementara (kurang lebih 8 hari) dan untuk menunggu sampel hasil
inkubasi dari laboratorium. Tujuan sampel inkubasi adalah untuk
mengetahui ada tidaknya aktivitas mikroba yang dapat menimbulkan
penyimpangan pada produk.
2.5.15. Pelabelan (Labeling)
Pemberian label dilakukan setelah melewati masa inkubasi dan
dinyatakan aman serta tidak terdapat penyimpangan dalam produk
tersebut. Saat pelabelan produk terakhir, dilakukan tap test yang
bertujuan untuk mendeteksi keadaan vakum dalam kemasan.
2.5.16. Pengepakan
Pengepakan gelas dilakukan dengan cara menyusun gelas dalam tray
yang terbuat dari plastik dan karton, yang kemudian dibungkus dengan
plastik dan dipanaskan dengan wrapping machine, setelah itu disusun
pada pallet dan dilakukan membungkus dengan plastik. Pengepakan
untuk kaleng dilakukan dengan cara menyusun kaleng dalam karton,
setelah pengepakan dilakukan maka produk siap di eksport.
2.5.17. Pengiriman
Dilakukan dengan menggunakan truk container. Satu container dapat
memuat 1500 kardus. Kardus – kardus tersebut dilapisi dengan palstik
supaya tidak kotor.
3. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Good
Manufacturing Practice (GMP) pada Proses Produksi Jamur Kaleng
HACCP merupakan suatu pendekatan ilmiah yang digunakan untuk
mengelola bahaya keamanan pangan untuk menghasilkan pangan yang
aman. HACCP diadopsi bertujuan untuk mengelola keamanan pangan
setelah dilakukannya GMP (Good manufacturing Practices) dan SSOP
(Standard Sanitation Operating Procedure). Secara umum program
HACCP didasarkan pada tujuh prinsip yang dikembangkan oleh National
Advisory Commite on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF).
Ketujuh prinsip tersebut menurut DSN (1998) melalui SNI 01-4852-1998
yang diadopsi berdasar Codex Alimentarius Comission terdiri atas:
Prinsip 1 : Melaksanakan analisis bahaya
Prinsip 2 : Menetapkan Critical Control Point (CCP)
Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis (CL)
Prinsip 4 : Menetapkan sistem untuk memantau pengendalian CCP
Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan untuk dilakukan jika hasil
pemantauan menunjukkan bahwa suatu Critical Control Point tertentu
tidak dalam kendali.
Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa
system HACCP bekerja secara efektif
Prinsip 7 : Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan
catatan yang sesuai.
Pedoman yang terkait dengan HACCP adalah GMP (Good Manufacturing
Practice) yaitu pedoman mengenai persyaratan fasilitas, peralatan, pekerja,
dan pengendalian proses yang harus dipenuhi industri pangan. GMP terdiri
dari beberapa persyaratan dasar yang wajib dipenuhi suatu perusahaan
diantaranya :
a. Persyaratan pekerja
Mencakup persyaratan (kebijakan) unuk pegawai tentang pengendalian
penyakit, menjaga kebersihan dan pelatihan. Beberapa kebiasaan pekerja
yang harus dikendalikan adalah menggaruk kepala, memegang hidung,
memencet jerawat, menggunakan baju kotor, memegang rambut,
memegang telingan, batuk & bersin ditutup dengan tangan, meludah
sembarangan.
b. Persyaratan banguna dan fasilitas
Mencakup persyaratan tentang lokasi, desain dan tata letak , sanitasi dan
fasilitas sanitasi.
c. Persyaratan peralatan
Mencakup persyaratan tentang konstruksi, desain dan tata letak, sanitasi
dan fasilitas sanitasi.
d. Persyaratan pengendalian proses
Mencakup persyaratan/ketentuan tentang pengendalian bahan baku dan
proses, penyimpanan, transport, dan distribusi, pengendalian hama,
penanganan limbah.
Tabel 2.1 HACCP Jamur Kaleng (Physical Hazard)
TINDAKAN JIKA
TAHAPAN BAHAYA MONITOR DAN KRITERIA
PROSES (HAZARD) PERIKSA TIDAK
TERPENUHI
Penerimaan Jamur Kondisi kebersihan Kondisi mobil Dibersihkan
Segar mobil pengangkut pengangkut dijaga kembali,
Sifat fisik meliputi kebersihannya Reject atau ditolak
kenampakan, Periksa secara visual
tekstur, adanya sesuai dengan
kotoran, tanah, batu kriteria kontrol
atau kerikil
Penimbangan Adanya serpihan Periksa alat tiap 30 Resample
logam menit sekali
Sortasi Awal Kotoran, tanah sisa Periksa secara visual Reject
kompos, benda Periksa secara visual
asing dan serangga dan lakukan
(mite) tindakan sesuai
kriteria kontrol
Pencucian I,II,III Kotoran, tanah sisa Periksa secara visual Penggantian air
kompos, benda kebersihan air dan pencucian sesuai
asing dan serangga mengukur kadar kriteria
(mite) yang masih klorin sesuai kriteria
terikut kontrol
Pencucian dengan
hati-hati
Penirisan Rekontaminasi dari Periksa dan pastikan Pengecekan kembali
alat dan ruangan alat sudah bersih
Menggunakan
bahan
berpermukaan halus
Pengisian Brine Terdapat kotoran Periksa dan pastikan Reject
pada larutan brine alat dan bahan
sudah bersih
Penutupan Double seam kurang Kontrol visual tiap Perbaikan seamer
tepat dapat 15 menit, holding, reject
menyebabkan pembedahan tiap 60
kaleng bocor dan menit
kotoran dapat masuk
Penyimpanan Kaleng penyok Pengecekan setelah Reject
Sementara penyimpanan
sementara berakhir
Pengepakan Terdapat bagian Periksa secara visual Pengepakan kembali
yang kurang tepat kondisi pengepakan
sehingga kotoran
(debu) dapat masuk
BAB III
KESIMPULAN