PELAKSANAAN
PERKADERAN
Daftar Isi
Daftar Isi | 2
Pengantar Kefasilitatoran | 3
Model dan Strategi Pembelajaran |12
Metode Fasilitator Pelatihan Perkaderan Ipm | 18
Pengorganisasian | 42
Evaluasi Perkaderan | 56
Lampiran Borang - Borang | 66
Silabus Berdasarkan Kelompok Materi
Kaidah Lembaga (Corp) Fasilitator
Kode Etik Fasilitator
Rekomendasi Pembina Ipm
Page 2 of 85
Pengantar
kefasilitatoran
Oleh: Masmulyadi 1
Pendahuluan
1
Penulis lahir di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Pertanian UGM dan sejak SMA aktif di IPM, terakhir sebagai Ketua PP IPM Periode 2006-2008. Sejak
kuliah bekerja di Ornop - Institute of Public Policy and Economic Studies dan Pusham UII - berbasis di
Yogyakarta. Saat ini menjadi Anggota KPU Kepulauan Selayar periode 2013-2018
Dilingkungan persyarikatan Muhammadiyah sendiri, istilah fasilitator
tidak banyak diadopsi. Umumnya aktivis Persyarikatan lebih familiar dengan
istilah instruktur ketimbang fasilitator. Kecuali untuk beberapa orang yang
jumlahnya kecil dengan irisan organisasional dengan Ornop/NGO. Satu-
satunya organisasi otonom Muhammadiyah yang secara eksplisit menggunakan
terma fasilitator dalam sistem perkaderannya (khususnya SPI Hijau) yaitu
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
IPM sejak perubahan SPI (dari Biru ke Hijau) pada tahun 2002
menggunakan istilah fasilitator bagi para pendamping dipelatihan-pelatihan
yang diselenggarakannya. Nah, pertanyaannya yaitu apakah fasilitator itu dan
mengapa digunakan di lingkungan IPM? Tentu tidak mudah untuk
menjelaskannya. Tulisan pendek ini mencoba menelusuri pertanyaan mengenai
mahluk seperti apa fasilitator itu? dan bagaimana meletakkan fasilitator dalam
konstruksi sistem perkaderan IPM?
Sebelum membahas inti yang menjadi consern dari tulisan ini. Saya akan
mengemukakan bagaimana narasi besar atau katakanlah paradigma yang
melandasi penggunaan istilah fasilitator ini. Karena istilah fasilitator ini tidak
bisa lepas dari kerangka paradigmatik yang menjadi acuan dalam keseluruhan
teori dan prakteknya di lapangan.
Page 4 of 85
konteks pendidikan andragogi yaitu sebagai fasilitator, dan bukan menggurui
atau indoktrinasi. Dengan demikian relasi yang dibangun antara guru-murid
bersifat “multicommunication” dan seterusnya.2
Lantas bagaimana karakteristik dan prinsip-prinsip pendidikan orang
dewasa? Menurut Mary Johnston (1983), sebagaimana dikutip oleh
Topatimasang dkk (1990), bahwa prinsip-prinsip belajar untuk orang dewasa
mencakup: (1) Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan, (2) Orang dewasa belajar dengan baik apabila
menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, (3) Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia
pelajari bermanfaat dan praktis, (4) Dorongan semangat dan pengulangan yang
terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik, (5) Orang dewasa
belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan
secara penuh pengetahuannya, kemampuannya, dan ketrampilannya, dalam
waktu yang cukup, (6) Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
lalu, dan daya pikir dari warga belajar, dan (7) Saling pengertian yang baik yang
sesuai dengan ciri-ciri utama dari dewasa membantu pencapaian tujuan dalam
belajar.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan andragogi ini, proses belajar
bersama menjadi sangat penting. Dan mereka yang bekerja untuk menfasilitasi
proses belajar inilah dimaknai sebagai peran fasilitasi dan orangnya disebut
dengan fasilitator. Mereka yang bekerja diranah ini bisa dikerjakan oleh seorang
guru, seorang penyuluh atau peran lain yang mencoba menpraktikkan
pendekatan belajar orang dewasa ini dengan meletakkan partisipannya sebagai
subyek belajar.
Oleh karena itu, seorang fasilitator yang baik harus mengetahui
karakteristik dari orang dewasa dalam belajar. Disamping pemahaman
mengenai gaya belajar, fasilitator juga perlu mengetahui bagaimana orang
dewasa menerima proses belajar. M. B. James dan M. W. Galbraith (1985)
2
lihat Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Manifesto Wacana Kiri Membentuk Solidaritas Organik. Inphisos
Press, Yogyakarta: 2010, hal. 136
membedakan cara penerimaan orang dewasa kedalam beberapa bentuk seperti
visual, cetak, pendengaran, interaktif, taktil dan kinestetik. Yang kalau
disimpulkan dapat diklasifikasi kedalam tiga atau empat gaya penerimaan
manusia dalam belajar yaitu (1) visual, (2) auditori, (3) kinestetik, dan (4) taktil.
Saya sebut tiga atau empat karena ahli seperti Bobbi De Porter hanya
membaginya kedalam tiga sedangkan James membaginya menjadi empat
dengan memasukkan taktil.
Tetapi baik tiga atau empat yang penting adalah bagaimana fasilitator
mengenali ini karena berkaitan dengan pendekatan atau metode yang digunakan
dalam proses belajar bersama (group learn) lebih jauh hal ini berimplikasi pada
hasil belajar. Oleh karena itu kombinasi metode dalam proses belajar dengan
memperhatikan warga belajar menjadi kunci. Sebagaimana Confusius katakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya kerjakan, saya pahami.
Page 6 of 85
Setelah kita memahami pendekatan pembelajaran andragogi, prinsip-
prinsip belajar orang dewasa dan tipe belajar manusia berikutnya adalah
bagaimana memahami istilah fasilitator ini baik secara maknawi dan fungsinya
dalam konteks pendidikan orang dewasa. Mengapa? Karena fasilitatorlah yang
menggerakkan proses belajar dalam suatu pembelajaran kelompok.
Secara bahasa, fasilitator berasal dari bahasa Prancis, facile yang artinya
mudah. Oleh karena itu, dalam pikiran fasilitator hindarilah bicara dengan hal-
hal yang rumit atau njilemet. Berbahasalah secara sederhana yang dipahami oleh
audiensnya atau oleh warga belajar. Karena berbahasa yang “tinggi” tidak bisa
dipahami oleh warga belajar, malah justru membuat pesan yang dikirim tidak
sampai ke audiens. Jadi sebagai fasilitator berfikirlah bagaimana memudahkan
proses. Disinilah seorang fasilitator diuji bagaimana kemampuan
menstrukturkan hal yang abstrak menjadi terang dan kongkrit, kemampuan
meparafrase atau kemampuan mendengar dan bertanya. Ada tiga tugas
fasilitator dalam menjalankan perannya yaitu: (1) Memberikan pertanyaan yang
tajam (thinking). Menyiapkan pertanyaan harus menjadi tugas inti fasilitator,
karena kualitas seorang fasilitator terletak pada pertanyaan yang diajukan, (2)
Menciptakan alat bantu kreatif (feeling). Spidol dan kertas plano saja tidak
cukup. Bungkus rokok, daun, pohon, serbet, semua bisa berfungsi. Alat bantu
tidak harus mewah, yang penting kreatif, dan (3) Mengajak refleksi. Mengajak
peserta menemukan makna baru yang akan membuat tubuh melakukan tindakan
baru (acting).3
3
Dani Wahyudi Mungoro, Vibrant Facilitation Training Handbook, Hal. 24
Gambar 2. Sikap dan Keterampilan Dasar Fasilitator
Sumber: Materi pelatihan Vibrant Facilitation - INSPIRIT 2006
7
Sistem perkaderan IRM, PP IRM: Yogyakarta, 2004. Hal. 4.
Page 10 of 85
Kedua, mengolah proses belajar bersama baik dalam pelatihan maupun
pendampingan. Peran ini merupakan inti dari peran real dari seorang fasilitator.
Maka kemampuan teknis dan pemahaman akan citra diri fasilitator amatlah
mendasar. Dalam sistem perkaderan IPM, seorang fasilitator minimal telah
mengikuti pelatihan fasilitator baik tingkat pertama atau kedua. Sehingga
fasilitator memiliki dasar-dasar pemahaman akademis dalam mengelola proses
pelatihan dan atau pendampingan. Misalnya bagaimana teknik bertanya,
bagaimana memposisikan diri dan seterusnya.
Bahan Bacaan
Page 12 of 85
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Perkaderan IPM secara ontologis merupakan proses dakwah dan
pendidikan (tarbiyah) yang diorientasikan mampu meningkatkan kompetensi
kader guna melanjutkan cita – cita IPM. Oleh karena itu, proses dalam
perkaderan sepenuhny merupakan proses belajar. Belajar sendiri merupakan
proses humanisasi kader yang dilakukan secara sadar dan memunculkan
perubahan perilaku karena adannya interaksi dengan lingkungan. Proses
belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun, sebagai organisasi
yang terstruktur, alangkah baiknya memberikan fasilitas ruang dan waktu
untuk proses belajar generasi penerusnya. Hal inilah yang disebut
pembelajaran.
Jadi, pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar seseorang, dengan memperhitungkan kejadian –
kejadian eksternal yang berpengaruh pada kejadian – kejadian internal yang
berlangsung di dalam pemelajaran. Pengaturan proses pembelajaran perlu
diatur dengan seksama agar terjadi proses belajar yang tersistemasis, terukur
dan berhasil guna. Sehingga pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa
dan ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan serta dikendalikan
pelaksanannya.
Prinsip Pembelajaran harus mencerdaskan sekaligus bersifat
membebaskan peserta menjadi subjek (pelaku) utama, bukan sebagai objek
(sasaran) dari proses tersebut. Hal terseut dapat dicirikan sebagai berikut :
1. Belajar dari realitas atau pengalaman. Yang dipelajari bukan “ajaran”
(teori, pendapat, kesimpulan, nasihat dan sebagainya) dari seseorang tetpi
keadaan nyata masyarakat atau pegalaman seseorang atau kelompok
orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya tidak ada
otoritas pengetahuan seseorang yang leih tinggi dari yang lainnya.
Keabsahan pengetahuan seseorang harus dibuktikan dalam realitas
tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika politik atau
kepintaran berbicaranya.
2. Tidak menggurui. Karena itu, tidak ada istilah “guru” dan tidak ada istilah
“murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
berperan sebagai guru sekaligus murid pada saat yang bersamaan.
3. Dialogis. Karena tidak ada istilah “guru” atau “murid yang digurui”, maka
proses yang berlangsung bukan lagi proses belajar-mengajar yang bersifat
satu arah, tetapi proses komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan
(diskusi kelompok, bermin peran, dan sebagainya) dan media (peraga
grafika, audio visual dan sebagainya) yang lebih memungkinkan
terjadinya dialog kritis antarsemua orang yang terlibat dalam proses
pelatihan tersebut.
Dalam bab ini, akan diulas secara ringkas mengenai model dan strategi
pembelajaran.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan turunan dari teori belajar sebagai struktur
konseptual pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang
tergambar di awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh
fasilitator.
Pendekatan yang digunakan dalam proses perkaderan antara lain pendekatan
andragogis, paedagogis dan dialogis.
1) Pendekatan Paedagogis
Metode Paedagogis pada prinsipnya menekankan pada
pengisian materi atau bahan yang telah direncanakan secara
lebih sepihak dari fasilitator dan penceramah kepada peserta.
Ciri-ciri metode Paedagogis antara lain:
Bersifat indoktrinasi
Materi yang disajikan merupakan paket yang direncanakan
Peserta adalah penerima sedangkan fasilitator/penceramah
adalah pemberi, sehingga yang pertama pasif yang kedua
aktif
Tekhnik yang diterapkan lebih sepihak, yakni dari fasilitator
atau pemateri untuk peserta/ sasaran
2) Pendekatan Andragogis
Metode Andragogis adalah kebalikan dari paedagogis, yakni
metode yang lebih menekankan pada pengembangan peserta
secara lebih partisipatif sesuai dengan potensi, kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh peserta. Jadi sifatnya merangsang
keterlibatan aktif (partisipasi) peserta, bukan indoktrintif.
Ciri-ciri metode Andragogis antara lain:
Bersifat partisipasi, artinya peserta secara maksimal terlibat
aktif dalam proses perkaderan
materi direncanakan sendiri oleh peserta secara
musyawarah/diskusi aktif
Hubungan antara pelatih/instruktur dan peserta/
partisipasipan bersifat pelayanan, dalam hal ini peserta
dipandang sebagai manusia dewasa yang berpotensi
Teknik yang diterapkan bersifat demokrasi, yakni dari
peserta untuk peserta.
Page 14 of 85
3) Pendekatan Dialogis
Dialogis karena tidak ada lagi guru atau murid, maka
proses yang berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar”
yang bersifat satu arah, tetapi proses “multi-komunikasi” dalam
berbagai bentuk kegiatan dan media yang lebih
memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang
yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut. Ciri-ciri metode
kooperatif antara lain:
Tidak Menggurui
Tak ada “guru” dan tak ada “murid” yang digurui
Fungsi guru adalah sebagai “fasilitator”, dan bukan
menggurui
C. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu siasat pembelajaran yang meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memerikan pengalaman belajar
kepada peserta perkaderan yang tidak sebatass pada prosedur kegiatan
melainkan juga termasuk materi atau paket pembelajarannya. Dikutip dari buku
pedoman pelaksanaan perkaderan Muhammadiyah, ada tiga strategi
pembelajaran dalam perkaderan Muhammadiyah yaitu active learning, inkuiri
dan contextual teaching and learning (CTL).
1. Active learning
Ada tiga ciri utama dalam pemakaian strategi active learning (1) peserta
perkaderan menikmati pengalaman belajar dengan asyik sehingga tidak
terikat ruang dan waktu (2) kegiatan berlangsung dengan antusias (3) ada
rasa penasaran diikuti dengan sikap on the task.
Prinsip dasar active learning :
a. Prinsip motivasi. Di sini fasilitator berperan sebagai motivator yang
merangsang minat belajar peserta prkaderan.
b. Prinsip kontekstual yakni keterhubungan materi baru dengan materi
yang telah dikuasai oleh peserta perkaderan
c. Prinsip keterarahan yaitu pola pembelajaran yang menghubungkan
seluruh aspek perkaderan
d. Prinsip belajar sambil bekerja yakni mengintegrasikan pengalaman dan
kegiatan fisik dengan kegiatan intelektual.
e. Prinsip perbedaan perorangan yakni kenyataan bahwa ada perbedaan –
perbedaan tertentu di antara peserta perkaderan.
f. Prinsip menemukan yakni membiarkan peserta perkaderan menemukan
informasi yang dibutuhkan dengan sekedar pengarahan seperlunya.
g. Prinsip pemecahan masalah yakni mengarahkan peserta perkaderan
untuk peka pada masalah dan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikannya.
Ada beragam jenis strategi dalam active learning diantaranya adalah jigsaw
dan debat aktif. Jigsaw merupakan kegiatan pembelajaran yang mendorong
kerjasama dalam kelompok. Adapu debat aktif adalah diskusi antara dua
pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda dan bahkan bertentangan
terutama berkaitan dengan masalah – masalah yang kontroversial.
2. Inkuiri
Strategi ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Strategi ini
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Menekankan pada aktifitas peserta secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Strategi ini menempatkan peserta sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktifitas yang dilakukan diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan menumbuhkan sikap percaya diri. Oleh karena itu fastilitator
bersifat sebagai motivator dan bukan sebagai sumber belajar.
c. Tujuan penggunaan strategi inquiri ini adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Sehingga, strategi ini tidak hanya menuntut untuk menguasai
materi, namun juga bagaimana bisa menggunakan potensinya.
Strategi pembelajaran inquiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta (student centered approach).
Dikatakan demikian karena peserta memegang peran yang sangat dominan
dalam proses pembelajaran. Strategi ini menganut beberapa prisip penting :
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
b. Prinsip interaksi (dengan semua komponen perkaderan)
c. Prinsip bertanya
d. Prinsip belajar untuk berfikir
e. Prinsip keterbukaan
Page 16 of 85
j. Dinding dan lorong – loorong penuh dengan hasil kerja peserta, peta –
peta, gambar, artikel, humor dan lain – lain
k. Laporn hasil belajar bukan hanya hasil penilaian fasilitator tetapi juga
hasil karya peserta, laporan praktikum, karangan peserta dan lain – lain.
Prinsip strategi CTL :
a. Menemukan keterkaitan antara materi (teori) dengan konteks kehidupan
sehari – hari
b. Tugas fasilitator berurusan lebih banyak pada strategi dan bukan
memberi informasi.
c. Fasilitator bertugas mengelola kelas sebagai tim yang bekerjasama
untuk menemukan sesuatu yang baru. Hal baru itu diperoleh dari
peserta, bukan fasilitator.
d. Tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
Daftar Pustaka
Bruce R. Joyce, et al, Models of Teaching. 7th ed. Boston : Allyn & Bacon 2003
Don Hamachek, Psychology In Teaching : Learning and growth, Boston : Allyn &
Bacon, 1990
Hamzah B Uno. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Hisyam Zaini dkk. Strategi pembelajaran aktif. Yogjakarta : CTSD 2002
Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis Transformatif. Yogjakarta : Ruzz Media
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Pedoman Pelaksanaan Perkaderan
Muhammadiyah. Yogjakarta : Gedug Dakwah Muhammadiyah Ahmad Dahlan.
Richard Sanjaya I. Arends, Learning to Teach : Belajar untuk mengajar. (terj. Helly
Prajitno & Sri Mulyantini), buku ke-dua. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. 2008
S Nasution . Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta : Bumi
aksara, 2005
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Media Prenada. 2006
METODE FASILITATOR
PELATIHAN PERKADERAN IPM
Page 18 of 85
METODE FASILITATOR
PELATIHAN PERKADERAN IPM
Definisi-definisi :
Pendekatan: sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pelatihan,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
Strategi: perencanaan desain pelatihan, yang meliputi mengidentifikasi dan
menetapkan tujuan, menentukan metode yang dipilih dan menentukan tolok-
ukur untuk menilai pencapaian tujuan.
Metode: urutan, prosedur, langkah-langkah dan tata cara yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pelatihan sebagai implementasi strategi dan perencanaan yang
telah dibuat.
Teknik: Upaya konkret dari metode yang ditempuh untuk mencapai tujuan
pelatihan.
Model: bentuk keseluruhan proses pelatihan dari awal hingga akhir, yang
menggambarkan pendeketan, strategi, metode dan teknik yang digunakan.
Page 24 of 85
C. METODE-METODE ACTIVE LEARNING
Dalam pelaksanaan pelatihan perkaderan, banyak metode yang dapat dipilih
untuk diterapka. Metode yang tepat akan menjadi salah satu jalan mudah
meresepnya nilai – nilai dalam diri peserta. Pemilihan metode dapat
didasarkan oleh keadaan peserta, sarana prasarana, keadaan fasilitator,
kesesuaian materi, dan lain – lain.
1. CERAMAH
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan
kombinasi metodeyang bervariasi.Mengapa disebut demikian, sebab
ceramah dilakukan denganditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan
yang partisipatif (curah pendapat,disko, pleno, penugasan, studi kasus,
dll).Selain itu, ceramah yang dimaksud disiniadalah ceramah yang
cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melaluiadanya tanggapan
balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalamanpeserta. Media
pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan
(handouts),transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi
yang ditayangkandengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan
dan/kertas plano, dll.
2. DISKUSI
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran,
informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan
pokok-pokok pikiran(gagasan, kesimpulan).Untuk mencapai kesepakatan
tersebut, para pesertadapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta lainnya.Kesepakatanpikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai
hasil diskusi. Diskusi biasanyadigunakan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari penerapan berbagai metodelainnya, seperti: penjelasan
(ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,permainan, dan lain-lain.
3. CURAH PENDAPAT
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpungagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman,
dari semua peserta.Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari
seseorang dapat ditanggapi(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak
disepakati) oleh peserta lain, padapenggunaan metode curah pendapat
pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.Tujuan curah pendapat
adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnyakemudian
dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan
(mindmap)untuk menjadi pembelajaran bersama.
4. DISKUSI KELOMPOK
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu
topik dengancara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam
kelompok-kelompok kecil,yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini dapatmembangun suasana saling menghargai
perbedaan pendapat dan jugameningkatkan partisipasi peserta yang
masih belum banyak berbicara dalamdiskusi yang lebih luas.Tujuan
penggunaan metode ini adalah mengembangkankesamaan pendapat atau
kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaikmengenai suatu
persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengandiskusi
pleno.Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau
diskusiumum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang
dimulai denganpemaparan hasil diskusi kelompok.
6. SIMULASI
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya
untukmengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental
maupunfisik/teknis).Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke
dalamkegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk
melakukan praktek didalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya:
sebelum melakukan praktekpenerbangan, seorang siswa sekolah
penerbangan melakukan simulasipenerbangan terlebih dahulu (belum
benar-benar terbang). Situasi yang dihadapidalam simulasi ini harus
dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yangsebenarnya (replikasi
Page 26 of 85
kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihanfasilitasi, seorang
peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akantengah
melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping
lainnyaberperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan
ditemui dalamkeseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus
kelompok, dsb.). Dalamcontoh yang kedua, metode ini memang mirip
dengan bermain peran. Tetapidalam simulasi, peserta lebih banyak
berperan sebagai dirinya sendiri saatmelakukan suatu kegiatan/tugas
yang benar-benar akan dilakukannya.
7. SANDIWARA
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang
menyerupaikisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam
pertunjukkan.Penggunaan metode iniditujukan untuk mengembangkan
diskusi dan analisa peristiwa (kasus).Tujuannyaadalah sebagai media
untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatutema (topik)
sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.Dengan
begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan
analisisdikombinasikan secara seimbang.
8. DEMONSTRASI
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan
pesertadengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-
langkahpengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang
diperagakan kepadapeserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi
dua tujuan: demonstrasiproses untuk memahami langkah demi langkah;
dan demonstrasi hasil untukmemperlihatkan atau memperagakan hasil
dari sebuah proses.Biasanya, setelahdemonstrasi dilanjutkan dengan
praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,peserta akan memperoleh
pengalaman belajar langsung setelah melihat,melakukan, dan merasakan
sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikandengan praktek
adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
9. PRAKTEK LAPANGAN
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuanpeserta dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yangdiperolehnya.Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’,
yang 27ori berarti di tempatkerja, maupun di masyarakat.Keunggulan
dari metode ini adalah pengalamannyata yang diperoleh 27ori langsung
dirasakan oleh peserta, sehingga dapatmemicu kemampuan peserta dalam
mengembangkan kemampuannya.Sifatmetode praktek adalah
pengembangan keterampilan.
11. DEBAT
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi
ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat
orang.Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan
dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang
topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada
guru.Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan
pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang
memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka
belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas.Keterampilan 28orizo yang dibutuhkan dalam usaha
Page 28 of 85
berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan
tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran
siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi
(material manager), atau fasilitator dan peran guru 29ori sebagai
pemonitor proses belajar.
Page 30 of 85
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
f. Kesimpulan.
17. JIGSAW
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari
empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/32orizont yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap 32orizont yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam 32orizont
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan 32orizont
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam 32orizont
tersebut kepada temannya.Ahli dalam 32orizont lainnya juga bertindak
serupa.Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh
guru.Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai
topik secara keseluruhan.
Page 32 of 85
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama
dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin dan 33orizont etnik.Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan
baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian
kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk
turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok
sudah mengerjakan lembar kerja.Turnamen pertama guru membagi
siswa ke dalam beberapa meja turnamen.Tiga siswa tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat
julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team”
apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-
ratanya 30-40.
Page 34 of 85
21. EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan
sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan 35orizont, dan
memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap
yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
23. LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara
mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.Selain itu,
metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-
tanda/36orizo, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan
pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
24. PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan
sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik
untuk belajar.
Page 36 of 85
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola 37oriz anak didik dari yang sempit menjadi
lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan
terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara
37orizont maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan
metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode
ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan
para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak
didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan
pokok unit yang dibahas.
25. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar 37orizo
membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
g. Kesimpulan/penutup
26. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan 38orizontal38 jawaban.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai 38orizontal38
jawaban
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat 38orizontal38 jawaban
hasil diskusi
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru
f. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
Page 38 of 85
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para siswa
f. Guru memberi kesimpulan
g. Penutup
(FRANK LYMAN, 1985)
Page 42 of 85
1. Pengelolaan Kegiatan
a. Menentukan Tujuan Kegiatan
Idealnya, setiap Pimpinan mengadakan perumusan
serangkaian rencana strategis (arahan dan program kerja)
pada awal periode kepemimpinan. Adapun serangkaian
kegiatan terseebut terdiri dari penentuan da penetapan atas:
1) Visi (tujuan besar pimpinan yang dibentuk atas hasil
analisis kebutuhan organisasi)
2) Misi (strategi/kebijakan langkah-langkah umum
pimpinan)
3) Kebijakan bidang (hasil internalisasi misi ke dalam
bidang)
4) Agenda aksi (program utama/unggulan pimpinan
yang diturunkan dari kebijakan umum pimpinan)
5) Program kerja (merupakan program-program yang
disesuaikan dengan agenda aksi yang diangkat.)
2) Menganalisa Masalah
Page 44 of 85
potensi yang telah dianalisa. Pemberian materi dilakukan
secara bertahap. Dimulai dari materi-materi dasar hingga
materi-materi yang dianggap perlu pemahaman dalam.
2. Parameter Keberhasilan
Page 46 of 85
b) As.MOT(Assisten MOT)
Dalam sebuah pelatihan Ass.MOT memiliki tugas sebagai
berikut:
e) Tim Observer
(1) Mempelajari Lembar Observasi
(2) Menyusun rencana observasi
(3) Menyiapkan perlengkapan observasi
(4) Melakukan observasi selama pelatihan
(5) Membuat laporan hasil observasi
(6) Menentukan anggota kelompok dalam setiap
diskusi berdasarkan hasil observasi
f) Tim Notulis
(1) Mempelajari Lembar Notulensi
(2) Menyiapkan perlengkapan notulensi
(3) Membuat notulensi atas jalannya materi dalam setiap
sessi
a) Pra-pelatihan
(1) Melakukan koordinasi pengkajian tujuan dan target
pelatihan
(2) Pembuatan alur pelatihan
Page 48 of 85
(3) Menarasikan alur menjadi silabus
(4) Menurunkan silabus menjadi jadwal dan TOR
(5) Merencanakan desain ruangan dan suanana
pelatihan yang diharapkan
(6) Membagikan jadwal dan daftar kebutuhan dalam
penciptaan suasana belajar yang diharapkan oleh
fasilitator kepada panitia
(7) Ass.MOT menyiapkan seluruh borang-borang
pelatihan
(8) Ass.MOT memberikan borang-borang tersebut
kepada masing-masing fasilitator sesuai tugasnya
untuk dipelajari
(9) Masing-masing fasilitator mempelajari borang-
borang tersebut dan membuat rencana kerja sesuai
dengan tugasnya
(10) Masing-masing rencana kerja tersebut diserahkan
kepada Ass.MOT
(11) Ass.MOT menyampaiakan alur kerja fasilitator
(12) Melakukan screaning peserta
b) Saat pelatihan
(1) Ass.MOT menyiapkan seluruh borang-borang
pelatihan
(2) AssMOT Menyiapkan daftar hadir peserta
(3) Ass.MOT Menyiapkan lembar Pre-test materi
(4) MOT Mengondisikan peserta sebelum materi
(5) MOT melakukan orientasi dan kontrak belajar
dengan beserta, Observer dan Notulensi
menjalankan tugasnya di ruang session, sementara
Ass.MOT menilai hasil pre-test peserta
(6) saat jeda, fasilitator melakukan koordinasii untuk
menyampaikan pandangan awal tentang kondisi
peserta dan hasil pre-test dan hasil observasi saat
orientasi.
(7) Membuat rencana kerja selanjutnya
(8) Saat materi, moderator mendampingi pemateri dan
menghantarkan jalannya materi dengan berbekal
satu bendel berkas yang berisi: cv pemateri, TOR
Materi, jadwal, jam, daftar hadir peserta, dan kertas
kosong serta pulpen untuk mencatat jalannya
diskusi.
(9) Daftar hadir peserta diserahkan kepada peserta untuk
diisi
(10) Moderator membacakan cv pemateri dan
menyampaikan gambaran umum materi kemudian
mempersilahkan pemateri menyampaikan materinya
(11) Moderator memberikan catatan peringatan kepada
pemateri jika pembahasan melebar/tidak sesuai
dengan TOR, waktu hampir habis, atau hal-hal
yang sekiranya akan menghambat efektifitas
penyampaian materi
(12) Moderator memandu tanya jawab seusai materi
(13) Notulensi mencatat jalannya materi yang meliputi:
penyampaian pemateri, metode yang digunakan
dalam menyampaiakan, materi yang disampaikan,
pertanyaan yang diajukan baik dari pemateri ke
peserta maupun sebaliknya beserta jawabannya.
Hasil notulensi sekaligus dapat digunakan untuk
mengevaluasi kesesuaian pemateri dalam materi
tersebut
(14) Observer mencatat perkembangan dan perilaku
peserta
(15) Seusai materi Ass.MOT mengedarkan lembar post-test
(16) Jika ada forum diskusi kelompok, maka hasil
observasi yang digunakan untuk membagi anggota
kelompok. Anggota kelompok bisa dirubah sesuai
dengan perubahan hasil observasi (perkembangan
peserta)
(17) Pada setiap malam setelah selesai sessi dan setiap
waktu luang fasilitator melakukan koordinasi untuk
selalu mengomunikasikan hasil perkembangan dan
melaporkan hal-hal berkesan peserta serta rencana
tindak lanjut pelatihan
c) Pasca pelatihan
Page 50 of 85
(1) Fasilitator melakukan koordinasi terkait dengan
keseluruhan proses pelatihan
(2) Seluruh hasil penilaian diserahkan kepada Ass.MOT
untuk dikelola dan diolah
(3) Sebaikanya data-data penilaian dibuat dalam bentuk
angka dengan menggunakan rubrik tertentu agar
memudahkan pengolahan data.
(4) Hasil olahan data berupa grafik/chart/sosiogram
menampilkan tingkat perkembangan masing-masing
peserta, komparasi perkembangan antar peserta, dan
menentukan peserta terbaik dalam kategori tertentu
misal : progresivitas, keaktifan, hasil belajar, atau
yang lainnya
(5) Keseluruhan data digunakan untuk mengevaluasi:
kerja fasilitator, pemateri, materi, peserta, dll
a) Ketua Panitia
(1) Bertugas mengkoordinir tim panitia dalam
menjalankan fungsinya masing-masing
(2) Berkomunikasi dengan fasilitator terkait dengan
konsep kegiatan yang telah dirancang oleh
fasilitator dan berbagai kebutuhan fasilitator
(3) Menyampaikan gambaran pelatihan yang
disampaikan fasilitator kepada tim panitia dan juga
kebutuhan fasilitator
(4) Bertanggungjawab atas kinerja tim panitia
(5) Memimpin setiap koordinasi tim panitia
b) Sekretaris Panitia
(1) Menghantarkan jalannya setiap koordinasi tim panitia
(2) Mencatat hasil koordinasi
(3) Bertanggungjawab atas persuratan terkait dengan
pelatihan. Diantara surat-surat tersebut ialah:
Surat perijinan tempat
Surat peminjaman fasilitas
Surat permohonan dana
Surat permohonan bantuan
Surat undangan peserta
Surat permohonan pemateri
Surat undangan pembukaan
Dan lain sebagainya
(4) Bertanggungjawab atas pembuatan proposal kegiatan
(5) Bertanggungjawab atas pembuatan LPJ kegiatan
c) Bendahara Panitia
(1) Menyusun anggaran kegiatan
(2) Membuat rencana penggalangan dana
(3) Mengelola dana kegiatan
(4) Membuat laporan tertulis atas keuangan kegiatan
d) Devisi Acara
(1) Bertanggungjawab atas acara-acara pendukung
pelatihan, seperti:
Acara pendukung dalam kegiatan pembukaan
dan atau penutupan pelatihan
Acara refresing/ hiburan untuk peserta
pelatihan seusai pelatihan
(2) Membuat laporan tertulis atas acara pendukung
untuk kemudian diserahkan kepada sekretaris
(3) Dan lain-lain
e) Devisi Konsumsi
(1) Bertanggungjawab atas ketersediaan konsumsi
dalam pelatihan
(2) Membuat rencana anggaran konsumsi dan
diserahkan ke bendahara
(3) Membuat laporan tertulis atas pengeluaran
konsumsi untuk kemudian diserahkan ke
bendahara
f) Devisi Pendanaan
(1) Bertanggungjawab atas terpenuhinya kebutuhan
dana dalam pelatihan
(2) Berkoordinasi dengan bendahara terkait dengan
pengalian dana
Page 52 of 85
(3) Melakukan penggalian dana dengan maksimal
(4) Membuat laporan tertulis atas perolehan dana
kepada bendahara
g) Devisi Humas
(1) Bertanggungjawab atas seluruh proses perizinan
kegiatan
(2) Bertanggungjawab atas hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan masyarakat
h) Devisi Perlengkapan
(1) Bertanggungjawab atas ketersediaan seluruh
perlengkapan pelatihan seperti:
(a) Prasarana :
Ruang sessi materi
Musholla
Ruang tidur peserta
Ruang tidur fasilitator
Ruang tidur panitia
Ruang transit tamu
Ruang makan
Ruang panitia
Ruang fasilitator
Kamar mandi / WC
Tempat Pembukaan
(b) Sarana:
Alat Tulis Kantor (ATK)
Contoh: spidol, kertas plano, gunting,
stapler, lem, lakban, kertas plano, kertas
HVS, kertas warna-warni, kantong plastik
dll.
Sound system
Contoh: pengeras suara, salon, kabel listrik, dll.
(2) Bertanggungjawab membuat laporan tertulis atas
perlengkapan yang dipakai saat pelatihan untuk
kemudian diserahkan kepada sekretaris
i) Devisi Pubdekdok
(1) Bertanggungjawab atas keseluruhan proses
publikasi pelatihan, seperti: banner, stiker,
apanduk, pamflet, pengiriman berita ke media, dll
(2) Bertanggungjawab atas keseluruhan proses
dekorasi pelatihan
(3) Bertangungjawab atas keseluruhan proses
dokumentasi kegiatan
(4) Membuat laporan tertulis tentang publikasi,
dekorasi, dan dokumentasi pelatihan
3) Penentuan Peserta
a) Kriteria Peserta
b) Kualifikasi Peserta
Kualifikasi peserta dilakukan untuk meminimalisir
kesenjangan pengetahuan dalam pelatihan yang
berpotensi menghambat ketercapaian terget pelatihan.
Kualifikasi peserta dilakukan oleh Tim Fasilitator
dengan acuan kerangka pelatihan dalam silabus. Materi
Page 54 of 85
Kualifikasi mengacu pada silabus sementara teknik dan
metode Kualifikasi merupakan kebijakan fasiltator.
Adapun jenis Kualifikasi peserta pelatihan diantaranya:
(1) Administrasi
(2) Pengetahuan seputar materi
(3) Wawasan pendukung materi
(4) Ideologi
(5) Minat, harapan, dan orientasi
Page 56 of 85
EVALUASI PERKADERAN
A. Pendahuluan
C. Prinsip Penilaian
Page 58 of 85
dapat berupa pilihan ganda, uraian, benar salah mauppun menjodohkan.
Penilaian ini harus sesuai dengan prinsip – prinsip penilaian.
2. Observasi
Penilaian ini berupa pengamatan terhadap peserta secara lansung selama
perkaderan berlangsung maupun di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatiff
sesuai dengan kompetensi yang dinilai dan dapat dilakukan secara formal
maupun informal.
3. Penugasan
Penilaian ini berupa pemberian tugas kepada peserta perkaderan baik
secara perseorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan
berupa praktik problem solving, kultum, dan sebagainya.
4. Portofolio
Kumpulan dokumen dan karya – karya peserta perkaderan dalam bidang
tertentu dan diorganisasikan untuk mengetahui minat bakat,
perkemangan prestasi dan kreatifitas peserta perkaderan.
5. Projek
Projek merupakan tugas yang diberikan keepada peserta perkaderan
dalam kurun waktu tertentu. Peserta dapat melakukan penelitian melalui
pengumpulan, pengorganisasian dan analisis data serta pelaporan hasil
kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan pada tahap persiapan, proses dan
hasil. Contoh : projek studi banding ke Museum Muhammadiyah.
6. Produk
Penilaian terhadap karya peserta seperti makalah, kliping, poster dan lain
sebagainya. Aspek dinilai dari tahap persiapan, proses dan hasil.
7. Inventori
Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis untuk
mengungkapkan sikap, minat dan persepsi peserta terhadap objek
psikologis.
8. Penilaian diri
Teknik penilaian dengan cara meminta peserta untuk menilai dirinya
sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, peserta harus
mengungkapkan tetang dirinya secara jujur.
9. Penilaian antarteman
Kombinasi penggunakan berbagai teknik penilaian di atas memberikan
informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta
perkaderan.
E. Taksonomi Bloom
Ada berbagai teori perilaku yang menjadi dasar teknik penilaian hasil
belajar kader antara lain teori benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano
dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Linn dan Gronlund dan
sebagainya. Dalam Taksonomi Benyamin S. Bloom, terdapat tiga aspek
kompetensi penilaian yaitu kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif.
1. Kemampuan Kognitif adalah kemampuan yang secara hierarkis terdiri
atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada Gambar 1, pada tingkat pengetahuan, peserta menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta dituntut
untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata – katanya
sendiri. Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat
aplikasi, peserta dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam
situasi tertentu. Pada tingkat analisis, peserta diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beerapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab dan
akibat. Pada tingkat sintesis, peserta dituntut merangkum cerita,
Page 60 of 85
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta mengevaluasi informasi,
seperti ukti sejarah, editorial, teori – teori dan termasuk di dalamnya
melakukan judgement (pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk
membuat keputusan.
G. Model Evaluasi
Daniel L. Stufflebeam, membagi model evaluasi menjadi empat fokus
CIPP (Contex, Input, Proces, dan product). Sementara MPK PP
Muhammadiyah menambahkan satu poin yaitu outcome.
1. Komponen konteks meliputi kesesuaian antara program perkaderan
dengan kebijakan perkaderan/legalitas yang berlaku, mendapatkan
Page 62 of 85
dukungan stake holder persyarikatan dan pemerintah/masyarakat
setempat serta tantangan masa depan kader.
2. Komponen input berupa :
a. Buku SPI Pelajar Muhammadiyah Berkemajuan, pedoman
pemelajaran, silabus perkaderan
b. Pelaksana perkaderan meliputi pengelola, fasilitator dan narasumber
c. Peserta perkaderan
d. Sarana dan prasarana perkaderan
e. Administrasi perkaderan
f. Anggaran operasional perkaderan
3. Komponen proses meliputi bagaimana:
a. Pengelolaan kader
b. Proses pembelajaran
c. Penilaian pembelajaran
4. Komponen output berupa prestasi belajar peserta perkaderan secara
individual dan kelompok/angkatan pelatihan.
5. Konponen outcome yang berupa dampak kepercayaan kader dalam bentuk
keterlibatan kader dalam kegiatan persyarikatan dan recruitmen dalam
struktur pimpinan.
H. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
J. Instrumen Evaluasi
Instrumen terdiri dari dua jenis yaitu kuesioner dan panduan observasi,
dokumentasi dan wawancara. Kuesioner terdiri dari kuesioner untuk
pimpinan IPM, pengelola perkaderan, dan setiap pelaksana monitoring dan
evaluasi dapat menyesuaikan deengan kondisi setempat.
K. Penyusunan Laporan
Dalam menyusun laporan perkaderan, diperlukan perangkat sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
A. Gambaran Umum IPM setempat
B. Program perkaderan IPM
Bab II : deskripsi pelaksanaan program
A. Komponen konteks
B. Komponen Input
C. Komponen Proses
D. Komponen Output
E. Komponen Outcome
Bab III :
A. Simpulan
B. Rekomendasi
Page 64 of 85
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yohjakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan. 1989
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1988
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Sistem Perkaderan
Muhammadiyah. Yogjakarta : MPK PP Muh. 2015
Sarono. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi. Semarang : LPMP. 2007
Thorndike, Robert L, Hagen, Elizabeth P. Measurement and Evaluational ini
Psychology and Education. New York : John Willey & sons. 1977
LAMPIRAN
Skor Keteranga
Komponen Aspek Indikator
1 2 3 4 n
a. mendapatkan ijin dari
1. Legalitas
institusi yang
berrwenang
A. Konteks b. bentuk perkaderan
sesuai tingkat, tujuan
dan segmentasi peserta
(TM, PFP)
a. Mendapat dukungan
persyarikatan
b. Mendapatkan
2. Dukungan
dukungan dari
pemerintah/masyaraka
t
a. Regenerasi pimpinan
3. Tantangan
IPM
masa depan
b. Pengembangan AUM
Jumlah skor
a. Buku SPI
1. Ketersediaan
b. Pedoman Administrasi,
B. Input Pedoman
pembelajaran, evaluasi,
Perkaderan
silabus materi
a. Penanggungjawab
b. Master of Training
c. Assisten Master of
Training
2. Pelaksanaan d. Imam of Training
perkaderan e. Tim Fasilitator
f. Narasumber
g. Panitia teknis
h. Legalitas fasilitator
(extrainee PFP)
a. Jumlah peserta
(minimal satu kelas)
3. Peserta
b. Kualitas peserta
perkaderan
(pendidikan dan
pengalaman)
4. Sarana dan a. Lokasi aman, tidak
prasarana bising, tidak tercemar
Page 66 of 85
b. Bangunan luas, aman,
sehat, terang
c. Ruang kelas sejumlah
rombongan belajar,
berpenerangan, sehat,
luas rasio 2m/peserta,
dengan fasilitas meja
kursi papan tulis
d. Tersedia ruang panitia
e. Tersedia ruang
fasilitator
f. Tersedia ruang
tamu/transit
g. Tersedia
masjid/mushala
h. Tersedia ruang
kesehatan
i. Tersedia jumlah
jamban dengan rasio 1
: 10, terpisah antara
IPMawan dan
IPMawati
j. Tersedia lahan untuk
outbond
k. Tersedia ruang tidur
untuk peserta dan
pengelola perkadderan
a. Memiliki fassilitass
administrasi
(komputer, printer,
dll)
b. Ada administrasi surat
5. Administrasi
menyurat
perkaderan
c. Terseddia buku
presensi
d. Memiliki data peserta
e. Tersedia jadwal
perkadeeran
a. Memiliki program
keuangan
6. Keuangan
b. Ada sumber
pemasukan yang cukup
c. Ada catatan kuangan
yang dapat
dipertanggungjawabka
n kepada persyarikatan
Jumlah skor
a. perencanaan program
yang meliputi visi, misi,
tujuan dan proposal
perkaderan
b. ada struktur organisasi
perkaderan dengan
deskripsi tugas
c. ada pedoman
pelaksanaan berupa tata
tertib pelaksana dan
C. Proses 1. pengelolaan peserta perkaderan
d. ada jadwal perkaderan
e. ada rapat koordinasi
pelaksanaan
f. memenuhi dan
mndayagunakan
sumber daya manusia,
sarpras, dan keuangan.
g. Penciptaan iklim kerja
yang islami dan
menyenangkan
a. Ada perangkat
persiapan minimal
silabus materi
b. Pengembangan bahan
pembelajaran dalam
bentuk cetak atau
bahan brbasis TIK
c. Proses pembelajaran
2. Proses
dilakukan dengan
pembelajara
model andragogi,
n
strategy active
learning, pendekatan
partisipatiff dialogis,
memakai metoda dan
teknik yang disesuaikan
dengan tujuan, sifat
materi, narasumber,
fasilitass dan waktu
Page 68 of 85
pembelajaran
d. Aspek keteladanan oleh
narasumber maupun
fasilitator dilaksanakan
dalam setiap proses
pemelajaran
e. Ada monitoring setiap
proses pembelajaran
dan ditindaklanjuti
sesuai keperluan.
a. Ada jadwal pelaksanaan
penilaian prestasi kader
b. Ada perangkat
penilaian berupa format
penilaian
3. Penilaian
c. Teknik penilaian
dilakukan sesuai
dengan kompetensi
yang harus dikuasai
kader.
Jumlah skor
a. Adanya dokumen
laporan hasil belajar
kader dalam ranah
pengetahuan, sikap dan
1. Hasil/presta
praktek.
D. Output si belajar
b. Ada analisis nilai yang
kader
membuat kategorisasi
peserta berdasarkan
rekomendasi tindak
lanjut.
Jumlah skor
a. Peningkatan kegiatan
1. Dampak IPM
E. Outcome
perkaderan b. Rekrutmen kader
dalam struktur IPM
Jumlah skor
Total Skor
LEMBAR PENILAIAN OUTBOND
PENILAI :
Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
a. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
b. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
Page 70 of 85
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK SHOLAT
PENILAI : ...........................
No Nama Aspek Penilaian Jumlah Nilai
skor
Gerakan Bacaan Urutan Sesuai Tarjih
Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
c. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
d. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
LEMBAR PENILAIAN PIDATO/KHOTBAH/PRESENTASI/KULTUM
Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Sistematika (pendahuluan, isi, kesimpulan)
2 Konten (kedalaman, pengetahuan, logika)
3 Kefasihan berbicara
Bahasa :
4 a. Kejelasan pengucapan
b. Tata bahasa
c. Kekayaan bahasa
5 Penampilan (kontak mata, ekspresi, gestur)
Jumlah skor
Skor maksimal 20
Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
a. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
b. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
Page 72 of 85
LEMBAR PENILAIAN TUGAS PROJEK
Misal : studi banding ke AUM
No Aspek yang dinilai Skor
1 Persiapan 3
Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1) 1-3
2 Pelaksanaan 15
a. Pengumpulan informasi 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
b. Keakuratan data/informasi 1-3
(akurat = 3, kurang akurat = 2, tidak akurat = 1)
c. Kelengkapan data 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
d. Analisis data 1-3
(baik = 3, cukup = 2, kurang = 1)
e. Kesimpulan 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
3 Pelaporan hasil 12
a. Sistematika laporan 1-3
(baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa 1-3
(komunikatif = 3, kurang komunikatif = 2, tidak
komunikatif = 1)
c. Penulisan/ejaan 1-3
(tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
d. Tampilan 1-3
(menarik = 3, kurang menarik = 2, tidak menarik = 1)
Skor Maksimal 30
Keterangan :
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
c. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
d. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
Contoh TOR (Term of Referene)
TERM OF REFERENCE
GAMBARAN MATERI
Page 74 of 85
Maka dari itu diperlukan pemahaman yang lebih mendalam
terutama bagi fasilitator sebagai pengemban fungsi
perkaderan. Menjadi sebuah keniscayaan bagi fasilitator
untuk memahami dan mengimplementasikan SPI dalam
setiap pelatihan yang ada sesuai dengan analisa kebutuhan
masing-masing daerah.
POKOK BAHASAN
a. Genalogi SPI
b. Muatan Materi SPI
c. SPI ke-kinian
INDIKATOR
Page 76 of 85
Dahlan bukan orang yang anti dg tradisi lokal. Bahkan
sangat akrab dengan tradisi lokal. Tidak sedikit-sedikit
mengatakan bid’ah/kafir. Namun, ia mencoba membangun
pola pikir masyarakat dengan pendekatan-pendekatan. Ia
membuat masyarakat berpikir secara logis.
b. Nalar pembaharuan
Pembaharuan dahlan di indonesia ada sedikit
pengaruhnya dari ide-ide pembaharuan di Timur Tengah.
Namun tidak sama persis. Hanya ada kesamaan dalam
nalar kritis penafsiran alqur’an.
c. Tradisi barat
Tradisi barat tidak sepenuhnya ditolak oleh ahmad dahlan,
namun digunakan untuk membangun peradaban.
8. Ketiga hal tersebut digunakan untuk membangun nalar syariah
9. Yang diubah ahmad dahlan
Kecenderungan magis Proses kecenderungan rasional
10. Krtitik yang dilakukan ahmad dahlan bukan melalui
argument-argument saja namun langsung dengan aksi
11. Gerakan ahmad dahlan itu transformasi sosial nyata
12. Pandangan dahlan tentang ilmu dan manusia
a. Walau manusia memiliki suku yang berbeda namun nenek
moyangnya tetap adam dan hawa. Jadi hakekat manusia
memiliki kesederajatan dalam konteks kemanusiaan.
b. Manusia memerlukan agama
c. Manusia wajib menuntut ilmu dan tidak boleh sekali-sekali
merasa cukup
d. Tidak boleh menolak pengetahuan hanya karna
pengetahuan itu dari orang lain yang berbeda dengan kita
13. Sayangnya pembaharuan yang dilakukan ahmad dahlan
tidak ditangkap spiritnya melainkan haya ditangkap
porduknya.
14. Nah setelah kita mengetahui apa yang dilakukan ahmad
dahlan, lalu apa yang bisa kita lakukan? Apa yang kita
tawarkan? Apa ide pembaharuan yang bisa kita berikan?
15. Ipm tidak akan bisa melakukan pembaharuan kalau kita
hanya menagkap produknya dan bukan spiritnya
16. Belum ada pemikir muhammadiyah yang pemikirannya
sebagus ahmad dahlan
17. Dahlan, meskipun gerakan transformasi sosial,
pendidikan, dan advokasinya itu bagus, namun,
spiritualitasnya luar biasa.
18. Papan kematian
“Dahlan, bayangkan saat ini kau sendiri bersama tuhan dan
bersiap menerima kematian dan
perhitungan antara surga dan neraka, maka tahukah kamu
mana yang lebih dekat denganmu?”
“jangan menjad orang yang claka di dunia dan celaka di
akhirat’
Pertanyaan
peserta
1. Surya :
Selama ini saya sempet diskusi, akademi-akademi saat ini lebih
suka mengkaji islam kiri padahal
dulu kh ahmad dahlan juga mengkaji seperti itu, nah kenapa pada
saat ini muhammadiyah sering
menyalahkan yang seperti itu?
2. Ika :
Tadi dikatakan kalo KH.Ahmad Dahlan itu melakukan
pembaharuan, nah alat pembaharuannya
apa?
3. Gufron :
Mengapa kader ipm ketika masuk perguruan tinggi kok
malah memasuki ideologi lain?
jawaban
1. Ada beberapa hal yang menjadi alasan;
Page 78 of 85
Harus kita akui bahwa muhammadiyah pada saat ni
a. mengalami kejumudan dalam berpikir
b. Penyakit intolerant pada saat ini sudah mewabah
Coba baca buku “Ilusi Negara Islam” yang menuliskan bahwa
c. muhammadiyah mengalam
ilfiltrasi ideologi yang diimpor dari luar dan masuk ke
muhammadiyah. Puncaknya ketika
muktamar muahmmadiyah di Malang, dimana pada saat itu
orang-orang muhammadiyah
yang dianggap kiri dihabisi
2. Cara KH.Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan itu:
a. Dengan nalar syariah
Measukkan wawasan-wawasan modern dalam hal
b. metodology, namun bukan dalam hal Kontent
c. Menawarkan pola-pola gerakan baru
3. Ada perbedaan kultur yang terjadi di IMM dan sangat berbeda
dengan IPM. Yang saya lihat
pemikiran-pemikiran liar di IPM tidak cukup terakomodasi
sementara di IMM itu sangat
mendominasi. Saya pikir anak IPM tidak cukup siap untuk itu
sehingga memilih ideologi lain
(mencari zona aman)
Contoh lembar Observer
Indikator
1. Tidak tidur
2. Memperhatikan
3. Menujukkan antusias dan minat yang tinggi terhadap
materi
4. Mampu menjawab pertanyaan dari pemateri
5. Mampu bertanya kepada pemateri
6. Mampu memberikan sanggahan atas statement pemateri
Ketentuan Penilaian
Nilai 0 jika seluruh indikator tidak nampak
Nilai 1 jika ≤ 2 indikator yang terpenuhi
Nilai 2 jika 4 indikator yang terpenuhi
Nilai 3 jika 5 indikator terpenuhi
Nilai 4 jika 6 indikator terpenuhi
Page 80 of 85
LEMBAR KEAKTIFAN PESERTA
Materi :
Pemateri :
Hari, tanggal :
Waktu :
no Nama peserta 0 1 2 3 4
DESAIN RUANG PELATIHAN
2
3
4 5
Keterangan:
1. Papan Tuis dan atau LCD Screen
2. Tempat untuk pemateri dan
moderator
3. Tempat Duduk peserta
4. Tim Observer
5. Notulis
Page 82 of 85
PEDOMAN Pelaksanaan perkaderan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
A. PERSIAPAN
1. Fasilitas pelatihan
a. Sangat siap b. Siap c. Tidak siap
2. Managemen
a. Sangat siap b. Siap c. Tidak siap
B. PELAKSANA
3. Master of Training
a Sangat kompeten b Kompeten c Kurang kompeten d. Tidak
kompeten
4. Imam of Training
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d.Tidak
kompeten
5. Tim Instruktur
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d.Tidak
kompeten
6. Narasumber
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d. Tidak
kompeten
7. Panitia Teknis
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d. Tidak
kompeten
C. SARANA PRASARANA
8. Lokasi
a Sangat strategis b strategis c Kurang strategis d Tidak strategis
9. Bangunan
Page 83 of 85
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
10. Ruang klas
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
11. Mushola
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
12. Ruang kesehatan
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
13. Urinoir
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
14. Lahan outbond
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
15. Ruang tidur
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
D. ADMINISTRASI PERKADERAN
1. Presensi
a Sangat teratur b teratur c Kurang teratur d Tidak teratur
2. Jadwal kegiatan
a Terdistriusi sejak b Terdistribusi c Tidak semua d Tidak ada
awal dapat
E. PENGELOLAAN
1. Pedoman pelaksanaan dan tata tertib
a Disampaikan b disampaikan c tidak semua d Tidak ada
sejak awal mengerti
2. Alat peraga pelatihan
a Sangat lengkap b lengkap c Kurang d Tidak
lengkap lengkap
3. Iklim pelatihan
a Inspiratif - islami b inspiratif c islami d tidak
inspiratif dan
islami
F. PROSES PEMBELAJARAN
1. Materi perkaderan
a Sangat relevan b relevan c Kurang d Tidak
relevan relevan
2. Model/strategi/teknik pembelajaran
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
84 | L o k a r n a s P e r k a d e r a n , B a l i | 2 2 – 2 4 S e p t e m b e r 2 0 1 7
PEDOMAN Pelaksanaan perkaderan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
G. PENILAIAN
1. Instrumen pelatihan
a Dilakukan b Kurang c spontanitas d tidak ada
terjadwal teratur
2. Variassi teknik penilaian sesuai dengan aspek kompeteensi (tes, observasi,
praktik)
a Sangat variatif b variatif c Kurang d Tidak
variatif variatif
H. DAMPAK PERKADERAN
1. Peningkatan kesadaran ber IPM
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
2. Semangat keterlibatan dalam struktural
a Meningkat b Sedikit c Tidak d menurun
meningkat meningkat
I. LAIN – LAIN
Hal – hal lain yang ingin disampaikan sebagai masukan dan belum tertulis
pada angket di atas, IPMawan/ti bisa menuliskannya di bawah ini :
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
......................
Peserta BA
(.........................)
Page 85 of 85
SILABUS MATERI BERDASARKAN
KELOMPOK MATERI
1. SILABUS KELOMPOK MATERI AL ISLAM
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Kecintaan pada Peserta Peserta dapat: Al-Islam (1): Ceramah 2 x 45 _____, Tanya Jawab Tes Tertulis
Islam menjadikan 1. Mengenal Aqidah dan Akhlak interaktif menit Agama jilid 1-7, Inventori
menanamkan Islam sebagai kebersislaman sebagai fondasi pelajar Diskusi (Yogyakarta: Suara Observasi
kesungguhan karakteristik 2. Menerapkan Muhammadiyah, 1996-
dalam ber Islam dalam menjalani nilai – nilai Makna Islam sebagai 2010)
kecara kaffah kehidupan keislaman Rahmatan lil ‘alamiin
dalam Karakteristik Pelajar
kehidupan Islami sebagai
sehari - hari manifesto Islam
Rahmatan Lil ‘alamin
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Tuntunan Ibadah Sesuai Simulasi 2 X 45 Majelis Tarjih & Tajdid PP Unjuk
beribadah yang melaksanakan 1. Menyetujui Tarjih Watching menit Muhammadiyah, Himpunan Kerja
tahsinah dari ibadah mahdah tuntunan video Putusan Tarjih Observas
ibadah itu sesuai dengan ibadah sesuai Kaifiyat Wudhu, Tanya Muhammadiyah, i
terpantul dalam hasil keputusan dengan Tayammum & Mandi Jawab (Yogyakarta: Suara
kehidupan tarjih putusan tarjih Junub _____, Tanya Jawab
dan kaifiyatnya shalat yang baik 2. Menerapkan Kaifiyat sholat Tuntunan Ibadah Praktis,
dan benar khaifiyat berjamaah (Yogyakarta: Suara
thaharoh dan Muhammadiyah, 2005).
sholat
berjamaah dan
tepat waktu
dalam setiap
kegiatan
TM 1
Kemurnian Peserta Peserta dapat: Al-Islam (1): Ceramah 2 x 45 Yunahar Ilyas, Kuliah TesTertulis
akidah yang menjadikan 1. Menerima Tauhidsebagai Fondasi interaktif menit Aqidah Islam, Inventori
membentuk tauhid sebagai konsep tauhid Kehidupan Diskusi (Yogyakarta: LPPI UMY, Observasi
keshalehan prinsip dasar sebagai prinsip 2014)
dalam dan utama dasar dalam Makna tauhid AzharBasyir,
kehidupan dalam kehidupan Tauhid sebagai spirit BeragamaSecaraDewas
menjalankan 2. Menerapkan kemajuan umat. a, (Yogyakarta: UII Press,
kehidupan tauhid dalam Tauhid dan penegakan 2013)
kehidupan amar ma’ruf nahi
TM 2
Fathonah dalam Mengembangka Pesertadapat: Al-Islam (1): Diskusi 2 X 45 Azaki Khoirudin, Teologi
berpikir, n strategi 1. Menelaah Islam Transformatif Reading menit Al-Ashr, (Yogyakarta:
berwawasan, dakwah di tentang sebagai dasar manifest guide Suara Muhammadiyah,
dan kalangan pelajar pemahaman gerakan 2015)
menghasilkan Islam
karya pemikiran Transformatif. Pengantar Islam
2. Menguraikan Transformatif
strategi dakwah Etika Welas Asih
sosial Ahmad KyaiDahlan
Dahlan. Kontekstualisasi
3. Merancang strategi Al-Maun
desain dakwah Dahlan
social untuk
konteks kelas
pelajar.
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Ibadah Mahdhah dan Drill On Majelis Tarjih & Tajdid Observa
beribadah yang menjadikan 1. Menemukan Nafilah Tanya schedule PP Muhammadiyah, si
tahsinah dari ibadah mahdah rujukan yang Jawab Himpunan Putusan
ibadah itu dan nafilah kredibel dalam Shalat 5 waktu Tarjih Muhammadiyah,
terpantul dalam sebagai aktivitas setiap putusan ShalatJamak/Qoshar (Yogyakarta: Suara
kehidupan harian yang tarjih tentang QiyamulLail _____, Tanya Jawab
sehari-hari dilaksanakan masalah TadarusFathulFikr Agama jilid 1-7,
secara ibadahmah dah Kultum (Yogyakarta: Suara
istiqomah dan & nafilah ZikirdanDo’a Muhammadiyah, 1996-
sesuai syar’i. 2. Mengadaptasi 2010)
tuntunan _____, Tuntunan Dzikir
ibadah mahdah dan Doa Menurut HPT,
dan nafilah (Yogyakarta: Suara
dalam Muhammadiyah, 2008)
kehidupan Agung Danarto, Cara
sehari-hari Shalat Menurut HPT,
sesuai HPT (Yogyakarta: Suara
3. Membiasakan Muhammadiyah, 2006)
ibadah mahdah Asmuni Abdurrahman,
& nafilah sesuai Shalat Berjamaah,
dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2005)
syariah secara Asep Solahudin,
konsisten Tuntunan Ibadah
Praktis, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah,
2005).
TM 3
Kesadaran Peserta dapat Peserta dapat: Al-Islam (1): Transformasi Ceramah 2 x 45 Syaikh Muhammad Tes Tertulis
progresif- mengonsepsikan 1. Merekonstruksi kesadaran progresif ber- interaktif menit Abduh, Risalah at-Tauhid, Observasi
transformatif prinsip pemahaman Islam dalam kehidupan Diskusi (Mesir: al-Manar, 1969).
tafsir Ibn Taimiyah, Buku Induk
dalam aktualisasi transformasi
kontekstual Kontekstualisasi teks Akidah Islam: Syarah Al-
ajaran Islam nilai-nilai ajaran Islam ayat terhadap konteks Aqidah al-Wasithiyah,
berdasar Iman terhadap kehidupan. terj.,, (Jakarta : Darul Haq,
dan Islam problem Tauhid sebagai dasar 2010).
sebagai dasar keummatan. gerakan keberpihakan. Ismail Raji al-Faruqi,
gerak menuju 2. Mendesain Implementasi nilai-nilai Tauhid,terj. (Bandung:
kemajuan rumusan ke-Islaman dalam Penerbit Pustaka, 1988).
aplikatif konsep desain praktis gerakan Amin Rais, Tauhid Sosial,
ummat.
tauhid untuk (Bandung: Mizan, 1998).
gerakan
advokasi.
3. Merancang
sketsa gerakan
keberpihakan
berdasar isu
seputar
kemanusiaan.
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Al Islam (2): Drill On Majelis Tarjih & Tajdid PP Observa
beribadah yang menjadikan 4. Menemukan Ibadah Mahdhah dan Tanya schedule Muhammadiyah, si
tahsinah dari ibadah mahdah rujukan yang Nafilah Jawab Himpunan Putusan Tarjih
ibadah itu dan nafilah kredibel dalam Muhammadiyah,
terpantul dalam sebagai aktivitas setiap putusan Shalat 5 waktu (Yogyakarta: Suara
kehidupan harian yang tarjih tentang Shalat Jamak/Qoshar _____, Tanya Jawab
sehari-hari dilaksanakan masalah ibadah Qiyamul Lail Agama jilid 1-7,
secara mahdah & Tadarus Fathul Fikr (Yogyakarta: Suara
istiqomah dan nafilah Kultum Muhammadiyah, 1996-
sesuai syar’i. 5. Mengadaptasi Zikir dan Do’a 2010)
tuntunan _____, Tuntunan Dzikir
ibadah mahdah dan Doa Menurut HPT,
dan nafilah (Yogyakarta: Suara
dalam Muhammadiyah, 2008)
kehidupan Agung Danarto, Cara
sehari-hari Shalat Menurut HPT,
sesuai HPT (Yogyakarta: Suara
6. Membiasakan Muhammadiyah, 2006)
ibadah mahdah Asmuni Abdurrahman,
& nafilah sesuai Shalat Berjamaah,
dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2005)
syariah secara Asep Solahudin, Tuntunan
konsisten Ibadah Praktis,
(Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2005).
2.. SILABUS KELOMPOK MATERI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Keteladanan Peserta Peserta dapat : Sejarah dan Landasan Story 2 x 45 Lasa Hs.,dkk., 100 Tokoh Tes Tertulis
dalam seluruh mendapatkan 1. Menunjukkan Gerakan Muhammadiyah telling, menit Muhammadiyah Yang Inventori
sikap dan inspirasi nilai karakter Reading Menginspirasi, (Yogyakarta: Observasi
tindakan keteladanan perjuangan dan Sejarah berdirinya Guide Majelis Pustaka & Informasi
sejarah dan keteladanan Muhammadiyah PP Muhammadiyah, 2014)
landasan para tokoh Spirit yang dibangun Najamuddin Ramly & Hery
Gerakan sejarah dalam mendirikan Sucipto, Ensiklopedi Tokoh
Muhammadiyah Muhammadiya muhammadiyah Muhammadiyah : Pemikiran
h Muhammadiyah dan Kiprah dalam Panggung
2. Menerapkan Mengenal Ortom dan Sejarah Muhammadiyah,
nilai – nilai amal usaha (Jakarta : Best, Media
gerakan Muhammadiyah Utama, 2010)
Muhammadiya Kyai Syuja’, Islam
h Berkemajuan; Kisah
Perjuangan KH. Ahmad
Dahlan dan
Muhammadiyah Masa
Awal, (Tangerang : Al-
Wasath, 2009)
LDPR
Manifestai nilai – Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan Watchin 2 x 45 Tnfidz Muktamar
nilai memahami 1. Mengenal g video menit Muhammadiyah
Sejarah
kemuhammadiy gerakan dan Muhammadiya Ceramah Makasar
Muhammadiyah
ahan dalam peran h Diskusi
kehidupan ber muhammadiyah 2. Memahami Profil kader Muh.
IPM serta dapat ayat – ayat fungsi dan struktur
menerapkan tentang Muhammadiyah
dalam organisasi berorganisasi Muhammadiyah
IPM landasan sebagai gerakan Amar
muhammadiya Ma’ruf Nahyi Mungkar
h
3. Memahami
aksi – aksi
nyata
muhammadiya
h
TM 1
Keshalehan Peserta mampu Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (1): Ceramahb 2 x 45 PP Muhammadiyah, Tes Tertulis
dalam kehidupan mewujudkan 1. Menjelaskan PHIWM ervariasi menit Pedoman Hidup Islami Inventori
pribadi, PHIWM dalam urgensi dan sifat SGD Warga Muhammadiyah,
keluarga, dan kehidupan PHIWM Pengertian PHIWM (Yogyakarta : Suara
masyarakat sehari-hari 2. Praktek Sikap Urgensi dan Sifat Muhammadiyah, 2002)
dan Perilaku PHIWM
PHIWM dalam Kandungan PHIWM
Pelatihan Strategi internalisasi
3. Menginternalisa PHIWM
sikan PHIWM dalamkehidupan
dalam
Kehidupan
sehari-hari
Keteladanan Peserta Peserta dapat : Profil Kader dan Nilai Story 2 x 45 Lasa Hs.,dkk., 100 Tokoh TesTertulis
dalam seluruh mendapatkan 3. Menyimpulkan Perjuangan Tokoh telling, menit Muhammadiyah Yang Inventori
sikap dan inspirasi profil & Muhammadiyah Reading Menginspirasi, Observasi
tindakan keteladanan dari kompetensi Guide (Yogyakarta: Majelis
kisah tokoh- kader Profil Kader Pustaka & Informasi PP
tokoh Muhammadiya Muhammadiyah Muhammadiyah, 2014)
Muhammadiyah h Kisah Hidup Para Najamuddin Ramly &
4. Menunjukkan Tokoh Hery Sucipto,
nilai karakter Muhammadiyah Ensiklopedi Tokoh
perjuangan dan Karakter Perjuangan Muhammadiyah :
keteladanan dan Keteladanan para Pemikiran dan Kiprah
para tokoh Tokoh dalam Panggung
teladan Sejarah
Muhammadiya Muhammadiyah,
h (Jakarta : Best, Media
5. Berperilaku Utama, 2010)
seperti tokoh \- Kyai Syuja’, Islam
tokoh teladan Berkemajuan; Kisah
Muhammadiya Perjuangan KH. Ahmad
h dalam Dahlan dan
kehidupan Muhammadiyah Masa
berorganisasi Awal, (Tangerang : Al-
dan Wasath, 2009)
bermasyarakat. Djarnawi Hadikusuma,
Matahari-Matahari
Muhammadiyah,
(Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2010)
TM 2
Istiqamah Peserta Peserta dapat : Tafsir 12 Langkah Everyone 2 X 45 KH. Mas Mansyur, Tafsir Tes
(konsisten) berpegang pada 1. Menyimpulkan Muhammadiyah is a menit 12 Langkah Tertulis
dalam lisan, nilai dasar yang latarbelakang teacher Muhammadiyah, Inventori
pikiran, dan termaktub lahirnya 12 Latarbelakang here (Yogyakarta : Suara Penilaian
tindakan dalam Tafsir 12 Langkah 12 Langkah Ceramah Muhammadiyah, 2010) Antar
Langkah Muhammadiyah Muhammadiyah bervarias Imron Nasri,dkk Teman
Muhammadiyah 2. Menerapkankon Kontekstualisasi i (penghimpun), Manhaj (Pengamat
. sep 12 Tafsir Gerakan Muhammadiyah an)
Langkah : Ideologi, Khittah dan
Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
dalam Suara Muhammadiyah
kehidupan di dan MPK PP
organisasi. Muhammadiyah, 2009).
3. Mengkreasi
Tafsir 12
Langkah
Muhammadiyah
dalam
kehidupan di
organisasi.
Kemurnian Peserta Pesertadapat : Mukaddimah Anggaran Ceramah 2 x 45 Imron Nasri,dkk TesTertulis
akidah yang memahami 1. Menguraikanhak Dasar Muhammadiyah bervarias menit (penghimpun), Manhaj Inventori
membentuk pokok pikiran ikatdanfungsiMu i Gerakan Muhammadiyah Observasi
keshalehan dalam hammadiyah Hakikat Diskusi : Ideologi, Khittah dan
dalam kehidupan Mukaddimah 2. Melaksanakan Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
Anggaran Dasar fungsi Fungsi Suara Muhammadiyah
Muhammadiyah Muhammadiyah Muhammadiyah dan MPK PP
dalam lingkup Tujuh Pokok Pikiran Muhammadiyah, 2009).
masyarakatnya Mukaddimah AD Haedar Nashir, Ideologi
3. Bertindak sesuai Muhammadiyah Gerakan
dengan prinsip Muhammadiyah,
dalam (Yogyakarta: Suara
Mukadimah AD Muhammadiyah, 2001)
Muh _____, Memahami
Ideologi Muhammadiyah,
(Yogyakarta :Suara
Muhammadiyah, 2013)
Keikhlasan Memahami, Peserta dapat : Matan Keyakinan dan Ceramah 2 X 45 Haedar Nashir, Kristalisasi TesTertulis
dalam hidup dan memahamkan 1. Menelaah Cita-Cita Hidup bervarias menit Ideologi & Komitmen Inventori
berjuang dan pemahaman Muhammadiyah i Bermuhammadiyah, Observasi
menegakkan mensosialisasika tentang Diskusi (Yogyakarta : Suara
ajaran Islam n Matan Muhammadiyah Muhammadiyah Muhammadiyah, 2007).
melalui Keyakinan dan sebagai Gerakan sebagai Gerakan Islam Musthafa Kamal Pasha &
Muhammadiyah
Cita-Cita
Islam Islam dan Ahmad Adaby Darban, ,
2. Memproyeksika Pengamalannya Muhammadiyah Sebagai
Muhammadiyah
n Islam dan Ruang Lingkup Islam Gerakan Islam,
kepadawarga implementasiny Muhammadiyah dan (Yogyakarta : Pustaka SM,
Persyarikatan a dalam 2009)
NKRI
kehidupan Ahmad Azhar Basyir
3. Menunjukkan Refleksi atas Persoalan
hubungan Keislaman ( Seputar
antara Filsafat, Hukum, Politik
Muhammadiyah dan Ekonomi) , (Bandung
dan NKRI : Mizan, 1993)
Kemurnian Peserta Pesertadapat : Mukaddimah Anggaran Ceramah 2 x 45 Imron Nasri,dkk TesTertulis
akidah yang memahami 4. Menguraikanhak Dasar Muhammadiyah bervarias menit (penghimpun), Manhaj Inventori
membentuk pokok pikiran ikatdanfungsiMu i Gerakan Muhammadiyah Observasi
keshalehan dalam hammadiyah Hakikat Diskusi : Ideologi, Khittah dan
dalam kehidupan Mukaddimah 5. Melaksanakan Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
Anggaran Dasar fungsi Fungsi Suara Muhammadiyah
Muhammadiyah Muhammadiyah Muhammadiyah dan MPK PP
dalam lingkup Tujuh Pokok Pikiran Muhammadiyah, 2009).
masyarakatnya Mukaddimah AD Haedar Nashir, Ideologi
6. Bertindak sesuai Muhammadiyah Gerakan
dengan prinsip Muhammadiyah,
dalam (Yogyakarta: Suara
Mukadimah AD Muhammadiyah, 2001)
Muh _____, Memahami
Ideologi Muhammadiyah,
(Yogyakarta :Suara
Muhammadiyah, 2013)
TM 3
Pengkhidmatan Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (1): Nonton 2 x 45 M. Yusron Asrofie, Kyai Tes Tertulis
terhadap nilai- menghayati 1. Mengabstraksika Spiritualitas Pemikiran film menit Haji Ahmad Dahlan: Observasi
nilai spiritualitas pokok pikiran n nilai-nilai etik Kyai Dahlan dokumen Pemikiran dan
perjuangan yang ter Kepemimpinannya
gerakan Ahmad Dahlan
dilakukan Menapaki jejak Diskusi (Yogyakarta: Yogyakarta
pencerahan yang Ahmad Dahlan perjuangan Ahmad Offset, 1983).
Ahmad Dahlan menginisiasi dalam Dahlan Abd. Munir Mulkhan,
dalam aktifitas mengemban Membaca kerangka Kiai Dahlan: Jejak
dakwahnya yang misi dakwah. berpikir Ahmad Dahlan Pembaharuan Sosial
mencerahkan. 2. Merekontruksi Pengendapan dan Kemanusiaan,
nalar kritis pemahaman terhadap (Jakarta : Kompas,
pemahaman strategi dakwah 2014).
dakwah yang pencerahan Ahmad Marpuji Ali dan
mencerahkan. Dahlan Muhammad Ali, Teologi
3. Mengadaptasi al-Maun , (Yogyakarta:
spirit dakwah SM, 2009).
Ahmad Dahlan Ahmad Najib Burhani,
dalam medesain "Dari Teologi
strategi dakwah. Mustadafin Menuju
Fiqh Mustadafin "
dalam Era Baru
Gerakan Muhamma-
diyah, ( Malang: UMM
Press, 2008).
Berkomitmen Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (2): Ceramah 2 x 45 Haedar Nashir, Tes Tertulis
dan menjunjung memahami krisis 1. Mengevaluasi Revitalisasi Ideologi bervariasi Menit Meneguhkan Ideologi Observasi
tinggi ideologi ideologi di berbagai Muhammadiyah Diskusi. Gerakan Muhammadiyah,
Muhammadiyah kalangan problem Ideologi (Yogyakarta: UMM Press,
dan mampu pimpinan, kader, organisasi Muhammadiyah bekerjasama dgn Suara
bersikap tegas secara ideologis Tantangan Muhammadiyah & MPK
dan anggota
tetapi arif dalam 2. Mendesain Muhammadiyah PP Muhammadiyah,
Muhammadiyah
membela serta langkah Masalah Ideologis 2006).
serta dapat
menegakkan strategis bagi Langkah-Langkah _____, Memahami
prinsip dan memberikan pelaksanaan Strategis Rvitalisasi Ideologi Muhammadiyah,
kepentingan jalan keluar. revitalisasi Ideologi (Yogyakarta :Suara
Persyarikatan ideologi Muhammadiyah, 2013)
Muhammadiyah
3. Mendinamisasik
an basis
anggota dan
organisasi di
lingkungan
masing-masing
secara intensif
dan tersistem .
Tajdid dalam Peserta Peserta dapat : Kemuhammadiyahan (3): Ceramah 2 x 45 PP Muhammadiyah, Tes Tertulis
mengembangka mengelaborasi 1. Merefleksikan Pernyataan Pikiran bervariasi menit Berita Resmi Observasi
n kehidupan dan kandungan dari PPMAK dalam Muhammadiyah Abad Reading Muhammadiyah,
menggerakkan Pernyataan kehidupan Kedua Guide Tanfidz Keputusan
Persyarikatan Pikiran 2. Memproyeksika Muktamar Satu Abad
sesuai jiwa Muhammadiyah n PPMAK Refleksi 1 Abad Muhammadiyah, edisi
ajaran Islam Abad Kedua dengan realitas Muhammadiyah N0.1/2010-2015,
(PPMAK). organisasi Pandangan Keislaman Yogyakarta : 2006.
3. Mendesain Wawasan Kebangsaan Haedar Nashir,
agenda aksi & Kemanusiaan Muhammadiyah Abad
Muhammadiyah Agenda Abad Kedua Kedua, (Yogyakarta:
abad kedua. Suara Muhammadiyah,
2010).
Suara Muhammadiyah,
Muhammadiyah Abad
Ke-2 : Agenda Strategis
& Transformasi Ideologi
Gerakan, (edisi Khusus
Muktamar 2010),
(Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2010)
Tim Majelis Diktilitbang
& LPI PP
Muhammadiyah, 1
Abad Muhammadiyah:
Gagasan Pembaruan
Sosial Keagamaan,
(Jakarta : Kompas,
2010).
3.. KELOMPOK MATERI KEIPMAN
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Pengenalan Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (1): Ceramah 2 x 45 PP IPM. 2017. Ideolgi TesTertulis
ideologi IPM mengenal 1. Memahami Mengenal Si Kuning Small menit IPM. Yogjakarta : PP IPM Inventori
dasar sebagai gerakan IPM sejarah Group Observasi
gerakan amar berdirinya IPM sejarah IPM Discussion
maruf nahyi 2. Mengenal IPM identitas pelajar
munkar di sebagai gerakan sebagai gerakan amar
kalangan pelajar amar a’ruf nahyi ma’ruf nahyi munkar di
munkar di kalangan pelajar
kalangan pelajar. Nilai – nilai IPM dalam
3. Menjadikan IPM lambang dan Lagu
sebagai rumah Kenapa harus berIPM
Kreatif.
LDPR
Manifestasi nilai Peserta Peserta dapat : KeIPMan Story 2 x 45 Tanfidz Muktamar IPM Tes Tertulis
– nilai dalam memahami 6. Memahami telling, menit XX Samarinda Inventori
struktural struktural dan struktural IPM - Mengenal praktik Reading Tanfidz Musywil Wilayah Observasi
organisasi peran pimpinan 7. Menerapkan berorganisasi IPM Guide setempat
Ranting IPM serta pemahaman - Mengenal struktur Diskusi
menginternalisa dalam IPM dan perannya
sikannya dalam menjalankan - Memahami agenda
kehidupan roda Organisasi aksi IPM
berIPM IPM
TM 1
Komitmen Peserta Pesertadapat: Ke-IPM-an (1): Ceramah 2 x 45 Materi Muktamar Tes Tertulis
menjaga menginternalisa 4. Memahami Kepribadian IPM Small menit Jakarta Inventori
integritas si nilai-nilai konsep dasar Group Observasi
sebagai kader perjuangan Kepribadian IPM Pengantar Kepribadian Discussion
ideal gerakan IPM 5. Menguraikan IPM
sebagaimana identitas Identitas IPM sebagai
dirumuskan gerakan IPM Gerakan Pelajar
dalam profil pada Gerakan Profil Kader yang sesuai
kaderikatan Pelajar dengan identitas
Berkemajuan. gerakan
6. Berperilaku
sebagaimana
tercermin
sebagai kader
berkemajuan.
TM 2
Komitmen Peserta Pesertadapat: Ke-IPM-an (1): Ceramah 2 x 45 Tanfidz Muktamar XVIII
menjaga berkomitmen 7. Menguraikan Gerakan Pelajar Small menit IPM (Tahun 2014)
integritas memenuhi identitas Berkemajuan Group
sebagai kader kriteria sebagai gerakan IPM Discussion
ideal kader pada Gerakan Identitas IPM sebagai
sebagaimana berkemajuan. Pelajar Gerakan Pelajar
dirumuskan Berkemajuan. Berkemajuan
dalam profil 8. Menjelaskan Orientasi Gerakan
kader arahan dari Pelajar Berkemajuan
berkemajuan Gerakan Pelajar Profil Kader
Berkemajuan. Berkemajuan
9. Berperilaku
sebagaimana
tercermin
sebagai kader
berkemajuan.
Kecakapan Peserta menilai Pesertadapat: Ke-IPM-an (2): Ceramah 2 X 45 Tanfidz Muktamar XVII TesTertulis
dalam penerapan 1. Memahami Gerakan Pelajar Kreatif Worksho menit IPM (Tahun 2012) Observasi
menciptakan strategi kreatif latarbelakang p
kreatifitas dalam dalam aksi tercetusnya Latar belakang Gerakan
implementasi gerakan. Gerakan Pelajar Pelajar Kreatif
gerakan. Kreatif. Arah Strategi Gerakan
2. Mengidentifikasi Pelajar Kreatif
strategi Gerakan Komponen strategi
Pelajar Kreatif. Gerakan Pelajar Kreatif
3. Menerapkan
nilai-nilai dalam
GPK dalam
bentuk aksi
pelajar.
TM 3
Berjiwa gerakan Peserta Peserta dapat : Ke-IPM-an (1): Case 2 x 45 PP IPM. 2017. Ideolgi Tes Tertulis
memaknai 1. Menyimpulkan Khittah Perjuangan IPM Study menit IPM. Yogjakarta : PP Observasi
hakikat IPM landasan etik Cerama IPM
sebagai gerakan perjuangan IPM. Landasan Teologis h
pelangsung misi 2. Memformulasi Perjuangan IPM bervaria
dakwah gerakan yang Asas Gerakan IPM si
pembumian bersifat kolektif Paradigma Gerakan
nilai-nilai Islam terhadap IPM
di kalangan tantangan dan
pelajar dan isu pelajar dan
ummat. kemanusiaan.
3. Menuntun
pimpinan &
anggota IPM
untuk bertindak
sesuai khittah
perjuangan IPM.
Keutuhan Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (2): Informati 2 x 45 Tanfidz Muktamar Tes Tertulis
pemahaman merefleksikan 1. Menganalisis Manifesto Gerakan Kritis on search menit Observasi
tentang kesatuan konteks sejarah Transformatif Diskusi
genealogi riwayat gerakan lahirnya corak
gerakan IPM IPM yang gerakan kritis- Tali sejarah Gerakan
dilewati dari transformatif. Kritis Transformatif
masa ke masa. 2. Menemukan Pondasi dasar
alur jalinan perjuangan Gerakan
gerakan IPM dari Kritis Tranfsformatif
serangkaian Metodologi Kritis-
periode. Transformatif
3. Mendinamisasik
an spirit GKT
dalam gerakan
terkini.
Transformasi Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (3): Ceramah 2 x 45 Tanfidz Mukamar Tes Tertulis
nilai-nilai mengelaborasik 4. Menganalisis Gerakan Pelajar Worksho menit Palembang Observasi
gerakan yang an secara konsekuensi Berkemajuan (Manifesto p
holistik integral adaptif konsep logis atas Gerakan Ilmu)
dan Gerakan Pelajar identitas
komprehensif Berkemajuan. gerakan IPM. Etos Gerakan Pelajar
5. Menghayati Berkemajuan
nilai-nilai yang Implikasi &
diperjuangkan Implementasi Gerakan
dalam GPB. Pelajar Berkemajuan
6. Mendesain aksi
gerakan yang
selaras dengan
etos GPB.
4. SILABUS KELOMPOK MATERI METODOLOGI
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
LDPR
Kemampuan Peserta Peserta dapat Kisah Nabi Ulul Azmi Story 2 x 45 Kisah 25 nabi Unjuk Kerja
daya tahan dan memahami nilai 1. Mengenal - Mengenal Shirah nabi – telling menit Test tertulis
kesadarran – nilai Shirah keteguhan para nabi ulul azmi Reading
berkolektif nabi dalam nabi - Memahami Guide
kehidupan 2. Meneladani karakteristik para nabi
berIPM keteguhan para
nabi dalam
kehidupan
berIPM
TM 1
Komitmen Peserta Pesertadapat: Metodologis (1): Ceramah 2 x 45 Sarlito Wirawan, TesTertulis
menjaga menunjukkan 1. Memahami Psikologi Remaja Small menit Psikologi Remaja, Inventori
integritas sikap positif perkembangan Group (Jakarta: Rajawali Press, Observasi
sebagai kader sebagai remaja manusia tiap Pengenalan fase Discussion 2010)
ideal terampil, fase. perkembangan
sebagaimana berilmu dan 2. Mengidentifikasi manusia
dirumuskan berakhlak mulia. karakteristik Karakteristik psikologis
dalam profil remaja dari remaja
kader ikatan beberapa sudut Kiat menjadi remaja
pandang. unggul religious
3. Termotivasi berprestasi
membiasakan
akhlakul
karimah.
TM 2
Kemampuan Penguasaan Pesertadapat: Metodologis (1): Ceramah 2 X 45
secara kritis kapasitas 1. Memahami alat AnalisisSosial Praktikla menit
dalam menelaah metodologis anlisa Ansos. pangan
beragam untuk 2. Menerapkan PengantarAnsos
tantangan, menunjang kerangka kerja Mekanisme kerjaAnsos
kebutuhan ketajaman Ansos dalam Relevansi Ansos untuk
mendesain suatu pembacaan sebuah tindakan. gerakan IPM
gerakan kebutuhan 3. Mengidentifikasi
gerakan IPM. urgensi alat
analisa dalam
gerakan IPM.
Kemampuan Pengayaan Peserta dapat: Metodologis (2): Ceramah 2 X 45
secara kritis kapasitas 1. Menguasai Appreciative Praktikla menit
dalam menelaah metodologis secara teoritik AI Inquiry(PendekatanApres pangan
beragam untuk sebagai iasi)
tantangan, menunjang pendekatan
kebutuhan ketajaman metodologis Pengenalan AI
mendesain suatu pembacaan gerakan IPM Urgensi AI sebagai
gerakan kebutuhan 2. Terdorong pendekatan untuk
gerakan IPM. menerapkan AI gerakan IPM
sebagai
pendekatan
dalam gerakan
IPM
TM 3
Penguatan Peserta Peserta dapat: Metodologis (1): Ceramah 2 x 45 Singh, Rajendra. 2010. Tes Tertulis
kapasitas memahami 1. Mendefinisikan Gerakan Sosial Baru Diskusi Menit Gerakan Sosial Baru. Observasi
metodologis konsekuensi makna Yogyakata. Nailil Printika
gerakan IPM gerakan IPM pengertian Definisi Gerakan Sosial Marco G. Giugni, How
yang Gerakan Sosial Baru Social Movements
Baru Tipe Gerakan Sosial Matter, University of
menginginkan
2. Mengklasifikasik Baru Minnesota Press, 1999,
perubahan
an tipe Gerakan Fase Gerakan Sosial ISBN 0-8166-2914-5
melalui formasi
Sosial Baru Baru Rod Bantjes, Social
gerakan yang 3. Menentukan Movements in a Global
relevan. argumentasi Context, CSPI, 2007, ISBN
nalar 978-1-55130-324-6
metodologis IPM
dalam formasi
GSB
Terjadinya Peserta Peserta dapat: Metodologis (2): Ceramah 2 x 45 David L. Cooperrider and Observasi
perubahan sikap memahami cara 1. Menjelaskan apa Appresiative Inquiry Diskusi Menit Diana Whitney,
dan cara berpikir berpikir positif itu pendekatan Wawancar (sesi I) Appreciative Inquiry, a
positif sehingga Appreciative Definisi AI a Positive Revolution In
memiliki sikap Inquiry (AI). Prinsip – prinsip AI Apresiatif 6 x 45 Change, Berrett-Koehler
positif dalam 2. Menemukan Alur dalam AI Menit Publisher, Inc, Sans
dan menghargai Aplikasi pendekatan AI (sesi II) Francisco,2005
menghadapi
kekuatan diri dalam IPM Robins, Stephen,
tantangan IPM
pribadi, relasi Organizational Behavior,
kedepan dan situasi Prentice Hall, Upper
sebagai cara Saddle River, New Jersey,
pandang baru 2001
yang positif,
sebagai modal
untuk mengatasi
tantangan.
3. Mengaplikasikan
pendekatan AI
dalam
menemukan
inovasi,
kekuatan serta
peluang pada
IPM
5.. SILABUS KELOMPOK MATERI WAWASAN DAN SKILL
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Pemahaman Peserta mampu Peserta dapat : Psikologi remaja Ceramah LCD
pentingnya mengenal diri - Memahami posisi Roleplay
berkomunitas usia remaja dan dirinya sebagai Ciri – ciri remaja
bagi usia remaja bagaimana remaja Remaja dan
memperlakukan - Menerapkan problematikanya
diri pemahaman Menjadi remaja ideal
sebagaimana psikologi remaja Remaja berkomunitas
mestinya dalam kehidupan
sehari2
- Menjadikan
komunitas
sebagai salah
satu wadah
aspirasi pelajar
LDPR
Manifestasi Peserta Peserta dapat Budaya Iqro’ Story 2 x 45
budaya iqro’ membiasakan 1. Mengenal telling menit
dalam kehidupan diri dengan budaya iqro’ - Makna budaya iqro’ Reading
pelajar sejak dini udaya iqro’ 2. Menerapkan - Bentuk – bentuk aksi guide
pelajar budaya iqro’ iqro’ Diskusi
dalam - Iqro’ sebagai fondasi
kehidupan keilmuan pelajar
sehari - hari
Implementasi Peserta Peserta dapat: Motivasi Organisasi Ceramah 2 x 45 Tes Tertulis
penguatan terdorong untuk 3. Memahami interaktif menit Inventori
motivasi semangat dalam manfaat Makna dan manfaat Diskusi Observasi
berkarya melalui berkarya melalui berorganisasi organisasi
berorganisasi berorganisasi 4. Terdorong Pentingnya organisasi.
untuk Bentuk – bentuk
istiqomah managemen organisasi.
menjalankan
aktifitas
berorganisasi
5. Peserta dapat
memahami
arahan
berorganisasi
yang baik untuk
pelajar
TM 1
Berperan aktif Peserta mampu Pesertadapat: Wawasan (1): 2 x 45 Tes Tertulis
dalam memahami 1. Mengidentifikasi Manajemendan menit Inventori
mendinamisir pengelolaan kekuatan dan Kepemimpinan Observasi
gerakan IPM. organisasi dan kelemahan IPM. Organisasi
nilai-nilai yang 2. Menunjukkan
dilestarikan di Skema Pengertian Manajemen
IPM. Manajemen Organisasi
Organisasi IPM Skema Manajemen
yang kreatif Organisasi
inovatif. Akhlak Berorganisasi di
3. Menampilkan IPM
manajemen
organisasi yang
sesuai dengan
nilai-nilai IPM.
TM 2
keberpihakan Peserta dapat Peserta dapat : Wawasan : Ceramah 2 x 45
pelajar di dunia melakukan 1. Memahami Analisis Kebijakan Small menit
pendidikan analisis muatan Pendidikan group
kebijakan kebijakan Discussion
pendidikan pendidikan
2. Memahami
posisi kebijakan
pendidikan dan
orientasi
keerpihakannya
3. Memahami goal
setting
kebijakan
pendidikan
4. Memberikan
tanggapan dan
analisis
kebijakan
pendidikan
secara
kontekstual
TM 3
Kepedulian Peserta mampu Peserta dapat: Wawasan dan Skill (1): Cerama 2 x 45 Abdullahi Ahmad An- Tes Tertulis
sosial memahami, dan 1. Merumuskan Hak Asasi Manusia dan h menit Naim, Dekonstruksi Inventori
mengimplemen makna HAM dan Advokasi Kaum Dhuafa bervari Syariah: Wacana Observasi
Dhuafa dalam asi Kebebasan Sipil, Hak
tasikan HAM
Islam Pengertian Hak Asasi Diskusi Asasi Manusia, dan
dan advokasi 2. Peserta mampu Hubungan Internasional
Manusia.
untuk kaum merancang Pandangan Islam dalam Islam,terj.,
dhuafa strategi dan tentang hak asasi (Yogyakarta: LKIS, 1997)
langkah-langkah manusia Moeslim Abdurrahman,
penegakan HAM Kontroversi Hak Asasi Islam yang Memihak,
& advokasi Manusia di kalangan Yogyakarta: LKIS, 2005.
untuk kaum Muslim. Ali Syariati, Pemimpin
dhuafa. Pelaksanaan Hak Asasi Mustad’afin : Sejarah
3. Mengelola Manusia di dunia Islam Panjang Perjuangan
penegakan HAM Pembelaan dan Melawan Penindasan
dan advokasi advokasi untuk kaum dan Kezaliman,terj
kaum dhuafa dhua’afa sebagai (Bandung : Mutahhari
dalam perwujudan Hak Asasi Paperbacks, 2001)
pengalaman Manusia
nyata
Mencontoh Peserta mampu Peserta dapat: Wawasan dan Skill (2): Ceramah 2 x 45 M.A., Shaban, Islam ic Tes
Strategi Politik memahami 1. Memaknai Politik Nabi Muhammad Diskusi menit History A.D. 600 – 750 Tertulis
Nabi langkah atau Hijrah sebagai SAW A.H. 130) : A New
Muhammad strategi politik sebuah strategi Interpretation.
SAW Nabi politik. Hakikat Hijrah Diterjemahkan oleh
Muhammad 2. Mengambil Persaudaraan kaum Machnun Husein dengan
SAW dan hikmah dari Muhajirin dan Anshar judul Sejarah Islam dari
menjadikannya persaudaraan Piagam Madinah Tahun 600 – 750 Jakarta:
landasannya kaum muhajirin Raja Grafindo Persada,
dalam berpolitik dan anshar 1993
sebagai sebuah Ma’ruf, Anas. Sejarah
strategi politik Ringkas Islam Sejak
3. Memahami Kelahirannya sampai
pentingnya Perkembangannya Pada
legitimasi rakyat Pertengahan Pertama
terhadap Abad 20 Jakarta:
seorang Djambatan, 1994
pemimpin dan Pulungan, J. Suyuthi.
Kelebihan dari “Prinsip-prinsip
Piagam Madinah Pemerintahan dalam
sebagai sebuah Piagam Madinah Ditinjau
strategi politik dari Pandangan AL-
Qur’an”, Disertasi
Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah, 1993
LAMPIRAN
SILABUS PFP 1
Pengkhidmatan Peserta Peserta dapat: Falsafah Perkaderan IPM Workshop 2 x 45 Sistem Perkaderan Tes
terhadap menghayati secara 1. Menguraikan makna secara menit Ikatan Pelajar Tertulis
hakikat, nilai mendalam hakikat utuh eksistensi manusia Hakikat manusia Muhammadiyah Observasi
2. Mengidentifikasi esensi Hakikat perkaderan
serta spirit yang perkaderan
perkaderan sebagai usaha Paradigma Perkaderan
dijunjung dalam sebagai aktualisasi pendidikan IPM
perkaderan humanisasi 3. Mengadopsi nilai-nilai
IPM melalui perjuangan yang dijunjung
pendidikan. IPM dalam merencanakan
perkaderan.
Desain Peserta meng- Peserta dapat : Kefasilitatoran Ceramah 2 x 45 Active Learning Tes
pelaksanaan implementasikan 1. Menguasai secara teoritik Role play menit 101 cara belajar Tertulis
perkaderan yang prinsip teknik dasar menjadi Pengantar dasar teknik siswa aktif Observasi
menjunjung pembelajaran yang fasilitator fasilitator Perencaan
nilai partisipatif bersifat mutual 2. Mendesain pengelolaan Pengenalan Jobdesk Pembelajaran
learning dalam perkaderan yang Fasilitator mengembangkan
perkaderan. menggunakan pendekatan Prinsip pengelolaan standar
partisipatif pelatihan partisipatif kompetensi guru
LAMPIRAN
SILABUS PFP 1
Pendataan dan Peserta Peserta dapat : teknik monitoring dan drill 2 x 45 101 cara
pengelolaan menerapkan 1. mengenal perangkat evaluasi workshop pelatihan dan
monitoring dan proses monitoring monitoring dan evaluasi pengenalan alat – alat pembelajaran
evaluasi yang dan evaluasi dalam 2. mengelola perangkat evaluasi aktif
sesuai standar pengelolaan monitoring dan evaluasi pengolahan data hasil Atau refernsi
managemen perkaderan sesuai dengan kebutuhan monitoring dan pendukung
pelatihan TM 1 dan TM 2 evaluasi lainnya.
tindak lanjut
monitoring dan
evaluasi
SILABUS PFP 2
Kecakapan Peserta mampu Peserta dapat Kefasilitatoran II Diskusi 2 x 45 Abdul Majid, Tes
mengalisa menganalisa 1. Peserta dapat Menyusun Need Ceramah menit Perencanaan Tertulis
pemetaan maeri permasalahn dan menerpakan Assement dengan pisau partisipatori Pembelajaran Observasi
kebutuahan kebutuhan materi analisa s Mengembangkan
kedearahan berdasarkan analisa Menyusun Assesment Standar
2. Menyusun hasil dengan mengunakan Kompetensi
analisa (assesment) pisau analisa Guru, 2005
dalam bentuk Dr Mel
panduan pelatihan Silberman.
Active Learning
101 Cara Belajar
Siswa Aktif,
2006
Dr Mel
Silberman. 101
Cara Pelatihan
dan Pembelajaran
Aktif, 2010
Kelas I
No Materi Pertemuan Alokasi waktu Referensi
1 Kontrak Belajar dan Sekolah 45 menit
Kader kelas II 1
2 Paradigma IPM 2 60 menit -
3 Tahsinul Qur’an 60 menit Terlampir
4 Small Group Discussion 60 menit -
(Paradigma IPM) 3
5 Tahsinul Qur’an 60 menit
6 PHIWM
4
7 Tahsinul Qur’an
8 Nilai Perjungan dan Profil 60 menit
Kader IPM 5
9 Tahsinul Qur’an 60 menit
10 Diskusi Nilai Perjuangan dan 60 menit
profil Kader IPM 6
11 Tahsinul Qur’an 60 menit
12 Mengenal Kebijakan 60 menit
Pendidikan 7
13 Tahsinul Qur’an 60 menit
14 Literasi dan Diksusi Literasi 8 60 menit
15 Tahsinul Qur’an 60 menit
16 IMTIHAN 9 90 menit
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
No Materi Pertemuan Alokasi Waktu Referensi
1 Kontrak Belajar dan Sekolah
1 45 menit
Kader kelas III
2 Teori Apresiatif Inquiry
2
3 Tahfidz
4 360 menit
Praktek Apresiatif Inquiry 3
5
6 Kajian HPT
4
7 Tahfidz
8 Pembuatan Laporan Apresiatif 360 menit
5
9 Inquiry
10 Kajian HPT 60 menit
6
12 Tahfidz 60 menit
13 Kajian HPT 60 menit
7
14 Tahfidz 60 menit
15 Kajian HPT 60 menit
8
16 Tahfidz 60 menit
17 Kajian HPT 60 menit
9
18 Tahfidz 60 menit
19 IMTIHAN 10 120 menit
20 PENERIMAAN SYAHADAH
DRAFT ATURAN TEKNIS
TENTANG
FASILITATOR PIMPINAN DAERAH/WILAYAH
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
BAB I
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Dalam aturan teknis Fasiltator Ikatan Pelajar Muhammadiyah, yang dimaksud dengan :
2. Fasilitator adalah kader yang telah lulus dari pengkaderan formal pendukung yaitu
Pelatihan Fasilitator Pendampig I untuk Corp Fasilitator Daerah serta telah lulus
Pekaderan Formal Taruna Melati II, dan bagi Corps Fasilitator Wilayah telah
mengikuti PFP II dan dinyatakan lulus Taruna Melati III yang di adakan oleh Pimpinan
Daerah (untuk PFP I) serta Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (untuk
PFP II).
4. Pimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pihak yang bertanggung jawab atas
kinerja dari Bidang Perkaderan dan Corps fasiliator Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, serta yang memegang koordinasi utama atas gerakan
perkaderan menurut levelnya masing-masing yaitu Daerah (Corps.Fasilitator Daerah I)
dan Wilayah (Corp Fasilitator Wilayah).
BAB II
Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJA
BAB III
Pasal 3
MASA JABATAN
1. Fasilitator memiliki masa Jabatan sama seperti masa jabatan Pimpinan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah yaitu 2 (dua) tahun.
2. Secara otomatis jabatan Fasilitator Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar
Muhammadiyah, purna dengan habisnya Jabatan Pimpinan DaerahWilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah tanpa melalui Musyawarah khusus maupun Surat
Keputusan dari Pimpinan Diatasnya.
BAB IV
Pasal 4
PENGISIAN JABATAN
1. Fasilitator berhak di pimpinan oleh Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang telah
lulus pengakaderan formal pendukung Pelatihan Fasilitator Pendamping I, Pelatihan
Kader Taruna Melati II untuk Corps Fasilitator Daerah dan telah lulus pengakaderan
formal pendukung Pelatihan Fasilitator Pendamping II, Pelatihan Kader Taruna
Melati III untuk Corps Fasilitator Wilayah.
2. Fasilitator tidak berhak di isi oleh Bidang Perkaderan Pimpina Daerah/Wilayah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum maupun
Bendahara Umum Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
BAB V
Pasal 5
STRUKTUR KEPEMIMPINAN
Pasal 6
PEMBERHENTIAN JABATAN
BAB VII
Pasal 7
Penutup
Aturan teknis fasilitator ini mulai berlaku sejak Surat Keputusan ini di keluarkan oleh
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Aturan ini dapat di amandemen
berdasarkan musyawarah mufakat jika di perlukan.
Disahkan di Bali
Pada tanggal ...................................
(..............................................)
KODE ETIK FASILITATOR
Urgensi akan keberadaan kode etik fasilitator merupakan hal yang menarik untuk
diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya peran fasilitator terhadap dunia
pelatihan yang pada umumnya mengedepankan etika dalam menjalankan aktivitas metode
pelatihan perkaderan. Hal ini kemudian direspon dengan cara merumuskan dan membuat kode
etik atau kode perilaku. Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen
formal yang tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu
mengarahkan perilaku peserta pelatihan dan metode pelatihan yang digunakan. Kode etik
fasilitator dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative dari suatu profesi fasilitator, sehingga
kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi fasilitator dan sekaligus
juga menjamin mutu moral profesi fasiliator itu dalam dunia pelatihan perkaderan di Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM).
Selanjutnya ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat. Beberapa alasan tersebut
adalah:
1. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim pelatihan sehingga profesi
fasilitator dapat berperilaku secara etis.
2. Kontrol etis diperlukan karena metode pelatihan dan boring – boring penilaian pelatihan
tidak cukup mampu mengarahkan proses pelatihan untuk mempertimbangkan hasil dalam
setiap proses pelatihan perkaderan.
3. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan profesi fasiliator
dan metode pelatihan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya pelatihan.
Kode Etik Fasilitator merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik fasilitator merupakan lanjutan
dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode
etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna. Dengan demikian kode etik fasilitator adalah sistem norma atau aturan yang ditulis
secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan
apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
fasilitator.
Suatu rumusan kode etik seharusnya merefleksikan standar moral universal. Standar moral
universal tersebut menurut Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) meliputi :
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, Fasilitator menghormati hak asasi setiap
Pelatihan yang sedang berlangsung, karena itu Fasilitator dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol
oleh penyelenggara pelatihan.
Atas dasar itu, Fasilitator menetapkan dan menaati Kode Etik Fasilitator:
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
1) Senantiasa melihat peserta pelatihan sebagai sumber daya manusia yang penuh sifat-sifat
luhur/mulia;
2) Melihat, Memperhatikan dan Menilai potensi – potensi sumber daya manusia pelatihan, sehingga
sifat-sifat luhur tersebut muncul, tumbuh dan berkembang;
BAB II
FASILITATOR DAN PROFESI
Pasal 2
BAB III
FASILITATOR DAN PESERTA
Pasal 3
1) Menghormati martabat dan hak – hak serta memperlakukan peserta pelatihan secara adil dan
objektif;
2) Melindungi peserta pelatihan dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan, proses
belajar dan keamanan bagi peserta pelatihan;
3) Menjaga kerahasiaan peserta pelatihan kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan
kontrak belajar yang telah disepakati;
4) Menjaga hubungan professional dengan peserta pelatihan dari segala tindakan yang dapat
mengganggu perkembangan, proses belajar dan keamanan bagi peserta didik;
BAB IV
FASILITATOR DAN PENYELANGGARA PELATIHAN
Pasal 4
1) Membangun suasana kekeluargaan, soldaritas dan saling menghormati antara pofesi
penyelenggara pelatihan yang lain pada saat melaksanakan prosesi pelatihan;
2) Salin berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta saling memotivasi untuk
meningkatkan profesionalitas antar sesama penyelenggara pelatihan;
3) Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi sesama penyelenggara pelatihan;
4) Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik sesame penyelenggara pelatihan;
Ditetapkan di : ………
Pada tanggal : …………….
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
1) Memberikan arahan kepada Pimpinan Ranting IPM aktif dalam menyelesaikan amanahnya
2) Bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Ranting IPM
4) Menjaga koordinasi dan keberjalanannya aktifitas organisasi PR IPM baik Vertikal persyarikatan
maupun vertikal ke-Rantingan
5) Mengusahakan fasilitas organisasi bagi PR IPM
6) Bertanggung jawab atas keaktifan PR IPM
BAB III
PERSYARATAN PEMBINA IPM
Pasal 3
1) Berdasarkan ART pasal 11, Pembina IPM di Sekolah SMP/Mts dan atau SMA/MA adalah Kepala
Sekolah atau orang yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah
2) Pembina Ranting IPM Non Sekolah adalah Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau Ketua panti
asuhan.
3) Apabila kepala sekolah/ketua panti/PRM yang dimaksud tidak bersedia, maka Pembina IPM yang
dimandatkan harus mendapatkan Rekomendasi dari Pimpinan Ranting Muhamadiyah setempat
dan secara ex – officio masuk dalam bagian Pimpinan Ranting Muhammadiyah
4) Dalam menunjuk Pembina IPM di luar struktur persyarikatan, kepala sekolah harus melibatkan
Bidang Umum Pimpinan Ranting IPM.
5) Pembina Ranting IPM merupakan Alumni IPM atau bagian dari AMM.
BAB IV
SANKSI
1) Apabila Pembina yang telah ditunjuk terbukti menyalahgunakan wewenang dan dengan sengaja
tidak menunaikan amanahnya, atau hilang keerpihakannya dengan IPM, maka PR IPM setempat
berhak mengajukan pergantian dengan disertai bukti – bukti yang jelas.
BAB V
PENUTUP
Demikian aturan ini di buat, apaida ada ketentuan yang elum termaktub dalam aturan ini akan ditinjau
ulang oleh Pimpinan Pusat IPM
Ditetapkan di : ………
Pada tanggal : …………….