Anda di halaman 1dari 139

PEDOMAN TERPADU

PELAKSANAAN
PERKADERAN
Daftar Isi
Daftar Isi | 2
Pengantar Kefasilitatoran | 3
Model dan Strategi Pembelajaran |12
Metode Fasilitator Pelatihan Perkaderan Ipm | 18
Pengorganisasian | 42
Evaluasi Perkaderan | 56
Lampiran Borang - Borang | 66
Silabus Berdasarkan Kelompok Materi
Kaidah Lembaga (Corp) Fasilitator
Kode Etik Fasilitator
Rekomendasi Pembina Ipm

Page 2 of 85
Pengantar
kefasilitatoran

Fasilitator Dalam Konstruksi Sistem Perkaderan IPM

Oleh: Masmulyadi 1

“Fasilitasi adalah jalan radikal membantu orang


menemukan keagungan insani (mind, heart, body and
soul). Ia bukan kumpulan permainan outbound, games,
energizer dan sebagainya melainkan proses mengaktifan
the whole new mind” Dani Wahyu Munggoro

Pendahuluan

Istilah fasilitator bukan sesuatu yang baru dalam dinamika


pembangunan di Indonesia pasca reformasi. Fasilitator acapkali digunakan pada
proyek-proyek donor internasional untuk mengimplementasikan kegiatannya di
wilayah program. Bahkan pada level desa sekalipun, istilah fasilitator sudah
sangat familiar didengar oleh masyarakat. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) adalah program yang boleh dikata paling populer
menggunakan fasilitator. Karena melekat dengan berbagai proyek
pembangunan, fasilitator kemudian jadi sangat popular. Bahkan jauh lebih
popular dari tenaga lapangan yang selama ini eksis seperti penyuluh, community
organizer atau pendamping.
Meski demikian, jauh sebelum istilah itu dipakai oleh Negara. Istilah
fasilitator sudah banyak digunakan dikalangan organisasi non pemerintah
(Ornop/NGO), terutama diakhir kekuasaan orde baru pada sejumlah aktivitas
pendampingan yang dikerjakan oleh para aktivis yang berkerja ditingkat basis.

1
Penulis lahir di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Pertanian UGM dan sejak SMA aktif di IPM, terakhir sebagai Ketua PP IPM Periode 2006-2008. Sejak
kuliah bekerja di Ornop - Institute of Public Policy and Economic Studies dan Pusham UII - berbasis di
Yogyakarta. Saat ini menjadi Anggota KPU Kepulauan Selayar periode 2013-2018
Dilingkungan persyarikatan Muhammadiyah sendiri, istilah fasilitator
tidak banyak diadopsi. Umumnya aktivis Persyarikatan lebih familiar dengan
istilah instruktur ketimbang fasilitator. Kecuali untuk beberapa orang yang
jumlahnya kecil dengan irisan organisasional dengan Ornop/NGO. Satu-
satunya organisasi otonom Muhammadiyah yang secara eksplisit menggunakan
terma fasilitator dalam sistem perkaderannya (khususnya SPI Hijau) yaitu
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
IPM sejak perubahan SPI (dari Biru ke Hijau) pada tahun 2002
menggunakan istilah fasilitator bagi para pendamping dipelatihan-pelatihan
yang diselenggarakannya. Nah, pertanyaannya yaitu apakah fasilitator itu dan
mengapa digunakan di lingkungan IPM? Tentu tidak mudah untuk
menjelaskannya. Tulisan pendek ini mencoba menelusuri pertanyaan mengenai
mahluk seperti apa fasilitator itu? dan bagaimana meletakkan fasilitator dalam
konstruksi sistem perkaderan IPM?
Sebelum membahas inti yang menjadi consern dari tulisan ini. Saya akan
mengemukakan bagaimana narasi besar atau katakanlah paradigma yang
melandasi penggunaan istilah fasilitator ini. Karena istilah fasilitator ini tidak
bisa lepas dari kerangka paradigmatik yang menjadi acuan dalam keseluruhan
teori dan prakteknya di lapangan.

Pendekatan Andragogi dan Fasilitator

Bertitik tolak dari pernyataan diatas maka fasilitator bukanlah suatu


istilah dan praktik yang berdiri sendiri. Tetapi fasilitator adalah bagian dari
sketsa besar yaitu sistem pendidikan andragogi. Yaitu pendekatan pendidikan
yang meletakkan pembelajar sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan
untuk mengambil keputusan atas apa yang dipikirkannya.
Menurut Knowles (1970) dalam pendidikan andragogi, murid diletakkan
sebagai subyek. Artinya murid diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk
merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat,
memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta
mampu mengambil manfaat pendidikan. Maka menurutnya, fungsi guru dalam

Page 4 of 85
konteks pendidikan andragogi yaitu sebagai fasilitator, dan bukan menggurui
atau indoktrinasi. Dengan demikian relasi yang dibangun antara guru-murid
bersifat “multicommunication” dan seterusnya.2
Lantas bagaimana karakteristik dan prinsip-prinsip pendidikan orang
dewasa? Menurut Mary Johnston (1983), sebagaimana dikutip oleh
Topatimasang dkk (1990), bahwa prinsip-prinsip belajar untuk orang dewasa
mencakup: (1) Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan, (2) Orang dewasa belajar dengan baik apabila
menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, (3) Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia
pelajari bermanfaat dan praktis, (4) Dorongan semangat dan pengulangan yang
terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik, (5) Orang dewasa
belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan
secara penuh pengetahuannya, kemampuannya, dan ketrampilannya, dalam
waktu yang cukup, (6) Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
lalu, dan daya pikir dari warga belajar, dan (7) Saling pengertian yang baik yang
sesuai dengan ciri-ciri utama dari dewasa membantu pencapaian tujuan dalam
belajar.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan andragogi ini, proses belajar
bersama menjadi sangat penting. Dan mereka yang bekerja untuk menfasilitasi
proses belajar inilah dimaknai sebagai peran fasilitasi dan orangnya disebut
dengan fasilitator. Mereka yang bekerja diranah ini bisa dikerjakan oleh seorang
guru, seorang penyuluh atau peran lain yang mencoba menpraktikkan
pendekatan belajar orang dewasa ini dengan meletakkan partisipannya sebagai
subyek belajar.
Oleh karena itu, seorang fasilitator yang baik harus mengetahui
karakteristik dari orang dewasa dalam belajar. Disamping pemahaman
mengenai gaya belajar, fasilitator juga perlu mengetahui bagaimana orang
dewasa menerima proses belajar. M. B. James dan M. W. Galbraith (1985)
2
lihat Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Manifesto Wacana Kiri Membentuk Solidaritas Organik. Inphisos
Press, Yogyakarta: 2010, hal. 136
membedakan cara penerimaan orang dewasa kedalam beberapa bentuk seperti
visual, cetak, pendengaran, interaktif, taktil dan kinestetik. Yang kalau
disimpulkan dapat diklasifikasi kedalam tiga atau empat gaya penerimaan
manusia dalam belajar yaitu (1) visual, (2) auditori, (3) kinestetik, dan (4) taktil.
Saya sebut tiga atau empat karena ahli seperti Bobbi De Porter hanya
membaginya kedalam tiga sedangkan James membaginya menjadi empat
dengan memasukkan taktil.

Gambar 1. Tipe Gaya Belajar Manusia


Sumber: http://bimbelcr.blogspot.co.id/2016/03/gaya-belajar-manusia.html

Tetapi baik tiga atau empat yang penting adalah bagaimana fasilitator
mengenali ini karena berkaitan dengan pendekatan atau metode yang digunakan
dalam proses belajar bersama (group learn) lebih jauh hal ini berimplikasi pada
hasil belajar. Oleh karena itu kombinasi metode dalam proses belajar dengan
memperhatikan warga belajar menjadi kunci. Sebagaimana Confusius katakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya kerjakan, saya pahami.

Page 6 of 85
Setelah kita memahami pendekatan pembelajaran andragogi, prinsip-
prinsip belajar orang dewasa dan tipe belajar manusia berikutnya adalah
bagaimana memahami istilah fasilitator ini baik secara maknawi dan fungsinya
dalam konteks pendidikan orang dewasa. Mengapa? Karena fasilitatorlah yang
menggerakkan proses belajar dalam suatu pembelajaran kelompok.

Secara bahasa, fasilitator berasal dari bahasa Prancis, facile yang artinya
mudah. Oleh karena itu, dalam pikiran fasilitator hindarilah bicara dengan hal-
hal yang rumit atau njilemet. Berbahasalah secara sederhana yang dipahami oleh
audiensnya atau oleh warga belajar. Karena berbahasa yang “tinggi” tidak bisa
dipahami oleh warga belajar, malah justru membuat pesan yang dikirim tidak
sampai ke audiens. Jadi sebagai fasilitator berfikirlah bagaimana memudahkan
proses. Disinilah seorang fasilitator diuji bagaimana kemampuan
menstrukturkan hal yang abstrak menjadi terang dan kongkrit, kemampuan
meparafrase atau kemampuan mendengar dan bertanya. Ada tiga tugas
fasilitator dalam menjalankan perannya yaitu: (1) Memberikan pertanyaan yang
tajam (thinking). Menyiapkan pertanyaan harus menjadi tugas inti fasilitator,
karena kualitas seorang fasilitator terletak pada pertanyaan yang diajukan, (2)
Menciptakan alat bantu kreatif (feeling). Spidol dan kertas plano saja tidak
cukup. Bungkus rokok, daun, pohon, serbet, semua bisa berfungsi. Alat bantu
tidak harus mewah, yang penting kreatif, dan (3) Mengajak refleksi. Mengajak
peserta menemukan makna baru yang akan membuat tubuh melakukan tindakan
baru (acting).3

3
Dani Wahyudi Mungoro, Vibrant Facilitation Training Handbook, Hal. 24
Gambar 2. Sikap dan Keterampilan Dasar Fasilitator
Sumber: Materi pelatihan Vibrant Facilitation - INSPIRIT 2006

Fasilitator Dalam Konteks SP IPM

Sekarang pertanyaannya yaitu bagaimana peran fasilitator dalam


konteks SP IPM? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu merefleksikan
kembali bagaimana pendekatan andragogi melalui pelatihan partisipatif yang
berkembang dan diadopsi oleh para penggerak IPM.

Jika ditilik kebelakang, pada IPM periode 1995-1998 di PP IPM


dikembangkan lembaga pembantu pimpinan yang diberi tugas khusus untuk
mengerjakan agenda-agenda pelatihan dan peningkatan kapasitas. Lembaga
tersebut antara lain Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (LaPSI),
Lembaga Pengembangan Strategi Dakwah Pelajar (LPSDR), Bengkel Seni Ufuk
dan beberapa tahun kemudian disusul oleh lahirnya Alifah yang konsern pada
isu gender dan Bina Mentari yang fokus pada konselin dan pendampingan.4
Lembaga-lembaga itulah yang dalam perjalanan mengalami perjumpaan dengan
pelatihan-pelatihan organisasi non pemerintah (Ornop/NGO) yang mengusung
pendidikan popular dengan diinspirasi oleh filsafat pendidikan Freire.

Meski demikian, pada penghujung kekuasaan Orde Baru itu, diinternal


PP IPM sendiri berkembang dinamika antara lain: pertama, adanya keinginan
4
Diskusi kecil dengan Mas Adim dan Yazid R Passandre, penggiat di LPSDR PP IRM
Page 8 of 85
untuk memotong generasi. Hal ini dilakukan karena tingginya usia aktivis IPM
waktu itu. Menurut M. Izzul Muslimin,5 bapak-bapak PP Muhammadiyah
meminta agar pengurus PP IPM maksimal 25 tahun. Maka pada Muktamar
Cirebon 1986 diberlakukanlah aturan itu.

Kedua, perubahan nomenklatur dari IRM ke IPM. Sudah jamak


diketahui bahwa pascakeluarnya UU Nomor 3 Tahun 1985 yang mengatur
mengenai Pancasila sebagai azas tunggal. Termasuk memaksakan kepada
seluruh organisasi Pelajar untuk merubahan nomenklatur Pelajar. Diinternal
IPM sendiri terjadi dinamika yang cukup tajam. Meski demikian pada akhirnya
IPM menerima perubahan menjadi IRM. Perubahan ini juga sekaligus
menandai perubahan basis sosial dari pelajar kepada remaja yang dalam banyak
hal membuka ruang dialektika zaman yang lebih besar.

Ketiga, perubahan basis sosial dari pelajar ke remaja sekaligus menandai


perubahan cara pandang dari yang “ekslusif” ke cara pandang yang “inklusif”.
Termasuk dalam hal ini perkaderan IPM yang ditandai dengan perubahan
sistem perkaderan pada tahun 1994 di Malang.

Intensitas pelatihan yang berkembang mengantar kader-kader IPM


pada kritik atas sistem perkaderan yang lama. Periode 2000-2002 melakukan
sejumlah kajian dan studi sistem perkaderan, termasuk pada Taruna Melati
Utama (TMU) yang diselenggarakan pada tahun 2001 di Tawangmangu, Jawa
Tengah. Salah satu narasumber yang memberikan prasaran sekaligus
menfasilitasi pelatihan yaitu Dr. Mansour Faqih, seorang tokoh Ornop/NGO
yang menjadi pemikir pendidikan popular. Input proses TMU itu kemudian
banyak mempengaruhi cara pandang dan pikiran para aktivis IPM ketika itu.6

Pada tahun 2002 diselenggarakan workshop sistem perkaderan dan


lokakarya sistem perkaderan IPM di Makassar. Diforum lokakarya itu
kemudian disepakati point-point mendasar sistem perkaderan IPM seperti nilai
5
Resume diskusi LaPSI PP IPM
6
Kompilasi catatan workshop perkaderan PP IPM, Tawangmangu, Jawa Tengah, 2001.
kritis dan keadilan sosial, lalu pembagian perkaderan IPM yaitu antara yang
formal (utama, pendukung dan pelengkap) dan non formal. Termasuk dalam hal
ini disepakati penggunaan fasilitator sebagai pengelola perkaderan dan
pendampingan yang dalam sistem perkaderan lama dikenal dengan instruktur.7

Meskipun secara rigit tidak diatur bagaimana peran fasilitator dalam


kerangka perkaderan dan pasca perkaderan (pendampingan). Tetapi dari
kerangka dasar pendidikan andragogi dapat dipahami bagaimana peran-peran
fasilitator dalam sistem perkaderan IPM. Bahkan lebih jauh fasilitator tidak
hanya bertugas dalam pelatihan atau perkaderan secara formal, tetapi perannya
dibutuhkan pasca pelatihan melalui proses pendampingan yang dilakukan secara
berkelanjutan.

Jadi secara garis besar berdasarkan tugas yang diembannya, fasilitator


di IPM dibedakan atas dua, yaitu: fasilitator pelatihan dan fasilitator
pendampingan pasca pelatihan. Fasilitator pelatihan lebih banyak mengelola
dan menyiapkan pelatihan-pelatihan baik yang bersifat formal dan non formal.
Sedangkan fasilitator pendampingan lebih fokus pada penyiapan pertemuan-
pertemuan pasca pelatihan dalam bentuk group-group kecil baik itu pengajian
atau pertemuan-pertemuan informal lainnya.

Baik dikedua peran (pelatihan dan pendampingan pasca pelatihan)


fasilitator dibutuhkan untuk mempermudah para peserta meraih tujuan secara
individu, group dan pada akhirnya tujuan organisasi melalui proses komunikasi
dan belajar bersama yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran andragogi (orang dewasa). Jika dirinci tugas utama fasilitator
dalam konteks perkaderan yaitu: Pertama, merancang proses
pelatihan/pendampingan. Tugas utama dan yang penting dari fasilitator yaitu
bagaimana malahirkan rencana proses pelatihan/pendampingan. Mulai dari
tujuan, target dan kurikulum, metode hingga evaluasinya. Jika fasilitator
menyelesaikan proses ini, artinya 3/4 dari pekerjaan sudah selesai.

7
Sistem perkaderan IRM, PP IRM: Yogyakarta, 2004. Hal. 4.
Page 10 of 85
Kedua, mengolah proses belajar bersama baik dalam pelatihan maupun
pendampingan. Peran ini merupakan inti dari peran real dari seorang fasilitator.
Maka kemampuan teknis dan pemahaman akan citra diri fasilitator amatlah
mendasar. Dalam sistem perkaderan IPM, seorang fasilitator minimal telah
mengikuti pelatihan fasilitator baik tingkat pertama atau kedua. Sehingga
fasilitator memiliki dasar-dasar pemahaman akademis dalam mengelola proses
pelatihan dan atau pendampingan. Misalnya bagaimana teknik bertanya,
bagaimana memposisikan diri dan seterusnya.

Ketiga, menyediakan media dan alat bantu pelatihan atau pendampingan.


Peran ini penting untuk membantuk proses belajar bersama dipelatihan atau
pendampingan berjalan lebih mudah dan gampang dipahami oleh peserta. Nah,
dengan kemampuan meramu metode, teknik dan alat bantu dapat membantu
kelancaran aktivitas pelatihan dan pendampingan.

Bahan Bacaan

Wada, Nobuaki dan Nakata, Toyokazu. 2016. Menyingkap Realitas


Lapangan: Meta-Fasilitasi Bagi Pekerja Pembangunan Masyarakat.
Commit Foundation: Makassar.
Hogan, Christine. 2012. Facilitating Empowerment: A Handbook for
Facilitators, Trainers and Individuals. Kogan Page: London.
Schuman, Sandy. 2005. The IAF Handbook of Group Facilitation: Best
Practices From The Leading Organization In Facilitation. Jossey-Bass:
California.
Mulyana, Agus dkk. 2008. Belajar sambil Mengajar: Menghadapi Perubahan
Sosial untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Center for International
Forestry Research (CIFOR): Bogor.
Topatimasang, Roem, dkk. 1990. Belajar Dari Pengalaman. P3M: Jakarta.
Model dan strategi
pembelajaran

Page 12 of 85
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Perkaderan IPM secara ontologis merupakan proses dakwah dan
pendidikan (tarbiyah) yang diorientasikan mampu meningkatkan kompetensi
kader guna melanjutkan cita – cita IPM. Oleh karena itu, proses dalam
perkaderan sepenuhny merupakan proses belajar. Belajar sendiri merupakan
proses humanisasi kader yang dilakukan secara sadar dan memunculkan
perubahan perilaku karena adannya interaksi dengan lingkungan. Proses
belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun, sebagai organisasi
yang terstruktur, alangkah baiknya memberikan fasilitas ruang dan waktu
untuk proses belajar generasi penerusnya. Hal inilah yang disebut
pembelajaran.
Jadi, pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar seseorang, dengan memperhitungkan kejadian –
kejadian eksternal yang berpengaruh pada kejadian – kejadian internal yang
berlangsung di dalam pemelajaran. Pengaturan proses pembelajaran perlu
diatur dengan seksama agar terjadi proses belajar yang tersistemasis, terukur
dan berhasil guna. Sehingga pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa
dan ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan serta dikendalikan
pelaksanannya.
Prinsip Pembelajaran harus mencerdaskan sekaligus bersifat
membebaskan peserta menjadi subjek (pelaku) utama, bukan sebagai objek
(sasaran) dari proses tersebut. Hal terseut dapat dicirikan sebagai berikut :
1. Belajar dari realitas atau pengalaman. Yang dipelajari bukan “ajaran”
(teori, pendapat, kesimpulan, nasihat dan sebagainya) dari seseorang tetpi
keadaan nyata masyarakat atau pegalaman seseorang atau kelompok
orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya tidak ada
otoritas pengetahuan seseorang yang leih tinggi dari yang lainnya.
Keabsahan pengetahuan seseorang harus dibuktikan dalam realitas
tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika politik atau
kepintaran berbicaranya.
2. Tidak menggurui. Karena itu, tidak ada istilah “guru” dan tidak ada istilah
“murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
berperan sebagai guru sekaligus murid pada saat yang bersamaan.
3. Dialogis. Karena tidak ada istilah “guru” atau “murid yang digurui”, maka
proses yang berlangsung bukan lagi proses belajar-mengajar yang bersifat
satu arah, tetapi proses komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan
(diskusi kelompok, bermin peran, dan sebagainya) dan media (peraga
grafika, audio visual dan sebagainya) yang lebih memungkinkan
terjadinya dialog kritis antarsemua orang yang terlibat dalam proses
pelatihan tersebut.
Dalam bab ini, akan diulas secara ringkas mengenai model dan strategi
pembelajaran.

B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan turunan dari teori belajar sebagai struktur
konseptual pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang
tergambar di awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh
fasilitator.
Pendekatan yang digunakan dalam proses perkaderan antara lain pendekatan
andragogis, paedagogis dan dialogis.

1) Pendekatan Paedagogis
Metode Paedagogis pada prinsipnya menekankan pada
pengisian materi atau bahan yang telah direncanakan secara
lebih sepihak dari fasilitator dan penceramah kepada peserta.
Ciri-ciri metode Paedagogis antara lain:
Bersifat indoktrinasi
Materi yang disajikan merupakan paket yang direncanakan
Peserta adalah penerima sedangkan fasilitator/penceramah
adalah pemberi, sehingga yang pertama pasif yang kedua
aktif
Tekhnik yang diterapkan lebih sepihak, yakni dari fasilitator
atau pemateri untuk peserta/ sasaran

2) Pendekatan Andragogis
Metode Andragogis adalah kebalikan dari paedagogis, yakni
metode yang lebih menekankan pada pengembangan peserta
secara lebih partisipatif sesuai dengan potensi, kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh peserta. Jadi sifatnya merangsang
keterlibatan aktif (partisipasi) peserta, bukan indoktrintif.
Ciri-ciri metode Andragogis antara lain:
Bersifat partisipasi, artinya peserta secara maksimal terlibat
aktif dalam proses perkaderan
materi direncanakan sendiri oleh peserta secara
musyawarah/diskusi aktif
Hubungan antara pelatih/instruktur dan peserta/
partisipasipan bersifat pelayanan, dalam hal ini peserta
dipandang sebagai manusia dewasa yang berpotensi
Teknik yang diterapkan bersifat demokrasi, yakni dari
peserta untuk peserta.

Page 14 of 85
3) Pendekatan Dialogis
Dialogis karena tidak ada lagi guru atau murid, maka
proses yang berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar”
yang bersifat satu arah, tetapi proses “multi-komunikasi” dalam
berbagai bentuk kegiatan dan media yang lebih
memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang
yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut. Ciri-ciri metode
kooperatif antara lain:
Tidak Menggurui
Tak ada “guru” dan tak ada “murid” yang digurui
Fungsi guru adalah sebagai “fasilitator”, dan bukan
menggurui

C. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu siasat pembelajaran yang meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memerikan pengalaman belajar
kepada peserta perkaderan yang tidak sebatass pada prosedur kegiatan
melainkan juga termasuk materi atau paket pembelajarannya. Dikutip dari buku
pedoman pelaksanaan perkaderan Muhammadiyah, ada tiga strategi
pembelajaran dalam perkaderan Muhammadiyah yaitu active learning, inkuiri
dan contextual teaching and learning (CTL).
1. Active learning
Ada tiga ciri utama dalam pemakaian strategi active learning (1) peserta
perkaderan menikmati pengalaman belajar dengan asyik sehingga tidak
terikat ruang dan waktu (2) kegiatan berlangsung dengan antusias (3) ada
rasa penasaran diikuti dengan sikap on the task.
Prinsip dasar active learning :
a. Prinsip motivasi. Di sini fasilitator berperan sebagai motivator yang
merangsang minat belajar peserta prkaderan.
b. Prinsip kontekstual yakni keterhubungan materi baru dengan materi
yang telah dikuasai oleh peserta perkaderan
c. Prinsip keterarahan yaitu pola pembelajaran yang menghubungkan
seluruh aspek perkaderan
d. Prinsip belajar sambil bekerja yakni mengintegrasikan pengalaman dan
kegiatan fisik dengan kegiatan intelektual.
e. Prinsip perbedaan perorangan yakni kenyataan bahwa ada perbedaan –
perbedaan tertentu di antara peserta perkaderan.
f. Prinsip menemukan yakni membiarkan peserta perkaderan menemukan
informasi yang dibutuhkan dengan sekedar pengarahan seperlunya.
g. Prinsip pemecahan masalah yakni mengarahkan peserta perkaderan
untuk peka pada masalah dan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikannya.
Ada beragam jenis strategi dalam active learning diantaranya adalah jigsaw
dan debat aktif. Jigsaw merupakan kegiatan pembelajaran yang mendorong
kerjasama dalam kelompok. Adapu debat aktif adalah diskusi antara dua
pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda dan bahkan bertentangan
terutama berkaitan dengan masalah – masalah yang kontroversial.

2. Inkuiri
Strategi ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Strategi ini
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Menekankan pada aktifitas peserta secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Strategi ini menempatkan peserta sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktifitas yang dilakukan diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan menumbuhkan sikap percaya diri. Oleh karena itu fastilitator
bersifat sebagai motivator dan bukan sebagai sumber belajar.
c. Tujuan penggunaan strategi inquiri ini adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Sehingga, strategi ini tidak hanya menuntut untuk menguasai
materi, namun juga bagaimana bisa menggunakan potensinya.
Strategi pembelajaran inquiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta (student centered approach).
Dikatakan demikian karena peserta memegang peran yang sangat dominan
dalam proses pembelajaran. Strategi ini menganut beberapa prisip penting :
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
b. Prinsip interaksi (dengan semua komponen perkaderan)
c. Prinsip bertanya
d. Prinsip belajar untuk berfikir
e. Prinsip keterbukaan

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)


Karakteristik strategi CTL :
a. Kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Beljar dengan bergairah
e. Pembelajaran terintegrasi
f. Menggunakan berbagai sumber
g. Peserta aktif
h. Sharing dengan teman
i. Peserta kritis, fasilitator kreatif

Page 16 of 85
j. Dinding dan lorong – loorong penuh dengan hasil kerja peserta, peta –
peta, gambar, artikel, humor dan lain – lain
k. Laporn hasil belajar bukan hanya hasil penilaian fasilitator tetapi juga
hasil karya peserta, laporan praktikum, karangan peserta dan lain – lain.
Prinsip strategi CTL :
a. Menemukan keterkaitan antara materi (teori) dengan konteks kehidupan
sehari – hari
b. Tugas fasilitator berurusan lebih banyak pada strategi dan bukan
memberi informasi.
c. Fasilitator bertugas mengelola kelas sebagai tim yang bekerjasama
untuk menemukan sesuatu yang baru. Hal baru itu diperoleh dari
peserta, bukan fasilitator.
d. Tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

Daftar Pustaka
Bruce R. Joyce, et al, Models of Teaching. 7th ed. Boston : Allyn & Bacon 2003
Don Hamachek, Psychology In Teaching : Learning and growth, Boston : Allyn &
Bacon, 1990
Hamzah B Uno. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Hisyam Zaini dkk. Strategi pembelajaran aktif. Yogjakarta : CTSD 2002
Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis Transformatif. Yogjakarta : Ruzz Media
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Pedoman Pelaksanaan Perkaderan
Muhammadiyah. Yogjakarta : Gedug Dakwah Muhammadiyah Ahmad Dahlan.
Richard Sanjaya I. Arends, Learning to Teach : Belajar untuk mengajar. (terj. Helly
Prajitno & Sri Mulyantini), buku ke-dua. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. 2008
S Nasution . Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta : Bumi
aksara, 2005
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Media Prenada. 2006
METODE FASILITATOR
PELATIHAN PERKADERAN IPM

Page 18 of 85
METODE FASILITATOR
PELATIHAN PERKADERAN IPM

Definisi-definisi :
Pendekatan: sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pelatihan,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
Strategi: perencanaan desain pelatihan, yang meliputi mengidentifikasi dan
menetapkan tujuan, menentukan metode yang dipilih dan menentukan tolok-
ukur untuk menilai pencapaian tujuan.
Metode: urutan, prosedur, langkah-langkah dan tata cara yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pelatihan sebagai implementasi strategi dan perencanaan yang
telah dibuat.
Teknik: Upaya konkret dari metode yang ditempuh untuk mencapai tujuan
pelatihan.
Model: bentuk keseluruhan proses pelatihan dari awal hingga akhir, yang
menggambarkan pendeketan, strategi, metode dan teknik yang digunakan.

Di dalam perbincangan keseharian terdapat tiga istilah, yaitu pendeketan,


metode dan teknik. Ketiganya kerap dipakai bergantian, padahal memiliki
definisi yang tidak sama. Dalam konteks penyelenggaraan
pembelajaran/pelatihan, pendekatan (approach) diartikan sebagai perspektif (cara
pandang) terhadap proses pembelajaran. Cara pandang pada umumnya
menganut asumsi-asumsi teoritis tertentu yang mempengaruhi metode, teknik
dan strategi pembelajaran yang digunakan. Sebuah cara pandang tentu saja
memiliki limitasi, tetapi di saat yang sama memiliki kelebihan. Oleh karenanya,
mengikuti suatu pendekatan hendaknya disesuaikan dengan desain besar sebuah
pelatihan.
Sementara itu, strategi pelatihan merupakan perencanaan desain pelatihan,
yang meliputi mengidentifikasi dan menetapkan tujuan, menentukan metode
yang dipilih dan menentukan tolok-ukur untuk menilai pencapaian tujuan.
Adapun metode pelatihan adalah urutan, prosedur, langkah-langkah dan tata
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan pelatihan. Metode ditentukan oleh
pendekatan dan asumsi tertentu dalam memahami proses pembelajaran serta
strategi yang dipancang diawal pelatihan. Di samping itu, metode pada
dasarnya adalah implementasi dari perencanaan pembelajaran yang telah
disusun. Sedangkan teknik pembelajaran mengacu kepada upaya konkret untuk
mencapai efektifitas. Model menunjuk pada keseluruhan bangunan proses
pelatihan dari awal sampai dengan terakhir yang membentuk pola tertentu
sesuai dengan pendekatan, strategi, metode dan teknik yang dipilih.
Sistem Perkaderan IPM (SPI) memasukkan pendekatan, metode dan teknik
sebagai salah satu dari 14 kerangka dasar sistem perkaderan. SPI Kuning (2014:
40-43) mengenal tiga pendekatan, yaitu pedagogis-apresiatif, andragogis-
partisipatif dan dialogis-inklusif. Sedangkan, metode SPI menganut metode
koperatif, yang diterapkan dalam teknik: jigsaw, think-pair-share, numbered heads
together, group investigation, two story and two stray, make and match, listening team,
inside-outside circle, bamboo dancing, point-counter-point dan the power of two.
Melalui pendekatan, metode dan teknik inilah, terutama untuk jenjang
perkaderan utama (TM-I s.d. TMU), yang menjadi dasar keseluruhan bangunan
model pelatihan yang hendak dibuat.

A. SPI SEBAGAI PANDUAN BAGI FASILITATOR/TRAINER

SPI merupakan panduan pokok seluruh perkaderan di IPM, dengan begitu


seluruh aktifitas perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, dan evaluasi harus
mengacu pada ketentuan tersebut. Hanya jenjang perkaderan utama yang diatur
secara rinci di dalam SPI. Masing-masing jenjang memiliki tujuan dan asumsi-
asumsi terhadap proses pelatihan, termasuk tuntuan kualifikasi dan peran apa
yang harus dimainkan oleh seseorang fasilitator/trainer.

NO JENJANG TUJUAN PENDEK ASUMSI INPUT


. PERKADE ATAN
RAN
UTAMA
1. TM I Proses Gabungan Peserta umumnya berkisar
pembentukan pendekatan 12-15 tahun, tahap
karakter kader pedagogis- pencarian konsep diri dan
(character apresiatif kelompok untuk
building) sebagai dan bersosialisasi.
upaya andragogi Belum/kurang tertarik
penanaman nilai- terhadap IPM sebagai
nilai dasar wadah beraktifitas dan
gerakan dan berorganisasi
etika
kepemimpinan
IPM
2. TM II Proses Andragogis Peserta umumnya berisar
pembentukan -partisipatif 16-18 tahun. Telah
konstruksi memiliki motivasi untuk
Page 20 of 85
berpikir kader berorganisasi/beraktifitas
yang mampu melalui IPM sebagai
membaca, wadah aktualisasi. Mulai
menganalisis tertarik untuk mendalami
problem- keislaman/kemuhammadiy
problem ahan
kemanusiaan
pelajar dan
menawarkan
solusi gagasan,
advokasi,
gerakan maupun
karya kreatif
3. TM III Proses Andragogi- Pada umumnya berumur
pembentukan partisipator 19-21 tahun. Telah
konstruksi is memiliki kemantapan
metodologi dalam ber-IPM. Memiliki
berpikir pengalaman menjadi
progresif dan pengurus IPM, tahapan
kemampuan pencarian pemahaman
analisis sebagau terhadap persoalan
upaya keislaman/kemuhammadiy
pembentukan ahan
kader yang
mampu
menyelesaikan
problem-
problem pelajar
dengan
melakukan
pencerdasan,
pemberdayaan,
dan pembebesan
kepada pelajar
yang bertindak
sesuai khittah
perjuangan
dalam rangka
mendukung
tujuan IPM dan
Muhammadiyah
4. TM U Proses Andragogi- Pada umumnya peserta
perumusan partisipator berusia 22-24 tahun.
pemikiran kader is Memiliki pengalaman
mengenai mumpuni di dalam
masalah IPM struktur IPM. Memiliki
dan kesilaman kecenderungan perspektif
serta tertentu dalam memahami
pembangunan persoalan
isu strategis keislaman/kemasyarakata
berkait dengan n
gerakan IPM
dalam kancah
lokal, nasional
dan
internasional
dalam rangka
mendukung
tujuan IPM dan
Muhammadiyah

Harus diakui bahwa mengelola pelatihan kader tidaklah dapat disamakan


dengan pemahaman umum tentang pengelolaan pelatihan. Seorang fasilitator
dituntut memiliki kualifikasi “kesalehan” diri tertentu, tidak sekedar memiliki
kecakapan memfasilitasi sebuah proses pelatihan. Sebab, perkaderan bukan
hanya melayani dan berorientasi terhadap proses pengkaderan/pelatihan itu
sendiri, tetapi juga ada tuntuan hasil berupa transformasi sikap dan perilaku
sebagai bentuk pembentukan karakter kekaderan. Dengan demikian, fasilitator
perkaderan IPM melampaui kualifikasi fasilitator pada umumnya dengan
dituntut memiliki tingkat spiritualitas tertentu dan mampu menjadi teladan
yang baik. Singkatnya, fasilitator juga berperan sebagai mentor, guru dan coach
sekaligus.

B. MODEL-MODEL HUBUNGAN WARGA BELAJAR


Secara ekplisit, di dalam SPI secara bergantian menyebutkan “pengelola”
pelatihan kader sebagai fasilitator, pendamping ataupun instruktur. Secara
Page 22 of 85
konseptual pada dasarnya konsep-konsep tersebut sangatlah berbeda dan
sekaligus dapat menimbulkan implikasi pada karakter dan peran “pengelola” itu
sendiri. Seperti yang telah dijelaskan di atas, SPI tidaklah menganut pada satu
pendekatan tertentu. Dikarenakan setiap jenjang didasari pada asumsi dan
pendekatan tertentu, hubungan “pengelola” dan peserta atau antar-warga
belajar tidaklah seragam. ada perbedaan proses pembelajaran, dan dengan
begitu menuntut karakter peran yang berbeda, yaitu :
NO. PROSES KARAKTER JENJANG
PERKADERAN

1. Teaching: memberikan Guru TM-I, TM-II


pengetahuan atau keterampilan;
menyediakan pengetahuan;
mengkondisikan tercapainya
perilaku atau sikap/cara berfikir
tertentu; memberikan contoh
dengan teladan/pengalaman; kerap
menganjurkan dan menasehati

2. Mentoring: menjadi penasihat atau Mentor TM-I, TM II


guru yang sangat dipercaya,
khususnya di seputar topik yang
berkaitan dengan pekerjaan
seseorang sehingga hubungannya
sangat intensif. Polanya cenderung
one-on-one (satu pementor satu
termentor). Mentor cenderung
mengajarkan hal-hal yang
sebelumnya ia telah capai

3. Training: Melatih orang tentang Trainer TM-I


suatu subjek, karenanya seorang
trainer harus ahli dalam subjek itu.
Mereka menangani isi
(keahlian/subjek yang dilatih) dan
juga proses melatihnya. Maka
prosesnya lebih fokus kepada
trainer, bukan yang dilatih.
4. Coaching: Biasanya berbasis Coach TM II, TM III
hubungan one-on-one di mana coach
membantu klien untuk fokus dan
mencapai tujuan-tujuannya lebih
cepat dari pada klien berusaha
sendirian. Coach adalah orang yang
ahli dalam memfasilitasi pencapaian
tujuan atau proses perkembangan
diri klien, namun dia tidak perlu
ahli benar dalam topik yang di-
coach-nya. Coach biasanya
membantu klien dengan
menyediakan tools dan hal-hal
yang dapat memotivasi dan
membantu pencapaian.

5. Facilitating: Fasilitator fokus pada Fasilitator TM III, TMU


pengembangan dan pengelolaan
proses yang efektif yang membantu
kelompok mencapai hasil yang
mereka kehendaki. Fasilitator yang
ahli kadang sama sekali tidak
mengenal subjek/ isu yang menjadi
pekerjaan kelompok yang
difasilitasi, namun berhasil
memfasilitasi kelompok mencapai
tujuannya

6. Learning Facilitation: Fasilitator- TM III, TMU


Menyampaikan pengetahuan atau pembelajar
keterampilan; menyediakan
pengetahuan; menyiapkan kondisi
untuk aksi atau sikap tertentu.

Diadaptasi dan dikembangkan dari Davis (2011, 11)

Seperti yang telah disebutkan di atas, perkaderan IPM memang


gabungan dari model-model pembelajaran di atas. Sekalipun begitu, ada
penekanan-penekanan model tertentu pada setiap jenjang perkaderan utama.

Page 24 of 85
C. METODE-METODE ACTIVE LEARNING
Dalam pelaksanaan pelatihan perkaderan, banyak metode yang dapat dipilih
untuk diterapka. Metode yang tepat akan menjadi salah satu jalan mudah
meresepnya nilai – nilai dalam diri peserta. Pemilihan metode dapat
didasarkan oleh keadaan peserta, sarana prasarana, keadaan fasilitator,
kesesuaian materi, dan lain – lain.

1. CERAMAH
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan
kombinasi metodeyang bervariasi.Mengapa disebut demikian, sebab
ceramah dilakukan denganditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan
yang partisipatif (curah pendapat,disko, pleno, penugasan, studi kasus,
dll).Selain itu, ceramah yang dimaksud disiniadalah ceramah yang
cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melaluiadanya tanggapan
balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalamanpeserta. Media
pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan
(handouts),transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi
yang ditayangkandengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan
dan/kertas plano, dll.

2. DISKUSI
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran,
informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan
pokok-pokok pikiran(gagasan, kesimpulan).Untuk mencapai kesepakatan
tersebut, para pesertadapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta lainnya.Kesepakatanpikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai
hasil diskusi. Diskusi biasanyadigunakan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari penerapan berbagai metodelainnya, seperti: penjelasan
(ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,permainan, dan lain-lain.

3. CURAH PENDAPAT
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpungagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman,
dari semua peserta.Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari
seseorang dapat ditanggapi(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak
disepakati) oleh peserta lain, padapenggunaan metode curah pendapat
pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.Tujuan curah pendapat
adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnyakemudian
dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan
(mindmap)untuk menjadi pembelajaran bersama.

4. DISKUSI KELOMPOK
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu
topik dengancara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam
kelompok-kelompok kecil,yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini dapatmembangun suasana saling menghargai
perbedaan pendapat dan jugameningkatkan partisipasi peserta yang
masih belum banyak berbicara dalamdiskusi yang lebih luas.Tujuan
penggunaan metode ini adalah mengembangkankesamaan pendapat atau
kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaikmengenai suatu
persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengandiskusi
pleno.Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau
diskusiumum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang
dimulai denganpemaparan hasil diskusi kelompok.

5. ROLE PLAY (BERMAIN PERAN)


Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
‘menghadirkan’ peran-peranyang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalamkelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar pesertamemberikan penilaian terhadap
pertunjukan yang ditampilkan. Misalnya: menilai keunggulan
maupunkelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran/26orizontal26 pendapat bagi pengembangan peran-
peran tersebut. Metode ini lebihmenekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan padakemampuan pemain dalam
melakukan permainan peran.

6. SIMULASI
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya
untukmengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental
maupunfisik/teknis).Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke
dalamkegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk
melakukan praktek didalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya:
sebelum melakukan praktekpenerbangan, seorang siswa sekolah
penerbangan melakukan simulasipenerbangan terlebih dahulu (belum
benar-benar terbang). Situasi yang dihadapidalam simulasi ini harus
dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yangsebenarnya (replikasi
Page 26 of 85
kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihanfasilitasi, seorang
peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akantengah
melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping
lainnyaberperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan
ditemui dalamkeseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus
kelompok, dsb.). Dalamcontoh yang kedua, metode ini memang mirip
dengan bermain peran. Tetapidalam simulasi, peserta lebih banyak
berperan sebagai dirinya sendiri saatmelakukan suatu kegiatan/tugas
yang benar-benar akan dilakukannya.

7. SANDIWARA
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang
menyerupaikisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam
pertunjukkan.Penggunaan metode iniditujukan untuk mengembangkan
diskusi dan analisa peristiwa (kasus).Tujuannyaadalah sebagai media
untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatutema (topik)
sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.Dengan
begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan
analisisdikombinasikan secara seimbang.

8. DEMONSTRASI
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan
pesertadengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-
langkahpengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang
diperagakan kepadapeserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi
dua tujuan: demonstrasiproses untuk memahami langkah demi langkah;
dan demonstrasi hasil untukmemperlihatkan atau memperagakan hasil
dari sebuah proses.Biasanya, setelahdemonstrasi dilanjutkan dengan
praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,peserta akan memperoleh
pengalaman belajar langsung setelah melihat,melakukan, dan merasakan
sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikandengan praktek
adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

9. PRAKTEK LAPANGAN
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuanpeserta dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yangdiperolehnya.Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’,
yang 27ori berarti di tempatkerja, maupun di masyarakat.Keunggulan
dari metode ini adalah pengalamannyata yang diperoleh 27ori langsung
dirasakan oleh peserta, sehingga dapatmemicu kemampuan peserta dalam
mengembangkan kemampuannya.Sifatmetode praktek adalah
pengembangan keterampilan.

10. PERMAINAN (GAMES)


Permainan (games), 28orizon dengan berbagai sebutan antara lain
pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer).Arti harfiah ice-
breaker adalah‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar
adalah pemecah situasikebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga
dimaksudkan untukmembangun suasana belajar yang dinamis, penuh
semangat, dan antusiasme.Karakteristik permainan adalah menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan(fun) serta serius tapi santai (sersan).
Permainan digunakan untuk penciptaansuasana belajar dari pasif ke aktif,
dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuhmenjadi riang (segar).
Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapaisecara efisien dan
efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-halyang sulit atau
berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari prosesbelajar,
bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan.Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau
kejadian yang dialamisendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses
refleksi untuk menjadihikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau
pelajaran-pelajaran). Wilayahperubahan yang dipengaruhi adalah rana
sikap-nilai.

11. DEBAT
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi
ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat
orang.Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan
dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang
topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada
guru.Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan
pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang
memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka
belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas.Keterampilan 28orizo yang dibutuhkan dalam usaha
Page 28 of 85
berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan
tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran
siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi
(material manager), atau fasilitator dan peran guru 29ori sebagai
pemonitor proses belajar.

12. PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)


Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.
Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan 29orizont
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.

13. COOPERATIVE SCRIPT


Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
f. Kesimpulan guru.
g. Penutup.

14. PICTURE AND PICTURE


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang /
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.

15. NUMBERED HEADS TOGETHER


Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar di mana setiap
siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara
acak guru memanggil nomor dari siswa.Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Page 30 of 85
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
f. Kesimpulan.

16. INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION)


Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang
paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode
investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen.Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi
mendalam terhadap berbagai 31orizont yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode
investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai 31orizont dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh
guru.Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang.Komposisi kelompok heterogen baik
dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerja sama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik
dan 31orizont yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah b).Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut.Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.

17. JIGSAW
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari
empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/32orizont yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap 32orizont yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam 32orizont
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan 32orizont
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam 32orizont
tersebut kepada temannya.Ahli dalam 32orizont lainnya juga bertindak
serupa.Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh
guru.Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai
topik secara keseluruhan.

18. TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

Page 32 of 85
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama
dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin dan 33orizont etnik.Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan
baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian
kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk
turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok
sudah mengerjakan lembar kerja.Turnamen pertama guru membagi
siswa ke dalam beberapa meja turnamen.Tiga siswa tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat
julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team”
apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-
ratanya 30-40.

19. STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai
menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Penutup.

20. EXAMPLES NON EXAMPLES


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh.Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan
dengan KD.
Langkah-langkah:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.

Page 34 of 85
21. EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan
sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan 35orizont, dan
memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap
yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.

Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi


Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

22. PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI


Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya
membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan
membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati
orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu.Dengan demikian,
pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan
tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri
sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik
hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah
payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.

Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi


Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

23. LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara
mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.Selain itu,
metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-
tanda/36orizo, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan
pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.

24. PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan
sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik
untuk belajar.
Page 36 of 85
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola 37oriz anak didik dari yang sempit menjadi
lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan
terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara
37orizont maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan
metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode
ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan
para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak
didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan
pokok unit yang dibahas.

25. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar 37orizo
membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
g. Kesimpulan/penutup
26. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan 38orizontal38 jawaban.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai 38orizontal38
jawaban
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat 38orizontal38 jawaban
hasil diskusi
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru
f. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

27. MAKE – A MATCH (MENCARI PASANGAN)


Langkah-langkah :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban)
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya
g. Demikian seterusnya
h. Kesimpulan/penutup

28. THINK PAIR AND SHARE


Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

Page 38 of 85
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para siswa
f. Guru memberi kesimpulan
g. Penutup
(FRANK LYMAN, 1985)

29. BERTUKAR PASANGAN


Langkah-langkah :
a. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru 39ori menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
b. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
c. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang
lain.
d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan
yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban
mereka.
e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.

30. SNOWBALL THROWING


Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian
g. Evaluasi
h. Penutup

31. TEBAK KATA


Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata
lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin
ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau
ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di
telinga.
Langkah-langkah :
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45
menit.
b. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
c. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti
dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu
yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat)
kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
d. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata
yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang
dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai 40orizontal
kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
e. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan
itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan
boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung
memberi jawabannya.
f. Dan seterusnya

32. STUDY LAPANGAN


adalah metode pembelajaran dengan cara mengunjungi suatu objek
tertentu, misal museum,pabrik , dsb
Keunggulan
a. mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat
b. menghayati pengalaman baru dengan turut dalam kegiatan
c. menjawab masalah dengan melihat, mendengarkan dan membuktikan
d. memperoleh informasi dengan wawancara
e. mempelajari sesuatu dengan integral dan komprehensif
Kelemahan
a. memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
b. memerlukan pengawasanyang lebih dekat
Page 40 of 85
c. tidak selalu murah

33. COURSE REVIEW HORAY


Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25
sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan
selera masing-masing siswa
e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam
kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
41oriz benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
f. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö 41orizont atau 41orizontal, atau
diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
h. Penutup
Pengorganisasian

Page 42 of 85
1. Pengelolaan Kegiatan
a. Menentukan Tujuan Kegiatan
Idealnya, setiap Pimpinan mengadakan perumusan
serangkaian rencana strategis (arahan dan program kerja)
pada awal periode kepemimpinan. Adapun serangkaian
kegiatan terseebut terdiri dari penentuan da penetapan atas:
1) Visi (tujuan besar pimpinan yang dibentuk atas hasil
analisis kebutuhan organisasi)
2) Misi (strategi/kebijakan langkah-langkah umum
pimpinan)
3) Kebijakan bidang (hasil internalisasi misi ke dalam
bidang)
4) Agenda aksi (program utama/unggulan pimpinan
yang diturunkan dari kebijakan umum pimpinan)
5) Program kerja (merupakan program-program yang
disesuaikan dengan agenda aksi yang diangkat.)

*Dalam penyusunan program kerja tentu telah


dirumuskan tujuan umum dan khusus untuk masing-masing
program/kegiatan, target, hingga bentuk kegiatannya.
(Tujuan ini lah yang kemudian diangkat untuk di narasikan
dan dikelola oleh fasilitator)

b. Menyusun alur pelatihan perkaderan


1. Langkah-langkah

Pembuatan alur merupakan bagian yang sangat penting


dalam sebuah pelatihan. Alur yang akan menuntun proses
pelatihan menuju tujuan yang diinginkan. Proses berfikir alur
mendasari pada inisiasi fasilitator dalam menetukan kebutuhan
pokok dan tujuan besar suatu pelatihan. Alur dibuat agar jalannya
pelatihan tidak timpang dan bersifat continue.

Dalam pembuatan alur, terdapat tiga hal yang menjadi point


penting dan harus diperhatikan. Ketiga point tersebut secara
lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Tujuan Pelatihan

Tujuan ini mengacu pada tujuan ideal pelatihan, contoh


dalam pelatihan TM 1 memiliki tujuan membentuk karakter
dan internalisasi nilai-nilai keislaman peserta. Bekal tujuan ini
yang menjadi tujuan utama pelatihan sehingga seluruh proses
berfikir selalu bermuara pada tujuan tersebut.

2) Menganalisa Masalah

Tujuan yang ingin dicapai tidak begitu saja mudah


dicapai, akan banyak masalah dan halangan yang akan
menghambat tercapainya tujuan tersebut. Untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dapat menghambat tujuan,
diperlukan analisa masalah. Analisa masalah ini terbagi
menjadi dua hal yaitu analisa kelemahan peserta dan analisa
potensi yang dimiliki peserta pelatihan sebagai objek
sekaligus subjek pelatihan.

Dengan menganalisa kelemahan dan kemampuan


peserta, dapat diketahui kebutuhan apa yang perlu diberikan
kepada peserta. Langkah ini dapat dilakukan dengan proses
screening. Selain mendapat informasi kemampuan peserta,
fasilitator juga dapat membaca karakter peserta. Selain
screening, pengumpulan data informasi peserta dapat
dilakukan melalui proses pendekatan kultural dan masih
banyak metode lain yang memudahkan fasilitator mengenal
peserta untuk dapat menemukan kebutuhan yang sesuai.

Dalam hal ini, kebutuhan yang dimaksud adalah materi


yang dapat mengurangi kelemahan peserta dan
memberdayakan atau bahkan meningkatkan potensi peserta.
Materi-materi yang digunakan tentu saja harus mengarah
pada terwujudnya tujuan utama pelatihan

3) Penentuan Materi-Materi Pendukung

Materi dalam SPI hanya sebagai contoh yang dapat


dikembangkan secara luas berdasarkan kebutuhan. Materi-
materi yang diberikan merupakan jawaban dari masalah dan

Page 44 of 85
potensi yang telah dianalisa. Pemberian materi dilakukan
secara bertahap. Dimulai dari materi-materi dasar hingga
materi-materi yang dianggap perlu pemahaman dalam.

Idealnya, materi-materi dasar harus dapat membantu dalam


memahami materi-materi yang dianggap lebih dalam
sehingga peserta mampu memahami semua materi dengan
baik.
Menentukan Tujuan Besar
Berdasarkan KebutuhanSecara Umum

Analisa Masalah dan Potensi


yang dapat Mendukung Terwujudya Tujuan serta
Menentuan target

Pembuatan Materi Berdasarkan Hasil Analisa


Masalah dan Potensi

Pelaksanaan Pelatihan dan Evaluasi

Perumusan Pendampingan berdasarkan


Hasil Evaluassi

2. Parameter Keberhasilan

Dalam proses evaluasi, akan ditemukan masalah-masalah


yang terkadang masih muncul dalam diri peserta. Sebagai contoh,
peserta masih belum memahami beberapa materi sementara
pelatihan telah usai. Maka perlu dilakukan follow up yang dapat
memperdalam pemahaman peserta baik melalui workshop,
ataupun diskusi dan bahkan praktik melaksanakan sebuah proyek
tertentu. Hal ini sangat diperlukan agar dampak pelatihan terus
dirasa oleh peserta. Peserta harus terus didampingi dalam proses
belajar pasca pelatihan. Bentuk pendampingan di awal dapat
dilakukan dengan follow up. Namun pendampingan sesungguhnya
adalah pendampingan yang akan menuntut peserta ekstrainer
lebih aktif bertanya pada pendamping pelatihan pasca pelatihan.
Ketika peserta sudah mampu berjalan tanpa pendampingan
dan telah menunjukkan perubahan kuantitatif maupun kualitatif,
peserta pelatihan baru dapat dikatakan berhasil. Penilaian
keberhasilan peserta dapat dilihat dari keaktifan peserta dalam
mengikuti agenda dari pelaksana pelatihan. Secara umum,
parameter keberhasilan dalam sebuah pelatihan akan merujuk
pada target yang telah direncanakan sebelum pelatihan. Target
tersebut yang akan menjadi dasar penilaian keberhasilan sebuah
pelatihan.

Target biasanya bersifat kualitatif tersurat dan kuantitatif


melalui nilai pre test/postest. Dua hal inilah yang dianggap
menjadi parameter terbaik dalam pelatihan dan tentu saja
diselaraskan dengan target yang dipasang ketika perumusan
pelatihan. Adapun keberhasilan paska follow up dapat ditinjau dari
karya yang dihasilkan berdasarkan target. Dengan demikian,
pendampingan tidak perlu lagi dilakukan secara intens.

c. Persiapan Kegiatan Perkaderan


1) Pembentukan Tim Fasilitator
Pembentukan tim fasilitator ini merupakan hal paling
penting dalam suatu kegiatan pengkaderan. Hal ini
dikarenakan tim fasilitator inilah yang mengelola secara
utuh materi dan konsep pelatihan pengkaderan. Tim
fasilitator yang dimaksud terdiri dari:

a) MOT (Master Of Training)


Dalam sebuah pelatihan, MOT memiliki tugas sebagai
berikut:
(1) Memimpin Tim Fasilitator dalam setiap koordinasi
dari awal pembentukan hingga dibubarkan
(2) Memimpin tim fasilitator dalam pembuatan alur
pelatihan
(3) Memimpin tim fasilitator dalam proses penurunan
alur menjadi silabus
(4) Memimpin penurunan silabus menjadi jadwal
(5) Mengkoordinir tim fasilitator dalam pembuatan
borang-borang pelatihan

Page 46 of 85
b) As.MOT(Assisten MOT)
Dalam sebuah pelatihan Ass.MOT memiliki tugas sebagai
berikut:

(1) Menghantarkan jalannya setiap koordinasi tim


fasilitator dari awal pembentukan hingga
dibubarkan
(2) Mencatat setiap hasil rapat koordinasi fasilitator
(3) Menarasikan silabus menjadi Term Of Refference
(TOR) Pelatihan
(4) Bertanggungjawab atas keteraturan jalannya
pelatihan sesuai dengan jadwal
(5) Membuat, Mengakomodir, mengelola, serta
mengolah borang-borang pelatihan (Lembar
Observasi, Lembar Notulensi, Lembar Screaning,
lembar pree test dan post test, daftar registrasi
peserta, kurrikulum vitae pemateri dan peserta, dll)
(6) Membuat rencana kerja fasilitator saat pelatihan
(7) Mengatur kerja fasilitator selama pelatihan
(8) Membuat laporan hasil pelatihan

c) IOT (Imam Of Training)


Dalam sebuah pelatihan IOT memiliki tugas sebagai
berikut:
(1) Membuat rencana agenda keagamaan selama
pelatihan
(2) Membuat kurikullum Kegiatan keagamaan saat
pelatihan
(3) Melakukan penilaian atas kegiatan keagamaan
peserta selama pelatihan
(4) Mendampingi diskusi kebutuhan fiqh peserta
dengan rujukan HPT (misal: Jamak – Qosor,
tatacara shalat, wudhu, dll)

d) MOG (Master Of Game)


MOG berperan untuk menciptakan suasana yang
hangat dan kondusif. Secara lebih rinci tugas utamanya
selama pelatihan adalah :
(1) Menyiapkan sejumlah ice breaking saat pelatihan
(2) Menyiapkan sejumlah agenda olah raga dan
refresing sesuai dengan jadwal yang sudah ada
(3) Membuat laporan perkembangan minat dan
semangat peserta saat pelatihan

e) Tim Observer
(1) Mempelajari Lembar Observasi
(2) Menyusun rencana observasi
(3) Menyiapkan perlengkapan observasi
(4) Melakukan observasi selama pelatihan
(5) Membuat laporan hasil observasi
(6) Menentukan anggota kelompok dalam setiap
diskusi berdasarkan hasil observasi

f) Tim Notulis
(1) Mempelajari Lembar Notulensi
(2) Menyiapkan perlengkapan notulensi
(3) Membuat notulensi atas jalannya materi dalam setiap
sessi

(4) Tim Moderator


(1) Mempelajari seluruh pemateri yang akan mengisi
(2) Mempelajari TOR materi
(3) Membuka setiap materi
(4) Membacakan kurikulum vitae pemateri
(5) Menyampaikan gambaran materi
(6) Menghantarkan jalannya materi
(7) Mengakomodir dan memandu jalannya diskusi
dalam materi
(8) Membuat kesimpulan materi
(9) Menutup materi

Untuk lebih jelasnya terkait dengan kinerja fasilitator


dalam pelatihan, maka dapat dirincikan sebagai berikut.
Adapun langkah-langkah kerja fasilitator adalah:

a) Pra-pelatihan
(1) Melakukan koordinasi pengkajian tujuan dan target
pelatihan
(2) Pembuatan alur pelatihan

Page 48 of 85
(3) Menarasikan alur menjadi silabus
(4) Menurunkan silabus menjadi jadwal dan TOR
(5) Merencanakan desain ruangan dan suanana
pelatihan yang diharapkan
(6) Membagikan jadwal dan daftar kebutuhan dalam
penciptaan suasana belajar yang diharapkan oleh
fasilitator kepada panitia
(7) Ass.MOT menyiapkan seluruh borang-borang
pelatihan
(8) Ass.MOT memberikan borang-borang tersebut
kepada masing-masing fasilitator sesuai tugasnya
untuk dipelajari
(9) Masing-masing fasilitator mempelajari borang-
borang tersebut dan membuat rencana kerja sesuai
dengan tugasnya
(10) Masing-masing rencana kerja tersebut diserahkan
kepada Ass.MOT
(11) Ass.MOT menyampaiakan alur kerja fasilitator
(12) Melakukan screaning peserta

b) Saat pelatihan
(1) Ass.MOT menyiapkan seluruh borang-borang
pelatihan
(2) AssMOT Menyiapkan daftar hadir peserta
(3) Ass.MOT Menyiapkan lembar Pre-test materi
(4) MOT Mengondisikan peserta sebelum materi
(5) MOT melakukan orientasi dan kontrak belajar
dengan beserta, Observer dan Notulensi
menjalankan tugasnya di ruang session, sementara
Ass.MOT menilai hasil pre-test peserta
(6) saat jeda, fasilitator melakukan koordinasii untuk
menyampaikan pandangan awal tentang kondisi
peserta dan hasil pre-test dan hasil observasi saat
orientasi.
(7) Membuat rencana kerja selanjutnya
(8) Saat materi, moderator mendampingi pemateri dan
menghantarkan jalannya materi dengan berbekal
satu bendel berkas yang berisi: cv pemateri, TOR
Materi, jadwal, jam, daftar hadir peserta, dan kertas
kosong serta pulpen untuk mencatat jalannya
diskusi.
(9) Daftar hadir peserta diserahkan kepada peserta untuk
diisi
(10) Moderator membacakan cv pemateri dan
menyampaikan gambaran umum materi kemudian
mempersilahkan pemateri menyampaikan materinya
(11) Moderator memberikan catatan peringatan kepada
pemateri jika pembahasan melebar/tidak sesuai
dengan TOR, waktu hampir habis, atau hal-hal
yang sekiranya akan menghambat efektifitas
penyampaian materi
(12) Moderator memandu tanya jawab seusai materi
(13) Notulensi mencatat jalannya materi yang meliputi:
penyampaian pemateri, metode yang digunakan
dalam menyampaiakan, materi yang disampaikan,
pertanyaan yang diajukan baik dari pemateri ke
peserta maupun sebaliknya beserta jawabannya.
Hasil notulensi sekaligus dapat digunakan untuk
mengevaluasi kesesuaian pemateri dalam materi
tersebut
(14) Observer mencatat perkembangan dan perilaku
peserta
(15) Seusai materi Ass.MOT mengedarkan lembar post-test
(16) Jika ada forum diskusi kelompok, maka hasil
observasi yang digunakan untuk membagi anggota
kelompok. Anggota kelompok bisa dirubah sesuai
dengan perubahan hasil observasi (perkembangan
peserta)
(17) Pada setiap malam setelah selesai sessi dan setiap
waktu luang fasilitator melakukan koordinasi untuk
selalu mengomunikasikan hasil perkembangan dan
melaporkan hal-hal berkesan peserta serta rencana
tindak lanjut pelatihan

(18) Diakhir pelatihan MOT melakukan konfirmasi dan


pengcoveran materi kemudian memandu RTL
(Rencana Tindak Lanjut)

c) Pasca pelatihan

Page 50 of 85
(1) Fasilitator melakukan koordinasi terkait dengan
keseluruhan proses pelatihan
(2) Seluruh hasil penilaian diserahkan kepada Ass.MOT
untuk dikelola dan diolah
(3) Sebaikanya data-data penilaian dibuat dalam bentuk
angka dengan menggunakan rubrik tertentu agar
memudahkan pengolahan data.
(4) Hasil olahan data berupa grafik/chart/sosiogram
menampilkan tingkat perkembangan masing-masing
peserta, komparasi perkembangan antar peserta, dan
menentukan peserta terbaik dalam kategori tertentu
misal : progresivitas, keaktifan, hasil belajar, atau
yang lainnya
(5) Keseluruhan data digunakan untuk mengevaluasi:
kerja fasilitator, pemateri, materi, peserta, dll

2) Pembentukan Tim Panitia


Panitia dibentuk untuk membantu fasilitator dalam
memperlancar kegiatan. Panitia bertugas mengurusi
masalah teknis kegiatan. Tim Panitia terdiri dari:

a) Ketua Panitia
(1) Bertugas mengkoordinir tim panitia dalam
menjalankan fungsinya masing-masing
(2) Berkomunikasi dengan fasilitator terkait dengan
konsep kegiatan yang telah dirancang oleh
fasilitator dan berbagai kebutuhan fasilitator
(3) Menyampaikan gambaran pelatihan yang
disampaikan fasilitator kepada tim panitia dan juga
kebutuhan fasilitator
(4) Bertanggungjawab atas kinerja tim panitia
(5) Memimpin setiap koordinasi tim panitia

b) Sekretaris Panitia
(1) Menghantarkan jalannya setiap koordinasi tim panitia
(2) Mencatat hasil koordinasi
(3) Bertanggungjawab atas persuratan terkait dengan
pelatihan. Diantara surat-surat tersebut ialah:

Surat perijinan tempat

Surat peminjaman fasilitas

Surat permohonan dana

Surat permohonan bantuan

Surat undangan peserta

Surat permohonan pemateri

Surat undangan pembukaan

Dan lain sebagainya
(4) Bertanggungjawab atas pembuatan proposal kegiatan
(5) Bertanggungjawab atas pembuatan LPJ kegiatan

c) Bendahara Panitia
(1) Menyusun anggaran kegiatan
(2) Membuat rencana penggalangan dana
(3) Mengelola dana kegiatan
(4) Membuat laporan tertulis atas keuangan kegiatan

d) Devisi Acara
(1) Bertanggungjawab atas acara-acara pendukung
pelatihan, seperti:

Acara pendukung dalam kegiatan pembukaan
dan atau penutupan pelatihan

Acara refresing/ hiburan untuk peserta

pelatihan seusai pelatihan
(2) Membuat laporan tertulis atas acara pendukung
untuk kemudian diserahkan kepada sekretaris
(3) Dan lain-lain

e) Devisi Konsumsi
(1) Bertanggungjawab atas ketersediaan konsumsi
dalam pelatihan
(2) Membuat rencana anggaran konsumsi dan
diserahkan ke bendahara
(3) Membuat laporan tertulis atas pengeluaran
konsumsi untuk kemudian diserahkan ke
bendahara

f) Devisi Pendanaan
(1) Bertanggungjawab atas terpenuhinya kebutuhan
dana dalam pelatihan
(2) Berkoordinasi dengan bendahara terkait dengan
pengalian dana
Page 52 of 85
(3) Melakukan penggalian dana dengan maksimal
(4) Membuat laporan tertulis atas perolehan dana
kepada bendahara

g) Devisi Humas
(1) Bertanggungjawab atas seluruh proses perizinan
kegiatan
(2) Bertanggungjawab atas hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan masyarakat

(3) Bertanggungjawab atas penyebaran surat-surat


(4) Membuat laporan tertulis terkait dengan
hubungan masyarakat untuk kemudian diserahkan
kepada sekretaris

h) Devisi Perlengkapan
(1) Bertanggungjawab atas ketersediaan seluruh
perlengkapan pelatihan seperti:
(a) Prasarana :

Ruang sessi materi

Musholla

Ruang tidur peserta

Ruang tidur fasilitator

Ruang tidur panitia

Ruang transit tamu

Ruang makan

Ruang panitia

Ruang fasilitator

Kamar mandi / WC

Tempat Pembukaan
(b) Sarana:
 Alat Tulis Kantor (ATK)
Contoh: spidol, kertas plano, gunting,
stapler, lem, lakban, kertas plano, kertas
HVS, kertas warna-warni, kantong plastik
dll.
 Sound system
Contoh: pengeras suara, salon, kabel listrik, dll.

(2) Bertanggungjawab membuat laporan tertulis atas
perlengkapan yang dipakai saat pelatihan untuk
kemudian diserahkan kepada sekretaris

i) Devisi Pubdekdok
(1) Bertanggungjawab atas keseluruhan proses
publikasi pelatihan, seperti: banner, stiker,
apanduk, pamflet, pengiriman berita ke media, dll
(2) Bertanggungjawab atas keseluruhan proses
dekorasi pelatihan
(3) Bertangungjawab atas keseluruhan proses
dokumentasi kegiatan
(4) Membuat laporan tertulis tentang publikasi,
dekorasi, dan dokumentasi pelatihan

3) Penentuan Peserta
a) Kriteria Peserta

Penentuan dan penetapan kriteria peserta menjadi


hal sangat penting untuk disipakan oleh panitia,
sebelum kegiatan dimulai. Oleh karenanya, Tim Materi
dari suatu kegiatan perlu secara tegas menentukan
tujuan dari kegiatan, sehingga bisa memberikan
gambaran yang jelas tentang kriteria peserta yang
dihendaki.
Kriteria peserta harus disesuaikan dengan jenis
dan tema kegiatan, karena kepentingan dan fungsi
antara satu pelatihan dengan pelatihan lainnya berbeda.
Pertimbangan kriteria peserta secara khusus
ditujukan agar ada pembatasan yang jelas siapa target
bidikan dari pelatihan, sehingga akan membantu
efektifitas pelatihan berlangsung. Secara lebih spesifik,
kriteria peserta dari masing-masing pengkaderan akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.

b) Kualifikasi Peserta
Kualifikasi peserta dilakukan untuk meminimalisir
kesenjangan pengetahuan dalam pelatihan yang
berpotensi menghambat ketercapaian terget pelatihan.
Kualifikasi peserta dilakukan oleh Tim Fasilitator
dengan acuan kerangka pelatihan dalam silabus. Materi
Page 54 of 85
Kualifikasi mengacu pada silabus sementara teknik dan
metode Kualifikasi merupakan kebijakan fasiltator.
Adapun jenis Kualifikasi peserta pelatihan diantaranya:
(1) Administrasi
(2) Pengetahuan seputar materi
(3) Wawasan pendukung materi
(4) Ideologi
(5) Minat, harapan, dan orientasi

Adapun teknik Kualifikasi dapat bermacam-macam sesuai


dengan kebijakan fasilitator. Diantara teknik-teknik yang
mungkin dapat dilakukan ialah sebagai berikut:

(1) Pengumpulan bukti fisik untuk Kualifikasi


administrasi
(2) Test tertulis seperti :
(a) Pembuatan essay/makalah
(b) Soal-soal uraian
(3) Interview
EVALUASI PROSES
PERKADERAN

Page 56 of 85
EVALUASI PERKADERAN
A. Pendahuluan

Kegiatan pekaderan IPM merupakan suatu proses untuk mementuk


kompetensi kader agar sesuai dengan profil kader yang diharapkan mampu
meneruskan perjuangan IPM. Kualitas perkaderan sangat ditentukan oleh
bidang perkaderan bersama fasilitator di semua jenjang dalam menyusun
konsep, kurikulum, fasilitas, sumber daya, penilaian dan evaluasi.
Penilaian dan evaluasi penting dilakukan untuk melihat tolok ukur
keberhasilan dari pelatihan sekaligus sebagai refleksi proses perkaderan yang
telah dilaksanakan. Hal tterseut untuk meningkatkan efektifitas proses
perkaderan. Penilaian dan evaluasi akan membantu bidang perkaderan
maupun fasilitator untuk mengambil keputusan yang tepat untuk langkah
selanjutnya.

Penilaian (assesment) merupakan bagian dari evaluasi program yang


merrupakan rangkaian kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan prestasi belajar peserta baik secara individu maupun
kelompok. Dalam pelaksanaannya, untuk mendapatkan informasi yang
lengkap, benar dan akurat, dibutuhkan metode dan teknik yang disebut
dengan pengukuran (measurement) dan dilengkapi dengan instrumen yang
sesuai dengan objek dan kompetensi yang dinilai. Selanjutnya ditingkat
makro program perkaderan dibutuhkan kegiatan evaluasi yang merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi
dalam rangka mengetahui efektifitas program perkaderan. Informasi
selanjutnya digunakan sebagai dasar pengamilan keputusan dan rencana
tindak lanjut program perkaderan.
B. Tujuan Penilaian

Penilaian perkaderan bukan menjadi tolok ukur kompetisi kader. Tetapi


merupakan media untuk mengetahui perkembangan dan hasil belajar peserta
perkaderan, mendiagnosisi kesulitan belajar memberikan umpan
balik/perbaikan proses pembelajaran, penentuan keberhasilan mengikuti
perkaderan serta memotivasi peserta perkaderan untuk melakukan usaha
pengemangan diri sebagai kader.

C. Prinsip Penilaian

Beberapa hal yang perlu diperhatika dalam melakukan penilaian hasil


belajar perkaderan : (1) penilaian ditujukan untuk mengukur capaian
kompetensi; (2) penilaian menggunakan kriteria yakni berdasarkan
pencapaian kompetensi peserta setelah mengikuti hasil belajar; (3) penilaiak
dilakukan secara menyeluruh; (4) hasil penilaian ditindaklanjuti dalam
program tinfak lanjut; (5) penilaian harus sesuai dengan kegiatan
pmbelajaran. Menurut Anthony Nitko dalam bukunya Educational Test and
Measurement dikatakan bahwa penilaian hasil belajar harus memperhatikan
prinsip – prinsip penilaian sebagai berikut :
1. Sahih (valid) : penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur
2. Objektif : penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi oleh subjektifitas penilai.
3. Adil : penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta, tidak
membedakan latar belakang ekonomi, budaya, bahasa, suku bangsa, umur
dan gender.
4. Terpadu : penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan belajar.
5. Terbuka : prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh : penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik yang sesuai untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta perkaderan.
7. Sistematis : penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah – langkah yang aku.
8. Menggunakan acuan kriteria : penilaian berdasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel : penilaian dapat dipertanggungjawabkan aik dari segi teknik,
prosedur maupun hasilnya.
D. Teknik Penilaian

Berbagai macam teknik penilaian yang dapat dilakukan secara


komplementer sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian
antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, penilaian diri dan
penilaian antarteman.
1. Test
Penilaian ini berupa pemberian test yang berisi pertanyaan yang
muatannya sesuai dengan materi yang diinginkan. Test ini dapat
dilakukan dalam bentuk tertulis maupun lisan sebelum dan sesudah
proses belajar untuk mengamati perkembangan belajar peserta. Test tulis

Page 58 of 85
dapat berupa pilihan ganda, uraian, benar salah mauppun menjodohkan.
Penilaian ini harus sesuai dengan prinsip – prinsip penilaian.
2. Observasi
Penilaian ini berupa pengamatan terhadap peserta secara lansung selama
perkaderan berlangsung maupun di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatiff
sesuai dengan kompetensi yang dinilai dan dapat dilakukan secara formal
maupun informal.
3. Penugasan
Penilaian ini berupa pemberian tugas kepada peserta perkaderan baik
secara perseorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan
berupa praktik problem solving, kultum, dan sebagainya.

4. Portofolio
Kumpulan dokumen dan karya – karya peserta perkaderan dalam bidang
tertentu dan diorganisasikan untuk mengetahui minat bakat,
perkemangan prestasi dan kreatifitas peserta perkaderan.
5. Projek
Projek merupakan tugas yang diberikan keepada peserta perkaderan
dalam kurun waktu tertentu. Peserta dapat melakukan penelitian melalui
pengumpulan, pengorganisasian dan analisis data serta pelaporan hasil
kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan pada tahap persiapan, proses dan
hasil. Contoh : projek studi banding ke Museum Muhammadiyah.
6. Produk
Penilaian terhadap karya peserta seperti makalah, kliping, poster dan lain
sebagainya. Aspek dinilai dari tahap persiapan, proses dan hasil.
7. Inventori
Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis untuk
mengungkapkan sikap, minat dan persepsi peserta terhadap objek
psikologis.
8. Penilaian diri
Teknik penilaian dengan cara meminta peserta untuk menilai dirinya
sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, peserta harus
mengungkapkan tetang dirinya secara jujur.
9. Penilaian antarteman
Kombinasi penggunakan berbagai teknik penilaian di atas memberikan
informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta
perkaderan.

Tabel 1. Klasifikasi Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


Test tertulis Test pilihan : pilihan ganda, benar –
salah, menjodohkan
Test Isian : Isian singkat, uraian
Test Lisan Daftar pertanyaan
Test Praktek Test identifikasi
Test simulasi
Test uji petik kinerja
Oservasi Lembar pengamatan
Penugasan Individu/kelompok Tugas harian atau proyek
Penilaian produk Lembar penilaian produk
Inventori Skala sikap/minat/persepsi
Penilaian diri Kuesioner/lembar penilaian diri
Penilaian antar teman Lembar penilaian antar teman

E. Taksonomi Bloom
Ada berbagai teori perilaku yang menjadi dasar teknik penilaian hasil
belajar kader antara lain teori benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano
dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Linn dan Gronlund dan
sebagainya. Dalam Taksonomi Benyamin S. Bloom, terdapat tiga aspek
kompetensi penilaian yaitu kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif.
1. Kemampuan Kognitif adalah kemampuan yang secara hierarkis terdiri
atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada Gambar 1, pada tingkat pengetahuan, peserta menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta dituntut
untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata – katanya
sendiri. Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat
aplikasi, peserta dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam
situasi tertentu. Pada tingkat analisis, peserta diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beerapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab dan
akibat. Pada tingkat sintesis, peserta dituntut merangkum cerita,
Page 60 of 85
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta mengevaluasi informasi,
seperti ukti sejarah, editorial, teori – teori dan termasuk di dalamnya
melakukan judgement (pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk
membuat keputusan.

Gambar 1. Kemampuan Kognitif


2. Kemampuan Psikomotor
Kemampuan mengembangkan ketrampilan dalam bidang tertentu yang
menurut Simpson terbagi menjadi lima tahap yaitu Kesiapan (set), meniru
(imitation) dan memiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan
menciptakan (origination). Kesiapan berhubungan dengan melatih diri
tentang ketrampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk
melaporkan kehadirannya, menyiapkan alat, menyesuaikan diri dengan
situasi, menjawab pertanyaan dan sebagainya. Meniru adalah
kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh walaupun
belum mengerti hakekat atau makna ketrampilan itu. Tahap selanjutnya
adalah membiasakan, yakni melakukan ketrampilan tanpa melihat contoh
walaupun elum dapat mengubah polanya. Pada tahap adaptasi ia sudah
mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau
situasi dimana ketrampilan itu dilaksanakan. Tahap akhir ini
menciptakan yaitu menciptakan karya sendiri.

Gambar 2. Kemampuan Psikomotor


3. Kondisi afektif
Kemampuan yang berhubungan dengan sikap, minat, dan/ nilai – nilai.
Kompetensi afektif meliputi mengelola, menghayati/karakterisasi.
Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh
melalui angket, inventori atau pengamatan sistematik dan berkelanjutan.

Gambar 3. Kondisi Afektif

F. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring adalah kegiatan pemantauan untuk mengetahui bagaimana


proses pelaksanaan perkaderan berlangsung dengan pmberian saran untuk
mengatasi masalah yang terjadi. Dengan demikian, monitoring bertujuan
supervisi, yaitu mengetahui apakah program perkaderan berjalan seagaimana
yang direncanakan, apakah ada hambatan yang terjadi dan bagaimana cara
mengatasi masalah tersebut. Sehingga monitoring lebih berbentuk
kontroling dan bersifat klinis.
Sedangkan evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan informasi tentang proses dan hasil perkaderan
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan perkaderan.
Kegiatan evaluasi merupakan upaya untuk mengetahui apakah perkaderan
mencapai sasaran yang diharapkan. Evaluasi menekankan pada aspek output
perkaderan dan dilaksanakan dengan pendekatan expost facto, yaitu
mengungkap apa yang dilakukan dan terjadi dalam perkaderan.

G. Model Evaluasi
Daniel L. Stufflebeam, membagi model evaluasi menjadi empat fokus
CIPP (Contex, Input, Proces, dan product). Sementara MPK PP
Muhammadiyah menambahkan satu poin yaitu outcome.
1. Komponen konteks meliputi kesesuaian antara program perkaderan
dengan kebijakan perkaderan/legalitas yang berlaku, mendapatkan

Page 62 of 85
dukungan stake holder persyarikatan dan pemerintah/masyarakat
setempat serta tantangan masa depan kader.
2. Komponen input berupa :
a. Buku SPI Pelajar Muhammadiyah Berkemajuan, pedoman
pemelajaran, silabus perkaderan
b. Pelaksana perkaderan meliputi pengelola, fasilitator dan narasumber
c. Peserta perkaderan
d. Sarana dan prasarana perkaderan
e. Administrasi perkaderan
f. Anggaran operasional perkaderan
3. Komponen proses meliputi bagaimana:
a. Pengelolaan kader
b. Proses pembelajaran
c. Penilaian pembelajaran
4. Komponen output berupa prestasi belajar peserta perkaderan secara
individual dan kelompok/angkatan pelatihan.
5. Konponen outcome yang berupa dampak kepercayaan kader dalam bentuk
keterlibatan kader dalam kegiatan persyarikatan dan recruitmen dalam
struktur pimpinan.
H. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Bidang Perkaderan setempat


selaku penanggung jawa perkaderan di Wilayahnya.
I. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada dasarnya dilakukan melalui :


a. Metode dokumentasi dengan mencermati proposal, latar belakang
peserta, fasilitas yang dimiliki, dan administrasi perkaderan
b. Metode wawancara untuk menggali pendapat pengelola, peserta,
narasumber dan Pimpinan IPM.
c. Metode observasi untuk menggali data yang terkait dengan proses dan
pengelolaan perkaderan.
d. Metode kuesioner untuk menggali pendapat pengelola, peserta
perkaderan, ataupun Pimpinan IPM.
Pada kegiatan evaluasi perlu ada penekanan pada masing – masing metode
untuk sling melengkapi. Misalnya metode wawancara diarahkan untuk
mendalami dan melakukan cek ulang terhadap pendapat peserta atau
pengelola yang dituangkan dalam kuesioner. Demikian pula metode
observasi diharapkan dapat melengkapi atau cek ulang dari data yang
diperoleh dari dokumen atau sebaliknya.

J. Instrumen Evaluasi

Instrumen terdiri dari dua jenis yaitu kuesioner dan panduan observasi,
dokumentasi dan wawancara. Kuesioner terdiri dari kuesioner untuk
pimpinan IPM, pengelola perkaderan, dan setiap pelaksana monitoring dan
evaluasi dapat menyesuaikan deengan kondisi setempat.

K. Penyusunan Laporan
Dalam menyusun laporan perkaderan, diperlukan perangkat sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
A. Gambaran Umum IPM setempat
B. Program perkaderan IPM
Bab II : deskripsi pelaksanaan program
A. Komponen konteks
B. Komponen Input
C. Komponen Proses
D. Komponen Output
E. Komponen Outcome
Bab III :
A. Simpulan
B. Rekomendasi

Page 64 of 85
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yohjakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan. 1989
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1988
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Sistem Perkaderan
Muhammadiyah. Yogjakarta : MPK PP Muh. 2015
Sarono. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi. Semarang : LPMP. 2007
Thorndike, Robert L, Hagen, Elizabeth P. Measurement and Evaluational ini
Psychology and Education. New York : John Willey & sons. 1977
LAMPIRAN

INSTRUMEN EVALUASI PERKADERAN

Skor Keteranga
Komponen Aspek Indikator
1 2 3 4 n
a. mendapatkan ijin dari
1. Legalitas
institusi yang
berrwenang
A. Konteks b. bentuk perkaderan
sesuai tingkat, tujuan
dan segmentasi peserta
(TM, PFP)
a. Mendapat dukungan
persyarikatan
b. Mendapatkan
2. Dukungan
dukungan dari
pemerintah/masyaraka
t
a. Regenerasi pimpinan
3. Tantangan
IPM
masa depan
b. Pengembangan AUM
Jumlah skor
a. Buku SPI
1. Ketersediaan
b. Pedoman Administrasi,
B. Input Pedoman
pembelajaran, evaluasi,
Perkaderan
silabus materi
a. Penanggungjawab
b. Master of Training
c. Assisten Master of
Training
2. Pelaksanaan d. Imam of Training
perkaderan e. Tim Fasilitator
f. Narasumber
g. Panitia teknis
h. Legalitas fasilitator
(extrainee PFP)
a. Jumlah peserta
(minimal satu kelas)
3. Peserta
b. Kualitas peserta
perkaderan
(pendidikan dan
pengalaman)
4. Sarana dan a. Lokasi aman, tidak
prasarana bising, tidak tercemar

Page 66 of 85
b. Bangunan luas, aman,
sehat, terang
c. Ruang kelas sejumlah
rombongan belajar,
berpenerangan, sehat,
luas rasio 2m/peserta,
dengan fasilitas meja
kursi papan tulis
d. Tersedia ruang panitia
e. Tersedia ruang
fasilitator
f. Tersedia ruang
tamu/transit
g. Tersedia
masjid/mushala
h. Tersedia ruang
kesehatan
i. Tersedia jumlah
jamban dengan rasio 1
: 10, terpisah antara
IPMawan dan
IPMawati
j. Tersedia lahan untuk
outbond
k. Tersedia ruang tidur
untuk peserta dan
pengelola perkadderan
a. Memiliki fassilitass
administrasi
(komputer, printer,
dll)
b. Ada administrasi surat
5. Administrasi
menyurat
perkaderan
c. Terseddia buku
presensi
d. Memiliki data peserta
e. Tersedia jadwal
perkadeeran
a. Memiliki program
keuangan
6. Keuangan
b. Ada sumber
pemasukan yang cukup
c. Ada catatan kuangan
yang dapat
dipertanggungjawabka
n kepada persyarikatan
Jumlah skor
a. perencanaan program
yang meliputi visi, misi,
tujuan dan proposal
perkaderan
b. ada struktur organisasi
perkaderan dengan
deskripsi tugas
c. ada pedoman
pelaksanaan berupa tata
tertib pelaksana dan
C. Proses 1. pengelolaan peserta perkaderan
d. ada jadwal perkaderan
e. ada rapat koordinasi
pelaksanaan
f. memenuhi dan
mndayagunakan
sumber daya manusia,
sarpras, dan keuangan.
g. Penciptaan iklim kerja
yang islami dan
menyenangkan
a. Ada perangkat
persiapan minimal
silabus materi
b. Pengembangan bahan
pembelajaran dalam
bentuk cetak atau
bahan brbasis TIK
c. Proses pembelajaran
2. Proses
dilakukan dengan
pembelajara
model andragogi,
n
strategy active
learning, pendekatan
partisipatiff dialogis,
memakai metoda dan
teknik yang disesuaikan
dengan tujuan, sifat
materi, narasumber,
fasilitass dan waktu

Page 68 of 85
pembelajaran
d. Aspek keteladanan oleh
narasumber maupun
fasilitator dilaksanakan
dalam setiap proses
pemelajaran
e. Ada monitoring setiap
proses pembelajaran
dan ditindaklanjuti
sesuai keperluan.
a. Ada jadwal pelaksanaan
penilaian prestasi kader
b. Ada perangkat
penilaian berupa format
penilaian
3. Penilaian
c. Teknik penilaian
dilakukan sesuai
dengan kompetensi
yang harus dikuasai
kader.
Jumlah skor
a. Adanya dokumen
laporan hasil belajar
kader dalam ranah
pengetahuan, sikap dan
1. Hasil/presta
praktek.
D. Output si belajar
b. Ada analisis nilai yang
kader
membuat kategorisasi
peserta berdasarkan
rekomendasi tindak
lanjut.
Jumlah skor
a. Peningkatan kegiatan
1. Dampak IPM
E. Outcome
perkaderan b. Rekrutmen kader
dalam struktur IPM
Jumlah skor
Total Skor
LEMBAR PENILAIAN OUTBOND

PENILAI :

Aspek Penilaian Jumlah


No Nama Nilai
Semangat Disiplin kerjasama komunikasi kreativitas skor

Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
a. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
b. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39

Page 70 of 85
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK SHOLAT

PENILAI : ...........................
No Nama Aspek Penilaian Jumlah Nilai
skor
Gerakan Bacaan Urutan Sesuai Tarjih

Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
c. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
d. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
LEMBAR PENILAIAN PIDATO/KHOTBAH/PRESENTASI/KULTUM

Skor
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Sistematika (pendahuluan, isi, kesimpulan)
2 Konten (kedalaman, pengetahuan, logika)
3 Kefasihan berbicara
Bahasa :
4 a. Kejelasan pengucapan
b. Tata bahasa
c. Kekayaan bahasa
5 Penampilan (kontak mata, ekspresi, gestur)
Jumlah skor
Skor maksimal 20
Keterangan :
Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =
amat baik
Pengolahan :
Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
a. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
b. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39

Page 72 of 85
LEMBAR PENILAIAN TUGAS PROJEK
Misal : studi banding ke AUM
No Aspek yang dinilai Skor
1 Persiapan 3
Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1) 1-3
2 Pelaksanaan 15
a. Pengumpulan informasi 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
b. Keakuratan data/informasi 1-3
(akurat = 3, kurang akurat = 2, tidak akurat = 1)
c. Kelengkapan data 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
d. Analisis data 1-3
(baik = 3, cukup = 2, kurang = 1)
e. Kesimpulan 1-3
(lengkap = 3, kurang lengkap = 2, tidak lengkap = 1)
3 Pelaporan hasil 12
a. Sistematika laporan 1-3
(baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa 1-3
(komunikatif = 3, kurang komunikatif = 2, tidak
komunikatif = 1)
c. Penulisan/ejaan 1-3
(tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
d. Tampilan 1-3
(menarik = 3, kurang menarik = 2, tidak menarik = 1)
Skor Maksimal 30
Keterangan :

Skor diberikan dengan 4 kategori yaitu : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 =


amat baik

Pengolahan :

Skor yang dicapai peserta diolah menjadi nilai (kuantitatif) dan/atau predikat
(kualitatif)
Skor capaian
c. Nilai = X 100
Skor maksimal (16)
d. Predikat
- Amat baik = skor pencapaian 80 – 100
- Baik = skor pencapaian 60 – 79
- Cukup = skor pencapaian 40 – 59
- Kurang = skor pencapaian < 39
Contoh TOR (Term of Referene)

TERM OF REFERENCE

Materi : Genealogi SPI


Pemateri : Mutmainnah
Hari, tanggal : Ahad, 30 Agustus 2015
Waktu : Pukul 12.00 – 15.00 WIB
Tempat : Gedung Dakwah Muhhammadiyah Wiradesa,
Pekalongan

GAMBARAN MATERI

Lahirnya SPI Tomang merupakan awal dari munculnya


Sstem Perkaderan di IPM. Evaluasi demi evaluasi dilakukan
sehingga muncul SPI Merah sebagai jawaban akan
tantangan Zaman orde Baru. SPI ini kemudian dievaluasi
kembali karena dianggap kurang relevan pada masa pasca
orde baru yang menanamkan nilai kritis hingga muncul SPI
hijau. Seiring berjalannya waktu, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah menghadapi berbagai tantangan
perkembangan zaman dengan munculnya paradigma IPM
berkemajuan.

Perjalanan penyempurnaan SPI ini memunculkan kerancuan


di kalangan Pimpinan IPM dari hampir seluruh jenjang.
Banyak pemahaman bahwa dapat dilakukan “pemilihan” SPI
sesuai dengan keinginan. Beragam tafsir pun muncul sebagai
usaha mengimplementasikan SPI dalam perkaderan IPM.
Tafsir-tafsir tersebut muncul dikarenakan berbedanya cara
pandang dan parameter yang digunakan setiap Pimpinan
serta kurangnya pemahaman mengenai genealogi SPI.
Perbedaan ini tak dapat dihindari ditambah dengan
perbedaan kemampuan analisa di kalangan Pimpinan IPM.

Page 74 of 85
Maka dari itu diperlukan pemahaman yang lebih mendalam
terutama bagi fasilitator sebagai pengemban fungsi
perkaderan. Menjadi sebuah keniscayaan bagi fasilitator
untuk memahami dan mengimplementasikan SPI dalam
setiap pelatihan yang ada sesuai dengan analisa kebutuhan
masing-masing daerah.

POKOK BAHASAN

a. Genalogi SPI
b. Muatan Materi SPI
c. SPI ke-kinian

INDIKATOR

a. Peserta memahami genealogi SPI


b. Peserta memahami muatan SPI
c. Peserta mampu memahami metode menerapkan SPI
serta memposisikan SPI sebagai Panduan Perkaderan
saat ini.
METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
SUMBER BELAJAR
a. Fasilitator
b. Hand Out Materi
ALAT BELAJAR
a. Microphone
b. Laptop
c. LCD
d. Slide power point
e. Kertas Plano
f. Spidol
g. Duoble tape
Contoh Lembar Notulensi
Materi : Spiritualitas Pemikiran Ahmad Dahlan
Pengampu : M. Zuhron Arofi, M.Pd.I
Moderator : Rafika
Hari, tgl : Rabu, 29 januari 2014
Waktu : 13.31 wib
Kehadiran peserta : => FULL
Kondisi peserta :
1. Peserta masih fresh saat materi dimulai
2. Danang ngantuk setelah memasuki pukul 14.00
1. Pembacaan CV (1menit)
2. Brainstorming (5 menit)
3. Penyampaian materi (65 menit)
4. Tanya jawab (18 menit)
Materi
Ada 8 disiplin ilmu yang dikuasai K.H.A.Dahlan
a. Nahwu
b. Fiqih
c. Falaq
d. Hadist
e. Qiro’atul Qur’an
f. Tabib
g. Filsafat
h. Tasawuf
2. Dahlan bukan seorang penulis, makanya tidak mewariskan kitab
3. Dahlan itu seorang yang zuhud (dingin terhadap dunia)
4. Munir mulkhan : dahlan fakir
5. Dahlan melakukan praktek sufi, namun bukan sufi yang
menjauh dengan dunia. Dia dingin terhadap duni namun tetap
membaur dengan masyarakat.
6. Sufinya merupakan cerminan etika
7. Dalam konteks pemikiran ahmad Dahlan, sesungguhnya dahlan
menggabungkan 3 hal:
a. Nalar kebudayaan

Page 76 of 85
Dahlan bukan orang yang anti dg tradisi lokal. Bahkan
sangat akrab dengan tradisi lokal. Tidak sedikit-sedikit
mengatakan bid’ah/kafir. Namun, ia mencoba membangun
pola pikir masyarakat dengan pendekatan-pendekatan. Ia
membuat masyarakat berpikir secara logis.
b. Nalar pembaharuan
Pembaharuan dahlan di indonesia ada sedikit
pengaruhnya dari ide-ide pembaharuan di Timur Tengah.
Namun tidak sama persis. Hanya ada kesamaan dalam
nalar kritis penafsiran alqur’an.
c. Tradisi barat
Tradisi barat tidak sepenuhnya ditolak oleh ahmad dahlan,
namun digunakan untuk membangun peradaban.
8. Ketiga hal tersebut digunakan untuk membangun nalar syariah
9. Yang diubah ahmad dahlan
Kecenderungan magis  Proses  kecenderungan rasional
10. Krtitik yang dilakukan ahmad dahlan bukan melalui
argument-argument saja namun langsung dengan aksi
11. Gerakan ahmad dahlan itu transformasi sosial  nyata
12. Pandangan dahlan tentang ilmu dan manusia
a. Walau manusia memiliki suku yang berbeda namun nenek
moyangnya tetap adam dan hawa. Jadi hakekat manusia
memiliki kesederajatan dalam konteks kemanusiaan.
b. Manusia memerlukan agama
c. Manusia wajib menuntut ilmu dan tidak boleh sekali-sekali
merasa cukup
d. Tidak boleh menolak pengetahuan hanya karna
pengetahuan itu dari orang lain yang berbeda dengan kita
13. Sayangnya pembaharuan yang dilakukan ahmad dahlan
tidak ditangkap spiritnya melainkan haya ditangkap
porduknya.
14. Nah setelah kita mengetahui apa yang dilakukan ahmad
dahlan, lalu apa yang bisa kita lakukan? Apa yang kita
tawarkan? Apa ide pembaharuan yang bisa kita berikan?
15. Ipm tidak akan bisa melakukan pembaharuan kalau kita
hanya menagkap produknya dan bukan spiritnya
16. Belum ada pemikir muhammadiyah yang pemikirannya
sebagus ahmad dahlan
17. Dahlan, meskipun gerakan transformasi sosial,
pendidikan, dan advokasinya itu bagus, namun,
spiritualitasnya luar biasa.
18. Papan kematian
“Dahlan, bayangkan saat ini kau sendiri bersama tuhan dan
bersiap menerima kematian dan
perhitungan antara surga dan neraka, maka tahukah kamu
mana yang lebih dekat denganmu?”
“jangan menjad orang yang claka di dunia dan celaka di
akhirat’
Pertanyaan
peserta
1. Surya :
Selama ini saya sempet diskusi, akademi-akademi saat ini lebih
suka mengkaji islam kiri padahal
dulu kh ahmad dahlan juga mengkaji seperti itu, nah kenapa pada
saat ini muhammadiyah sering
menyalahkan yang seperti itu?
2. Ika :
Tadi dikatakan kalo KH.Ahmad Dahlan itu melakukan
pembaharuan, nah alat pembaharuannya
apa?
3. Gufron :
Mengapa kader ipm ketika masuk perguruan tinggi kok
malah memasuki ideologi lain?
jawaban
1. Ada beberapa hal yang menjadi alasan;

Page 78 of 85
Harus kita akui bahwa muhammadiyah pada saat ni
a. mengalami kejumudan dalam berpikir
b. Penyakit intolerant pada saat ini sudah mewabah
Coba baca buku “Ilusi Negara Islam” yang menuliskan bahwa
c. muhammadiyah mengalam
ilfiltrasi ideologi yang diimpor dari luar dan masuk ke
muhammadiyah. Puncaknya ketika
muktamar muahmmadiyah di Malang, dimana pada saat itu
orang-orang muhammadiyah
yang dianggap kiri dihabisi
2. Cara KH.Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan itu:
a. Dengan nalar syariah
Measukkan wawasan-wawasan modern dalam hal
b. metodology, namun bukan dalam hal Kontent
c. Menawarkan pola-pola gerakan baru
3. Ada perbedaan kultur yang terjadi di IMM dan sangat berbeda
dengan IPM. Yang saya lihat
pemikiran-pemikiran liar di IPM tidak cukup terakomodasi
sementara di IMM itu sangat
mendominasi. Saya pikir anak IPM tidak cukup siap untuk itu
sehingga memilih ideologi lain
(mencari zona aman)
Contoh lembar Observer

RUBRIK PENILAIAN OBSERVASI

Indikator
1. Tidak tidur
2. Memperhatikan
3. Menujukkan antusias dan minat yang tinggi terhadap
materi
4. Mampu menjawab pertanyaan dari pemateri
5. Mampu bertanya kepada pemateri
6. Mampu memberikan sanggahan atas statement pemateri
Ketentuan Penilaian
Nilai 0 jika seluruh indikator tidak nampak
Nilai 1 jika ≤ 2 indikator yang terpenuhi
Nilai 2 jika 4 indikator yang terpenuhi
Nilai 3 jika 5 indikator terpenuhi
Nilai 4 jika 6 indikator terpenuhi

Page 80 of 85
LEMBAR KEAKTIFAN PESERTA
Materi :
Pemateri :
Hari, tanggal :
Waktu :
no Nama peserta 0 1 2 3 4
DESAIN RUANG PELATIHAN

2
3

4 5

Keterangan:
1. Papan Tuis dan atau LCD Screen
2. Tempat untuk pemateri dan
moderator
3. Tempat Duduk peserta
4. Tim Observer
5. Notulis

Page 82 of 85
PEDOMAN Pelaksanaan perkaderan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah

LEMBAR PENILAIAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN


PERKADERAN

Nama Peserta : ........................


No. Peserta : ........................
Utusan : ........................

Petunjuk : acara Pelatihan Kader Taruna Melati 2 hampir selesai,


IPMawan/Ipmawati diminta untuk membantu meberikan penilaian dengan
jalan memberi tanda silang pada opsi yang tersedia.

A. PERSIAPAN
1. Fasilitas pelatihan
a. Sangat siap b. Siap c. Tidak siap
2. Managemen
a. Sangat siap b. Siap c. Tidak siap

B. PELAKSANA
3. Master of Training
a Sangat kompeten b Kompeten c Kurang kompeten d. Tidak
kompeten
4. Imam of Training
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d.Tidak
kompeten
5. Tim Instruktur
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d.Tidak
kompeten
6. Narasumber
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d. Tidak
kompeten
7. Panitia Teknis
a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Kurang kompeten d. Tidak
kompeten

C. SARANA PRASARANA
8. Lokasi
a Sangat strategis b strategis c Kurang strategis d Tidak strategis
9. Bangunan

Page 83 of 85
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
10. Ruang klas
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
11. Mushola
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
12. Ruang kesehatan
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
13. Urinoir
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
14. Lahan outbond
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
15. Ruang tidur
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik

D. ADMINISTRASI PERKADERAN
1. Presensi
a Sangat teratur b teratur c Kurang teratur d Tidak teratur
2. Jadwal kegiatan
a Terdistriusi sejak b Terdistribusi c Tidak semua d Tidak ada
awal dapat

E. PENGELOLAAN
1. Pedoman pelaksanaan dan tata tertib
a Disampaikan b disampaikan c tidak semua d Tidak ada
sejak awal mengerti
2. Alat peraga pelatihan
a Sangat lengkap b lengkap c Kurang d Tidak
lengkap lengkap
3. Iklim pelatihan
a Inspiratif - islami b inspiratif c islami d tidak
inspiratif dan
islami

F. PROSES PEMBELAJARAN
1. Materi perkaderan
a Sangat relevan b relevan c Kurang d Tidak
relevan relevan
2. Model/strategi/teknik pembelajaran
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik

84 | L o k a r n a s P e r k a d e r a n , B a l i | 2 2 – 2 4 S e p t e m b e r 2 0 1 7
PEDOMAN Pelaksanaan perkaderan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah

3. Keteladanan narasumber dan fasilitator


a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik

G. PENILAIAN
1. Instrumen pelatihan
a Dilakukan b Kurang c spontanitas d tidak ada
terjadwal teratur
2. Variassi teknik penilaian sesuai dengan aspek kompeteensi (tes, observasi,
praktik)
a Sangat variatif b variatif c Kurang d Tidak
variatif variatif

H. DAMPAK PERKADERAN
1. Peningkatan kesadaran ber IPM
a Sangat baik b baik c Kurang baik d Tidak baik
2. Semangat keterlibatan dalam struktural
a Meningkat b Sedikit c Tidak d menurun
meningkat meningkat

I. LAIN – LAIN
Hal – hal lain yang ingin disampaikan sebagai masukan dan belum tertulis
pada angket di atas, IPMawan/ti bisa menuliskannya di bawah ini :
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
......................
Peserta BA

(.........................)

Page 85 of 85
SILABUS MATERI BERDASARKAN
KELOMPOK MATERI
1. SILABUS KELOMPOK MATERI AL ISLAM
Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Kecintaan pada Peserta Peserta dapat: Al-Islam (1):  Ceramah 2 x 45  _____, Tanya Jawab  Tes Tertulis
Islam menjadikan 1. Mengenal Aqidah dan Akhlak interaktif menit Agama jilid 1-7,  Inventori
menanamkan Islam sebagai kebersislaman sebagai fondasi pelajar  Diskusi (Yogyakarta: Suara  Observasi
kesungguhan karakteristik 2. Menerapkan Muhammadiyah, 1996-
dalam ber Islam dalam menjalani nilai – nilai  Makna Islam sebagai 2010)
kecara kaffah kehidupan keislaman Rahmatan lil ‘alamiin
dalam  Karakteristik Pelajar
kehidupan Islami sebagai
sehari - hari manifesto Islam
Rahmatan Lil ‘alamin
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Tuntunan Ibadah Sesuai  Simulasi 2 X 45  Majelis Tarjih & Tajdid PP  Unjuk
beribadah yang melaksanakan 1. Menyetujui Tarjih  Watching menit Muhammadiyah, Himpunan Kerja
tahsinah dari ibadah mahdah tuntunan video Putusan Tarjih  Observas
ibadah itu sesuai dengan ibadah sesuai  Kaifiyat Wudhu,  Tanya Muhammadiyah, i
terpantul dalam hasil keputusan dengan Tayammum & Mandi Jawab (Yogyakarta: Suara
kehidupan tarjih putusan tarjih Junub  _____, Tanya Jawab

sehari-hari Muhammadiya  Kaifiyat & Bacaan Agama jilid 1-7,


h Shalat (Yogyakarta: Suara
2. Memilih hasil Muhammadiyah, 1996-
putusan tarjih 2010)
sebagai rujukan  Agung Danarto, Cara

dalam Berwudhu Menurut


melaksanakan Rasulullah, (Yogyakarta:
ibadah Suara Muhammadiyah,
keseharian 2005)
 _____, Cara Shalat

Menurut HPT, (Yogyakarta:


Suara Muhammadiyah,
2006)
 Asep Solahudin, Tuntunan

Ibadah Praktis, (Yogyakarta:


Suara Muhammadiyah,
2005).
LDPR
Kesadarah Peserta Peserta dapat : Keislaman 1  Ceramah 2 x 45  Imam Nawawi. 1994.  Inventori
hakikat memahami 1. Memahami  Hakikat manusia interaktif menit Hadits Arbain  Test tulis
kehidupan dan tujuan dalam tujuan hidup dalam pandangan al  Diskusi diterjemahkan oleh Ibnu
menumbuhkan kehidupan manusia sebagai Quran dan Hadits  Watchin Daqiq Al ‘Ied. Yogjakarta :
kebiasaan manusia dan sarana  Penerapan amal g video Media Hidayah
beramal shalih menerapkannya beribadah shalih  Kementrian Agama RI. Al
dalam 2. Memahami  Metode amal ilmiah, Qur’an dan terjemah
keseharian Ikhlas menjadi ilmu amaliah
fondasi utama
dalam berjuang
3. Menerapkan
amal ilmiah,
ilmu amaliah
Membangun Peserta Peserta dapat : Keislaman 2  Role play 2 x 45  _____, Cara Shalat 
kesadaran memahami 1. Memahami  Makna thaharoh dan  Diskusi menit Menurut HPT, (Yogyakarta:
kolektif dalam kaifiyat, maksud shalat Suara Muhammadiyah,
hikmah ibadah keutamaan dan thaharah dan  Derajat shalat 2006)
mahdah Shalat pembiasaan sholat berjamaan  Asep Solahudin,

dan kaifiyatnya shalat yang baik 2. Menerapkan  Kaifiyat sholat Tuntunan Ibadah Praktis,
dan benar khaifiyat berjamaah (Yogyakarta: Suara
thaharoh dan Muhammadiyah, 2005).
sholat
berjamaah dan
tepat waktu
dalam setiap
kegiatan
TM 1
Kemurnian Peserta Peserta dapat: Al-Islam (1):  Ceramah 2 x 45  Yunahar Ilyas, Kuliah  TesTertulis
akidah yang menjadikan 1. Menerima Tauhidsebagai Fondasi interaktif menit Aqidah Islam,  Inventori
membentuk tauhid sebagai konsep tauhid Kehidupan  Diskusi (Yogyakarta: LPPI UMY,  Observasi
keshalehan prinsip dasar sebagai prinsip 2014)
dalam dan utama dasar dalam  Makna tauhid  AzharBasyir,
kehidupan dalam kehidupan  Tauhid sebagai spirit BeragamaSecaraDewas
menjalankan 2. Menerapkan kemajuan umat. a, (Yogyakarta: UII Press,
kehidupan tauhid dalam  Tauhid dan penegakan 2013)
kehidupan amar ma’ruf nahi 

pribadi dan munkar.


sosial
3. Melaksanakan
gerak dakwah
amar ma’ruf
nahi mungkar
dalam bingkai
tauhid
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Tuntunan Ibadah Sesuai  Simulasi 2 X 45  Majelis Tarjih & Tajdid  Unjuk
beribadah yang melaksanakan 3. Menyetujui Tarjih  Watching menit PP Muhammadiyah, Kerja
tahsinah dari ibadah mahdah tuntunan video Himpunan Putusan  Observas
ibadah itu sesuai dengan ibadah sesuai  Kaifiyat Wudhu,  Tanya Tarjih Muhammadiyah, i
terpantul dalam hasil keputusan dengan Tayammum & Mandi Jawab (Yogyakarta: Suara
kehidupan tarjih putusan tarjih Junub  _____, Tanya Jawab
sehari-hari Muhammadiya  Kaifiyat & Bacaan Agama jilid 1-7,
h Shalat (Yogyakarta: Suara
4. Memilih hasil Muhammadiyah, 1996-
putusan tarjih 2010)
sebagai rujukan  Agung Danarto, Cara
dalam Berwudhu Menurut
melaksanakan Rasulullah, (Yogyakarta:
ibadah Suara Muhammadiyah,
keseharian 2005)
5. Melaksanakan  _____, Cara Shalat
ibadah mahdah Menurut HPT,
sesuai dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2006)
syariah secara  Asep Solahudin,
konsisten Tuntunan Ibadah
Praktis, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah,
2005).
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Ibadah Mahdhah dan  Drill On  Majelis Tarjih & Tajdid  Observasi
beribadah yang membiasakan 1. Menyetujui Nafilah  Tanya schedule PP Muhammadiyah,
tahsinah dari amalan ibadah tuntunan Jawab Himpunan Putusan
ibadah itu mahdah dan ibadah  Shalat 5 waktu Tarjih Muhammadiyah,
terpantul dalam nafilah dalam mahdah dan  ShalatJamak/Qoshar (Yogyakarta: Suara
kehidupan kehidupan nafilah sesuai  QiyamulLail  _____, Tanya Jawab
sehari-hari sehari-hari dengan  TadarusFathulQulub Agama jilid 1-7,
secara konsisten putusan tarjih  Kultum (Yogyakarta: Suara
2. Memilih hasil  ZikirdanDo’a Muhammadiyah, 1996-
putusan tarjih 2010)
sebagai  _____, Tuntunan Dzikir
rujukan dalam dan Doa Menurut HPT,
melaksanakan (Yogyakarta: Suara
ibadah Muhammadiyah, 2008)
mahdah dan  Agung Danarto, Cara
nafilah. Shalat Menurut HPT,
3. Membiasakan (Yogyakarta: Suara
ibadah Muhammadiyah, 2006)
mahdah &  Asmuni Abdurrahman,
nafilah sesuai Shalat Berjamaah,
dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2005)
syariah secara  Asep Solahudin,
konsisten Tuntunan Ibadah
Praktis, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah,
2005).

TM 2
Fathonah dalam Mengembangka Pesertadapat: Al-Islam (1):  Diskusi 2 X 45  Azaki Khoirudin, Teologi 
berpikir, n strategi 1. Menelaah Islam Transformatif  Reading menit Al-Ashr, (Yogyakarta:
berwawasan, dakwah di tentang sebagai dasar manifest guide Suara Muhammadiyah,
dan kalangan pelajar pemahaman gerakan 2015)
menghasilkan Islam 
karya pemikiran Transformatif.  Pengantar Islam
2. Menguraikan Transformatif
strategi dakwah  Etika Welas Asih
sosial Ahmad KyaiDahlan
Dahlan.  Kontekstualisasi
3. Merancang strategi Al-Maun
desain dakwah Dahlan
social untuk
konteks kelas
pelajar.
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Ibadah Mahdhah dan  Drill On  Majelis Tarjih & Tajdid  Observa
beribadah yang menjadikan 1. Menemukan Nafilah  Tanya schedule PP Muhammadiyah, si
tahsinah dari ibadah mahdah rujukan yang Jawab Himpunan Putusan
ibadah itu dan nafilah kredibel dalam  Shalat 5 waktu Tarjih Muhammadiyah,
terpantul dalam sebagai aktivitas setiap putusan  ShalatJamak/Qoshar (Yogyakarta: Suara
kehidupan harian yang tarjih tentang  QiyamulLail  _____, Tanya Jawab
sehari-hari dilaksanakan masalah  TadarusFathulFikr Agama jilid 1-7,
secara ibadahmah dah  Kultum (Yogyakarta: Suara
istiqomah dan & nafilah  ZikirdanDo’a Muhammadiyah, 1996-
sesuai syar’i. 2. Mengadaptasi 2010)
tuntunan  _____, Tuntunan Dzikir
ibadah mahdah dan Doa Menurut HPT,
dan nafilah (Yogyakarta: Suara
dalam Muhammadiyah, 2008)
kehidupan  Agung Danarto, Cara
sehari-hari Shalat Menurut HPT,
sesuai HPT (Yogyakarta: Suara
3. Membiasakan Muhammadiyah, 2006)
ibadah mahdah  Asmuni Abdurrahman,
& nafilah sesuai Shalat Berjamaah,
dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2005)
syariah secara  Asep Solahudin,
konsisten Tuntunan Ibadah
Praktis, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah,
2005).

TM 3
Kesadaran Peserta dapat Peserta dapat: Al-Islam (1): Transformasi  Ceramah 2 x 45  Syaikh Muhammad  Tes Tertulis
progresif- mengonsepsikan 1. Merekonstruksi kesadaran progresif ber- interaktif menit Abduh, Risalah at-Tauhid,  Observasi
transformatif prinsip pemahaman Islam dalam kehidupan  Diskusi (Mesir: al-Manar, 1969).
tafsir  Ibn Taimiyah, Buku Induk
dalam aktualisasi transformasi
kontekstual  Kontekstualisasi teks Akidah Islam: Syarah Al-
ajaran Islam nilai-nilai ajaran Islam ayat terhadap konteks Aqidah al-Wasithiyah,
berdasar Iman terhadap kehidupan. terj.,, (Jakarta : Darul Haq,
dan Islam problem  Tauhid sebagai dasar 2010).
sebagai dasar keummatan. gerakan keberpihakan.  Ismail Raji al-Faruqi,
gerak menuju 2. Mendesain  Implementasi nilai-nilai Tauhid,terj. (Bandung:
kemajuan rumusan ke-Islaman dalam Penerbit Pustaka, 1988).
aplikatif konsep desain praktis gerakan  Amin Rais, Tauhid Sosial,
ummat.
tauhid untuk (Bandung: Mizan, 1998).
gerakan
advokasi.
3. Merancang
sketsa gerakan
keberpihakan
berdasar isu
seputar
kemanusiaan.
Ketaatan Peserta Peserta dapat : Al Islam (2):  Drill On  Majelis Tarjih & Tajdid PP  Observa
beribadah yang menjadikan 4. Menemukan Ibadah Mahdhah dan  Tanya schedule Muhammadiyah, si
tahsinah dari ibadah mahdah rujukan yang Nafilah Jawab Himpunan Putusan Tarjih
ibadah itu dan nafilah kredibel dalam Muhammadiyah,
terpantul dalam sebagai aktivitas setiap putusan  Shalat 5 waktu (Yogyakarta: Suara
kehidupan harian yang tarjih tentang  Shalat Jamak/Qoshar  _____, Tanya Jawab
sehari-hari dilaksanakan masalah ibadah  Qiyamul Lail Agama jilid 1-7,
secara mahdah &  Tadarus Fathul Fikr (Yogyakarta: Suara
istiqomah dan nafilah  Kultum Muhammadiyah, 1996-
sesuai syar’i. 5. Mengadaptasi  Zikir dan Do’a 2010)
tuntunan  _____, Tuntunan Dzikir
ibadah mahdah dan Doa Menurut HPT,
dan nafilah (Yogyakarta: Suara
dalam Muhammadiyah, 2008)
kehidupan  Agung Danarto, Cara
sehari-hari Shalat Menurut HPT,
sesuai HPT (Yogyakarta: Suara
6. Membiasakan Muhammadiyah, 2006)
ibadah mahdah  Asmuni Abdurrahman,
& nafilah sesuai Shalat Berjamaah,
dengan (Yogyakarta: Suara
tuntunan Muhammadiyah, 2005)
syariah secara  Asep Solahudin, Tuntunan
konsisten Ibadah Praktis,
(Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2005).
2.. SILABUS KELOMPOK MATERI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Keteladanan Peserta Peserta dapat : Sejarah dan Landasan  Story 2 x 45  Lasa Hs.,dkk., 100 Tokoh  Tes Tertulis
dalam seluruh mendapatkan 1. Menunjukkan Gerakan Muhammadiyah telling, menit Muhammadiyah Yang  Inventori
sikap dan inspirasi nilai karakter  Reading Menginspirasi, (Yogyakarta:  Observasi
tindakan keteladanan perjuangan dan  Sejarah berdirinya Guide Majelis Pustaka & Informasi
sejarah dan keteladanan Muhammadiyah PP Muhammadiyah, 2014)
landasan para tokoh  Spirit yang dibangun  Najamuddin Ramly & Hery
Gerakan sejarah dalam mendirikan Sucipto, Ensiklopedi Tokoh
Muhammadiyah Muhammadiya muhammadiyah Muhammadiyah : Pemikiran
h Muhammadiyah dan Kiprah dalam Panggung
2. Menerapkan  Mengenal Ortom dan Sejarah Muhammadiyah,
nilai – nilai amal usaha (Jakarta : Best, Media
gerakan Muhammadiyah Utama, 2010)
Muhammadiya  Kyai Syuja’, Islam
h Berkemajuan; Kisah
Perjuangan KH. Ahmad
Dahlan dan
Muhammadiyah Masa
Awal, (Tangerang : Al-
Wasath, 2009)

LDPR
Manifestai nilai – Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan  Watchin 2 x 45  Tnfidz Muktamar 
nilai memahami 1. Mengenal g video menit Muhammadiyah
 Sejarah
kemuhammadiy gerakan dan Muhammadiya  Ceramah Makasar
Muhammadiyah
ahan dalam peran h  Diskusi
kehidupan ber muhammadiyah 2. Memahami  Profil kader Muh.
IPM serta dapat ayat – ayat  fungsi dan struktur
menerapkan tentang Muhammadiyah
dalam organisasi berorganisasi  Muhammadiyah
IPM landasan sebagai gerakan Amar
muhammadiya Ma’ruf Nahyi Mungkar
h
3. Memahami
aksi – aksi
nyata
muhammadiya
h
TM 1
Keshalehan Peserta mampu Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (1):  Ceramahb 2 x 45  PP Muhammadiyah,  Tes Tertulis
dalam kehidupan mewujudkan 1. Menjelaskan PHIWM ervariasi menit Pedoman Hidup Islami  Inventori
pribadi, PHIWM dalam urgensi dan sifat  SGD Warga Muhammadiyah,
keluarga, dan kehidupan PHIWM  Pengertian PHIWM (Yogyakarta : Suara
masyarakat sehari-hari 2. Praktek Sikap  Urgensi dan Sifat Muhammadiyah, 2002)
dan Perilaku PHIWM
PHIWM dalam  Kandungan PHIWM
Pelatihan  Strategi internalisasi
3. Menginternalisa PHIWM
sikan PHIWM dalamkehidupan
dalam
Kehidupan
sehari-hari
Keteladanan Peserta Peserta dapat : Profil Kader dan Nilai  Story 2 x 45  Lasa Hs.,dkk., 100 Tokoh  TesTertulis
dalam seluruh mendapatkan 3. Menyimpulkan Perjuangan Tokoh telling, menit Muhammadiyah Yang  Inventori
sikap dan inspirasi profil & Muhammadiyah  Reading Menginspirasi,  Observasi
tindakan keteladanan dari kompetensi Guide (Yogyakarta: Majelis
kisah tokoh- kader  Profil Kader Pustaka & Informasi PP
tokoh Muhammadiya Muhammadiyah Muhammadiyah, 2014)
Muhammadiyah h  Kisah Hidup Para  Najamuddin Ramly &
4. Menunjukkan Tokoh Hery Sucipto,
nilai karakter Muhammadiyah Ensiklopedi Tokoh
perjuangan dan  Karakter Perjuangan Muhammadiyah :
keteladanan dan Keteladanan para Pemikiran dan Kiprah
para tokoh Tokoh dalam Panggung
teladan Sejarah
Muhammadiya Muhammadiyah,
h (Jakarta : Best, Media
5. Berperilaku Utama, 2010)
seperti tokoh \-  Kyai Syuja’, Islam
tokoh teladan Berkemajuan; Kisah
Muhammadiya Perjuangan KH. Ahmad
h dalam Dahlan dan
kehidupan Muhammadiyah Masa
berorganisasi Awal, (Tangerang : Al-
dan Wasath, 2009)
bermasyarakat.  Djarnawi Hadikusuma,
Matahari-Matahari
Muhammadiyah,
(Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2010)

TM 2
Istiqamah Peserta Peserta dapat : Tafsir 12 Langkah  Everyone 2 X 45  KH. Mas Mansyur, Tafsir  Tes
(konsisten) berpegang pada 1. Menyimpulkan Muhammadiyah is a menit 12 Langkah Tertulis
dalam lisan, nilai dasar yang latarbelakang teacher Muhammadiyah,  Inventori
pikiran, dan termaktub lahirnya 12  Latarbelakang here (Yogyakarta : Suara  Penilaian
tindakan dalam Tafsir 12 Langkah  12 Langkah  Ceramah Muhammadiyah, 2010) Antar
Langkah Muhammadiyah Muhammadiyah bervarias  Imron Nasri,dkk Teman
Muhammadiyah 2. Menerapkankon  Kontekstualisasi i (penghimpun), Manhaj (Pengamat
. sep 12 Tafsir Gerakan Muhammadiyah an)
Langkah : Ideologi, Khittah dan
Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
dalam Suara Muhammadiyah
kehidupan di dan MPK PP
organisasi. Muhammadiyah, 2009).
3. Mengkreasi
Tafsir 12
Langkah
Muhammadiyah
dalam
kehidupan di
organisasi.
Kemurnian Peserta Pesertadapat : Mukaddimah Anggaran  Ceramah 2 x 45  Imron Nasri,dkk  TesTertulis
akidah yang memahami 1. Menguraikanhak Dasar Muhammadiyah bervarias menit (penghimpun), Manhaj  Inventori
membentuk pokok pikiran ikatdanfungsiMu i Gerakan Muhammadiyah  Observasi
keshalehan dalam hammadiyah  Hakikat  Diskusi : Ideologi, Khittah dan
dalam kehidupan Mukaddimah 2. Melaksanakan Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
Anggaran Dasar fungsi  Fungsi Suara Muhammadiyah
Muhammadiyah Muhammadiyah Muhammadiyah dan MPK PP
dalam lingkup  Tujuh Pokok Pikiran Muhammadiyah, 2009).
masyarakatnya Mukaddimah AD  Haedar Nashir, Ideologi
3. Bertindak sesuai Muhammadiyah Gerakan
dengan prinsip Muhammadiyah,
dalam (Yogyakarta: Suara
Mukadimah AD Muhammadiyah, 2001)
Muh  _____, Memahami
Ideologi Muhammadiyah,
(Yogyakarta :Suara
Muhammadiyah, 2013)
Keikhlasan Memahami, Peserta dapat : Matan Keyakinan dan  Ceramah 2 X 45  Haedar Nashir, Kristalisasi  TesTertulis
dalam hidup dan memahamkan 1. Menelaah Cita-Cita Hidup bervarias menit Ideologi & Komitmen  Inventori
berjuang dan pemahaman Muhammadiyah i Bermuhammadiyah,  Observasi
menegakkan mensosialisasika tentang  Diskusi (Yogyakarta : Suara
ajaran Islam n Matan Muhammadiyah  Muhammadiyah Muhammadiyah, 2007).
melalui Keyakinan dan sebagai Gerakan sebagai Gerakan Islam  Musthafa Kamal Pasha &
Muhammadiyah
Cita-Cita
Islam  Islam dan Ahmad Adaby Darban, ,
2. Memproyeksika Pengamalannya Muhammadiyah Sebagai
Muhammadiyah
n Islam dan  Ruang Lingkup Islam Gerakan Islam,
kepadawarga implementasiny  Muhammadiyah dan (Yogyakarta : Pustaka SM,
Persyarikatan a dalam 2009)
NKRI
kehidupan  Ahmad Azhar Basyir
3. Menunjukkan Refleksi atas Persoalan
hubungan Keislaman ( Seputar
antara Filsafat, Hukum, Politik
Muhammadiyah dan Ekonomi) , (Bandung
dan NKRI : Mizan, 1993)
Kemurnian Peserta Pesertadapat : Mukaddimah Anggaran  Ceramah 2 x 45  Imron Nasri,dkk  TesTertulis
akidah yang memahami 4. Menguraikanhak Dasar Muhammadiyah bervarias menit (penghimpun), Manhaj  Inventori
membentuk pokok pikiran ikatdanfungsiMu i Gerakan Muhammadiyah  Observasi
keshalehan dalam hammadiyah  Hakikat  Diskusi : Ideologi, Khittah dan
dalam kehidupan Mukaddimah 5. Melaksanakan Muhammadiyah Langkah, (Yogyakarta:
Anggaran Dasar fungsi  Fungsi Suara Muhammadiyah
Muhammadiyah Muhammadiyah Muhammadiyah dan MPK PP
dalam lingkup  Tujuh Pokok Pikiran Muhammadiyah, 2009).
masyarakatnya Mukaddimah AD  Haedar Nashir, Ideologi
6. Bertindak sesuai Muhammadiyah Gerakan
dengan prinsip Muhammadiyah,
dalam (Yogyakarta: Suara
Mukadimah AD Muhammadiyah, 2001)
Muh  _____, Memahami
Ideologi Muhammadiyah,
(Yogyakarta :Suara
Muhammadiyah, 2013)

TM 3
Pengkhidmatan Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (1):  Nonton 2 x 45  M. Yusron Asrofie, Kyai  Tes Tertulis
terhadap nilai- menghayati 1. Mengabstraksika Spiritualitas Pemikiran film menit Haji Ahmad Dahlan:  Observasi
nilai spiritualitas pokok pikiran n nilai-nilai etik Kyai Dahlan dokumen Pemikiran dan
perjuangan yang ter Kepemimpinannya
gerakan Ahmad Dahlan
dilakukan  Menapaki jejak  Diskusi (Yogyakarta: Yogyakarta
pencerahan yang Ahmad Dahlan perjuangan Ahmad Offset, 1983).
Ahmad Dahlan menginisiasi dalam Dahlan  Abd. Munir Mulkhan,
dalam aktifitas mengemban  Membaca kerangka Kiai Dahlan: Jejak
dakwahnya yang misi dakwah. berpikir Ahmad Dahlan Pembaharuan Sosial
mencerahkan. 2. Merekontruksi  Pengendapan dan Kemanusiaan,
nalar kritis pemahaman terhadap (Jakarta : Kompas,
pemahaman strategi dakwah 2014).
dakwah yang pencerahan Ahmad  Marpuji Ali dan
mencerahkan. Dahlan Muhammad Ali, Teologi
3. Mengadaptasi al-Maun , (Yogyakarta:
spirit dakwah SM, 2009).
Ahmad Dahlan  Ahmad Najib Burhani,
dalam medesain "Dari Teologi
strategi dakwah. Mustadafin Menuju
Fiqh Mustadafin "
dalam Era Baru
Gerakan Muhamma-
diyah, ( Malang: UMM
Press, 2008).
Berkomitmen Peserta Peserta dapat: Kemuhammadiyahan (2):  Ceramah 2 x 45  Haedar Nashir,  Tes Tertulis
dan menjunjung memahami krisis 1. Mengevaluasi Revitalisasi Ideologi bervariasi Menit Meneguhkan Ideologi  Observasi
tinggi ideologi ideologi di berbagai Muhammadiyah  Diskusi. Gerakan Muhammadiyah,
Muhammadiyah kalangan problem  Ideologi (Yogyakarta: UMM Press,
dan mampu pimpinan, kader, organisasi Muhammadiyah bekerjasama dgn Suara
bersikap tegas secara ideologis  Tantangan Muhammadiyah & MPK
dan anggota
tetapi arif dalam 2. Mendesain Muhammadiyah PP Muhammadiyah,
Muhammadiyah
membela serta langkah  Masalah Ideologis 2006).
serta dapat
menegakkan strategis bagi  Langkah-Langkah  _____, Memahami
prinsip dan memberikan pelaksanaan Strategis Rvitalisasi Ideologi Muhammadiyah,
kepentingan jalan keluar. revitalisasi Ideologi (Yogyakarta :Suara
Persyarikatan ideologi Muhammadiyah, 2013)
Muhammadiyah
3. Mendinamisasik
an basis
anggota dan
organisasi di
lingkungan
masing-masing
secara intensif
dan tersistem .
Tajdid dalam Peserta Peserta dapat : Kemuhammadiyahan (3):  Ceramah 2 x 45  PP Muhammadiyah,  Tes Tertulis
mengembangka mengelaborasi 1. Merefleksikan Pernyataan Pikiran bervariasi menit Berita Resmi  Observasi
n kehidupan dan kandungan dari PPMAK dalam Muhammadiyah Abad  Reading Muhammadiyah,
menggerakkan Pernyataan kehidupan Kedua Guide Tanfidz Keputusan
Persyarikatan Pikiran 2. Memproyeksika Muktamar Satu Abad
sesuai jiwa Muhammadiyah n PPMAK  Refleksi 1 Abad Muhammadiyah, edisi
ajaran Islam Abad Kedua dengan realitas Muhammadiyah N0.1/2010-2015,
(PPMAK). organisasi  Pandangan Keislaman Yogyakarta : 2006.
3. Mendesain  Wawasan Kebangsaan  Haedar Nashir,
agenda aksi & Kemanusiaan Muhammadiyah Abad
Muhammadiyah  Agenda Abad Kedua Kedua, (Yogyakarta:
abad kedua. Suara Muhammadiyah,
2010).
 Suara Muhammadiyah,
Muhammadiyah Abad
Ke-2 : Agenda Strategis
& Transformasi Ideologi
Gerakan, (edisi Khusus
Muktamar 2010),
(Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2010)
 Tim Majelis Diktilitbang
& LPI PP
Muhammadiyah, 1
Abad Muhammadiyah:
Gagasan Pembaruan
Sosial Keagamaan,
(Jakarta : Kompas,
2010).
3.. KELOMPOK MATERI KEIPMAN

Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Pengenalan Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (1):  Ceramah 2 x 45  PP IPM. 2017. Ideolgi  TesTertulis
ideologi IPM mengenal 1. Memahami Mengenal Si Kuning  Small menit IPM. Yogjakarta : PP IPM  Inventori
dasar sebagai gerakan IPM sejarah Group  Observasi
gerakan amar berdirinya IPM  sejarah IPM Discussion
maruf nahyi 2. Mengenal IPM  identitas pelajar
munkar di sebagai gerakan sebagai gerakan amar
kalangan pelajar amar a’ruf nahyi ma’ruf nahyi munkar di
munkar di kalangan pelajar
kalangan pelajar.  Nilai – nilai IPM dalam
3. Menjadikan IPM lambang dan Lagu
sebagai rumah  Kenapa harus berIPM
Kreatif.
LDPR
Manifestasi nilai Peserta Peserta dapat : KeIPMan  Story 2 x 45  Tanfidz Muktamar IPM  Tes Tertulis
– nilai dalam memahami 6. Memahami telling, menit XX Samarinda  Inventori
struktural struktural dan struktural IPM - Mengenal praktik  Reading  Tanfidz Musywil Wilayah  Observasi
organisasi peran pimpinan 7. Menerapkan berorganisasi IPM Guide setempat
Ranting IPM serta pemahaman - Mengenal struktur  Diskusi
menginternalisa dalam IPM dan perannya
sikannya dalam menjalankan - Memahami agenda
kehidupan roda Organisasi aksi IPM
berIPM IPM
TM 1
Komitmen Peserta Pesertadapat: Ke-IPM-an (1):  Ceramah 2 x 45  Materi Muktamar  Tes Tertulis
menjaga menginternalisa 4. Memahami Kepribadian IPM  Small menit Jakarta  Inventori
integritas si nilai-nilai konsep dasar Group  Observasi
sebagai kader perjuangan Kepribadian IPM  Pengantar Kepribadian Discussion
ideal gerakan IPM 5. Menguraikan IPM
sebagaimana identitas  Identitas IPM sebagai
dirumuskan gerakan IPM Gerakan Pelajar
dalam profil pada Gerakan  Profil Kader yang sesuai
kaderikatan Pelajar dengan identitas
Berkemajuan. gerakan
6. Berperilaku
sebagaimana
tercermin
sebagai kader
berkemajuan.
TM 2
Komitmen Peserta Pesertadapat: Ke-IPM-an (1):  Ceramah 2 x 45  Tanfidz Muktamar XVIII 
menjaga berkomitmen 7. Menguraikan Gerakan Pelajar  Small menit IPM (Tahun 2014)
integritas memenuhi identitas Berkemajuan Group
sebagai kader kriteria sebagai gerakan IPM Discussion
ideal kader pada Gerakan  Identitas IPM sebagai
sebagaimana berkemajuan. Pelajar Gerakan Pelajar
dirumuskan Berkemajuan. Berkemajuan
dalam profil 8. Menjelaskan  Orientasi Gerakan
kader arahan dari Pelajar Berkemajuan
berkemajuan Gerakan Pelajar  Profil Kader
Berkemajuan. Berkemajuan
9. Berperilaku
sebagaimana
tercermin
sebagai kader
berkemajuan.
Kecakapan Peserta menilai Pesertadapat: Ke-IPM-an (2):  Ceramah 2 X 45  Tanfidz Muktamar XVII  TesTertulis
dalam penerapan 1. Memahami Gerakan Pelajar Kreatif  Worksho menit IPM (Tahun 2012)  Observasi
menciptakan strategi kreatif latarbelakang p
kreatifitas dalam dalam aksi tercetusnya  Latar belakang Gerakan
implementasi gerakan. Gerakan Pelajar Pelajar Kreatif
gerakan. Kreatif.  Arah Strategi Gerakan
2. Mengidentifikasi Pelajar Kreatif
strategi Gerakan  Komponen strategi
Pelajar Kreatif. Gerakan Pelajar Kreatif
3. Menerapkan
nilai-nilai dalam
GPK dalam
bentuk aksi
pelajar.
TM 3
Berjiwa gerakan Peserta Peserta dapat : Ke-IPM-an (1):  Case 2 x 45  PP IPM. 2017. Ideolgi  Tes Tertulis
memaknai 1. Menyimpulkan Khittah Perjuangan IPM Study menit IPM. Yogjakarta : PP  Observasi
hakikat IPM landasan etik  Cerama IPM
sebagai gerakan perjuangan IPM.  Landasan Teologis h
pelangsung misi 2. Memformulasi Perjuangan IPM bervaria
dakwah gerakan yang  Asas Gerakan IPM si
pembumian bersifat kolektif  Paradigma Gerakan
nilai-nilai Islam terhadap IPM
di kalangan tantangan dan
pelajar dan isu pelajar dan
ummat. kemanusiaan.
3. Menuntun
pimpinan &
anggota IPM
untuk bertindak
sesuai khittah
perjuangan IPM.
Keutuhan Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (2):  Informati 2 x 45  Tanfidz Muktamar  Tes Tertulis
pemahaman merefleksikan 1. Menganalisis Manifesto Gerakan Kritis on search menit  Observasi
tentang kesatuan konteks sejarah Transformatif  Diskusi
genealogi riwayat gerakan lahirnya corak
gerakan IPM IPM yang gerakan kritis-  Tali sejarah Gerakan
dilewati dari transformatif. Kritis Transformatif
masa ke masa. 2. Menemukan  Pondasi dasar
alur jalinan perjuangan Gerakan
gerakan IPM dari Kritis Tranfsformatif
serangkaian  Metodologi Kritis-
periode. Transformatif
3. Mendinamisasik
an spirit GKT
dalam gerakan
terkini.
Transformasi Peserta Peserta dapat: Ke-IPM-an (3):  Ceramah 2 x 45  Tanfidz Mukamar  Tes Tertulis
nilai-nilai mengelaborasik 4. Menganalisis Gerakan Pelajar  Worksho menit Palembang  Observasi
gerakan yang an secara konsekuensi Berkemajuan (Manifesto p
holistik integral adaptif konsep logis atas Gerakan Ilmu)
dan Gerakan Pelajar identitas
komprehensif Berkemajuan. gerakan IPM.  Etos Gerakan Pelajar
5. Menghayati Berkemajuan
nilai-nilai yang  Implikasi &
diperjuangkan Implementasi Gerakan
dalam GPB. Pelajar Berkemajuan
6. Mendesain aksi
gerakan yang
selaras dengan
etos GPB.
4. SILABUS KELOMPOK MATERI METODOLOGI

Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
LDPR
Kemampuan Peserta Peserta dapat Kisah Nabi Ulul Azmi  Story 2 x 45  Kisah 25 nabi  Unjuk Kerja
daya tahan dan memahami nilai 1. Mengenal - Mengenal Shirah nabi – telling menit  Test tertulis
kesadarran – nilai Shirah keteguhan para nabi ulul azmi  Reading
berkolektif nabi dalam nabi - Memahami Guide
kehidupan 2. Meneladani karakteristik para nabi
berIPM keteguhan para
nabi dalam
kehidupan
berIPM
TM 1
Komitmen Peserta Pesertadapat: Metodologis (1):  Ceramah 2 x 45  Sarlito Wirawan,  TesTertulis
menjaga menunjukkan 1. Memahami Psikologi Remaja  Small menit Psikologi Remaja,  Inventori
integritas sikap positif perkembangan Group (Jakarta: Rajawali Press,  Observasi
sebagai kader sebagai remaja manusia tiap  Pengenalan fase Discussion 2010)
ideal terampil, fase. perkembangan 
sebagaimana berilmu dan 2. Mengidentifikasi manusia
dirumuskan berakhlak mulia. karakteristik  Karakteristik psikologis
dalam profil remaja dari remaja
kader ikatan beberapa sudut  Kiat menjadi remaja
pandang. unggul religious
3. Termotivasi berprestasi
membiasakan
akhlakul
karimah.
TM 2
Kemampuan Penguasaan Pesertadapat: Metodologis (1):  Ceramah 2 X 45  
secara kritis kapasitas 1. Memahami alat AnalisisSosial  Praktikla menit
dalam menelaah metodologis anlisa Ansos. pangan
beragam untuk 2. Menerapkan  PengantarAnsos
tantangan, menunjang kerangka kerja  Mekanisme kerjaAnsos
kebutuhan ketajaman Ansos dalam  Relevansi Ansos untuk
mendesain suatu pembacaan sebuah tindakan. gerakan IPM
gerakan kebutuhan 3. Mengidentifikasi
gerakan IPM. urgensi alat
analisa dalam
gerakan IPM.
Kemampuan Pengayaan Peserta dapat: Metodologis (2):  Ceramah 2 X 45  
secara kritis kapasitas 1. Menguasai Appreciative  Praktikla menit
dalam menelaah metodologis secara teoritik AI Inquiry(PendekatanApres pangan
beragam untuk sebagai iasi)
tantangan, menunjang pendekatan
kebutuhan ketajaman metodologis  Pengenalan AI
mendesain suatu pembacaan gerakan IPM  Urgensi AI sebagai
gerakan kebutuhan 2. Terdorong pendekatan untuk
gerakan IPM. menerapkan AI gerakan IPM
sebagai
pendekatan
dalam gerakan
IPM
TM 3
Penguatan Peserta Peserta dapat: Metodologis (1):  Ceramah 2 x 45  Singh, Rajendra. 2010.  Tes Tertulis
kapasitas memahami 1. Mendefinisikan Gerakan Sosial Baru  Diskusi Menit Gerakan Sosial Baru.  Observasi
metodologis konsekuensi makna Yogyakata. Nailil Printika
gerakan IPM gerakan IPM pengertian  Definisi Gerakan Sosial  Marco G. Giugni, How
yang Gerakan Sosial Baru Social Movements
Baru  Tipe Gerakan Sosial Matter, University of
menginginkan
2. Mengklasifikasik Baru Minnesota Press, 1999,
perubahan
an tipe Gerakan  Fase Gerakan Sosial ISBN 0-8166-2914-5
melalui formasi
Sosial Baru Baru  Rod Bantjes, Social
gerakan yang 3. Menentukan Movements in a Global
relevan. argumentasi Context, CSPI, 2007, ISBN
nalar 978-1-55130-324-6
metodologis IPM
dalam formasi
GSB
Terjadinya Peserta Peserta dapat: Metodologis (2):  Ceramah 2 x 45  David L. Cooperrider and  Observasi
perubahan sikap memahami cara 1. Menjelaskan apa Appresiative Inquiry  Diskusi Menit Diana Whitney,
dan cara berpikir berpikir positif itu pendekatan  Wawancar (sesi I) Appreciative Inquiry, a
positif sehingga Appreciative  Definisi AI a Positive Revolution In
memiliki sikap Inquiry (AI).  Prinsip – prinsip AI Apresiatif 6 x 45 Change, Berrett-Koehler
positif dalam 2. Menemukan  Alur dalam AI Menit Publisher, Inc, Sans
dan menghargai  Aplikasi pendekatan AI (sesi II) Francisco,2005
menghadapi
kekuatan diri dalam IPM  Robins, Stephen,
tantangan IPM
pribadi, relasi Organizational Behavior,
kedepan dan situasi Prentice Hall, Upper
sebagai cara Saddle River, New Jersey,
pandang baru 2001
yang positif,
sebagai modal
untuk mengatasi
tantangan.
3. Mengaplikasikan
pendekatan AI
dalam
menemukan
inovasi,
kekuatan serta
peluang pada
IPM
5.. SILABUS KELOMPOK MATERI WAWASAN DAN SKILL

Unsur -Unsur Kompetensi Indikator Materi Pokok Strategi Alokasi Referensi/Acuan Penilaian
Silabus Standar Dasar Pembelajara Waktu
Kompetensi n
MABICA
Pemahaman Peserta mampu Peserta dapat : Psikologi remaja  Ceramah LCD  
pentingnya mengenal diri - Memahami posisi  Roleplay
berkomunitas usia remaja dan dirinya sebagai  Ciri – ciri remaja
bagi usia remaja bagaimana remaja  Remaja dan
memperlakukan - Menerapkan problematikanya
diri pemahaman  Menjadi remaja ideal
sebagaimana psikologi remaja  Remaja berkomunitas
mestinya dalam kehidupan
sehari2
- Menjadikan
komunitas
sebagai salah
satu wadah
aspirasi pelajar
LDPR
Manifestasi Peserta Peserta dapat Budaya Iqro’  Story 2 x 45  
budaya iqro’ membiasakan 1. Mengenal telling menit
dalam kehidupan diri dengan budaya iqro’ - Makna budaya iqro’  Reading
pelajar sejak dini udaya iqro’ 2. Menerapkan - Bentuk – bentuk aksi guide
pelajar budaya iqro’ iqro’  Diskusi
dalam - Iqro’ sebagai fondasi
kehidupan keilmuan pelajar
sehari - hari
Implementasi Peserta Peserta dapat: Motivasi Organisasi  Ceramah 2 x 45   Tes Tertulis
penguatan terdorong untuk 3. Memahami interaktif menit  Inventori
motivasi semangat dalam manfaat  Makna dan manfaat  Diskusi  Observasi
berkarya melalui berkarya melalui berorganisasi organisasi
berorganisasi berorganisasi 4. Terdorong  Pentingnya organisasi.
untuk  Bentuk – bentuk
istiqomah managemen organisasi.
menjalankan
aktifitas
berorganisasi
5. Peserta dapat
memahami
arahan
berorganisasi
yang baik untuk
pelajar

TM 1
Berperan aktif Peserta mampu Pesertadapat: Wawasan (1):  2 x 45   Tes Tertulis
dalam memahami 1. Mengidentifikasi Manajemendan menit  Inventori
mendinamisir pengelolaan kekuatan dan Kepemimpinan  Observasi
gerakan IPM. organisasi dan kelemahan IPM. Organisasi
nilai-nilai yang 2. Menunjukkan
dilestarikan di Skema  Pengertian Manajemen
IPM. Manajemen Organisasi
Organisasi IPM  Skema Manajemen
yang kreatif Organisasi
inovatif.  Akhlak Berorganisasi di
3. Menampilkan IPM
manajemen
organisasi yang
sesuai dengan
nilai-nilai IPM.
TM 2
keberpihakan Peserta dapat Peserta dapat : Wawasan :  Ceramah 2 x 45
pelajar di dunia melakukan 1. Memahami Analisis Kebijakan  Small menit
pendidikan analisis muatan Pendidikan group
kebijakan kebijakan Discussion
pendidikan pendidikan
2. Memahami
posisi kebijakan
pendidikan dan
orientasi
keerpihakannya
3. Memahami goal
setting
kebijakan
pendidikan
4. Memberikan
tanggapan dan
analisis
kebijakan
pendidikan
secara
kontekstual
TM 3
Kepedulian Peserta mampu Peserta dapat: Wawasan dan Skill (1):  Cerama 2 x 45  Abdullahi Ahmad An-  Tes Tertulis
sosial memahami, dan 1. Merumuskan Hak Asasi Manusia dan h menit Naim, Dekonstruksi  Inventori
mengimplemen makna HAM dan Advokasi Kaum Dhuafa bervari Syariah: Wacana  Observasi
Dhuafa dalam asi Kebebasan Sipil, Hak
tasikan HAM
Islam  Pengertian Hak Asasi  Diskusi Asasi Manusia, dan
dan advokasi 2. Peserta mampu Hubungan Internasional
Manusia.
untuk kaum merancang  Pandangan Islam dalam Islam,terj.,
dhuafa strategi dan tentang hak asasi (Yogyakarta: LKIS, 1997)
langkah-langkah manusia  Moeslim Abdurrahman,
penegakan HAM  Kontroversi Hak Asasi Islam yang Memihak,
& advokasi Manusia di kalangan Yogyakarta: LKIS, 2005.
untuk kaum Muslim.  Ali Syariati, Pemimpin
dhuafa.  Pelaksanaan Hak Asasi Mustad’afin : Sejarah
3. Mengelola Manusia di dunia Islam Panjang Perjuangan
penegakan HAM  Pembelaan dan Melawan Penindasan
dan advokasi advokasi untuk kaum dan Kezaliman,terj
kaum dhuafa dhua’afa sebagai (Bandung : Mutahhari
dalam perwujudan Hak Asasi Paperbacks, 2001)
pengalaman Manusia
nyata
Mencontoh Peserta mampu Peserta dapat: Wawasan dan Skill (2):  Ceramah 2 x 45  M.A., Shaban, Islam ic  Tes
Strategi Politik memahami 1. Memaknai Politik Nabi Muhammad  Diskusi menit History A.D. 600 – 750 Tertulis
Nabi langkah atau Hijrah sebagai SAW A.H. 130) : A New
Muhammad strategi politik sebuah strategi Interpretation.
SAW Nabi politik.  Hakikat Hijrah Diterjemahkan oleh
Muhammad 2. Mengambil  Persaudaraan kaum Machnun Husein dengan
SAW dan hikmah dari Muhajirin dan Anshar judul Sejarah Islam dari
menjadikannya persaudaraan  Piagam Madinah Tahun 600 – 750 Jakarta:
landasannya kaum muhajirin Raja Grafindo Persada,
dalam berpolitik dan anshar 1993
sebagai sebuah  Ma’ruf, Anas. Sejarah
strategi politik Ringkas Islam Sejak
3. Memahami Kelahirannya sampai
pentingnya Perkembangannya Pada
legitimasi rakyat Pertengahan Pertama
terhadap Abad 20 Jakarta:
seorang Djambatan, 1994
pemimpin dan  Pulungan, J. Suyuthi.
Kelebihan dari “Prinsip-prinsip
Piagam Madinah Pemerintahan dalam
sebagai sebuah Piagam Madinah Ditinjau
strategi politik dari Pandangan AL-
Qur’an”, Disertasi
Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah, 1993
LAMPIRAN
SILABUS PFP 1

STANDAR KOMPETENSI INDIKATOR MATERI POKOK STRATEGI ALOKA REFERENSI/ACU PENILAIA


KOMPETEN DASAR PEMBELAJ SI AN N
SI ARAN WAKTU
Penyelarasan Peserta dapat Peserta dapat: Sistem Perkaderan  Brainstormi 2 x 45  Sistem Perkaderan 
sistem mengelaborasikan 1. Merefleksikan SPM Muhammadiyah (SPM) ng menit Muhammadiyah
perkaderan secara integratif sebagai payung besar  Diskusi  Pedoman

yang perkaderan IPM


perkaderan di  Falsafah perkaderan Pelaksanaan
Muhammadiyah Muhammadiyah Perkaderan
terintegrasi dengan SPM. 2. Memproyeksikan secara Muhammadiyah
 Ultimate goal
adaptif desain umum perkaderan
perkaderan IPM dengan Muhammadiyah dan
SPM ortom

Pengkhidmatan Peserta Peserta dapat: Falsafah Perkaderan IPM  Workshop 2 x 45  Sistem Perkaderan  Tes
terhadap menghayati secara 1. Menguraikan makna secara menit Ikatan Pelajar Tertulis
hakikat, nilai mendalam hakikat utuh eksistensi manusia  Hakikat manusia Muhammadiyah  Observasi
2. Mengidentifikasi esensi  Hakikat perkaderan
serta spirit yang perkaderan
perkaderan sebagai usaha  Paradigma Perkaderan
dijunjung dalam sebagai aktualisasi pendidikan IPM
perkaderan humanisasi 3. Mengadopsi nilai-nilai
IPM melalui perjuangan yang dijunjung
pendidikan. IPM dalam merencanakan
perkaderan.
Desain Peserta meng- Peserta dapat : Kefasilitatoran  Ceramah 2 x 45  Active Learning  Tes
pelaksanaan implementasikan 1. Menguasai secara teoritik  Role play menit 101 cara belajar Tertulis
perkaderan yang prinsip teknik dasar menjadi  Pengantar dasar teknik siswa aktif  Observasi
menjunjung pembelajaran yang fasilitator fasilitator  Perencaan
nilai partisipatif bersifat mutual 2. Mendesain pengelolaan  Pengenalan Jobdesk Pembelajaran
learning dalam perkaderan yang Fasilitator mengembangkan
perkaderan. menggunakan pendekatan  Prinsip pengelolaan standar
partisipatif pelatihan partisipatif kompetensi guru
LAMPIRAN
SILABUS PFP 1

STANDAR KOMPETENSI INDIKATOR MATERI POKOK STRATEGI ALOKA REFERENSI/ACU PENILAIA


KOMPETEN DASAR PEMBELAJ SI AN N
SI ARAN WAKTU
3. Meng-implementasikan  Penerapan  Wiley, John and
strategi aktif pembelajaran pembelajaran dengan Sons. 2007. The
metode Profession and
aktif/partisipatif Practice of Adult
 Metode penyampai Education. USA:
dengan paedagogi dan Printed in the
andragogi United States of
America.

Pendataan dan Peserta Peserta dapat : teknik monitoring dan  drill 2 x 45  101 cara 
pengelolaan menerapkan 1. mengenal perangkat evaluasi  workshop pelatihan dan
monitoring dan proses monitoring monitoring dan evaluasi  pengenalan alat – alat pembelajaran
evaluasi yang dan evaluasi dalam 2. mengelola perangkat evaluasi aktif
sesuai standar pengelolaan monitoring dan evaluasi  pengolahan data hasil  Atau refernsi
managemen perkaderan sesuai dengan kebutuhan monitoring dan pendukung
pelatihan TM 1 dan TM 2 evaluasi lainnya.
 tindak lanjut
monitoring dan
evaluasi

Pendampingan Peserta dapat Peserta dapat : Teknik Pendampingan  Worksho 2 x 45  Pedoman 


pelatihan menerapkan 1. Mengetahui bentuk  Bentuk – bentuk p menit Pelaksaam
partisipatif yang pendampingan pendampingan dalam pendampingan  Drill Perkaderan
efisien dan dalam proses pelatihan partisipatif pelatihan partisipasi  roleplay Muhammadiyah
menjunjung pelatihan sesuai 2. Peserta dapat menerapan
tinggi nilai2 dengan kebutuhan pendampingan dalam
kekaderan rangka mengawal tujuan
pelatihan
LAMPIRAN
SILABUS PFP 1

STANDAR KOMPETENSI INDIKATOR MATERI POKOK STRATEGI ALOKA REFERENSI/ACU PENILAIA


KOMPETEN DASAR PEMBELAJ SI AN N
SI ARAN WAKTU
utama pelatihan kepada
peserta pelatihan
Pelaksanaan Peserta dapat Peserta dapat Teknik Rencana  Ceramah 2 x 45  Pedoman  Observ
perkaderan yang menentukan 1. Mengenal hakikat rencana Tindak Lanjut  Workshop menit Pelaksanaan asi
berkesinambun rencana tindak tindak lanjut  Pengenalan rencana Perkaderan
gan dan lanjut pelatihan 2. Mengenal unsur – unsur tindak lanjut Muhammadiyah.
berorientasi aksi perkaderan sesuai dalam menentukan  Pemahaman unsur –
solutif. dengan kebutuhan rencana tindak lanjut usur penentuan
hasil perkaderan 3. Menerapkan rencana rencana tindak lanjut
tindak lanjut yang paling
sesuai dengan keadaan
pelatihan dan berorientasi
pada tujuan besar pelatihan
TM 1 dan TM 2.
LAMPIRAN

SILABUS PFP 2

STANDAR KOMPETENSI INDIKATOR MATERI POKOK STRATEGI ALOKASI REFERENSI/AC PENILAIA


KOMPETEN DASAR PEMBELAJ WAKTU UAN N
SI ARAN
Menciptakan Peserta dapat Peserta dapat: Psikologi pendidikan  Brainstormi 2 x 45  Arina Restian, 
iklim mengonsepsikan 3. Memahami teori tentang ng menit Psikologi
pendidikan prinsip humanisasi psikologi pendidikan  Pengertian psikologi  Diskusi Pendidikan,
4. Mengabstraksikan fungsi pendidikan (Malang: UMM
yang dalam proses
psikologi sebagai ilmu  Urgensi psikologi untuk Press, 2015)
menjunjung pendidikan yang berperan Muhibbin Syah,
merefleksikan hakikat 
tinggi nilai-nilai membangun pendidikan pendidikan Psikologi
kemanusiaan 5. Merefleksikan pendidikan  Pemaknaan pendidikan Pendidikan,
sebagai upaya utuh sebagai proses (Jakarta: Rosda
manjaga hakikat manusia humanisasi Karya, 2013)
dalam pendidikan  Fungsi psikologi
pendidikan dalam
pengelolaan pelatihan
Kecakapan Peserta mampu Peserta dapat : Kefasilitatoran I  Workshop 2 x 45  Munir Chatib  Tes
sumber daya mendesain 4. Merumuskan penyusunan  Diskusi menit Gurunya Tertulis
fasilitator dalam penyiapan agenda dan perencanaan kegiatan  Teknik penyusunan manusia  Observasi
mendesain perkaderan secara perkaderan Renstra (Rencana dan  Abdul Majid,
perkaderan komprehensif 5. Mengonsepsikan metode strategi) dalam Perencanaan
secara holistic evaluasi perkaderan sebagai perkaderan Pembelajaran
bagian utuh perkaderan Remaja,
Rosdakarya,200
5)
 Freddy
Rangkuti,
SWOT Balanced
Scorecard Teknik
LAMPIRAN
Menyusun
Strategi Korporat
yang efektif plus
cara mengelola
kinerja dan
resiko.
 The Power
Appresiatif
Inquiry

Kecakapan Peserta mampu Peserta dapat Kefasilitatoran II  Diskusi 2 x 45  Abdul Majid,  Tes
mengalisa menganalisa 1. Peserta dapat  Menyusun Need  Ceramah menit Perencanaan Tertulis
pemetaan maeri permasalahn dan menerpakan Assement dengan pisau partisipatori Pembelajaran  Observasi
kebutuahan kebutuhan materi analisa s Mengembangkan
kedearahan berdasarkan analisa  Menyusun Assesment Standar
2. Menyusun hasil dengan mengunakan Kompetensi
analisa (assesment) pisau analisa Guru, 2005
dalam bentuk  Dr Mel
panduan pelatihan Silberman.
Active Learning
101 Cara Belajar
Siswa Aktif,
2006
 Dr Mel
Silberman. 101
Cara Pelatihan
dan Pembelajaran
Aktif, 2010

Pemahaman Peserta mampu Peserta dapat : Studi komparasi sistem  FGD 1 x 45  


strategi menganalisis 1. Memahami garis perkaderan OKP lain menit
perkaderan stratgi perkaderan haluan perkaderan
eksternal OKP lain sebagai OKP lain
LAMPIRAN
bekal wacana skill 2. Memahami  Studi umum isi sistem
perkaderan kebutuhan OKP lain perkaderan OKP (PII,
IPNU-IPPNU, dll)
 Penyusunan materi
berdasarkan local
wisdom.
Kecakapan Peserta mampu Peserta dapat Teknik Pendampingan  FGD 2 x 45  Kindervatter, s.  Observasi
sumber daya memantik cara 1. Menguasai metode  penguatan wacana  Brainstor menit 1997. Nonformal
fasilitator dalam berfikir analitis pemantik cara befikir perkaderan ming education as
proses sebagai bekal kritis dan analitis  Workshop Empowering
pendampingan pendampingan 2. Menguasai Process. (online)
dan penguatan perkaderan pndampingan kader (diakses 5 Juli
analisa TM 2 dan TM 3 2016)
perkaderan 
Kecakapan Peserta mampu Peserta dapat : Teknik Monev  FGD 2 x 45   Tes
fasiliator dalam memetakan follow 1. Memahai bagaimana (monitoring dan evaluasi)  Brainstormin menit Tertulis
melakukan up yang monitoring dengan kondisi pengelaolaan perkaderan g  Observasi
pendampingan berkesinambunga geografis yang jauh atau  Ceramah  Borang
dan n dan memiliki berbeda Partisipatoris Diskusi
pemnatauan peran serta di 2. Mampu memetakan
implementasi wilayahnya bagaimana monitoring dan
hasil pelatihan masing-masing evaluasi yang sesui dengan
keadaan wilayah masing-
masing
Kurikulum Praktis
Sekolah Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Kelas I
No Materi Pertemuan Alokasi waktu Referensi
1 Kontrak Belajar dan Sekolah 45 menit
Kader kelas II 1
2 Paradigma IPM 2 60 menit -
3 Tahsinul Qur’an 60 menit Terlampir
4 Small Group Discussion 60 menit -
(Paradigma IPM) 3
5 Tahsinul Qur’an 60 menit
6 PHIWM
4
7 Tahsinul Qur’an
8 Nilai Perjungan dan Profil 60 menit
Kader IPM 5
9 Tahsinul Qur’an 60 menit
10 Diskusi Nilai Perjuangan dan 60 menit
profil Kader IPM 6
11 Tahsinul Qur’an 60 menit
12 Mengenal Kebijakan 60 menit
Pendidikan 7
13 Tahsinul Qur’an 60 menit
14 Literasi dan Diksusi Literasi 8 60 menit
15 Tahsinul Qur’an 60 menit
16 IMTIHAN 9 90 menit

Kelas II

No Materi Pertemuan Alokasi Waktu Referensi


1 Kontrak Belajar dan 1 60 menit
Pengantar Sekolah Kader II
2 Kontruksi Paradigma dan 60 menit
gerakan IPM
2
3 Tahsinul Qur’an 60 menit
4 Small Group Discussion 60 menit
(Kontruksi Paradigma dan
3
gerakan IPM)
5 Tahsinul Qur’an 60 menit
6 MKCH 60 menit
4
7 Tahsinul Qur’an 60 menit
8 Diskusi MKCH 60 menit
5
9 Tahsinul Qur’an 60 menit
10 Pengenalan Filsafat 60 menit
6
11 Tahsinul Qur’an 60 menit
12 Falsafah Pendidikan Islam 60 menit
7
13 Tahsinul Qur’an 60 menit
14 Diskusi Falsafah Pendidikan 60 menit
Islam (Small Group
8
Discussion)
15 Tahsinul Qur’an 60 menit
16 IMTIHAN 9 90 menit

Kelas III

No Materi Pertemuan Alokasi Waktu Referensi


1 Kontrak Belajar dan 45 menit
1
Sekolah Kader kelas III
2 Tauhid Sosial 60 menit
2
3 Tahsinul Qur’an 60 menit
4 Diskusi Tauhid Sosial 60 menit
3
5 Tahsinul Qur’an 60 menit
6 SPI 60 menit
4
7 Tahsinul Qur’an 60 menit
8 Diksusi SPI I 60 menit
5
9 Tahsinul Qur’an 60 menit
10 Diksusi SPI II 60 menit
6
11 Tahsinul Qur’an 60 menit
12 Kajian Kontemporer 60 menit
7
13 Tahsinul Qur’an 60 menit
14 ANSOS dan Praktetk 120 menit
8
15 Tahsinul Qur’an 60 menit
16 IMTIHAN 9 90 menit

Kelas IV
No Materi Pertemuan Alokasi Waktu Referensi
1 Kontrak Belajar dan Sekolah
1 45 menit
Kader kelas III
2 Teori Apresiatif Inquiry
2
3 Tahfidz
4 360 menit
Praktek Apresiatif Inquiry 3
5
6 Kajian HPT
4
7 Tahfidz
8 Pembuatan Laporan Apresiatif 360 menit
5
9 Inquiry
10 Kajian HPT 60 menit
6
12 Tahfidz 60 menit
13 Kajian HPT 60 menit
7
14 Tahfidz 60 menit
15 Kajian HPT 60 menit
8
16 Tahfidz 60 menit
17 Kajian HPT 60 menit
9
18 Tahfidz 60 menit
19 IMTIHAN 10 120 menit
20 PENERIMAAN SYAHADAH
DRAFT ATURAN TEKNIS

TENTANG
FASILITATOR PIMPINAN DAERAH/WILAYAH
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

BAB I

Pasal 1
KETENTUAN UMUM

Dalam aturan teknis Fasiltator Ikatan Pelajar Muhammadiyah, yang dimaksud dengan :

1. Corps Fasilitator adalah Lembaga dibawah garis koordinasi bidang Perkaderan


Pimpinan (Daerah/Wilayah) Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang melaksanakan tugas
perkaderan berdasarkan Instruksi dari Bidang Perkaderan (Daerah/Wilayah) Ikatan
Pelajar Muhammadiyah .

2. Fasilitator adalah kader yang telah lulus dari pengkaderan formal pendukung yaitu
Pelatihan Fasilitator Pendampig I untuk Corp Fasilitator Daerah serta telah lulus
Pekaderan Formal Taruna Melati II, dan bagi Corps Fasilitator Wilayah telah
mengikuti PFP II dan dinyatakan lulus Taruna Melati III yang di adakan oleh Pimpinan
Daerah (untuk PFP I) serta Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (untuk
PFP II).

3. Bidang Perkaderan adalah Bidang yang melaksanakan fungsi pengkaderan formal,


formal pendukung dan non formal sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan Pelajar
Muhammadiyaserta membawai secara langsung Lembaga Corps Fasilitator.

4. Pimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pihak yang bertanggung jawab atas
kinerja dari Bidang Perkaderan dan Corps fasiliator Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, serta yang memegang koordinasi utama atas gerakan
perkaderan menurut levelnya masing-masing yaitu Daerah (Corps.Fasilitator Daerah I)
dan Wilayah (Corp Fasilitator Wilayah).

BAB II

Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJA

1. Lingkup Kerja Corps Failitator


a. Cops. Fasilitator Daerah adalah Pimpinan Daerah yang meliputi seluruh Cabang
Ikatan Pelajar Muhammadiyah se Kabupaten/Kota.
b. Corps. Fasilitator Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah meliputi
seluruh Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) se Provinsi.
2. Memiliki ranah kerja baik pengkaderan formal, formal pendukung dan pengkaderan
non formal di tingkat Daerah yaitu
a. Untuk Corps Fasilitator Daerah mencangkup semua Perkaderan Formal, Formal
Pendukung dan Non Formal yang berada di tingkat kecamatan kecuali TM II, TM
III dan PFP II
b. Untuk Corps Fasilitator Wilayah mencangkup semua perkaderan Formal,Formal
Pendukung dan Non Formal yang berada ditingkat Daerah.
3. Untuk Taruna Melati II dan PFP I hanya boleh dikerjakan oleh Pimpinan
Daerah/Pimpinan diatasnya atau Corps. Fasilitator tingkat Wilayah .(oleh bidang
perkaderan serta jajaran tingkat daerah yang memenuhi syarat sebagai fasilitator)
4. Untuk Taruna Melati III dan PFP II hanya boleh dikerjakan oleh Pimpinan
Wilayah/Pimpinan diatasnya.(oleh bidang perkaderan serta jajaran tingkat wilayah
yang memenuhi syarat sebagai fasilitator)
5. Jika di butuhkan Fasilitor dapat membantu proses pelatihan tingkat cabang/daerah
seperti Pelatihan Da’i Pelajar I (PDP I), Pelatihan Jurnalistik dan pelatihan lainnya
sesuai ranah kerja dari Fasilitator sendiri. (tingkat daerah/wilayah)

BAB III

Pasal 3
MASA JABATAN

1. Fasilitator memiliki masa Jabatan sama seperti masa jabatan Pimpinan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah yaitu 2 (dua) tahun.
2. Secara otomatis jabatan Fasilitator Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar
Muhammadiyah, purna dengan habisnya Jabatan Pimpinan DaerahWilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah tanpa melalui Musyawarah khusus maupun Surat
Keputusan dari Pimpinan Diatasnya.

BAB IV

Pasal 4
PENGISIAN JABATAN

1. Fasilitator berhak di pimpinan oleh Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang telah
lulus pengakaderan formal pendukung Pelatihan Fasilitator Pendamping I, Pelatihan
Kader Taruna Melati II untuk Corps Fasilitator Daerah dan telah lulus pengakaderan
formal pendukung Pelatihan Fasilitator Pendamping II, Pelatihan Kader Taruna
Melati III untuk Corps Fasilitator Wilayah.
2. Fasilitator tidak berhak di isi oleh Bidang Perkaderan Pimpina Daerah/Wilayah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum maupun
Bendahara Umum Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

BAB V

Pasal 5
STRUKTUR KEPEMIMPINAN

Dalam Corps Fasilitator Pimpinan Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah


di pimpin oleh satu orang koordinator, sekretaris koordinator dan Anggota yang
tidak bersifat limitatif.
BAB VI

Pasal 6
PEMBERHENTIAN JABATAN

1. Dalam hal ikhwal bidang Perkaderan melalui Musyawarah terbatas bersama


Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah dapat melakukan
pemberhentian Jabatan keanggotaan Fasilitator Pimpinan Daerah/Wilayah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah di karenakan hal hal tertentu.
2. Prosesi pemberhentian jabatan dapat melakukan somasi dari Pimpinan Daerah/
Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebanyak 3 (tiga) kali.
3. Manakala tidak di indahkan, melalaui Surat Keputusan dari Pimpinan
Daerah/Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah dapat dilakukan pemberhentian
jabatan.

BAB VII

Pasal 7
Penutup

Aturan teknis fasilitator ini mulai berlaku sejak Surat Keputusan ini di keluarkan oleh
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Aturan ini dapat di amandemen
berdasarkan musyawarah mufakat jika di perlukan.

Disahkan di Bali
Pada tanggal ...................................

Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

(..............................................)
KODE ETIK FASILITATOR

A. URGENSI KODE ETIK FASILITATOR

Urgensi akan keberadaan kode etik fasilitator merupakan hal yang menarik untuk
diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya peran fasilitator terhadap dunia
pelatihan yang pada umumnya mengedepankan etika dalam menjalankan aktivitas metode
pelatihan perkaderan. Hal ini kemudian direspon dengan cara merumuskan dan membuat kode
etik atau kode perilaku. Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen
formal yang tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu
mengarahkan perilaku peserta pelatihan dan metode pelatihan yang digunakan. Kode etik
fasilitator dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative dari suatu profesi fasilitator, sehingga
kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi fasilitator dan sekaligus
juga menjamin mutu moral profesi fasiliator itu dalam dunia pelatihan perkaderan di Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM).

Selanjutnya ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat. Beberapa alasan tersebut
adalah:

1. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim pelatihan sehingga profesi
fasilitator dapat berperilaku secara etis.

2. Kontrol etis diperlukan karena metode pelatihan dan boring – boring penilaian pelatihan
tidak cukup mampu mengarahkan proses pelatihan untuk mempertimbangkan hasil dalam
setiap proses pelatihan perkaderan.

3. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan profesi fasiliator
dan metode pelatihan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya pelatihan.

Rumusan Kode Etik Fasilitator

Kode Etik Fasilitator merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik fasilitator merupakan lanjutan
dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode
etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna. Dengan demikian kode etik fasilitator adalah sistem norma atau aturan yang ditulis
secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan
apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
fasilitator.

Suatu rumusan kode etik seharusnya merefleksikan standar moral universal. Standar moral
universal tersebut menurut Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) meliputi :

1. Trustworthiness, kepercayaan (meliputi honesty/kejujuran, integrity/ketulusan hati,


reliability/yang dipercaya, dan loyality).

2. Respect/penghormatan (meliputi perlindungan dan perhatian atas hak asasi manusia).

3. Responsibility/tanggungjawab (meliputi juga accountability/hal yang harus


dipertnggungjawabkan).

4. Fairness/kejujuran/keadilan/kewajaran (meliputi penghindaran dari sifat tidak memihak dan


mempromosikan persamaan).

5. Caring/perhatian/ketelitian/perawatan/perlindungan (meliputi misalnya penghindaran atas


tindakan-tindakan yang merugikan dan tidak perlu).
REKOMENDASI
KODE ETIK FASILITATOR
PEMBUKAAN

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, Fasilitator menghormati hak asasi setiap
Pelatihan yang sedang berlangsung, karena itu Fasilitator dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol
oleh penyelenggara pelatihan.

Atas dasar itu, Fasilitator menetapkan dan menaati Kode Etik Fasilitator:

BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
1) Senantiasa melihat peserta pelatihan sebagai sumber daya manusia yang penuh sifat-sifat
luhur/mulia;
2) Melihat, Memperhatikan dan Menilai potensi – potensi sumber daya manusia pelatihan, sehingga
sifat-sifat luhur tersebut muncul, tumbuh dan berkembang;

BAB II
FASILITATOR DAN PROFESI
Pasal 2

1) Membangun pemahaman peserta mengendali konsep pelatihan dan perkaderan partisipatif;


2) Membangun pemahaman peserta mengenai peran, tugas dan kode etik fasilitator;
3) Membangun pemahaman dan keterampilan dalam memfasilitasi kegiatan;

BAB III
FASILITATOR DAN PESERTA
Pasal 3

1) Menghormati martabat dan hak – hak serta memperlakukan peserta pelatihan secara adil dan
objektif;
2) Melindungi peserta pelatihan dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan, proses
belajar dan keamanan bagi peserta pelatihan;
3) Menjaga kerahasiaan peserta pelatihan kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan
kontrak belajar yang telah disepakati;
4) Menjaga hubungan professional dengan peserta pelatihan dari segala tindakan yang dapat
mengganggu perkembangan, proses belajar dan keamanan bagi peserta didik;
BAB IV
FASILITATOR DAN PENYELANGGARA PELATIHAN
Pasal 4
1) Membangun suasana kekeluargaan, soldaritas dan saling menghormati antara pofesi
penyelenggara pelatihan yang lain pada saat melaksanakan prosesi pelatihan;
2) Salin berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta saling memotivasi untuk
meningkatkan profesionalitas antar sesama penyelenggara pelatihan;
3) Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi sesama penyelenggara pelatihan;
4) Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik sesame penyelenggara pelatihan;

Ditetapkan di : ………
Pada tanggal : …………….

Bidang Perkaderan Pimpinan Pusat


Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ketua Umum, Wakil Ketua


Pimpinan Pusat Bidang Perkaderan,

Velandani Prakoso Rafika Rahmwati


NBA. ………… NBA…………….
REKOMENDASI
USULAN PERSYARATAN PEMBINA PIMPINAN RANTING
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
BAB I
NAMA DAN MAKSUD
Pasal 1
1) Pimpian Ranting IPM adalah Pimpinan IPM dalam ruang lingkup
Desa/Pesantren/Sekolah/Madrasah/pesantren baik tingkat SMP/Mts maupun SMA/MA.
2) Pembina IPM Ranting merupakan pendamping yang dimaksudkan untuk membina dan
mendampingi Pimpinan Ranting IPM;
3) Pembina IPM memiliki peran dan kedudukan yang sama dengan Pembina ORTOM lain dalam
ruang lingkup sekolah/desa/panti asuhan/pondok pesantren.

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2

1) Memberikan arahan kepada Pimpinan Ranting IPM aktif dalam menyelesaikan amanahnya
2) Bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Ranting IPM
4) Menjaga koordinasi dan keberjalanannya aktifitas organisasi PR IPM baik Vertikal persyarikatan
maupun vertikal ke-Rantingan
5) Mengusahakan fasilitas organisasi bagi PR IPM
6) Bertanggung jawab atas keaktifan PR IPM

BAB III
PERSYARATAN PEMBINA IPM
Pasal 3

1) Berdasarkan ART pasal 11, Pembina IPM di Sekolah SMP/Mts dan atau SMA/MA adalah Kepala
Sekolah atau orang yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah
2) Pembina Ranting IPM Non Sekolah adalah Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau Ketua panti
asuhan.
3) Apabila kepala sekolah/ketua panti/PRM yang dimaksud tidak bersedia, maka Pembina IPM yang
dimandatkan harus mendapatkan Rekomendasi dari Pimpinan Ranting Muhamadiyah setempat
dan secara ex – officio masuk dalam bagian Pimpinan Ranting Muhammadiyah
4) Dalam menunjuk Pembina IPM di luar struktur persyarikatan, kepala sekolah harus melibatkan
Bidang Umum Pimpinan Ranting IPM.
5) Pembina Ranting IPM merupakan Alumni IPM atau bagian dari AMM.
BAB IV
SANKSI
1) Apabila Pembina yang telah ditunjuk terbukti menyalahgunakan wewenang dan dengan sengaja
tidak menunaikan amanahnya, atau hilang keerpihakannya dengan IPM, maka PR IPM setempat
berhak mengajukan pergantian dengan disertai bukti – bukti yang jelas.

BAB V
PENUTUP
Demikian aturan ini di buat, apaida ada ketentuan yang elum termaktub dalam aturan ini akan ditinjau
ulang oleh Pimpinan Pusat IPM

Ditetapkan di : ………
Pada tanggal : …………….

Bidang Perkaderan Pimpinan Pusat


Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ketua Umum, Wakil Ketua


Pimpinan Pusat Bidang Perkaderan,

Velandani Prakoso Rafika Rahmwati


NBA. ………… NBA…………….

Anda mungkin juga menyukai