Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020

PERBEDAAN LAJU RESPIRASI PADA BELALANG ( Oxya Serville ) DAN


JANGKRIK (Archeta Domesticus) SETELAH PENAMBAHAN INSEKTISIDA

DIFFERENCES IN RESPIRATION RATES IN GRASSHOPPERS ( Oxya serville ) AND


CRICKETS (Archeta domesticus) AFTER THE ADDITION OF INSECTICIDES

Putri Melisa1, Aufa Rindu Purnama2, Sri Rahayu3, Elvi Lisdayani4, Sri Jayanthi5
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Samudra.
Jalan Kampus Meurandeh, Langsa 24416, Aceh.
Email: putrimelisa688@gmail.com

ABSTRAK
Laju metabolisme umumnya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang disantap
dengan persatuan waktu. Belalang merupakan serangga herbivor yang tercantum dalam Ordo
Orthoptera dengan jumlah spesies 20.000. belalang bisa ditemui nyaris di seluruh ekosistem
terestrial. Jangkrik terkategori serangga yang dalam kehidupannya hadapi metamorfosis tidak
sempurna. Insektisida merupakan salah satu tipe pestisida tidak hanya tipe fungisida,
rodentisida, herbisida, bakterisida, akorisida lamprisida serta lain- lain. Tujuan dari penelitian
ini yaitu mengetahui laju respirasi pada Belalang (Oxya serville) dan Jangkrik (Archeta
domesticus) sebelum dan sesudah penambahan insektisida. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan (ditambah insektisida dan tidak ditambah
insektisida) dan 3 ulangan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa berat tubuh pada hewan uji
sangat mempengaruhi laju respirasi dari hewan tersebut, semakin berat tubuh suatu organisme,
maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan Pemberian insektisida dapat
mempengaruhi laju repirasi hewan, karena insektisida dapat meghambat proses respirasi sel.

Kata Kunci : Belalang, jangkrik, laju respirasi

ABSTRACT
Metabolic rate is generally estimated by measuring the amount of oxygen consumed per unit
time. Grasshoppers are herbivorous insects listed in the Order Orthoptera with 20,000 species.
grasshoppers can be found in almost all terrestrial ecosystems. Crickets are categorized as
insects that in their lives face imperfect metamorphosis. Insecticides are one type of pesticide,
not only fungicides, rodenticides, herbicides, bactericides, lampricides acoricides and others.
The purpose of this study was to determine the respiration rate of grasshoppers (Oxya serville)
and crickets (Archeta domesticus) before and after the addition of insecticides. This study used
a completely randomized design with two treatments (plus insecticide and no insecticide
added) and 3 replications. From the results of the study, it was found that the body weight of
the test animals greatly affects the respiration rate of the animal, the heavier the body of an
organism, the more oxygen is needed and the administration of insecticides can affect the
respiratory rate of animals, because insecticides can inhibit the process of cellular respiration.

Keywords : Grasshoppers, crickets, respiration rate

450
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
PENDAHULUAN tipe tanah, proteksi dari musuh-musuh
Laju metabolisme berkaitan erat eksternal dan struktur vegetasi.
dengan pernafasan (pernapasan) sebab Jangkrik ialah serangga yang
pernapasan ialah proses pembuatan tenaga mempergunakan suara (gelombang bunyi)
dari molekul santapan lingkungan yag selaku sarana komunikasi diantara sesama
tergantung pada terdapatnya oksigen jangkrik. Gelombang suara jangkrik
(Tobin, 2005), laju metabolisme umumnya mempunyai rentang di atas frekuensi
diperkirakan dengan mengukur banyaknya gelombang bunyi manusia. Jangkrik
oksigen yang disantap dengan persatuan terkategori serangga yang dalam
waktu. perihal ini membolehkan sebab kehidupannya hadapi metamorfosis tidak
oksidasi dari bahan santapan membutuhkan sempurna. Kehidupannya diawali dari fase
oksigen buat menciptakan tenaga yang bisa telur, setelah itu menetas jadi nimfa
dikenal jumlahnya. (Suharsono, 2018) (serangga muda), melewati sebagian kali
Belalang merupakan serangga stadium instar terlebih dulu saat sebelum
herbivor yang tercantum dalam Ordo jadi imago (serangga berusia) yang
Orthoptera dengan jumlah spesies 20.000. diisyarati dengan terjadinya 2 pasang sayap
belalang bisa ditemui nyaris di seluruh (Hasegawa serta Kubo, 1996 )
ekosistem terestrial. Sebagian besar spesies Insektisida merupakan salah satu
belalang terletak di ekosistem hutan. tipe pestisida tidak hanya tipe fungisida,
Mereka makan nyaris setiap tumbuhan rodentisida, herbisida, bakterisida,
yang liar maupun yang dibudidayakan akorisida, lamprisida serta lain- lain.
(Prakoso, 2017). Sebagian hasil riset Baldi insektisida bisa dibedakan atas toksin
dan Kisbenedek (1997) menampilkan kalau pernafasan (Fumigants), toksin kontak serta
kenaekaragaman belalang lebih normal toksin perut. fumigants digunakan buat
pada ekosistem yang tidak tersendat. Saha menewaskan serangga tanpa wajib
et al., (2011) menambahkan kalau mencermati wujud mulutnya. insektisida
keanekaragaman dan kelimpahan spesies ini berupa gas. bersumber pada metode
(Acrididae: Ordo Orthoptera) di ekosistem kerja insektisida dibagi jadi 5 kelompok
yang tidak tersendat lebih tinggi dibanding ialah mengusik sistem saraf, membatasi
ekosistem yang tersendat.). Keragaman penciptaan tenaga pengaruhi sistem
belalang dipengaruhi oleh faktor- faktor endokrin, membatasi penciptaan kutikula,
ekologis antara lain merupakan pola curah serta membatasi penyeimbang air (Sigit
hujan, suhu suasana, kelembaban relatif, serta hadi, 2006). salah satu proses fisiologi
tubuh serangga menggunakan proses

451
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
respirasi untuk mendapatkan suplai energi kantong plastic, kapas, kandang jangkrik
dengan mengambil oksigen dari udara luar dan belalang, cawan petri, stopwatch,
(Jannatan dkk, 2013) peristiwa resistensi pinset, sendok dan satu set respirometer
terhadap insektisida diduga akan berkaitan dengan pipa berskala. Bahan yang
dengan proses serapan energi dari respirasi. digunakan adalah Vaselin, eosin, jangkrik,
Penelitian ini bertujuan untuk belalang, Kristal KOH/NaOH, tisu dan
mengetahui laju respirasi pada Belalang Pestisida (jenis Matarin 50 EC) yang
(Oxya serville) dan Jangkrik (Archeta mengandung sipermetrin, deltametrin,
domesticus) sebelum dan sesudah daiazenon, dan karbofuranyang dapat
penambahan insektisida (jenis Baygon cair meracuni jangkrik dan belalang.
2,0 AL) yang mengandung imiprothrin :
0,50g/l, pralethrin : 0,50g/l, Sipermetrin : Perlakuan Hewan Uji
1,00g/l. Belalang (Oxya servile) dan
jangkrik (Acheta domesticus) diambil
METODE PENELITIAN masing masing lima ekor dari kedua stain.
Penelitian ini dilakukan di Belalang dan jangkrik ditimbang dengan
laboratorium lanjuta Universitas Samudra neraca digital dan dilakukan pengukuran
alamatnya di jln. Prof. Dr. Syarif Thayeb, laju respirasi. Untuuk perlakuan ditambah
kecamatan langsa lama. Kota Langsa. insektisida, insektisida dilarutkan dengan
Dilakukan selama satu hari. eosin menjadi konsentrasi subletal, yaitu
Penelitian ini menggunakan 10% dari konsentrasi insektisida dalam
rancangan acak lengkap dengan dua kemasan. Insektisida dituangkan ke dalam
perlakuan (ditambah insektisida dan tidak cawan petri sebanyank 1 ml lalu digoyang
ditambah insektisida) dan 3 ulangan, goyangkan agar merata ke seluruh
Menurut Steel dan Torrie (1990) setiap permukaan cawan petri dan dikering
percobaan sangat penting menentukan anginkan, jangkrik dan belalang
ulangan yang menentukan besarnya ditambahkan insektisida selama 3 menit
ketetapn yang diperlukan. Tidak harus didalam cawan petri kemudian dikeluarkan
menggunakan 10 kali ulangan jika 3 dan diukur laju respirasinya. Volume
ulangan saja dapat menentukan besaran insektisida dan lama perbedaan ditentukan
ulangannya. Jenis resisten yang digunakan melalui uji pendahuluan.
adalah jangkrik (Acheta domesticus) dan
belalang (Oxya servile). Alat yang
digunakan diantaranya timbangan digital,

452
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
Pengukuran Laju Respirasi jangkrik yang digunakan dengan
Pengukuran laju respirasi dilakukan menggunakan timbangan digital, kemudian
untuk melihat konsumsi oksigen dari hewan tabung Respirometer dimasukkan
yang diuji dengan menggunakan KOH/NaOH yang telah dibalut kapas.
respirometer dengan pipa berskala. Seterusnya memasukkan serangga
Pengukuran respirometer mengacu pada (belalang dan jangkrik ke dalam tabung
haris (1985). Pengamatan laju respirasi respirometer secara bergantian. Diberikan
belalang dan jangkrik dilakukan hingga vaselin pada sekitar lubang tutup tabung
semua perlakuan dan ulangan telah respirometer agar udara yang diluar tidak
terlesaikan semua. masuk dan udara didalam tidak keluar.
Kemudian menyuntikkan eosin pada pipa
Analisis Data yang berskala 0-0.9 ml hingga posisi eosin
Laju respirasi belalang dan jangkrik 0 ml. Setelah eosin dimasukkan segera
dihitung dengan rumus: dihidupkan stopwatch lalu perhatikan laju
Skala akhir - skala awal manometer (ml) eosin. Selanjutnya mencatat data nama
Berat badan (g) x waktu (dt) (Haris, 1985) tentang organisme, berat dan oksigen yang
Data yang didapat didapatkan dan dianalisis diperlukan dalam menit. Mencatat
menggunakan analisis varian (ANOVA), perkembangan oksigen yang diperlukan
jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang setiap perubahan setiap tiga menit. Setiap
berbeda nyata, dilanjutkan dengan menguji selesai pencatatan satu organisme eosin
jarak Berganda Duncan (Duncan New Mu dibersihkan. Selanjurnya diulang hingga
ltiple Range test). Untuk mengetahui setiap ulangan dan perlakuan selesai
perbedaan antara laju respirasi belalang dilakukan, terakhir membersihkan
dengan jangkrik tanpa ditambahkan laboratorium dan alat yang digunakan pada
insektisida di uji dengan menggunakan Uji saat melakukan kerja.
T independen. Data dianalisis secara
manual. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Langkah Kerja Berdasarkan penelitian yang
Disiapkan alat dan bahan yang dilakukan didapatkan data hasil penelitian
digunakan dalam praktikum, selanjutnya sebagai berikut:
memilih jangkrik dan belalang, selanjutnya
menimbang perekor berat belalang dan

453
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
Tabel 1. Jangkrik tanpa insektisida
Berat 1 menit 1 1 menit 2 1 menit 3 Vol Rata-rata
0,016 0,11 0,09 0,06 0,25 0,083
0,017 0,15 0,13 0,10 0,38 0,126
0,015 0,13 0,11 0,08 0,32 0,106

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa jangkrik 0,17 dengan rata-rata 0,126 dan
laju respirasi jangkrik tanpa insektisida volumenya yaitu 0,38.
nilai yang tertinggi yaitu pada berat

Tabel 2. Jangkrik dengan insektisida


Berat 1 menit 1 1 menit 2 1 menit 3 Vol Rata-rata
0,016 0,08 0,06 0,05 0,19 0,063
0,017 0,10 0,09 0,07 0,26 0,086
0,015 0,07 0,05 0,04 0,16 0,053

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa berat jangkrik 0,17 dengan rata-rata 0,086
laju respirasi jangkrik dengan penambahan dan volumenya yaitu 0,26 .
insektisida nilai yang tertinggi yaitu pada

Tabel 3. Belalang tanpa insektisida


Berat 1 menit 1 1 menit 2 1 menit 3 Vol Rata-rata
0,010 0,10 0,08 0,07 0,25 0,083
0,011 0,12 0,08 0,07 0,27 0,09
0,018 0,15 0,11 0,10 0,36 0,12

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa belalang 0,10 dengan rata-rata 0,083 dan
laju respirasi belalang tanpa insektisida volumenya yaitu 0,25.
nilai yang tertinggi yaitu pada berat

454
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
Tabel 4. Belalang dengan insektisida
Berat 1 menit 1 1 menit 2 1 menit 3 Vol Rata-rata
0,010 0,07 0,04 0,03 0,14 0,046
0,011 0,07 0,05 0,03 0,15 0,05
0,018 0,09 0,07 0,04 0,20 0,066

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa berat belalang 0,18 dengan rata-rata 0,066
laju respirasi belalang dengan penambahan dan volumenya yaitu 0,20.
insektisida nilai yang tertinggi yaitu pada

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas tertinggi yaitu pada berat jangkrik 0,17
Berdasarkan hasil perhitungan yang dengan rata-rata 0,086 dan volumenya yaitu
dilakukan pada data di atas diperoleh 0,26. Laju respirasi belalang tanpa
bahwa nilai pada F hitung lebih kecil dari insektisida nilai yang tertinggi yaitu pada
nilai tabel, dimana nilai yang diperoleh berat belalang 0,10 dengan rata-rata 0,083
yaitu 5,038 ˂ 19,00. Maka disimpulkan dan volumenya yaitu 0,25. dan laju
bahwa ke dua kelompok data tersebut respirasi belalang dengan penambahan
memiliki varians yang homogen. insektisida nilai yang tertinggi yaitu pada
Sedangkan hasil uji normalitas diperoleh berat belalang 0,18 dengan rata-rata 0,066
bahwa nilai X hitungnya lebih kecil dari dan volumenya 0,20. Dari hasil diatas dapat
nilai X tabel, dimana nilai yang diperoleh diambil kesimpulan bahwa berat dan
yaitu 6,832 ˂ 11,3, maka disimpulkan pemberian insektisida pada hewan uji
bahwa ke dua kelompok data tersebut sangat mempengaruhi laju respirasi pada
berdistribusi normal. hewan uji belalang dan jangkrik tersebut.
Dimana makin berat bobot dari hewan
Pembahasan maka makin tinggi laju repirasi pada hewan
Berdasarkan hasil penelitian yang tersebut, dan dengan adanya permberian
dilakukan didapatkan hasil bahwa laju insektisida maka laju respirasi pada hewan
respirasi jangkrik tanpa insektisida nilai uji mengalami penurunan.
yang tertinggi yaitu pada berat jangkrik Hasil dari laju respirasi pemberian
0,17 dengan rata-rata 0,126 dan volumenya insektisida terhadap insekta belalang dan
yaitu 0,38. Dan laju respirasi pada jangkrik jangkrik, bahwa pemberian insektisida pada
dengan penambahan insektisida nilai yang belalang dan jangkrik mempengaruhi laju

455
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
respirasi dari kedua hewan insekta tersebut, kebutuhan energinya, sehingga pernafasan
dimana pemberian insektisida semakin cepat. (Wiraatnaja, 2016).
menyebabkan rata-rata laju respirasi
cenderung lebih rendah dibandingan KESIMPULAN
dengan insekta tanpa diberi insektisida. Berdasarkan penelitian yang telah
Menurut subagyo (2005) konsentrasi dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
insektisida dan lama pemberian insektisida berat tubuh pada hewan uji sangat
sangat berpengaruh terhadap serangga. mempengaruhi laju respirasi dari hewan
Pemberian konsentrasi insektisida akan tersebut, semakin berat tubuh suatu
meningkatkan toksisitas terhadap serangga. organisme, maka semakin banyak oksigen
Insektisida menghambat proses respirasi yang dibutuhkan dan semakin cepat proses
sel, yaitu menghambat fungsi enzim respirasinya dan keperluan oksigen
sitokrom C oksidase pada rantai transpor semakin banyak. Pemberian insektisida
elektron dalam mitokondria yang dapat mempengaruhi laju repirasi hewan,
mengakibatkan terjadinya fosforilase karena insektisida dapat meghambat proses
oksidatif dan mengurangi produksi ATP. respirasi sel, yaitu menghambat fungsi
Penghambatan ATP mengakibatkan sel enzim sitokrom C oksidase pada rantai
kekurangan energi sehingga proses dalam transpor elektron dalam mitokondria yang
sel terhambat, terjadi kerusakan jaringan mengakibatkan terjadinya fosforilase
dan organisme yang keracunan (Raini, oksidatif dan mengurangi produksi ATP.
2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi
respirasi diantaranya yaitu, berat tubuh : SARAN
semakin berat tubuh suatu organisme, maka Penelitian ini perlu dilanjutkan
semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dengan menjadikan beberapa hal sebagai
dan semakin cepat proses respirasinya. bahan pertimbangan, peneliti
Ukuran tubuh: semakin besar ukuran tubuh merekomendasikan bahwa jenis hewan
maka keperluan oksigen semakin banyak. dapat diganti dengan jenis hewan yang lain
Kadar O2: bila kadar oksigen rendah maka namun harus sesuai dengan alat
frekuensi respirasi akan meningkat sebagai respirometer.
kompensasi untuk meningkatkan
pengambilan oksigen. Aktivitas: makhluk DAFTAR PUSTAKA
Prakoso, Bagas. 2017. Biodiversitas
hidup yang melakukan aktivitas
Belalang (Acrididae: Ordo
memerlukan energi. Jadi semakin tinggi Orthoptera) Pada Agroekosistem
aktivitasnya, maka semakin banyak (Zea mays I) dan Ekosistem Hutan

456
Jurnal Jeumpa, 7 (2) Juli –Desember 2020
Tanaman di Kebun Raya Baturaden,
Banyumas. Jurnal Biosfera. 34(2):
80-88.
Raini, M. 2007. Toksilogi Pestisida dan
Penangan Akibat Keracunan
Pestisida. Litbang Kesehatan, 17(3):
10-19.
Semiun, C, G., Y.I. Mamulak. 2019.
Keanekaragaman Jenis Belalang
(Ordo Orthoptera) di Pertanian
Kacang Hijau (Vigna Radiata) Desa
Manusak Kabupaten Kupang. Jurnal
Stigma. 12(2) : 66-70.
Subagyo, I., D.T. Boewono dan S. Iravati.
2005. Efektivitas Produk Insektisida
Cair Sebagai Kapur Terhadap
Blattela germanica dan Periplaneta
americana di Laboratorium.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Suharso. L, Badriah. D, Ramdan. 2018.
Perbedaan Jumlah Konsumsi
Oksigen (O2) Pada Respirasi
Berbagai Hewan Invertebrata kelas
Insekta. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. 18(2).
Widiyanigrum. P. 2009. Pertumbuhan Tiga
Spesies Jangkrik Lokal yang
Dibutuhkan Pada Padat Penebaran
dan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal Berk
Penel Hayati. 14: 173-177.
Wiraatnaja, I Wayan. 2016. Respirasi dan
Fotorespirasi. Fakultas Pertanian.
Universitas Udayana. Denpasar Bali.

457

Anda mungkin juga menyukai