SOSMAR
SOSMAR
Oleh:
2020
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan ingin dicapai yaitu agar audience menjadi tahu bahwa ada kebiasaan baru yaitu
menumpuk piring di tengah setelah selesai makan. Selain itu, munculnya kesadaran dari para
audience bahwa menumpuk piring di tengah setelah selesai makan dapat meringankan pekerjaan
pramusaji. Serta, audience melakukan kebiasaan baru yaitu menumpuk piring di tengah setelah
selesai makan untuk membantu meringankan pekerjaan pramusaji.
1.3 Fokus
Bertolak dari latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, fokus pada pemasaran
sosial ini adalah menumbuhkan kebiasaan menumpuk piring makan di tengah setiap selesai
makan di tempat makan.
1. Analisa Situasi
Makan di luar rumah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, karena dianggap mudah dan
praktis sehingga kita tidak perlu masak dan mencuci piring. Membereskan piring setelah makan
juga sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan orang tua kita sejak kecil. Hal itu terdengar mudah
untuk dilakukan, namun sulit untuk dilaksanakan. Begitu juga saat makan diluar rumah, masih
banyak orang yang menganggap membereskan piring adalah tugas seorang pramusaji. Akan
tetapi, tanpa disadari kebiasaan membereskan piring bisa membantu menularkan energi positif
yang membuat pramusaji senang dan dapat mengerjakan pekerjaan lainnya dengan cepat. Selain
itu, hal tersebut juga dapat membuat orang lain lebih cepat untuk mendapatkan meja.
SWOT
A. Strength
1. Pelayanan menjadi lebih cepat dan efisien
2. Tempat makan menjadi rapid an bersih
B. Weakness
1. Tidak semua pelanggan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kebiasaan
#TumpukdiTengah
C. Opportunity
1. Sudah banyak restoran cepat saji yang menerapkan budaya #TumpukdiTengah
seperti KFC, yaitu kampanye “Beberes Sendiri”.
2. Sudah banyak orang yang membagikan campaign ini
3. Latar belakang pelanggan yang memiliki kebiasaan beberes dalam kesehariannya
D. Threat
1. Kurangnya kesadaran masyarakat
2. Masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa kebiasaan #TumpukdiTengah
bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan hal tersebut merupakan bentuk
tanggung jawab pelayan restoran terhadap pelanggan.
3. Adanya anggapan bahwa budaya membereskan piring itu aneh.
4. Tidak semua restoran setuju dengan budaya #TumpukdiTengah
Social Campaign tersebut pernah dilakukan sebelumnya oleh restoran ayam cepat saji,
yaitu KFC. “Kebiasaan yang baik itu harus dimulai dari yang paling kecil. Kita mulai sekarang,
kita mulai dari diri sendiri! Seperti yang kalian ketahui, kalo kebersihan itu sebagian dari iman.
Ayo, mulai bersihkan nampan makan-mu sehabis makan! Kalo enggak sekarang, kapan lagi?”
Kalimat tersebut merupakan himbauan yang diunggah ke akun Instagram KFC Indonesia
pada Minggu 13 Januari 2019. Dalam panggilan tersebut terlihat jelas bahwa mereka meminta
pelanggannya untuk memersihkannya nampan bekasnya.
Sebelum ada desas-desus tentang budaya bersih-bersih tersebut, orang Indonesia sangat
menyukai gerakan tumpuk di tengah pada tahun 2017 silam. Dalam berjalannya
perkembangannya zaman, campaign ini besar harapannya mewabah di tempat kumpulnya para
anak muda seperti café.
3. Target Adopter
C. Psikografi:
1. Rapi
2. Cinta kebersihan
3. Easy Going
4. Menyukai hal yang praktis
5. Disiplin
D. Behavioral:
1. Suka makan di kafe, restoran, atau warung makan pinggir jalan
2. Suka berkumpul
3. Suka melakukan hal-hal baru
STAKEHOLDER
Pengelompokan stakeholder dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu stakeholder utama
dan stakeholder pendukung.
1. Stakeholder Utama
a) Pengunjung atau Wisatawan
Peran pengunjung sebagai target utama dari kampanye ini adalah ketika mereka setelah
selesai makan, tidak lupa untuk menerapkan #tumpukditengah ini. Dari ramainya
pengunjung yang berdatangan, tidak luput tentunya mereka memperhatikan di meja
sebelah tampak rapih dan bersih setelah selesai makan. Dari hal tersebut, muncul lah
sikap imitasi yang terjadi untuk mempraktikan #tumpukditengah
b) Mahasiswa Malang
Mahasiswa Malang tentunya tidak asing lagi dengan restoring Kedai Assalamualaikum
ini. Dengan terkadang mahasiswa makan di tempat tersebut, tentunya memberikan
kontribusi terhadap kampanye sosial yang dilakukan ini.
2. Stakeholder Pendukung
a) Komunitas Motor
Komunitas motor merupakan stakeholder pendukung karena datang secara ramai atau
berkelompok. Dan alasan dari mereka datang secara ramai tersebut dikarenakan kerap
kali mengadakan seperti kopdar, sunmori, atau pun night ride. Dari agenda tersebut
sering kali setelah selesai tentunya memilih suatu tempat untuk berkumpul atau nongkrog
bareng. Salah satunya adalah tempat makan atau restoran. Setelah selesai berkendara atau
jalan-jalan tentunya membutuhkan tenaga kembali dengan makan atau hanya dengan
minum saja. Oleh karena itu, komunitas membuat kampanye ini dapat berjalan lancar
serta menjadi stakeholder pendukung.
7P
1. Product : Sebuah video campaign yang mengajak kita melakukan kebiasaan baru yaitu
menumpuk piring yang telah digunakan di tengah meja untuk membantu meringankan pekerjaan
pramusaji.
2. Price : Free karena effort masyarakat dalam melakukan kebiasaan baru menumpuk piring di
tengah.
6. Process :
1. Kognitif: Audience menjadi tahu bahwa ada kebiasaan baru yaitu menumpuk piring di
tengah setelah selesai makan.
2. Afektif: Munculnya kesadaran dari para audience bahwa menumpuk piring di tengah
setelah selesai makan dapat meringankan pekerjaan pramusaji.
7. Physical Evidence : Pada akhir bulan April 2019, telah banyak netizen yang ikut mengunggah
foto bukti mereka melakukan gerakan positif ini. Gerakan ini pun meluas hingga sosial media
lainnya seperti Youtube, dengan mempopulerkan #TumpukdiTengah
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., & Permana, D. (2017). Prosedur Standar Operasional Pelayanan Dinner Di. Jurnal
Kajian Ilmiah Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, 120.
Budiman, B., & Hardjana, A. (2019). ANALISA PESAN VISUAL EFFECT VIDEO "TUMPUK
DI TENGAH”. Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Media Baru, 34.
Primastika, W. (2019). Dukungan & Gerutuan ke KFC: Makan Sendiri, Beres Beres pun Sendiri.
Jakarta: tirto.id.