Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN #Tumpukditengah SEBAGAI UPAYA MERINGANKAN

PEKERJAAN PRAMUSAJI DALAM PERILAKU ETIKA SETELAH


MAKAN

Oleh:

Yollanda Hulfana Putri (201810040311201)

Sanggo Leo Wula Setiawan (201810040311347)

M. Hafizd Baguna (201810040311316)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan seorang karyawan layanan memanglah sulit. Tidak hanya harus melayani para
tamu dalam menyiapkan makanan, tetapi juga harus meletakkan sisa piring di gelas setelah para
tamu selesai makan. Tidak hanya lelah secara fisik, tetapi juga secara emosional. Di Indonesia,
pembeli sering dianggap sebagai raja. Meski begitu, tidak ada salahnya jika kita ingin melakukan
perubahan sederhana.
Ingin mengurangi pekerjaan pramusaji, Edward Suhadi bersama Ceritera.id membuat
ajakan positif untuk rutinitas setelah makan dalam sebuah video. Video ini diunggah pada
pertengahan November, semoga banyak orang yang melakukannya dan mengajak orang lain
untuk mengikuti kebiasaan baik ini. Dalam video tersebut, mereka mendesak pembeli untuk
meringankan beban orang-orang di sekitar mereka, termasuk para pramusaji. Dengan
#TumpakDiTengah, Anda dapat mengharapkan bahwa setiap selesai makan dan minum Anda
akan selalu diminta untuk menumpuk semua piring dan mangkuk yang sudah Anda habiskan.
(Primastika, 2019)
Makan di luar rumah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Hal ini karena dianggap
mudah dan praktis, sehingga kita tidak perlu masak dan mencuci piring. Membereskan piring
setelah makan pula sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan orang tua kita sejak kecil. Hal itu
terdengar mudah untuk dilakukan, namun sulit untuk dilaksanakan. Begitu juga saat makan
diluar rumah, masih banyak orang yang menganggap membereskan piring adalah tugas seorang
pramusaji. Akan tetapi, tanpa disadari kebiasaan membereskan piring bisa membantu
menularkan energi positif yang membuat pramusaji senang dan dapat mengerjakan pekerjaan
lainnya dengan cepat. Selain itu, hal tersebut juga dapat membuat orang lain lebih cepat untuk
mendapatkan meja. (Andriani & Permana, 2017)
Hadirnya ide kampanye sosial #TumpukDiTtengah yang pertama kali dimunculkan oleh
melalui video YouTube dan kemudian dilanjutkan di platform Instagram dengan nama akun
@tumpukditengah, menjadi angin segar bagi perusahaan di Indonesia untuk mengatasi masalah
sosial seperti ini. Ide unik, khususnya gerakan #TumpakDiTtengah dengan cara modern
menyampaikan melalui media sosial, begitu efektif saat ini karena data tersebut di atas adalah
kata jawaban untuk keresahan publik.
A. Deskripsi Singkat
#Tumpukditengah merupakan kampanye sosial dengan menumpuk piring, mangkuk, gelas,
dan sendok yang telah digunakan di tengah meja. Hal ini ditujukan kepada pengunjung restoran
atau tempat makan yang memesan makanan secara dine in atau makan di tempat. Dengan adanya
campaign ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kebiasaan baru
menumpuk piring di tengah dapat mengulur waktu dan mempermudah pramusaji dalam
membersihkan meja.
Gerakan ini dilakukan saat pembeli atau pelanggan selesai menghabiskan hidangan yang
dibeli, saat mereka ingin meninggalkan meja makan. Kampanye sosial ini dilakukan di tempat-
tempat makan seperti restoran, kafe, dan lainnya.
#Tumpukditengah adalah sebuah campaign yang dimulai dari rasa ingin meringankan
pekerjaan para pramusaji yang melayani di tempat-tempat makan, campaign ini mengajak teman-
teman untuk melakukan sebuah kebiasaan baru yaitu #TumpukdiTengah atau menumpuk piring
yang telah digunakan di tengah meja. Campaign ini bertujuan membantu pramusaji pada saat
membereskan meja agar pelayanan bisa lebih cepat, ringkas, dan efisien.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Saat berada di restoran atau kafetaria kita sering meninggalkan piring berserakan.
Kebanyakan orang Indonesia tidak terlalu repot membersihkannya. Mereka sering mengira
pelayan akan membersihkan meja yang kotor nanti. Tak hanya itu makanan yang tumpah di atas
meja terkadang jarang dibersihkan sehingga memuat pekerjaan pramusaji semakin erat.

1.2 Tujuan
Tujuan ingin dicapai yaitu agar audience menjadi tahu bahwa ada kebiasaan baru yaitu
menumpuk piring di tengah setelah selesai makan. Selain itu, munculnya kesadaran dari para
audience bahwa menumpuk piring di tengah setelah selesai makan dapat meringankan pekerjaan
pramusaji. Serta, audience melakukan kebiasaan baru yaitu menumpuk piring di tengah setelah
selesai makan untuk membantu meringankan pekerjaan pramusaji.

1.3 Fokus
Bertolak dari latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, fokus pada pemasaran
sosial ini adalah menumbuhkan kebiasaan menumpuk piring makan di tengah setiap selesai
makan di tempat makan.
1. Analisa Situasi
Makan di luar rumah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, karena dianggap mudah dan
praktis sehingga kita tidak perlu masak dan mencuci piring. Membereskan piring setelah makan
juga sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan orang tua kita sejak kecil. Hal itu terdengar mudah
untuk dilakukan, namun sulit untuk dilaksanakan. Begitu juga saat makan diluar rumah, masih
banyak orang yang menganggap membereskan piring adalah tugas seorang pramusaji. Akan
tetapi, tanpa disadari kebiasaan membereskan piring bisa membantu menularkan energi positif
yang membuat pramusaji senang dan dapat mengerjakan pekerjaan lainnya dengan cepat. Selain
itu, hal tersebut juga dapat membuat orang lain lebih cepat untuk mendapatkan meja.

SWOT
A. Strength 
1. Pelayanan menjadi lebih cepat dan efisien
2. Tempat makan menjadi rapid an bersih
B. Weakness
1. Tidak semua pelanggan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kebiasaan
#TumpukdiTengah 
C. Opportunity
1. Sudah banyak restoran cepat saji yang menerapkan budaya #TumpukdiTengah
seperti KFC, yaitu kampanye “Beberes Sendiri”.
2. Sudah banyak orang yang membagikan campaign ini
3. Latar belakang pelanggan yang memiliki kebiasaan beberes dalam kesehariannya
D. Threat
1. Kurangnya kesadaran masyarakat
2. Masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa kebiasaan #TumpukdiTengah
bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan hal tersebut merupakan bentuk
tanggung jawab pelayan restoran terhadap pelanggan.
3. Adanya anggapan bahwa budaya membereskan piring itu aneh.
4. Tidak semua restoran setuju dengan budaya #TumpukdiTengah

Social Campaign tersebut pernah dilakukan sebelumnya oleh restoran ayam cepat saji,
yaitu KFC. “Kebiasaan yang baik itu harus dimulai dari yang paling kecil. Kita mulai sekarang,
kita mulai dari diri sendiri! Seperti yang kalian ketahui, kalo kebersihan itu sebagian dari iman.
Ayo, mulai bersihkan nampan makan-mu sehabis makan! Kalo enggak sekarang, kapan lagi?”

Kalimat tersebut merupakan himbauan yang diunggah ke akun Instagram KFC Indonesia
pada Minggu 13 Januari 2019. Dalam panggilan tersebut terlihat jelas bahwa mereka meminta
pelanggannya untuk memersihkannya nampan bekasnya.

Di akun Faceook resminya KFC mengatakan sedang mempromosikan budaya kebersihan


karena budaya ini mulai menurun dari waktu ke waktu. Padahal sejak dini kita diajarkan untuk
selalu bersih-bersih setelah makan. Tentu saja undangan tersebut menimulkan kontroversi di
kolom komentar unduhan tersebut karena memersihkan piring sendiri di restoran merupakan hal
yang jarang terjadi di Indonesia. Pengguna internet memprotes bahwa mereka harus merogoh
kocek lebih dalam untuk menikmati makanannya. Mereka mengklaim Bahwa jumlah yang
mereka keluarkan termasuk pajak layanan. (Budiman & Hardjana, 2019)

Sebelum ada desas-desus tentang budaya bersih-bersih tersebut, orang Indonesia sangat
menyukai gerakan tumpuk di tengah pada tahun 2017 silam. Dalam berjalannya
perkembangannya zaman, campaign ini besar harapannya mewabah di tempat kumpulnya para
anak muda seperti café.

3. Target Adopter

A. Geografi: Urban (Perkotaan)


B. Demografi: 
1. Usia : 28-34th
2. Pekerjaan : Pegawai kantoran
3. Ekonomi : B- , B+
4. Gender : Laki-Laki dan Perempuan

C. Psikografi: 
1. Rapi
2. Cinta kebersihan
3. Easy Going
4. Menyukai hal yang praktis 
5. Disiplin

D. Behavioral:
1. Suka makan di kafe, restoran, atau warung makan pinggir jalan
2. Suka berkumpul
3. Suka melakukan hal-hal baru
STAKEHOLDER

Pengelompokan stakeholder dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu stakeholder utama
dan stakeholder pendukung.

1. Stakeholder Utama
a) Pengunjung atau Wisatawan
Peran pengunjung sebagai target utama dari kampanye ini adalah ketika mereka setelah
selesai makan, tidak lupa untuk menerapkan #tumpukditengah ini. Dari ramainya
pengunjung yang berdatangan, tidak luput tentunya mereka memperhatikan di meja
sebelah tampak rapih dan bersih setelah selesai makan. Dari hal tersebut, muncul lah
sikap imitasi yang terjadi untuk mempraktikan #tumpukditengah
b) Mahasiswa Malang
Mahasiswa Malang tentunya tidak asing lagi dengan restoring Kedai Assalamualaikum
ini. Dengan terkadang mahasiswa makan di tempat tersebut, tentunya memberikan
kontribusi terhadap kampanye sosial yang dilakukan ini.

2. Stakeholder Pendukung
a) Komunitas Motor
Komunitas motor merupakan stakeholder pendukung karena datang secara ramai atau
berkelompok. Dan alasan dari mereka datang secara ramai tersebut dikarenakan kerap
kali mengadakan seperti kopdar, sunmori, atau pun night ride. Dari agenda tersebut
sering kali setelah selesai tentunya memilih suatu tempat untuk berkumpul atau nongkrog
bareng. Salah satunya adalah tempat makan atau restoran. Setelah selesai berkendara atau
jalan-jalan tentunya membutuhkan tenaga kembali dengan makan atau hanya dengan
minum saja. Oleh karena itu, komunitas membuat kampanye ini dapat berjalan lancar
serta menjadi stakeholder pendukung.
7P

1. Product : Sebuah video campaign yang mengajak kita melakukan kebiasaan baru yaitu
menumpuk piring yang telah digunakan di tengah meja untuk membantu meringankan pekerjaan
pramusaji.

2. Price : Free karena effort masyarakat dalam melakukan kebiasaan baru menumpuk piring di
tengah.

3. People : Team ceritera_id, talent, dan pengisi VO campaign.

4. Place : Restoran, kafe, tempat - tempat makan.

5. Promotion : Media sosial yaitu Instagram

6. Process :

1. Kognitif: Audience menjadi tahu bahwa ada kebiasaan baru yaitu menumpuk piring di
tengah setelah selesai makan. 

2. Afektif: Munculnya kesadaran dari para audience bahwa menumpuk piring di tengah
setelah selesai makan dapat meringankan pekerjaan pramusaji.

3. Behavioral: Audience melakukan kebiasaan baru yaitu menumpuk piring di tengah


setelah selesai makan.

7. Physical Evidence : Pada akhir bulan April 2019, telah banyak netizen yang ikut mengunggah
foto bukti mereka melakukan gerakan positif ini. Gerakan ini pun meluas hingga sosial media
lainnya seperti Youtube, dengan mempopulerkan #TumpukdiTengah

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., & Permana, D. (2017). Prosedur Standar Operasional Pelayanan Dinner Di. Jurnal
Kajian Ilmiah Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, 120.

Budiman, B., & Hardjana, A. (2019). ANALISA PESAN VISUAL EFFECT VIDEO "TUMPUK
DI TENGAH”. Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Media Baru, 34.

Primastika, W. (2019). Dukungan & Gerutuan ke KFC: Makan Sendiri, Beres Beres pun Sendiri.
Jakarta: tirto.id.

Anda mungkin juga menyukai