Anda di halaman 1dari 3

Komitmen Mengelola Redaksi

Oleh:
Kusmayadi
Redaktur Halaman Utama Lombok Post
(Disampaikan dalam LJTD UKPKM MEDIA UNRAM Tahun 2021)

“Jurnalisme yang paling baik, seringkali muncul ketika ia menentang


manajemennya.” Bob Woodward, The Washington Post.

TAK ada struktur kerja yang ideal bagi organisasi media. Berapa besar sebaiknya jumlah staf
redaksi yang terdiri dari reporter, fotografer, editor, lay outer dan lainnya, tak ada aturan
baku.

Tidak ada kesepakatan terkait hal ini. Jumlah dan pola keredaksian selalu mengikuti dan
menyesuaikan dengan kebutuhan media itu sendiri. Hampir-hampir, tidak ada dua media
yang sama-sebangun dari segi keredaksian.

Tapi, apa pun itu, yang harus diingat, kerja tim yang apik dan kompak mutlak dibutuhkan.
Karena jika satu saja mata rantai keredaksian terlambat maka produksi media secara
keseluruhan akan ikut terlambat.

Misalnya, reporter, fotografer dan editor telah bekerja dengan baik dan cepat, tapi lay outer
telat memenuhi deadlinenya. Kerja keras dari rekan-rekan sebelumnya tidak berarti apa-apa
lagi. Dan salah satu kunci untuk menciptakan kerja tim yang apik dan kompak adalah dengan
adanya manajemen redaksi yang bagus.

Ingat! Pembaca tidak mau tahu-menahu dengan proses berat yang telah dialami ruang
redaksi, mereka hanya peduli tentang apa yang akan mereka baca. Tentu saja, yang
menjadikan ruang redaksi (newsroom) unik adalah, ia tidak hanya bicara soal kecepatan, tapi
juga ketepatan (akurasi).

STRUKTUR MANAJEMEN REDAKSI

MESKIPUN tidak ada kesepakatan soal jumlah dan struktur manajemen redaksi. Namun,
layaknya tubuh manusia yang memiliki organ dan indera dengan fungsi-fungsi tertentu,
media juga memiliki beberapa fungsi dan prinsip pembagian kerja yang umumnya berlaku.

Pemimpin umum adalah pemilik wewenang tertinggi. Biasanya, ada empat departemen yang
bertanggung jawab padanya, yakni redaksi, iklan, sirkulasi dan usaha. Departemen redaksi
inilah yang kemudian dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi. Tugasnya adalah mengawasi
ruangan yang bertugas menyuarakan sikap media tersebut, baik itu dalam bentuk berita,
editorial maupun opini.

Susunan organ yang dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi pada pokoknya terbagi dua.
Pertama, bagian yang bertugas memburu, mengejar dan mengumpulkan berita. Kedua,
bagian yang mengelola dan memproses berita sampai matang siap saji.

Dalam sebuah lembaga pers, yang berwenang mengizinkan ataupun menolak suatu berita
untuk dipublikasikan sepenuhnya berada di tangan redaksi. Bukan iklan, personalia, apalagi
percetakan. Secara struktual, redaksi media umumnya terdiri atas pemimpin redaksi,
redaktur pelaksana (redaktur eksekutif), redaktur, koordinator liputan, dan reporter.

Pemimpin Redaksi
Redaktur Pelaksana/Eksekutif
Redaktur dan Koordinator Liputan
Reporter

PEMIMPIN redaksi adalah jabatan tertinggi dalam jajaran redaksi. Karena itu, pemimpin
redaksi yang bertanggung jawab jika terjadi kasus atau delik pers.

Sedangkan Redaktur pelaksana (redpel) adalah pelaksana dari kebijakan umum dari media
dan kebijakan khusus dari pemimpin redaksinya. Sehari-hari, ia memimpin dan mengatur
para redaktur, karena itu seringkali disebut managing editor.

Redaktur adalah orang yang bertanggung jawab terhadap isi halaman media. Tugasnya
mengedit, menyunting serta menyajikan berita. Jumlahnya tergantung banyaknya bidang
berita, misal: redaktur politik, redaktur ekonomi, redaktur kriminal, redaktur olahraga, dan
seterusnya.

Yang sederajat dengan redaktur adalah koordinator liputan (KL). Tugasnya


mengkoordinir reporter dan mengatur tugas-tugas liputan lapangan mereka. Ia wajib
mengetahui kemampuan dan karakter reporter yang ia pimpin. KL juga mesti punya peta
berita, mengingat tugasnya untuk mendistribusikan penugasan peliputan kepada para
reporter.

Redpel dan KL lazimnya, secara periodik melakukan evaluasi kinerja para repoter. Akan
terlihat siapa reporter yang berprestasi dan produktif, mana yang biasa-biasa saja, atau
malah masuk kategori pemalas. Dari sana bisa ditentukan, siapa yang pantas mendapat
bonus, dan siapa yang mesti digembleng lagi, atau bahkan mendapat pelatihan khusus.

MANAJEMEN PERS KAMPUS


SEBENARNYA tak ada perbedaan antara manajemen redaksi pers umum dan pers
mahasiswa. Pers mahasiswa memiliki “keunikan” karena ia terus mengalami dilema
kapabilitas dan kinerja.

Dilema kapabilitas karena jurnalis kampus masih minim dari segi kemampuan jurnalistik dan
pengalaman lapangan. Mereka masih dalam proses pembelajaran dengan jam terbang jauh
dibawah rata-rata seorang jurnalis profesional.

Dilema kinerja, karena pada hakikatnya mereka adalah mahasiswa yang sedang menjalani
studi di jurusannya masing-masing. Pers kampus hanyalah kegiatan ekstrakurikuler. Boleh
dibilang sampingan.

Kunci sukses untuk mengatasi problem laten pers kampus ini ada empat.

PERTAMA struktur redaksi media yang didesain disesuaikan dengan kebutuhan dan
keunikan yang dimiliki pers kampus tersebut.

Tidak bisa secara serampangan asal contek dari masthead koran pers arus utama.
Manajemen redaksi yang baik akan menghindari adanya martir atau one man show
dalam ruang redaksi.

KEDUA, pembagian pos kerja ditentukan secara matang.

Ini adalah proses memilah-milih siapa kemana, dan untuk apa. Selain kemampuan,
soal ini juga menuntut komitmen dan track record kerja yang baik. Poin ini juga
kelanjutan dari proses rekruitmen anggota yang ketat dan baik.

KETIGA, pembinaan SDM.

Evaluasi redaksi harus terus dijalankan setiap akhir penerbitan. Dari sana bisa
diketahui, mana anggota yang membutuhkan tambahan pelatihan dan materi apa
yang mereka butuhkan. Misal, ada beberapa reporter yang masih lemah dari segi
wawancara dan penulisan hard news, bisa mencari hari libur dan membuat pelatihan
kecil khusus untuk mereka.

KEEMPAT, mesti diingat pers kampus adalah organisasi nirlaba.

Stamina kinerja seringkali naik-turun. Maksudnya, bagi seorang jurnalis di pers umum
tak banyak pilihan tersedia, tidak menulis berarti dapur tak ngepul. Tapi pers kampus
yang memang tak mencari untung dan menggaji anggotanya lain soal. Motivasi mesti
terus diberikan kepada anggota untuk memupuk rasa memiliki terhadap organisasi.

Anda mungkin juga menyukai