1 SM
1 SM
ABSTRAK
Kekerasan memang tidak memandang gender, namun terlihat sangat jelas dari data yang disajikan
bahwa kekerasan terhadap perempuan sangatlah mengkhawatirkan. Konflik yang tidak kian usai dapat
menimbulkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tingkat KDRT yang setiap tahunnya
cenderung meningkat menandakan bahwa korban mulai menyadari bahwa tindak KDRT bukanlah
sesuatu yang dapat dinormalisasi, sehingga korban memiliki hak untuk memperjuangkan hak hidup
aman dan lebih baik. Pernikahan yang seharusnya menjadi sebuah ruang yang nyaman untuk sepasang
manusia, justru menjadi ruang paling menakutkan bagi sebagian perempuan. Adapun faktor-faktor
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami
terhadap istri sangatlah beragam. KDRT merupakan sebuah perilaku yang memberikan dampak yang
sangat kompleks terhadap perempuan korban KDRT. Tindak kekerasan tersebut menghasilkan
dampak psikologis terhadap perempuan korban KDRT. Salah satu upaya penanganan yaitu adanya
pemenuhan hak terhadap perempuan korban KDRT. Pemahaman budaya kesetaraan sangat dibutuhkan
dalam kehidupan berpasangan, keluarga, maupun masyarakat. Dengan fakta, data, dan aturan dalam
Undang-Undang yang sudah ada dan ditetapkan, seharusnya pemerintah dan lembaga-lembaga anti
kekerasan terhadap perempuan dapat bergerak lebih luwes lagi untuk membantu dan melindungi
perempuan korban kekerasan.
ABSTRACT
Violence is not see gender, but is clearly evident from the data presented above that violence against
women is alarming. After the conflict he could cause domestic violence. The domestic violence which
annually tended to increase indicates that starting to realize that victims of domestic violence is not
something that can be normalized, the victim has a right to safe enforcing their rights and better.
Marriage should be a room that is comfortable for a pair of men, have been the most terrifying for
some women. As for the causes of domestic violence against women particularly those undertaken by
the husband against the wife is very diverse. Behavior that domestic violence is a very complex impact
the victims of domestic violence against women. Psychological violence resulted in the impact the
victims of domestic violence against women. One of efforts to handle the fulfillment of the rights of
the victims of domestic violence against women. Understanding culture equality is needed in the life
of in pairs, family, and the community. To the fact, data, and rules in a law that was and set, the
government should and institutions anti violence against women can move more flexible again to help
and protect women a victim of violence.
20
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)
literatur lain yang berhubungan dengan manusia lain menghadapi situasi frustasi
budaya, nilai, dan norma yang berkembang (Zastrow and Bowker 1984).
pada penelitian (Sugiyono 2012).
Tahapan analisis data dalam penelitian Definisi KDRT
ini menggunakan beberapa tahap prosedur.
Pertama, peneliti terlebih dahulu menentukan Kekerasan dalam Rumah Tangga
jenis studi kasus yang ingin dilakukan yaitu adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
Rumah Tangga Terhadap Perempuan. kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data seksual, psikologis, dan/ atau penelantaran
dengan menggunakan studi kepustakaan rumah tangga termasuk ancaman untuk
melalui buku, jurnal, disertasi, tesis, skripsi, melakukan perbuatan, pemaksaan, dan
laporan penelitian, makalah, perampasan kemerdekaan secara melawan
laporan/kesimpulan seminar, tulisan resmi hukum dalam lingkup rumah tangga
yang diterbitkan oleh pemerintah atau (Pemerintah Indonesia 2004). Tingkat KDRT
lembaga-lembaga yang lain, data digital atau yang setiap tahunnya cenderung meningkat
internet, dan literatur lainnya. Berikutnya, menandakan bahwa korban mulai menyadari
peneliti melakukan analisis dengan bahwa tindak KDRT bukanlah sesuatu yang
menggunakan data yang telah tersedia dapat dinormalisasi, sehingga korban memiliki
sebelumnya. Kemudian, peneliti hak untuk memperjuangkan hak hidup aman
mendeskripsikan informasi dengan menarik dan lebih baik. Namun, dengan tingkat KDRT
kesimpulan untuk mengambil tindakan. yang cenderung meningkat juga memberikan
Terakhir, penyajian data kualitatif disajikan tanda bahwa sangat dibutuhkannya peninjauan
dalam bentuk teks naratif, data yang telah ulang terhadap perlindungan yang telah ada
diteliti dan dimaknai dalam bentuk kata-kata dan dilakukan saat ini agar dapat lebih efisien
atau kalimat dalam mendeskripsikan fakta dalam terhadap perlindungan korban KDRT.
yang ada di lapangan untuk mengambil hasil
dan kesimpulan. Tabel 1.
Jenis KDRT Tahun 2020
menakutkan bagi sebagian perempuan. Akan b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang
sangat sulit bagi seorang perempuan untuk mengakibatkan ketakutan, hilangnya
melaporkan kekerasan yang terjadi kepadanya rasa percaya diri, hilangnya
dengan berbagai alasan, baik alasan secara kemampuan untuk bertindak, rasa
personal, keluarga, maupun budaya di sekitar tidak berdaya, dan/atau penderitaan
lingkungan korban. Data di atas merupakan psikis berat pada seseorang.
bentuk sebuah gambaran yang perlu diketahui, c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan
karena pada kenyataanya masih banyak hubungan seksual yang dilakukan
perempuan korban kekerasan khususnya terhadap orang dalam lingkup rumah
seorang istri yang belum tercatat oleh lembaga- tangga tersebut dan pemaksaan
lembaga yang menaungi kasus kekerasan. hubungan seksual terhadap salah
Maka pemerintah seharusnya dapat seorang dalam lingkup rumah
memberikan edukasi mengenai kekerasan tangganya dengan orang lain untuk
kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat tujuan komersial dan/atau tujuan
lebih peduli dengan keadaan sekitar dan tertentu.
memahami alur pertolongan untuk korban d. Penelantaran rumah tangga, yaitu
kekerasan. menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut
Tabel 2. hukum yang berlaku baginya atau
Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Istri karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberikan kehidupan,
Kasus Kekerasan Jumlah Kasus perawatan, atau pemeliharaan kepada
Terhadap Istri orang tersebut. penelantaran juga
2016 5.784 berlaku bagi setiap orang yang
2017 5.267 mengakibatkan ketergantuangan
2018 5.114 ekonomi dengan cara membatasi
2019 6.555 dan/atau melarang orang bekerja yang
2020 3.221 layak di dalam atau di luar rumah
Sumber: Catatan Tahunan Komas Perempuan, sehingga korban berada di bawah
2021. kendali orang tersebut (Pemerintah
Indonesia 2004).
Menurut data Catahu 2021 KDRT Tabel 3.
terhadap istri pada tahun 2020 memang Bentuk KDRT
menurun secara signifikan jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun Bentuk KDRT Jumlah Kasus
fenomena turunnya tingkat KDRT terhadap Kekerasan Fisik 2.025 Kasus
perempuan seharusnya tidak membuat Kekerasan Seksual 1.938 Kasus
masyarakat menjadi lengah, karena pada Kekerasan Psikis 1.792 Kasus
kenyataannya kekerasan terhadap istri masih Kekerasan Ekonomi 680 Kasus
menjadi kekerasan di ranah personal dengan Sumber: Catatan Tahunan Komnas
tingkat paling tinggi setiap tahunnya. Selain Perempuan, 2021.
itu, masih banyak kekerasan terhadap
perempuan yang perlu dihadapi untuk Faktor Penyebab Terjadinya KDRT
menciptakan ruang aman bagi semua Faktor-faktor terjadinya kekerasan
perempuan di setiap ruang dan waktu. terhadap perempuan dalam rumah tangga
khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap
Bentuk KDRT istri yaitu:
a. Adanya hubungan kekuasaan yang
Menurut pasal 5-9 Undang-Undang tidak seimbang antara suami dan istri.
PKDRT No. 23 Tahun 2004, dinyatakan Budaya patriarki membuat laki-laki
bahwa bentuk-bentuk KDRT sebagai berikut: atau suami berada dalam tingkat
a. Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang kekuasaan yang lebih tinggi daripada
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit perempuan atau istri, sehingga
atau luka berat. perempuan tidak jarang ketika sudah
23
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)
Dalam hal ini terlihat jelas bahwa Sebagaimana dikemukakan oleh Jalaluddin,
sangat dibutuhkan pemaham budaya bahwa psikologi secara umum memang
kesetaraan dalam kehidupan berpasangan, mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
keluarga, maupun masyarakat. Pemaham yang berkaitan dengan pikiran (cognisi),
budaya kesetaraan setidaknya dapat membuat perasaan (emotion), dan kehendak (conasi).
khususnya para laki-laki tidak lagi harus Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri
bersusah payah memenuhi ekspektasi budaya yang hampir sama pada diri manusia dewasa,
patriarki yang dimana menempatkan laki-laki normal dan beradab. Dengan demikian ketiga
harus selalu di atas perempuan. Padahal gejala pokok tersebut dapat diamati melalui
dengan budaya kesetaran, laki-laki dan sikap dan perilaku manusia. Namun terkadang
perempuan dapat saling menemukan titik ada di antara pernyataan dalam aktivitas yang
kemampuan dalam pemenuhan keinginan tampak itu merupakan gejala campuran,
sesuai dengan kapasitas diri masing-masing sehingga paraahli psikologi, yaitu pikiran,
tanpa harus merasa bahwa diri laki-laki rendah perasan, kehendak dan gejala campuran seperti
ketika perempuan yang justru melakukan integensi, kelelahanmaupun sugesti (Jalaluddin
pemenuhan kebutuhan tersebut. and Abdullah Idi 2012).
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.” Susiana, Sali. 2020. “Kekerasan Dalam Rumah
Lembaran RI Tahun 2004 No. UU. Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19.”
https://www.dpr.go.id/. Info Singkat 12(24): 13–18.
Rochmat, Wahab. 2006. “Kekerasan Dalam Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi
Rumah Tangga : Perspektif Psikologis Revisi). Bandung: Refika Aditama.
Dan Edukatif.” Unisia 61(3): 247–56. Zastrow, Charles, and Lee Bowker. 1984.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Social Problems: Issues and Solutions.
Kualititatif Dan R&B. Bandung: Chicago: Nelson-Hall.
Alfabeta.
27