Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pengabdian dan

e ISSN: 2775 - 1929


Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH


TANGGA TERHADAP PEREMPUAN
1
Rosma Alimi, 2Nunung Nurwati
1
rosma19001@mail.unpad.ac.id 2nngnurwati@yahoo.com
1,2
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Kekerasan memang tidak memandang gender, namun terlihat sangat jelas dari data yang disajikan
bahwa kekerasan terhadap perempuan sangatlah mengkhawatirkan. Konflik yang tidak kian usai dapat
menimbulkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tingkat KDRT yang setiap tahunnya
cenderung meningkat menandakan bahwa korban mulai menyadari bahwa tindak KDRT bukanlah
sesuatu yang dapat dinormalisasi, sehingga korban memiliki hak untuk memperjuangkan hak hidup
aman dan lebih baik. Pernikahan yang seharusnya menjadi sebuah ruang yang nyaman untuk sepasang
manusia, justru menjadi ruang paling menakutkan bagi sebagian perempuan. Adapun faktor-faktor
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami
terhadap istri sangatlah beragam. KDRT merupakan sebuah perilaku yang memberikan dampak yang
sangat kompleks terhadap perempuan korban KDRT. Tindak kekerasan tersebut menghasilkan
dampak psikologis terhadap perempuan korban KDRT. Salah satu upaya penanganan yaitu adanya
pemenuhan hak terhadap perempuan korban KDRT. Pemahaman budaya kesetaraan sangat dibutuhkan
dalam kehidupan berpasangan, keluarga, maupun masyarakat. Dengan fakta, data, dan aturan dalam
Undang-Undang yang sudah ada dan ditetapkan, seharusnya pemerintah dan lembaga-lembaga anti
kekerasan terhadap perempuan dapat bergerak lebih luwes lagi untuk membantu dan melindungi
perempuan korban kekerasan.

Kata Kunci: KDRT, Perempuan, Kekerasan

ABSTRACT

Violence is not see gender, but is clearly evident from the data presented above that violence against
women is alarming. After the conflict he could cause domestic violence. The domestic violence which
annually tended to increase indicates that starting to realize that victims of domestic violence is not
something that can be normalized, the victim has a right to safe enforcing their rights and better.
Marriage should be a room that is comfortable for a pair of men, have been the most terrifying for
some women. As for the causes of domestic violence against women particularly those undertaken by
the husband against the wife is very diverse. Behavior that domestic violence is a very complex impact
the victims of domestic violence against women. Psychological violence resulted in the impact the
victims of domestic violence against women. One of efforts to handle the fulfillment of the rights of
the victims of domestic violence against women. Understanding culture equality is needed in the life
of in pairs, family, and the community. To the fact, data, and rules in a law that was and set, the
government should and institutions anti violence against women can move more flexible again to help
and protect women a victim of violence.

Key Words: Domestic Violence, Women, Violence

20
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

PENDAHULUAN (KdP), kekerasan terhadap anak perempuan


(KTAP), kekerasan yang dilakukan oleh
Setiap pasangan suami istri tentunya mantan suami (KMS) dan kekerasan mantan
berharap untuk memiliki kehidupan keluarga pacar (KMP), kekerasan yang terjadi pada
yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan. pekerja rumah tangga, dan ranah personal
Setiap keluarga pada awalnya selalu lainnya (Komnas Perempuan 2021).
mendambakan kehidupan rumah tangga yang Kekerasan memang tidak memandang
aman, nyaman, dan membahagiakan (Rochmat gender, namun terlihat sangat jelas dari data
2006). Namun tidak bisa dipungkiri kehidupan yang disajikan di atas bahwa kekerasan
berkeluarga memang tidak hanya tentang kasih terhadap perempuan sangatlah
sayang dan kebahagian. Sepasang suami istri mengkhawatirkan. Selain itu, Kemen PPA juga
bahkan sebuah keluarga juga dapat menyajikan data bahwa Kekerasan Dalam
menghadirkan konflik yang pelik akibat Rumah Tangga (KDRT) merupakan kekerasan
kesalah pahaman atau ketidak sesuai antara dengan tingkat paling tinggi saat ini
satu sama lain diantara anggota keluarga. (Kementrian Perlindungan Perempuan dan
Konflik yang tidak kian usai dapat Anak 2020). Bentuk KDRT tidak hanya
menimbulkan Kekerasan Dalam Rumah kekerasan secara fisik, namun masih ada
Tangga (KDRT). bentuk lainnya dan lebih kompleks. Sehingga
Perilaku kekerasan merupakan respons sangat dibutuhkan Undang-Undang yang dapat
terhadap stresor yang dihadapi seseorang yang melindungi korban KDRT, khususnya terhadap
ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan perempuan yang lebih sering menjadi korban
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain KDRT. Tercantum dalam Pasal 5 Undang-
secara fisik maupun psikologis (Berkowits Undang No. 23 tahun 2004 Tentang PKDRT
2000 in Yosep 2011). Perilaku kekerasan mengenai setiap kekerasan fisik, kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang psikis, kekerasan seksual atau penelantaran
melakukan tindakan yang dapat rumah tangga. Undang-Undang tersebut
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya bertujuan untuk memberikan perlindungan,
sendiri maupun orang lain, disertai dengan penanganan secara khusus, pendampingan oleh
amuk dan aduh, gelisah yang tidak terkontrol pekerja sosial, dan pelayanan bimbingan
(Kusumawati and Hartono 2011). Perilaku kerohanian terhadap korban KDRT.
kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengalami perilaku yang dapat mengetahui bentuk KDRT, faktor penyebab
membahayakan diri sendiri, lingkungan terjadinya KDRT, dampak terhadap psikologis
termasuk orang lain dan barang-barang perempuan korban KDRT dan upaya penangan
(Maramis and Maramis 2009). Perilaku terhadap perempuan korban KDRT.
kekerasan atau suatu tindak kekerasan Sedangkan manfaat penelitian ini, hasilnya
merupakan ungkapan perasaan dengan dapat mengemukakan penyebab terjadinya
melakukan tindakan yang keliru karena KDRT terhadap perempuan. Hasil penelitian
hilangnya kontrol diri akibat adanya stresor ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
yang menjadi permasalahan secara fisik pembelajaran mengenai KDRT.
maupun psikologis yang mengakibatkan
bahaya terhadap diri sendiri, individu lain
maupun lingkungan. METODE PENELITIAN
Persentase kasus kekerasan yang
terdaftar dalam Simfoni Kementerian Penelitian ini menggunakan metode
Perlindungan Perempuan dan Anak pendekatan studi kepustakaan karena
menyatakan bahwa hingga pada tahun 2021 mengumpulkan data yang berasal dari buku,
terdapat 20,4% kasus kekerasan terjadi pada jurnal, internet, atau literatur tertulis lainnya
laki-laki dan 79,6% kasus kekerasan terjadi sebagai landasan penulisan. Studi pustaka
pada perempuan. (Kementerian Perlindungan menjadi metode pengumpulan data dengan
Perempuan dan Anak 2020). Kekerasan pencarian informasi melalui buku, koran, dan
terhadap perempuan di ranah personal terjadi literatur lain yang bertujuan untuk menyusun
dalam berbagai jenis, seperti kekerasan teori (Arikunto 2006). Studi pustaka
terhadap istri (KTI), kekerasan dalam pacaran merupakan kajian teoritis, referensi dan studi
21
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

literatur lain yang berhubungan dengan manusia lain menghadapi situasi frustasi
budaya, nilai, dan norma yang berkembang (Zastrow and Bowker 1984).
pada penelitian (Sugiyono 2012).
Tahapan analisis data dalam penelitian Definisi KDRT
ini menggunakan beberapa tahap prosedur.
Pertama, peneliti terlebih dahulu menentukan Kekerasan dalam Rumah Tangga
jenis studi kasus yang ingin dilakukan yaitu adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
Rumah Tangga Terhadap Perempuan. kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data seksual, psikologis, dan/ atau penelantaran
dengan menggunakan studi kepustakaan rumah tangga termasuk ancaman untuk
melalui buku, jurnal, disertasi, tesis, skripsi, melakukan perbuatan, pemaksaan, dan
laporan penelitian, makalah, perampasan kemerdekaan secara melawan
laporan/kesimpulan seminar, tulisan resmi hukum dalam lingkup rumah tangga
yang diterbitkan oleh pemerintah atau (Pemerintah Indonesia 2004). Tingkat KDRT
lembaga-lembaga yang lain, data digital atau yang setiap tahunnya cenderung meningkat
internet, dan literatur lainnya. Berikutnya, menandakan bahwa korban mulai menyadari
peneliti melakukan analisis dengan bahwa tindak KDRT bukanlah sesuatu yang
menggunakan data yang telah tersedia dapat dinormalisasi, sehingga korban memiliki
sebelumnya. Kemudian, peneliti hak untuk memperjuangkan hak hidup aman
mendeskripsikan informasi dengan menarik dan lebih baik. Namun, dengan tingkat KDRT
kesimpulan untuk mengambil tindakan. yang cenderung meningkat juga memberikan
Terakhir, penyajian data kualitatif disajikan tanda bahwa sangat dibutuhkannya peninjauan
dalam bentuk teks naratif, data yang telah ulang terhadap perlindungan yang telah ada
diteliti dan dimaknai dalam bentuk kata-kata dan dilakukan saat ini agar dapat lebih efisien
atau kalimat dalam mendeskripsikan fakta dalam terhadap perlindungan korban KDRT.
yang ada di lapangan untuk mengambil hasil
dan kesimpulan. Tabel 1.
Jenis KDRT Tahun 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah


Jenis KDRT/ Kasus
Terdapat tiga teori yang mendasari Relasi Personal KDRT/Relasi
faktor penyebab KDRT. Pertama, teori Personal
biologis menyatakan bahwa tidak hanya hewan Kekerasan Terhadap Istri 3.221 (50%)
yang memiliki sifat agresif pada setiap dirinya, Kekerasan Dalam Pacaran 1.309 (20%)
tetapi juga manusia sudah memilikinya sejak Kekerasan Terhadap Anak 954 (15%)
lahir. Sigmund Freud menyatakan bahwa Perempuan
manusia memiliki keinginan terhadap kematian Kekerasan Mantan Pacar 401 (6%)
yang mengarahkannya untuk menikmati Kekerasan Manta Suami 127 (2%)
tindakan melukai dan membunuh orang lain Kekerasan Lainnya di Ranah 457 (7%)
ataupun dirinya sendiri. Sedangkan Konrad Personal
Lorenz menyatakan bahwa sifat agresif dan Sumber: Catatan Tahunan Komas Perempuan,
kekerasan merupakan dua hal sangat berguna 2021.
untuk bertahan hidup. Kedua, teori frustasi-
agresi menyatakan bahwa setiap orang yang Data di atas merupakan sebuah fakta
sedang frustasi cenderung dapat bersifat bahwa banyaknya jenis KDRT/ Relasi
agresif dengan alasan untuk melampiaskan Personal terhadap perempuan yang
perasaannya. Ketiga, teori kontrol menyatakan menandakan semakin banyak perempuan yang
bahwa manusia yang memiliki hubungan tidak menjadi korban KDRT. Fokus kali ini yaitu
memuaskan atau tidak sesuai dapat dengan kekerasan terhadap perempuan yang sudah
mudah untuk terpaksa berbuat kekerasan menikah. Pernikahan yang seharusnya menjadi
ketika usaha untuk menjalin hubungan dengan sebuah ruang yang nyaman untuk sepasang
manusia, justru menjadi ruang paling
22
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

menakutkan bagi sebagian perempuan. Akan b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang
sangat sulit bagi seorang perempuan untuk mengakibatkan ketakutan, hilangnya
melaporkan kekerasan yang terjadi kepadanya rasa percaya diri, hilangnya
dengan berbagai alasan, baik alasan secara kemampuan untuk bertindak, rasa
personal, keluarga, maupun budaya di sekitar tidak berdaya, dan/atau penderitaan
lingkungan korban. Data di atas merupakan psikis berat pada seseorang.
bentuk sebuah gambaran yang perlu diketahui, c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan
karena pada kenyataanya masih banyak hubungan seksual yang dilakukan
perempuan korban kekerasan khususnya terhadap orang dalam lingkup rumah
seorang istri yang belum tercatat oleh lembaga- tangga tersebut dan pemaksaan
lembaga yang menaungi kasus kekerasan. hubungan seksual terhadap salah
Maka pemerintah seharusnya dapat seorang dalam lingkup rumah
memberikan edukasi mengenai kekerasan tangganya dengan orang lain untuk
kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat tujuan komersial dan/atau tujuan
lebih peduli dengan keadaan sekitar dan tertentu.
memahami alur pertolongan untuk korban d. Penelantaran rumah tangga, yaitu
kekerasan. menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut
Tabel 2. hukum yang berlaku baginya atau
Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Istri karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberikan kehidupan,
Kasus Kekerasan Jumlah Kasus perawatan, atau pemeliharaan kepada
Terhadap Istri orang tersebut. penelantaran juga
2016 5.784 berlaku bagi setiap orang yang
2017 5.267 mengakibatkan ketergantuangan
2018 5.114 ekonomi dengan cara membatasi
2019 6.555 dan/atau melarang orang bekerja yang
2020 3.221 layak di dalam atau di luar rumah
Sumber: Catatan Tahunan Komas Perempuan, sehingga korban berada di bawah
2021. kendali orang tersebut (Pemerintah
Indonesia 2004).
Menurut data Catahu 2021 KDRT Tabel 3.
terhadap istri pada tahun 2020 memang Bentuk KDRT
menurun secara signifikan jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun Bentuk KDRT Jumlah Kasus
fenomena turunnya tingkat KDRT terhadap Kekerasan Fisik 2.025 Kasus
perempuan seharusnya tidak membuat Kekerasan Seksual 1.938 Kasus
masyarakat menjadi lengah, karena pada Kekerasan Psikis 1.792 Kasus
kenyataannya kekerasan terhadap istri masih Kekerasan Ekonomi 680 Kasus
menjadi kekerasan di ranah personal dengan Sumber: Catatan Tahunan Komnas
tingkat paling tinggi setiap tahunnya. Selain Perempuan, 2021.
itu, masih banyak kekerasan terhadap
perempuan yang perlu dihadapi untuk Faktor Penyebab Terjadinya KDRT
menciptakan ruang aman bagi semua Faktor-faktor terjadinya kekerasan
perempuan di setiap ruang dan waktu. terhadap perempuan dalam rumah tangga
khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap
Bentuk KDRT istri yaitu:
a. Adanya hubungan kekuasaan yang
Menurut pasal 5-9 Undang-Undang tidak seimbang antara suami dan istri.
PKDRT No. 23 Tahun 2004, dinyatakan Budaya patriarki membuat laki-laki
bahwa bentuk-bentuk KDRT sebagai berikut: atau suami berada dalam tingkat
a. Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang kekuasaan yang lebih tinggi daripada
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit perempuan atau istri, sehingga
atau luka berat. perempuan tidak jarang ketika sudah
23
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

menikah dianggap sebagai milik menimbulkan frustasi diri dan


suaminya. Hal tersebut menimbulkan kurangnya kemampuan coping stress
ketimpangan dalam hubungan karena suami. Frustasi timbul akibat ketidak
suami memiliki kuasa lebih terhadap sesuaian antara harapan dan kenyataan
istrinya dibandingkan istrinya sendiri. yang dirasakan oleh suami. Hal ini
b. Ketergantungan ekonomi. Pendidikan biasa terjadi pada pasangan yang
dan Budaya patriarki yang sudah belum siap kawin, suami belum
menjadi bagian dalam masyarakat memiliki pekerjaan dan penghasilan
memberikan pandangan bahwa tetap yang mencukupi kebutuhan
seorang istri memang seharusnya rumah tangga, dan masih serba
bergantung pada suami. Fenomena ini terbatas dalam kebebasan. Dalam
tidak jarang membuat sebagian istri kasus ini biasanya suami mencari
tidak terbiasa mandiri atau berdaya pelarian kepada mabuk-mabukan dan
secara ekonomi, sehingga ketika perbuatan negatif lain yang berujung
terjadi KDRT membuat istri harus pada pelampiasan berbentuk kekerasan
bertahan. Perilaku seperti ini juga terhadap istrinya, baik secara fisik,
membuat suami merasa memiliki seksual, psikis, atau bahkan
kuasa lebih akan ketidak berdayaan penelantaran keluarga.
istrinya. f. Kesempatan yang kurang bagi
c. Kekerasan sebagai alat untuk perempuan dalam proses hukum.
menyelesaiakan konflik. Kekerasan Dalam proses sidang pengadilan,
terhadap istri terjadi biasanya dilatar sangat minim kesempatan istri untuk
belakangi oleh ketidak sesuaian mengungkapkan kekerasan yang
harapan dengan kenyataan suami. dialaminya. Hal ini juga terlihat dari
Kekerasan dilakukan dengan tujuan minimnya KUHAP membicarakan
agar istri dapat memenuhi harapannya mengenai hak dan kewajiban istri
tanpa melakukan perlawanan karena sebagai korban, karena posisi dia
ketidak berdayaannya. Fenomena ini hanya sebagai saksi pelapor atau saksi
juga masih menjadi salah satu dasar korban. Hal ini penting karena bisa
budaya dalam masyarakat bahwa jika jadi laporan korban kepada aparat
perempuan atau istri tidak menurut, hukum dianggap bukan sebagai
maka harus diperlakukan secara keras tindakan kriminal tapi hanya
agar ia menjadi penurut. kesalahpahaman dalam keluarga
d. Persaingan. Pada dasarnya manusia (Pangemanan 1998).
hidup memang penuh persaingan dan
tidak pernah mau kalah, begitupun Menurut Bonaparte (2012), ada
dengan sepasang suami dan istri. beberapa hambatan dalam penangan dan
Persaingan antara suami dan istri perlindungan korban KDRT, misalnya korban
terjadi akibat ketidak setaraan antara mencabut pengaduan dengan berbagai alasan,
keduanya untuk saling memenuhi misalnya demi keutuhan keluarga atau kondisi
keinginan masing-masing, baik dalam psikologis anak, korban secara ekonomi
pendidikan, pergaulan, penguasaan tergantung pada pelaku, korban takut ancaman
ekonomi, keadaan lingkungan kerja dari pelaku/ suami, dan adanya campur tangan
dan masyarakat dapat menimbulkan pihak keluarga atau alasan budaya/adat/norma
persaingan yang dapat menimbulkan agama. Kurangnya bukti, yang disebabkan
terjadinya KDRT. Budaya juga beberapa hal, misalnya menghindari anak
membuat pandangan bahwa laki-laki sebagai saksi, mengingat kondisi psikologis
tidak boleh kalah atau lebih rendah anak dan dampaknya; menjaga netralitas saksi
dari perempuan, sehingga tidak heran dalam lingkungan rumah tangga; korban tidak
jika terjadi kekerasan terhadap langsung melapor setelah kejadian sehingga
perempuan atau istri hanya untuk terjadi kesulitan ketika melakukan visum;
memenuhi ego laki-laki atau suami. penelantaran ekonomi karena pelaku tidak
e. Frustasi. Kekerasan juga dapat terjadi mempunyai pekerjaan/ penghasilan (Susiana
akibat lelahnya psikis yang 2020).
24
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

Dalam hal ini terlihat jelas bahwa Sebagaimana dikemukakan oleh Jalaluddin,
sangat dibutuhkan pemaham budaya bahwa psikologi secara umum memang
kesetaraan dalam kehidupan berpasangan, mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
keluarga, maupun masyarakat. Pemaham yang berkaitan dengan pikiran (cognisi),
budaya kesetaraan setidaknya dapat membuat perasaan (emotion), dan kehendak (conasi).
khususnya para laki-laki tidak lagi harus Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri
bersusah payah memenuhi ekspektasi budaya yang hampir sama pada diri manusia dewasa,
patriarki yang dimana menempatkan laki-laki normal dan beradab. Dengan demikian ketiga
harus selalu di atas perempuan. Padahal gejala pokok tersebut dapat diamati melalui
dengan budaya kesetaran, laki-laki dan sikap dan perilaku manusia. Namun terkadang
perempuan dapat saling menemukan titik ada di antara pernyataan dalam aktivitas yang
kemampuan dalam pemenuhan keinginan tampak itu merupakan gejala campuran,
sesuai dengan kapasitas diri masing-masing sehingga paraahli psikologi, yaitu pikiran,
tanpa harus merasa bahwa diri laki-laki rendah perasan, kehendak dan gejala campuran seperti
ketika perempuan yang justru melakukan integensi, kelelahanmaupun sugesti (Jalaluddin
pemenuhan kebutuhan tersebut. and Abdullah Idi 2012).

Dampak Psikologis Perempuan Korban Upaya Penanganan Terhadap Perempuan


KDRT Korban KDRT
Salah satu upaya penanganan yaitu
Setiap perilaku individu dapat adanya pemenuhan hak terhadap perempuan
menghasilkan dampak bagi diri sendiri, korban KDRT. Undang-Undang Republik
individu lain, bahkan kelompok. KDRT Indonesia no. 23 Tahun 2004 merupakan
merupakan sebuah perilaku yang memberikan Undang-undang yang telah mengatur
dampak yang sangat kompleks terhadap pemenuhan hak korban KDRT. Pada Bab IV
perempuan korban KDRT. Seperti yang sudah pasal 10 tentang hak-hak korban terdapat lima
dijelaskan dibagian sebelumnya, bahwa hal yaitu:
terdapat beberapa bentuk kekerasan, seperti a. Perlindungan dari pihak keluarga,
kekerasan fisik, seksual, psikis, dan ekonomi. kepolisian, kejaksaaan, advokat,
Tindak kekerasan tersebut menghasilkan lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
dampak psikologis terhadap perempuan korban sementara maupun berdasarkan
KDRT, misalnya korban merasa cemas, penetapan perintah perlindungan dari
ketakutan, depresi, selalu waspada, terus pengadilan;
terbayang bila melihat kasus yang mirip, sering b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan
melamun, murung, mudah menangis, sulit kebutuhan medis;
tidur, hingga mimpi buruk. Korban kehilangan c. Penanganan secara khusus berkaitan
rasa percaya diri untuk bertindak karena dengan kerahsiaan korban;
merasa tidak berdaya, kehilangan minat untuk d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan
merawat diri sehingga tidak teraturnya pola bantuan hukum pada setiap tingkat
hidup yang dijalani, dan kehilangan keberanian proses pemeriksaan sesuai dengan
dalam berpendapat dan bertindak. Menurunnya ketentuan peraturan perundang-
tingkat konsentrasi korban, sehingga sering undangan; dan
melakukan perbuatan ceroboh. Selalu merasa e. Pelayanan bimbingan rohani.
kebinggungan dan mudah lupa. Korban merasa
rendah diri dan tidak yakin dengan Selain adanya pasal yang mengatur
kemampuan yang dimilikinya. Korban menjadi mengenai pemenuhan hak korban KDRT,
pendiam, enggan untuk ngobrol, sering pemerintah dan masyarakat juga memiliki
mengurung diri di kamar. Korban sering kewajiban untuk memberikan perlindungan
menyakiti diri sendiri dan melakukan terhadap korban KDRT dan sudah ditetapkan
percobaan bunuh diri. Berperilaku berlebihan pada Bab dan Pasal selanjutnya. Pada Bab V
dan tidak lazim cenderung sulit mengendalikan tentang kewajiban pemerintah dan masyarakat
diri. Agresif, menjadi karakter yang pada pasal 13 dan 14 sebagai berikut:
tempramen dan emosi kasar dalam berbicara Pasal 13 berbunyi untuk
maupun bertindak. (Maisah and Yenti 2016). penyelenggaraan pelayanan terhadap korban,
25
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

pemerintah dan pemerintah daerah sesuai ditetapkan, seharusnya pemerintah dan


dengan fungsi dan tugasnya masing-masing lembaga-lembaga anti kekerasan terhadap
dapat melakukan upaya: perempuan dapat bergerak lebih luwes lagi
a. Penyediaan ruang pelayanan untuk membantu dan melindungi perempuan
b. khusus di kantor kepolisian; korban kekerasan. Pemerintah dan aparatur
c. Penyediaan aparat, tenaga negara seharusnya mulai mempercayai korban
kesehatan, pekerja sosial, dan yang sudah berani melaporkan diri, bukan
pembimbing rohani; mempertanyakannya bahwa seakan-akan hal
d. Pembuatan dan pengembangan tersebut tidak dapat dipercaya. Pendidikan
sistem dan mekanisme kerja sama terhadap masyarakat mengenai kekerasan,
program pelayanan yang perlindungan terhadap korban, dan budaya
melibatkan pihak yang mudah di kesetaran harus lebih diupayakan agar semua
akses oleh korban; dan lapisan masyarakat dapat ikut andil dalam
e. Memberikan perlindungan bagi mengurangi tingkat kekerasan terhadap
pendamping, saksi, kelurga, dan perempuan.
teman korban.

Pasal 14 berbunyi menyelenggarakan DAFTAR PUSTAKA


upaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
dengan fungsi dan tugas masing-masing, dapat Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka
melakukan kerja sama dengan masyarakat atau Cipta.
lembaga sosial lainnya (Pemerintah Indonesia Jalaluddin, Haji, and Haji Abdullah Idi. 2012.
2004). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat,
Dan Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
SIMPULAN DAN SARAN Kementrian Perlindungan Perempuan dan
Anak. 2020. “Data Sistem Informasi
Berdasarkan pemaparan yang telah Online Perlindungan Perempuan Dan
disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan Anak (SIMFONI PPA) Kemen PPPA.”
bahwa KDRT terhadap perempuan merupakan https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringk
perilaku yang tidak sesuai dengan norma. asan.
Semua bentuk kekerasan memang tidak Komnas Perempuan. 2021. “Perempuan Dalam
memandang gender sebagai korban, namun Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan
dari data kasus yang ada hampir 80% korban Seksual, Kekerasan Siber, Perkawinan
kekerasan merupakan seorang perempuan. Anak Dan Keterbatasan Penanganan Di
Karena fokus penelitian kali ini KDRT Tengah Covid-19.” CATAHU 2021:
terhadap perempuan dan datapun menunjukan Catatan Tahunan Kekerasan terhadap
bahwa Kekerasan Terhadap Istri (KTI) masih Perempuan 2020.
menunjukan tingkat paling atas jika Kusumawati, Farida, and Yudi Hartono. 2011.
dibandingkan dengan jenis kekerasan terhadap Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
perempuan lainnya. KDRT pada dasarnya Salemba Medika.
terjadi akibat adanya dorongan secara internal Maisah, and Yenti. 2016. “Dampak Psikologis
dan eksternal. Secara internal dorongan hadir Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dari diri pelaku karena adanya stresor yang Di Kota Jambi.” Esensia 17(2): 265–77.
dihadapi dengan perilaku agresif akibat Maramis, Willy F, and Albert A Maramis.
kurangnya kemampuan coping stress. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Sedangkan jika dilihat secara eksternal, maka Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
dorongan budaya patriarki yang diyakini oleh Press.
masyarakat luas yang menjadi akar penyebab Pangemanan, Diana Ribka. 1998. “Tindak
masalah kekerasan dan faktor penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam
kekerasan antara suami dan istri terjadi. Keluarga.” Universitas Indonesia.
Dengan fakta, data, dan aturan dalam Pemerintah Indonesia. 2004. “Undang Undang
Undang-Undang yang sudah ada dan Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
26
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.” Susiana, Sali. 2020. “Kekerasan Dalam Rumah
Lembaran RI Tahun 2004 No. UU. Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19.”
https://www.dpr.go.id/. Info Singkat 12(24): 13–18.
Rochmat, Wahab. 2006. “Kekerasan Dalam Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi
Rumah Tangga : Perspektif Psikologis Revisi). Bandung: Refika Aditama.
Dan Edukatif.” Unisia 61(3): 247–56. Zastrow, Charles, and Lee Bowker. 1984.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Social Problems: Issues and Solutions.
Kualititatif Dan R&B. Bandung: Chicago: Nelson-Hall.
Alfabeta.

27

Anda mungkin juga menyukai