Penerbit
DIREKTORAT BIOENERGI
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONVERSI ENERGI KEMENTERIAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Gedung EBTKE – Lantai 5
Jl. Pegangsaan Timur No. 1, Menteng, Jakarta – 10320
Telp. (021) 39830077, Fax. (021) 31901087, 31924585
www.ebtke.esdm.go.id
email: tekling.bioenergi@esdm.go.id
Tim Penyusun Pedoman Penanganan dan Penyimpanan
Biodiesel dan Campurannya (B30)
Pengarah
Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc, IPU Kepala BPPT
Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng, M.Eng Deputi TIEM - BPPT
Dr. Ir. Arie Rahmadi, M.Eng.Sc. Kepala Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa
Disain – BPPT
Penyusun
Maharani Dewi Solikhah Group Leader/Kepala Program
Bina Restituta Barus Leader
Feri Karuana Anggota
Andrias Rahman Wimada Anggota
Khairil Amri Anggota
Reviewer/Penyunting
Eniya Listyani Dewi Deputi TIEM - BPPT
Andriah Feby Misna Direktur Bioenergi, Ditjen EBTKE-ESDM
Efendi Manurung Kepala Subdit Keteknikan dan Lingkungan
Bioenergi, Ditjen EBTKE-ESDM
Nanang Hermawan P3TMGB “Lemigas” – ESDM
Tatang Hernas Soerawidjaja Institut Teknologi Bandung
Tirto Prakoso Brodjonegoro Institut Teknologi Bandung
Unggul Priyanto Perekayasa Utama BPPT
PENGANTAR
Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2015 telah menetapkan penggunaan bahan
bakar campuran biodiesel sebesar 30% (B30) sebagai bahan bakar mesin diesel yang
telah diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2020. Hal ini mengukuhkan Indonesia
sebagai pionir pengguna campuran biodiesel tertinggi di dunia. Untuk menjamin mutu
dari bahan bakar biodiesel ini sampai pengguna akhir (end customer), diperlukan
pedoman umum penanganan dan penyimpanan bahan bakar biodiesel (B100) dan
campuran biodiesel (B30) sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan.
Dengan dukungan pendanaan Badan Penelitian Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS), Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM bekerja sama dengan
Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD – BPPT) telah menyusun
Buku Pedoman Umum Penanganan dan Penyimpanan Bahan Bakar Biodiesel (B100)
dan Campurannya (B30). Tersusunnya pedoman ini juga didukung oleh PPPTMGB
“Lemigas”, Komite Teknis Bioenergi, Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI), Asosiasi
Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), PT Pertamina (Persero), PT Shell Indonesia,
PT AKR Corporindo, PT Vopak Indonesia, PT Komatsu Indonesia dan Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).
Buku ini menyediakan berbagai informasi mengenai biodiesel dan B30, mulai dari
teknologi produksi, spesifikasi dan standar mutu, sifat dan karakteristik biodiesel dan
B30, tata cara penerimaan, pencampuran, penyimpanan, dan penyaluran biodiesel
dan B30, aspek kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk rekomendasi umum
mengenai untuk penyediaan B30 yang aman, handal, dan ramah lingkungan.
Pedoman ini merupakan pedoman yang bersifat umum yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk membuat pedoman yang bersifat khusus sesuai dengan kebutuhan dari
pemangku kepentingan itu sendiri. Pedoman umum ini juga dapat digunakan sebagai
acuan pembuatan Petunjuk Teknis maupun SOP yang lebih terinci sesuai dengan
kebutuhan dari masing-masing sektor.
Kami menyadari pedoman yang telah tersusun ini masih belum sempurna, untuk itu
kami terbuka dalam menerima saran dan masukan untuk penyempurnaan pedoman ini
ke depan. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas perhatian,
dukungan dan kerja sama dalam penyusunan Pedoman ini.
ttd
Dadan Kusdiana
Bahan bakar yang dibuat dari sumber daya nabati, alias bahan bakar nabati (BBN,
biofuels) dipandang sebagai bahan bakar cair alternatif paling tepat untuk mensubstitusi BBM,
karena selain bersifat terbarukan dan lebih ramah lingkungan, juga seringkali dapat diproduksi
dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Biodiesel adalah yang paling maju
pemanfaatannya di Indonesia. Biodiesel digunakan dalam bentuk campuran yang dikenal
dengan istilah bahan bakar campuran biodiesel dan Indonesia telah menetapkan campuran
30% biodiesel di dalam minyak solar (B30).
Seiring dengan percepatan peningkatan pemanfaatan biodiesel di dalam negeri, muncul
beberapa isu teknis dalam pengaplikasiannya di lapangan. Peningkatan kualitas melalui
perbaikan standar atau spesifikasi menjadi syarat mutlak untuk kelangsungan pemanfaatan
campuran biodiesel di segala sektor. Guna menjawab tuntutan pengguna, maka Pemerintah
secara aktif mendorong peningkatan kualitas biodiesel dari sisi produsen biodiesel melalui
peningkatan standar mutu pada beberapa parameter penting seperti kadar air, kadar
monogliserida, CFPP, stabilitas oksidasi, kadar kontaminan, dan kadar logam alkali.
Selanjutnya, untuk menjaga konsistensi kualitas, Pemerintah Indonesia berupaya
memberikan suatu Pedoman dalam Pemanfaatan Bahan Bakar Biodiesel dan Campuran
Biodiesel kepada pemangku kepentingan untuk mengenali dan mempelajari lebih dalam
mengenai biodiesel dan campuran biodiesel serta hal-hal yang perlu diketahui dalam
kelancaran proses penanganan termasuk pencampuran, penyimpanan, dan transportasi,
serta teknik pemanfaatan campuran biodiesel yang aman bagi motor diesel.
Pedoman Umum ini menyediakan informasi teknis mengenai:
(1) Definisi Bahan Bakar Biodiesel, Minyak Solar, dan Campuran Biodiesel 30%,
(2) Standar Mutu Bahan Bakar Biodiesel, Minyak Solar, dan Campuran Biodiesel 30% yang
dinilai „aman‟ bagi kendaraan mesin diesel yang digunakan oleh segala sektor di
Indonesia,
(3) Sifat dan karakteristik biodiesel dan campuran biodiesel yang penting dalam proses
penananganan dan penyimpanan biodiesel dan campuran biodiesel di lapangan,
(4) Prosedur penanganan dan penyimpanan biodiesel dan campuran biodiesel yang sesuai
dengan sifat dan karakteristik biodiesel dan campuran biodiesel. Terdapat lima hal penting
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Memilih material penyimpanan dan penyaluran yang sesuai dengan karakteristik
biodiesel dan campuran biodiesel,
b. Memastikan manajemen penanganan dan penyimpanan biodiesel dan campuran
biodiesel dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur, termasuk memastikan moda
pengangkutan maupun sarana penyimpanan dan penyaluran bebas dari
kontaminasi.
c. Melakukan pengawasan (monitoring) kualitas biodiesel dan campuran biodiesel
secara rutin dan berkala, mulai dari produsen hingga diterima oleh konsumen,
d. Mengoptimalkan teknik pencampuran (blending) biodiesel dan minyak solar agar
diperoleh campuran biodiesel yang sesuai dengan target persentase pencampuran,
PEDOMAN UMUM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BIODIESEL & B30 ii
e. Melengkapi fasilitas penyimpanan dan penyaluran dengan beberapa instrumen
tambahan untuk menjaga konsisten mutu biodiesel dan campuran biodiesel seperti
Automatic Tank Gauge (ATG), N2 blanketing system, draining valve, dan lainnya.
(5) Kompetensi sumber daya manusia yang diperlukan oleh operator pelaksana di lapangan,
terutama pada personel pengambilan contoh atau sampel, dan pelaksana pengujian
mutu bahan bakar di laboratorium.
(6) Penanganan keadaan darurat meliputi penanganan apabila terjadi permasalahan
misalnya apabila terjadi tumpahan (oil spill) maupun jika terjadi kontaminasi air mulai
dari skala kecil hingga besar yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
produk bahan bakar, baik biodiesel maupun campurannya.
Dalam bab akhir Pedoman ini juga disampaikan mengenai rekomendasi teknis bagi produsen,
pencampur, dan penyalur biodiesel dan campuran biodiesel yang dinilai dapat memberikan
rambu-rambu penting dalam pelaksanaan penyediaan dan penyaluran di lapangan.
PENGANTAR ...................................................................................................................i
EXECUTIVE SUMMARY ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................... 3
BAB II. DEFINISI BIODIESEL, MINYAK SOLAR, DAN CAMPURAN BIODIESEL ..... 4
2.1 Biodiesel ............................................................................................................. 4
2.1.1 Bahan Baku ................................................................................................... 4
2.1.2 Teknologi Produksi ........................................................................................ 5
2.1.3 Spesifikasi Biodiesel ..................................................................................... 6
2.2 Minyak Solar .................................................................................................... 10
2.2.1 Bahan Baku ................................................................................................. 10
2.2.2 Teknologi Produksi ...................................................................................... 10
2.2.3 Spesifikasi Minyak Solar ............................................................................. 11
2.3 Campuran Biodiesel ......................................................................................... 16
2.3.1 Teknologi Produksi Campuran Biodiesel .................................................... 16
2.3.2 Spesifikasi B30 ............................................................................................ 17
BAB III. SIFAT DAN KARAKTERISTIK BIODIESEL DAN CAMPURAN BIODIESEL19
3.1 Sifat dan Karakteristik Minyak Solar, Biodiesel, dan Campuran Biodiesel ...... 19
3.1.1 Kemampuan Melarutkan (Solvency) ................................................................ 21
3.1.2 Kemampuan Menyerap Air .............................................................................. 21
3.1.3 Stabilitas dan Pembentukan Deposit ............................................................... 22
3.1.4 Pengaruh pada Lingkungan dengan Temperatur Rendah .............................. 23
3.1.5 Kandungan Energi ........................................................................................... 24
3.1.6 Biodegradasi .................................................................................................... 24
3.2 Kesesuaian Material dengan Karakteristik Biodiesel dan Campuran Biodiesel
24
3.2.1 Material Logam Tangki Penyimpan dan Jalur Perpipaan ........................... 25
3.2.2 Material Elastomer ...................................................................................... 25
3.2.3 Material Polimer .......................................................................................... 27
3.2.4 Material Sampling Bottle ............................................................................. 27
Tabel 3. 1 Perbedaan Sifat dan Karakteristik antara Biodiesel dan Minyak Solar ....... 20
Tabel 3. 2 Konsekuensi dari Pencampuran Biodiesel dalam Minyak Solar ................. 20
Tabel 3. 3 Kesesuaian Material Logam dengan Biodiesel ............................................ 25
Tabel 3. 4 Kompatibilitas Berbagai Elastomer terhadap Biodiesel ............................... 26
Tabel 3. 5 Kompatibilitas Berbagai Elastomer terhadap B30 ....................................... 27
Tabel 4. 1 Korelasi antara Jumlah Minimal Kompartemen dengan Spot Sampling ..... 33
Tabel 4. 2 Spot Sampling di Tangki .............................................................................. 34
Tabel 4. 3 Rasio Sampling Minimal untuk Populasi Drum/Jerry-can/Truk ................... 35
Tabel 4. 4 Parameter yang Diujikan pada Critical Test/Short Test ............................... 37
Tabel 4. 5 Rujukan Parameter Uji ................................................................................. 38
Tabel 4. 4 Penilaian Metode Pencampuran terhadap Capaian Persentase Biodiesel . 66
Gambar 2. 1 Sumber Hayati untuk Bahan Baku Biodiesel (foto dari berbagai sumber) ......... 5
Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Produksi Biodiesel .................................................... 5
Gambar 2. 3 Pengolahan Minyak Bumi dengan Distilasi Bertingkat ............................ 11
Gambar 4. 1 Peralatan Pengambilan Sampel (a) Weighted Beaker, (b) Weighted Bottle
Catcher, dan (c) Core Thief Trap (foto diambil dari berbagai sumber) ......................... 32
Gambar 4. 2 Ilustrasi Level Kompartemen yang menjadi Rujukan Teknik Sampling ... 33
Gambar 4. 3 Contoh Ilustrasi Spot Sampling pada Tongkang ..................................... 33
Gambar 4. 4 Ketentuan Spot Sampling berdasarkan Kapasitas/Level Tangki Vertikal 35
Gambar 4. 5 Ketentuan Spot Sampling berdasarkan Kapasitas/Level Tangki Horizontal
...................................................................................................................................... 35
Gambar 4. 6 Peta Sebaran Pabrik Biodiesel di Indonesia (Status 2019) ..................... 44
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Unit Kilang PT Pertamina di Indonesia ............................. 45
Gambar 4. 8 Titik Penerimaan Biodiesel dan Kegiatan Pencampuran di Area Operasi
PT Pertamina ............................................................................................. 46
Gambar 4. 9 Titik Penerimaan Biodiesel dan Kegiatan Pencampuran di Area Operasi
BU BBM Swasta ........................................................................................ 47
Gambar 4. 10 Contoh Landasan di Lokasi Penerimaan ............................................... 50
Gambar 4. 11 Ilustasi In-line Blending dengan Static Mixer ......................................... 61
Gambar 4. 12 Ilustrasi Metode In-Tank Blending dengan Circulation Pump................ 63
Gambar 4. 13 Ilustrasi Metode Sekuensial In-Truck Blending...................................... 64
Gambar 4. 14 Ilustrasi Metode Sekuensial In-Vessel Blending .................................... 65
Gambar 4. 15 Moda Transportasi untuk B30 (dari berbagai sumber) .......................... 67
Gambar 4. 16 Penampang Kapal Pengangkut Bahan Bakar ....................................... 68
Gambar 4. 17 Ilustrasi (a) Oil Tanker, (b) SPOB, (c) LCT(SP), dan (d) Tongkang
(diambil dari berbagai sumber) ................................................................. 70
Gambar 4. 18 Contoh Konstruksi dan Kelengkapan Tangki Pencampur dan/atau ...... 71
Gambar 4. 19 Tangki dengan Pelapisan Cat Reflektor (lokasi: PT Adaro Indonesia).. 72
Gambar 4. 20 Instalasi Air Pendingin untuk Pendinginan Tangki Penyimpan saat terjadi
Peningkatan Temperatur (lokasi: PT Adaro Indonesia) ........................... 72
Gambar 4. 21 Area Bund Wall di Sekeliling Tangki Penyimpan (lokasi: PT Adaro
Indonesia)...................................................................................................................... 73
Gambar 4. 22 Bak Penampungan untuk Air Buangan (lokasi: Dipo KAI Tarahan) ...... 73
Gambar 4. 23 Visualisasi ATG dan Penempatannya pada Tangki Penyimpan ........... 74
Gambar 4. 24 Jalur Perpipaan Gas N2 pada Kapal ..................................................... 74
Gambar 4. 25 Ilustrasi Suplai Gas N2 pada Kompartemen Kapal ............................... 75
Gambar 4. 26 Ilustrasi Tangki Penyimpan dengan Fasilitas N2 Blanketing ................. 76
Gambar 4. 27 Label Tanda Bahaya untuk B30 berdasarkan Kategori Titik Nyala ....... 77
o
C : Derajat Celcius
o
F : Derajat Fahrenheit
%-massa : Persentase dalam massa/berat
%-vol : Persentase dalam volume
APAR : Alat Pemadan Kebakaran
APD : Alat Pelindung DIri
API : American Petroleum Institute
API RP : American Petroleum Institute Recommended Practices
AOCS : American Oil Chemists Society
ATG : Automatic Tank Gauge
ASTM : American Standard Testing Materials
bbls : Barrels (satuan)
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah)
B100 : Biodiesel Murni
Bxx : Campuran Biodiesel
BBM : Bahan Bakar Minyak
BBN : Bahan Bakar Nabati
BPH Migas : Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas
BU BBM : Badan Usaha Bahan Bakar Minyak
BU BBN : Badan Usaha Bahan Bakar Nabati
Ca : Kalsium
CCI : Calculated Cetane Index
CFPP : Cold Filter Plugging Point
CoQ/CoA : Certificate of Quality/Certificate of Analysis
COT : Cargo Oil Tank
CS : Carbon Steel
DJE : Direktorat Jenderal EBTKE
DJM : Direktorat Jenderal Migas
EBTKE : Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
EMAL : Ester Metil Asam Lemak
EN : European Standard
ft : Feet (satuan panjang)
FAME : Fatty Acid Methyl Esters
FBP : Final Boiling Point
FS : Floating Storage
GT : Gross Tonnes
HDPE : High Density Poly Ethylene
HFRR : High-Frequency Reciprocating Rig
HLA : High Level Alarm
HHLA : High High Level Alarm
Berdasarkan tinjauan bahan baku produksi, istilah biodiesel merujuk pada bahan bakar
motor diesel yang berasal dari sumber hayati atau “bio” yang terdiri dari ester alkil
(metil, etil-, atau propil-) rantai panjang. Biodiesel diproduksi melalui konversi minyak
nabati maupun lemak hewani dengan alkohol menjadi ester asam lemak. Apabila
digunakan alkohol jenis metanol maka akan menghasilkan ester metil asam lemak
(EMAL) atau fatty acid methyl esters (FAME). Biodiesel dapat digunakan sebagai
bahan bakar motor diesel dalam bentuk murni ataupun dicampurkan dalam minyak
solar dengan variasi persentase. Pemerintah Indonesia mensyaratkan penggunaan
30% biodiesel dalam campurannya dengan minyak solar, dikenal dengan sebutan
teknis B30.
2.1 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil
asam lemak (fatty acid methyl ester, FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak
hewani dan memenuhi standar mutu yang disyaratkan, di Indonesia spesifikasi teknis
biodiesel diatur dalam SK Dirjen EBTKE No. 189.K/10/DJE/2019. Struktur generik molekul
FAME ditampilkan pada Gambar 2.1 dan biodiesel murni dinotasikan sebagai B100,
sedangkan campuran biodiesel dinotasikan dengan Bxx yang menyatakan persentase
biodiesel dalam campurannya dengan minyak solar. Biodiesel (B100) memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang „mirip‟ dengan minyak solar sehingga campuran biodiesel (Bxx) dapat
digunakan langsung pada motor diesel tanpa modifikasi atau dengan modifikasi minor.
R’ C OCH3
Ester Metil
Gambar 2.1 Struktur Generik Molekul Biodiesel
3
Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Produksi Biodiesel
Kandungan asam lemak minyak nabati akan menentukan pemilihan reaksi yang
digunakan, esterifikasi atau transesterifikasi. Apabila hasil pengujian asam lemak bebas
minyak nabati menunjukkan bahwa kandungan yang tinggi (> 5%), maka perlu dilakukan
reaksi esterifikasi dan dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi. Namun, apabila kandungan
asam lemak bebas dalam minyak nabati rendah (< 5%), maka cukup dipilih reaksi
transesterifikasi.
Pada pengolahan minyak bumi tahap kedua, dilakukan berbagai proses lanjutan dari hasil
penyulingan pada tahap pertama. Proses-proses tersebut meliputi:
1. Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan struktur kimia
senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai, alkilasi (pembentukan
alkil), polimerisasi (penggabungan rantai karbon), reformasi (perubahan struktur), dan
isomerisasi (perubahan isomer).
2. Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga
didapatkan hasil lebih banyak dengan mutu lebih baik.
3. Proses kristalisasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik cairnya.
Misalnya, dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan
akan diperoleh produk sampingan lilin/wax.
4. Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap pertama dan
tahap kedua sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-kotoran ini harus
dibersihkan dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH), clay, atau hidrogenasi.
Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokan berdasarkan titik didih dan jumlah atom
karbon pembentuk rantai karbonnya.
Spesifikasi Spesifikasi
Minyak Solar Minyak Solar
No Karakteristik Satuan 48 51 Metode Uji
Min Max Min Max
Bilangan Setana:
1 Angka Setana atau 48 51 ASTM D 613
Indeks Setana 45 48 ASTM D 4737
ASTM D 4052 /
2 Berat Jenis pada 15°C kg/m³ 815 870 810 850
ASTM D1298
3 Viskositas pada 40°C mm²/s 2,0 4,5 2,0 ASTM D 445
0,25 ASTM D 4294 /
1 0,05
4 Kandungan Sulfur % m/m 0,05 ⁾ 1 ASTM D 5453 /
2 0,005 ⁾
0,005 ⁾ ASTM D2622
Distilasi: 90 % vol.
5 °C 370 370 ASTM D 86
Penguapan
mg
13 Bilangan Asam Kuat 0 0 ASTM D 664
KOH/gr
mg
14 Bilangan Asam Total 0,6 0,3 ASTM D 664
KOH/gr
Jernih dan Jernih dan
15 Penampilan Visual - Terang Terang
Visual
Bilangan Setana:
1 Angka Setana atau 48 51 ASTM D 613
Indeks Setana 45 48 ASTM D 4737
ASTM D 4052 /
2 Berat Jenis pada 15°C kg/m³ 815 880 810 850
ASTM D1298
3 Viskositas pada 40°C mm²/s 2,0 4,5 2,0 ASTM D 445
0,25
1 ASTM D 4294 /
0,2 ⁾ 0,05
4 Kandungan Sulfur % m/m 2 1 ASTM D 5453 /
0,05 ⁾ 0,005 ⁾
3 ASTM D2622
0,005 ⁾
Distilasi: 90 % vol.
5 °C 370 370 ASTM D 86
Penguapan
mg
14 Bilangan Asam Kuat 0 0 ASTM D 664
KOH/gr
mg
15 Bilangan Asam Total 0,6 0,3 ASTM D 664
KOH/gr
Jernih dan Jernih dan
16 Penampilan Visual - Terang Terang
Visual
jam 35 EN 15751
19 Kestabilan Oksidasi
ASTM D 7545 /
menit 45
EN 16091
ASTM D 6217 /
20 Kontaminasi Partikulat mg/l Tidak Diatur 10
ASTM D 7321
3.1.6 Biodegradasi
Kontaminasi mikrobiologi seperti jamur (aerobic fungus), bakteri, dan yeast dapat terjadi
akibat tingginya kadar air di dalam media penyimpan biodiesel. Untuk mencegah adanya
kontaminasi mikrobiologi di dalam penyimpanan biodiesel/campuran biodiesel, selalu pastikan
biodiesel/campuran biodiesel bebas dari kontaminasi air dengan melakukan draining secara
rutin. Lebih lanjut, dapat pula dilakukan pembubuhan sejumlah aditif anti-mikroba.
Material Keterangan
Carbon steel (CS), Stainless steel (SS), Umum ditemukan dan digunakan dalam
Aluminium (Al) fasilitas penyimpanan dan penyaluran
bahan bakar, terkonfirmasi tidak
menemukan masalah.
Kuningan, Perunggu, Tembaga, Timah, Tidak direkomendasikan dipakai untuk
Seng menyimpan biodiesel karena
menyebabkan akselerasi degradasi
oksidatif biodiesel yang ditandai dengan
pembentukan sedimen tidak terlarut atau
gel, serta padatan menyerupai garam-
garam mineral.
Solder Timbal/Timah hitam, lapisan Seng Tidak direkomendasikan; semua peralatan
(Zn), pipa Tembaga, regulator Kuningan, yang dapat terpengaruh bahan bakar agar
dan fiting Tembaga diganti dengan stainless steel, carbon steel
atau aluminium
Sumber: NREL Biodiesel Handling and Use Guide (Fifth Edition, 2016)
Pengggunaan karet alam dan sejumlah karet sintetik pada seal ataupun hose
yang berkontak langsung dengan biodiesel dapat menyebabkan berbagai
permasalahan. Pemilihan material yang tepat dapat meminimalisir permasalahan,
seperti kebocoran akibat degradasi material. Fenomena „melar‟ atau „getas‟ (swelling)
pada elastomer menunjukkan ketidaksesuaian antara material dan bahan bakar, yang
menyebabkan hilangnya sifat keelastisan bahan dan kemampuannya sebagai
„sealant’. Adapun untuk B30, sejumlah material telah diuji seperti yang ditampilkan
pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3. 5 Kompatibilitas Berbagai Elastomer terhadap B30
Rantai pasokan (supply chain) campuran biodiesel dimulai dari produsen, penerimaan
(receiving), penyimpanan (storage), pencampuran (blending), dan penyaluran
(distribution). Setiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengawal
kualitas bahan bakar agar memenuhi standar dan mutu (spesifikasi) yang
dipersyaratkan hingga diterima oleh konsumen. Syarat utama untuk menjaga kualitas
campuran biodiesel hingga penerimaan di konsumen adalah sebagai berikut:
Jaminan kualitas bahan bahan bakar: biodiesel, minyak solar, dan campuran
biodiesel, harus sesuai dengan persyaratan minimum yang ditetapkan.
Lakukan upaya penanganan dan penyimpanan biodiesel/campuran biodiesel yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan. Cara penanganan
bahan bakar mulai tahap sampling, pengujian, penerimaan, pencampuran,
penyimpanan, dan penyaluran, termasuk kepatuhan terhadap standar operasi
yang ditetapkan oleh masing-masing pengguna.
Lakukan pengawasan (monitoring) mutu bahan bakar, dimulai dengan kegiatan
sampling, pengujian, dan pengolahan data hasil uji yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Lakukan pemilihan dan penyesuaian material (logam, elastomer) yang sesuai
dengan sifat dan karakteristik biodiesel dan B30 (merujuk pada subbab 3.2).
Metode sampling untuk BBM dan BBN dapat mengacu pada metode ASTM D 4057 –
Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products [13].
Untuk memperoleh sampel yang mewakili keseluruhan isi tangki, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Jenis pengujian sifat fisika dan kimia bahan bakar akan menentukan prosedur
sampling, jumlah sampel, dan pengkondisian penanganan.
b) Kebersihan peralatan sampling agar tidak merusak karakteristik sampel.
Gambar 4. 1 Peralatan Pengambilan Sampel (a) Weighted Beaker, (b) Weighted Bottle
Catcher, dan (c) Core Thief Trap (foto diambil dari berbagai sumber)
Number of Samples
Liquid Level
Upper Middle Lower
Liquid level ≤ 3 m (≤ 10 ft) X
Liquid level > 3 and ≤ 6 m (> 10 and ≤ 20
X X
ft)
Liquid level > 6 m (> 20 ft) X X X
Pada sampling secara random, rasio sampling dapat merujuk pada Tabel 4.3
(untuk jumlah populasi lebih dari 1331 dapat merujuk pada ASTM D 4057-17),
Prosedur sampling dijelaskan sebagai berikut:
Drum dimiringkan sedemikian rupa sehingga endapan dan air terkumpul
di titik terendah isi drum dan diendapkan minimum 10 menit.
Tutup drum dibuka dan diambil contoh dasar untuk pemeriksaan visual
menggunakan pipet transparan yang sesuai dan bersih.
Bila hasil pemeriksaan visual tidak baik, diambil contoh tengah secara
random untuk pengujian laboratorium.
1. Pastikan konstruksi palka, jalur perpipaan, pompa, koneksi, dan elastomer sesuai
dengan sifat dan karakteristik biodiesel merujuk subbab 3.2.4. Selain itu, perlu
disesuaikan juga dengan kebijakan HSE dari pembeli.
2. Pastikan biodiesel berasal dari tangki penyimpan yang dilengkapi dengan hasil
pengujian on spec.
3. Pastikan kebersihan kapal pengirim biodiesel, lakukan pemeriksaan histori palka
kapal. Lakukan tank cleaning untuk setiap pergantian produk, merujuk pada
subbab 4.3.2.
4. Dalam pemuatan bahan bakar ke palka, minimalkan ruang kosong untuk
mencegah kondensasi uap air berlebih selama proses shipping.
5. Setelah proses pemuatan biodiesel ke palka, seluruh katup koneksi harus disegel
oleh lembaga yang sudah ditunjuk dan tersertifikasi secara nasional.
6. Setiap pengiriman biodiesel wajib menyertakan dokumen MSDS dan CoA/CoQ.
Dalam proses penerimaan melalui truk, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Memastikan infrastruktur pendukung tersedia seperti shelter sebagai pelindung
saat bongkar muat dari truk,
(2) Melakukan verifikasi CoA/CoQ dengan melakukan sampling pada kompartemen
truk, membandingkan dengan CoA/CoQ dari BU BBN, sekurang-kurangnya
parameter yang ditetapkan sebagai parameter critical test. Apabila terdeteksi
adanya parameter off spec, maka dapat dilakukan re-sampling dan re-testing
seperti contoh pada Lampiran 7.
(3) Tidak disarankan melakukan bongkar muat saat kondisi hujan (kecuali landasan
dilengkapi dengan shelter) atau kondisi emergensi lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan biodiesel di dalam tangki meliputi:
1. Melaksanakan managemen penyimpanan minyak solar yang baik, seperti:
a. Dimulai dengan mencegah akumulasi air pada badan dan dasar cairan,
pemeriksaan dapat dibantu dengan indikator pasta air atau dengan instalasi
automatic tank gauge (ATG),
b. Melakukan draining air secara rutin, sekurang-kurangnya setiap minggu, atau
dapat dipercepat sesuai kondisi penyimpanan dan indikasi lainnya,
c. Memastikan kondisi tangki dan aksesorisnya (venting, draining valve, ATG)
terjaga dan berfungsi dengan baik,
d. Memastikan pompa dan aksesorisnya berfungsi dengan baik, termasuk
kebersihan strainer pompa, lakukan penggantian apabila terindikasi adanya
akumulasi sedimen,
e. Melakukan tank cleaning dengan ketentuan seperti subbab 4.4.1.
2. Melakukan monitoring kualitas biodiesel di dalam tangki penyimpan, seperti:
a. Melakukan sampling sesuai level cairan dalam tangki (merujuk Tabel 4.2)
termasuk bottom sampling dan pengujian sekurang-kurangnya critical test
pada laboratorium internal atau laboratorium yang telah ditetapkan pihak
produsen/pencampur.
Setiap minggu,
Setiap bulan,
Setiap 3 bulan, untuk dilakukan full test.
Khusus bottom sampling ditujukan untuk memonitor akumulasi air pada
dasar tangki.
b. Apabila dilakukan penerimaan baru/topping-up pada minyak solar yang tersisa
di tangki penyimpan, segera lakukan critical test,
3. Sebelum digunakan untuk proses pencampuran, lakukan pemeriksaan parameter
minimal seperti kejernihan dan kadar air.
Penyimpanan bahan bakar B30 tidak disarankan lebih dari 3 bulan, kecuali pada tangki
penyimpan terpasang filter udara yang selalu diinspeksi secara rutin sehingga ketika
campuran biodiesel dikeluarkan dari tangki, udara yang masuk ke dalam ruang uap tangki
bebas dari mikroba. Apabila B30 disimpan lebih dari 1 (satu) bulan, maka parameter yang
menjadi perhatian antara lain kadar air, angka asam, titik kabut, dan stabilitas oksidasi.
Semakin tinggi kadar biodiesel di dalam campuran, maka semakin kuat pengaruh karakter
biodiesel terhadap karakter campuran. Oleh karena itu, penyesuaian fasilitas penyimpanan
maupun komponen logam/non logam perlu mendapat perhatian untuk menjaga kualitas B30.
Dalam praktik lapangan, B30 dapat ditemui tersimpan di dalam tangki atas tanah, bawah
tanah, maupun tangki kendaraan. Persyaratan penyimpanan B30 di dalam tangki atas tanah
tidak sesulit penyimpanan biodiesel. B30 dapat disimpan di dalam tangki yang sebelumnya
biasa dipergunakan untuk menyimpan minyak solar, dengan catatan dilakukan tank cleaning
untuk memastikan tangki bebas dari kontaminan seperti air, lumpur, dan karat yang
menempel di dinding tangki. Jika karat tidak dibersihkan, maka pada minggu-minggu awal
penggunaan, frekuensi penggantian filter bahan bakar motor diesel pengguna akan
meningkat. Disarankan melakukan penggantian filter apabila terjadi indikasi penyumbatan
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Khusus untuk penyimpanan B30 di dalam tangki bawah tanah seperti tangki SPBU, maka
perlu dipastikan mengenai beberapa hal berikut: (a) temperatur tangki tidak pernah lebih
rendah dari titik kabut biodiesel, (b) tangki bebas rembesan air, dan (c) tersedianya fasilitas
draining.
Ketentuan penyimpanan B30 di dalam tangki penyimpan diuraikan sebagai berikut:
a. B30 sebaiknya disimpan pada temperatur tidak lebih rendah dari titik kabutnya atau
o
ditempatkan pada lokasi dengan temperatur ≥ 20 C.
b. Pastikan tangki penyimpan bebas dari kontaminasi air, lakukan prosedur tank cleaning
sebelum melakukan penyimpanan biodiesel dalam tangki,
c. Memilih material tangki penyimpan dan aksesorisnya yang kompatibel dengan sifat dan
karakteristik biodiesel merujuk subbab 3.2.
d. Desain tangki penyimpan wajib dilengkapi dengan fasilitas draining.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan B30 di dalam tangki meliputi:
1. Melaksanakan managemen penyimpanan B30 yang baik, seperti:
a. Menyusun langkah preventif untuk mengurangi kadar air dalam tangki:
Tidak disarankan menyimpan B30 di dalam tangki bahan bakar kendaraan diesel, genset,
kapal dan perangkat alutsista yang penggunaanya tidak rutin, kecuali dilakukan pemeriksaan
kualitas secara berkala dan hasilnya masih memenuhi spesifikasi.
Beberapa hal yang perlu dipahami pihak konsumen mengenai penyimpanan B30, antara lain:
1. Biodiesel memiliki kemampuan melarutkan pengotor (solvensi) pada dinding tangki dan
jalur perpipaan. Lakukan pemeriksaan histori tangki, jenis bahan bakar kendaraan diesel
apa yang biasa digunakan. Jika sebelum menggunakan B30 biasa menggunakan minyak
solar, lakukan tank cleaning dengan bantuan bengkel resmi. Jika sebelumnya telah
menggunakan B20/B30, maka potensi solvensi akibat B30 umumnya telah teratasi,
2. Biodiesel memiliki kecenderungan menyerap air. Apabila akan dilakukan penyimpanan
dalam waktu lama (lebih dari 3 bulan), lakukan pengisian penuh pada tangki bahan bakar
untuk menghindari terjadinya kondensasi uap air dari ruang kosong di atas badan cairan
tangki penyimpan,
3. Biodiesel memiliki massa jenis yang sedikit lebih berat dibandingkan minyak solar,
penyimpanan dalam waktu lama (lebih dari 3 bulan) berpotensi menyebabkan
terpisahnya kedua campuran tersebut. Sekalipun mesin tersebut jarang digunakan,
operasikan mesin secara berkala.
4. Khusus untuk genset yang jarang digunakan, pada pemakaian awal B30 sebaiknya
genset dioperasikan selama 40 jam tanpa henti untuk flushing sistem bahan bakar.
Pemeriksaan kualitas B30 pada tangki penyimpan di genset dapat dilakukan dengan
proses draining minimal satu minggu sekali, mengamati kejernihan bahan bakar, dan
melakukan pengujian utamanya untuk parameter kadar air dan angka asam, dapat pula
1. Koreksi densitas dan temperatur, pengukuran densitas biodiesel dan minyak solar
o o
dilakukan pada temperatur yang berbeda yaitu 40 C dan 15 C. Setelah diketahui
densitas dari masing-masing bahan bakar, perlu dilakukan lagi pengukuran
temperatur dari kedua bahan bakar sebelum proses pencampuran. Hal ini
mengingat pencampuran dilakukan berdasarkan ukuran volumetrik, dimana
perbedaan temperatur akan menyebabkan perubahan densitas dan perbedaan
jumlah volume.
2. Turbulensi dalam pencampuran, merupakan suatu mekanisme aliran fluida yang
bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling
interaksi. Hal ini memberikan keuntungan dalam pencampuran biodiesel dan
minyak solar untuk meningkatkan target persentase dan homogenitas. Untuk
memaksimalkan turbulensi dalam pencampuran, dapat digunakan bantuan
pengaduk baik dengan pompa sirkulasi ataupun static mixer.
3. Pemilihan infrastruktur unit pencampuran, metode pencampuran akan
mempengaruhi waktu pengadukan, kapasitas dan homogenitas.
4. Monitoring terhadap homogenitas pencampuran dapat dilakukan dengan prosedur
sampling pada berbagai titik (merujuk subbab 4.2) dengan target kadar FAME.
Sebagai referensi pemilihan static mixer dan pola pencampuran yang dihasilkan oleh
in-line blending with static mixer dapat dilihat pada Lampiran 8.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses in-tank blending, antara lain:
Jaminan kebersihan tangki pencampur dari pengotor (air, lumpur, dan lainnya).
Pemuatan bahan bakar sebaiknya dari bottom loading, diawali dengan biodiesel,
dilanjutkan dengan minyak solar untuk meningkatkan proses
pencampuran/pengadukan.
Lakukan koreksi temperatur antara biodiesel dan minyak solar yang akan dimuat
ke tangki pencampuran sehingga tercapai konsentrasi campuran di dalam tangki
sebesar 30% (B30).
Pompa penyaluran dari penyimpanan biodiesel dan penyimpanan minyak solar
berfungsi dengan baik, dilengkapi dengan pressure gauge dan flowmeter pada
outlet pompa.
Durasi dan teknik agitasi (misalnya penggunaan pompa sirkulasi, instalasi side
agitator, difuser) mempengaruhi tingkat homogenitas pencampuran.
Pengaturan dapat dilakukan dengan sistem PLC (Programmable Logic Controller)
dan untuk keadaan darurat dapat ditambahkan instrumen HLA (High Level Alarm)
dan HHLA (High High Level Alarm) yang terhubung ke sirine dan strobelight.
Sebagai referensi pola pencampuran yang ideal untuk memperoleh B30 dengan
homogenitas tinggi pada in-tank blending, dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jaminan kebersihan tangki pencampur dari pengotor (air, lumpur, dan lainnya).
Pemuatan bahan bakar sebaiknya dari bottom loading diawali dengan biodiesel,
dilanjutkan dengan minyak solar untuk meningkatkan proses
pencampuran/pengadukan.
Lakukan koreksi temperatur antara biodiesel dan minyak solar sebelum pemuatan
ke tangki pencampuran sehingga tercapai konsentrasi campuran di dalam
kompartemen sebesar 30% (B30).
Pemuatan bahan bakar sebaiknya tidak dilakukan saat kondisi hujan untuk
mencegah kontaminasi air, kecuali lokasi pemuatan dilengkapi dengan shelter.
Memastikan pompa penyaluran dari penyimpanan biodiesel dan penyimpanan
minyak solar berfungsi dengan baik, dilengkapi dengan pressure gauge dan
flowmeter pada outlet pompa untuk memastikan rasio pencampuran sudah
sesuai.
Teknik agitasi (misalnya penggunaan pompa sirkulasi, difuser) mempengaruhi
tingkat homogenitas pencampuran.
Durasi pengiriman mempengaruhi tingkat homogenitas pencampuran di titik
serah.
Pemuatan bahan bakar sebaiknya tidak dilakukan saat kondisi hujan untuk
mencegah kontaminasi air.
Lakukan sirkulasi antar kompartemen untuk meningkatkan proses pencampuran,
dapat dilakukan secara berkala, dengan minimal 1 palka kosong.
Memastikan flowrate pompa penyaluran dari tangki penyimpan ataupun
kompartemen kapal berfungsi dengan baik, dilengkapi dengan pressure gauge
dan flowmeter pada outlet pompa.
Durasi sirkulasi mempengaruhi tingkat homogenitas pencampuran.
In-line
Kriteria dengan static In-tank In-truck In-vessel
mixer
Turbulensi 4 2 3 3
Waktu
4 1 2 2
pencampuran
Kapasitas 4 4 1 4
Akurasi
4 2 2 2
pencampuran
Biaya 2 3 3 1
Total 18 12 11 11
Keterangan penilaian: 1: buruk, 2: sedang, 3: baik, 4: sangat baik (diolah dari hasil
Kegiatan Trial B30 (BPPT, 2020))
Tata penyaluran B30 yang direkomendasikan untuk transportasi laut adalah sebagai
berikut:
1. Pastikan konstruksi tangki bahan bakar (oil tank) terbuat dari material yang
kompatibel dengan Biodiesel, seperti high tensile steel, aluminium, coated-
stainless steel atau HDPE. Pastikan seal, gasket, dan koneksi lainnya terbuat dari
material yang kompatibel dengan biodiesel.
Pilihan jenis kapal pengangkut Biodiesel dan B30 relatif beragam tergantung lokasi
penerimaan dan kapasitas jetty penerima. Beberapa jenis kapal yang dapat digunakan
sebagai moda transportasi, antara lain:
1) Oil tanker
2) Self-Propelled Oil Barge (SPOB)
3) Landing Craft Tank (Self-Propeller)/LCT(SP)
4) Barge/Dumb Barge/Tongkang, merupakan jenis kapal dengan bagian dasar datar
yang dirancang khusus untuk angkutan sungai dan kanal, serta dilengkapi dengan
kapal penarik (tug boat).
Beberapa hal yang dapat ditambahkan untuk keamanan penyimpanan antara lain:
Pelapisan tangki dengan cat reflektor
Pemilihan cat reflektor atau cat warna yang memantulkan paparan panas matahari
dianggap mampu menahan serapan panas ke bahan bakar yang berada dalam
tangki penyimpan. Beberapa pilihan warna seperti putih atau abu-abu muda
umumnya digunakan untuk pelapis tangki penyimpan.
Gambar 4. 20 Instalasi Air Pendingin untuk Pendinginan Tangki Penyimpan saat terjadi
Peningkatan Temperatur (lokasi: PT Adaro Indonesia
Gambar 4. 22 Bak Penampungan untuk Air Buangan (lokasi: Dipo KAI Tarahan)
2) Pada Tangki
Selain pada kompartemen/palka kapal, instalasi sistem blanketing inert gas
dapat pula dilakukan pada tangki darat, yang umumnya menggunakan gas N 2 karena
dinilai murah dan mudah didapatkan. Telah disebutkan pada subbab 4.7.1 bahwa
tangki penyimpan biodiesel sebaiknya ditambahkan instalasi N 2 blanketing. Gambar
4.27 mengilustrasikan tangki penyimpan yang dilengkapi dengan N 2 blanketing.
Sistem blanketing tangki umumnya ditemukan pada tangki fixed roof. Sistem
ini mencakup katup/valve untuk mengontrol input N2 ke tangki, katup disesuaikan untuk
mempertahankan tekanan positif konstan kecil di ruangan uap (vapor space). Dalam
kondisi statis, katup ditutup sehingga mematikan aliran. Apabila terjadi kebocoran,
tekanan akan turun dan untuk mengimbangi, N2 akan terinjeksi secara otomatis untuk
menggantikan gas yang terlepas. Demikian pula jika temperatur turun, terjadi
penurunan tekanan di vapor space dan N2 akan mengalir ke tangki.
Saat mengosongkan tangki, laju aliran N 2 yang signifikan dapat terjadi,
sehingga sangat penting untuk mempertahankan tekanan positif dalam tangki. Apabila
laju pemompaan tangki lebih tinggi dari kecepatan penggantian aliran N 2, maka
tekanan negatif dapat menyebabkan kerusakan pada tangki.
4.12 Aspek Keselamatan Kerja
Biodiesel memiliki tingkat keamanan penyimpanan yang tinggi dibandingkan minyak
o o
solar, dimana titik nyala biodiesel di atas 100 C sedangkan minyak solar berkisar 52-96 C.
Adapun B30 memiliki titik nyala di antaranya.
Biodiesel dapat dipadamkan dengan kimia kering, busa, halon, CO2, atau water spray.
Kain yang basah dengan minyak dapat menimbulkan kebakaran secara spontan apabila tidak
ditangani dengan benar. Sebelum dibuang, kain tersebut harus dicuci dengan sabun dan air,
kemudian dikeringkan di area yang memiliki ventilasi baik. Biodiesel akan terbakar jika
Gambar 4. 27 Label Tanda Bahaya untuk B30 berdasarkan Kategori Titik Nyala
Ada dua aspek yang harus diperhatikan saat menentukan ukuran sistem filtrasi,
yaitu:
Efisiensi filter tunggal, karena elemen filter harus membersihkan kontaminan
dalam satu aliran (single pass)
Konsumsi bahan bakar (per tahun) dan konsentrasi kontaminan yang ingin
dihilangkan
3) Coalescer/Separator
Merupakan sistem pemisahan yang terdiri dari dua elemen untuk proses
penyaringan dua tahap (multi stage filtration). Pada tahap awal, bahan bakar yang
terkontaminasi (karat, lumpur, kotoran, dan air terikat) akan difiltrasi
(pemisahan/coalescing terjadi ketika tetesan air terkumpul dalam media
penampung). Sedangkan air bebas (free water) akan dipisahkan pada filtrasi tahap
kedua, sehingga akhirnya dihasilkan bahan bakar solar yang bebas pengotor.
4) Rock Salt Filter Absorb
Merupakan bahan kimia yang memiliki kemampuan penyerapan air yang tinggi dari
suatu bahan bakar, umumnya digunakan pada sistem penyimpanan jet fuel.
Garam-garam ini akan menyerap air dari bahan bakar dan mengemulsikannya
selanjutnya akan terdekantasi secara alami untuk dikeluarkan secara
regular/periodik.
Gambar 4.28 Beberapa Pilihan Teknologi Penghilangan Air dalam Bahan Bakar
Dalam upaya pelaksanaan operasional penyiapan B30 yang handal, aman, dan ramah
lingkungan, semua pihak yang terlibat dalam rantai pasokan (supply chain) B30 yang
meliputi produsen biodiesel dan penyedia minyak solar, serta pencampur, penyalur,
dan penyimpan B30 diharapkan memahami hal-hal sebagai berikut:
(1) Sifat dan karakteristik dasar biodiesel dan campurannya, utamanya penyebab
akselerasi degradasi biodiesel dan campurannya.
(2) Produsen (BU BBN)
Memproduksi biodiesel sesuai dengan standar mutu SK Dirjen EBTKE No.
189.K/10/DJE/2019 dan perubahannya,
Melaksanakan prosedur penyimpanan biodiesel sesuai dengan sifat dan
karakteristik biodiesel, serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan.
- Diawali dengan pemilihan material penyimpanan dan penyaluran
yang sesuai dengan sifat dan karakteristik biodiesel,
- Melaksanakan manajemen penanganan dan penyimpanan
biodiesel seperti draining air secara rutin, pemeriksaan strainer
pompa, tank cleaning secara berkala, dan lainnya.
- Melakukan monitoring kualitas bahan bakar dalam skala minggu,
bulan, dan triwulan,
- Tangki penyimpanan biodiesel sebaiknya dilengkapi dengan
instrumen automatic tank gauge (ATG) untuk memonitor
kandungan air dalam badan cairan. Khusus untuk tangki
penyimpan biodiesel, instalasi N2 blanketing system dapat
ditambahkan untuk mencegah peningkatan kandungan air selama
masa penyimpanan.
Memastikan Biodiesel yang disalurkan on spec hingga titik serah yang
ditetapkan, termasuk menyertakan dokumen CoA/CoQ saat loading Biodiesel
ke kompartemen kapal atau truk maupun jalur perpipaan
Apabila penyaluran dilakukan oleh produsen, maka produsen wajib
memastikan moda penyaluran bebas dari kontaminasi air yang dapat
menyebabkan degradasi hingga kerusakan biodiesel.
- Melakukan tank cleaning kompartemen kapal/truk sebelum
digunakan untuk transportasi biodiesel.
- Apabila diperlukan, melakukan injeksi gas N2 pada kompartemen
kapal dengan waktu pengiriman yang relatif panjang.
(3) Pencampur (BU)
Memastikan biodiesel yang diterima dari BU BBN dan yang akan dicampurkan
ke dalam minyak solar memenuhi standar mutu SK Dirjen EBTKE No.
189.K/10/DJE/2019 dan perubahannya, dengan cara:
- Rekonfirmasi CoA/CoQ yang disertakan pada pengiriman,
- Memverifikasi penerimaan atau penolakan biodiesel berdasarkan
ketetapan hasil uji laboratorium.
[23] BPPT, Laporan Kajian Kompatibilitas Material B30 dan B40, September 2020
[24] Laporan Akhir Uji Jalan (Road test) Penggunaan Bahan Bakar B30 pada
Kendaraan Bermesin Diesel
86
PT. CEMERLANG ENERGY PERKASA
1. CHEMICAL PRODUCT
General Product Name: Biodiesel
Synonyms: Fatty Acid Methyl Ester
Product Description: Methyl Esters from Palm Oil
CAS Number: 67784-80-9
2. COMPOSITION/INFORMATION ON INGREDIENTS
This product contains no hazardous materials.
3. HAZARDS INDENTIFICATION
INHALATION:
Negligible unless heated to produce vapors. Vapors or finely misted materials may irritate the mucous
membranes and irritation, dizziness, and nausea. Remove to fresh air.
EYE CONTACT:
May cause irritation. Irrigate eye with water for at least 15 to 20 minutes. Seek medical attention if
symptoms persist.
SKIN CONTACT:
Prolonged or repeated contact is not likely to cause significant skin irritation. Material is sometimes
encountered at elevated temperatures. Thermal burns are possible.
INGESTION:
No hazards anticipated from ingestion incidental to industrial exposure.
EYES:
Irrigate eyes with a heavy stream of water for at least 15 to 20 minutes.
SKIN:
Wash exposed areas of the body with soap and water.
INHALATION:
Remove from area of exposure, seek medical attention if symptoms persist.
INGESTION
Give one or two glasses of water drink. If gastro-intestinal symptoms develop, consult medical
personnel. (Never give anything by mouth to an unconscious person.)
PT. CEMERLANG ENERGY PERKASA
RESPIRATORY PROTECTION:
If vapours or mists are generated, wear a NIOSH approved organic vapor/mist respirator.
PROTECTIVE CLOTHING:
Safety glasses, goggles, or face shield recommended to protect eyes from mists or splashing PVC
coated gloves recommended to prevent skin contact.
PT. CEMERLANG ENERGY PERKASA
Employees must practice good personal hygiene, washing exposed areas of skin several times daily
and laundering contaminated clothing before re-use.
GENERAL:
This Product is stable and hazardous polymerization will not occur.
WASTE DISPOSAL:
Waste may be disposed of by a licensed waste disposal company. Contaminated absorbent material
may be disposed of in approved landfill. Follow local, state and federal disposal regulations.
OSHA STATUS:
This product is not hazardous under the criteria of Federal OSHA Hazard Communication Standard
29 CFR 1910.1200. However, thermal processing and decomposition fumes from this product maybe
hazardous as noted in Section 2 and 3.
TSCA STATUS:
This product is listed on TSCA.
RCRA STATUS:
If discarded in its purchased form, this product would not be a hazardous waste either by listing or by
characteristic. However, under RCRA, it is the responsibility of the product user to determine at the
time of disposal, whether material containing the product should be classified as a hazardous waste.
(40 CFR 261.20-24)
This information relates only to the specific material designated and may not be valid to such material
used in combination with any other materials or in any other process. Such information is to the best
of the company's knowledge and believed accurate and reliable as of the date indicated. However, no
representation, warranty or graduate of any kind, express or implied, is made as to its accuracy,
reliability or completeness and we assume no responsibility for any loss, damage or expense, direct or
consequential, arising out of use. It is the user's responsibility to satisfy himself as to the suitableness
and completeness of such information for his own particular use.
LAMPIRAN 2
Material Safety Data Sheet (MSDS) B30
SEPTEMBER 2020 | PEDOMAN UMUM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BIODIESEL & B30 93
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 1 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
1. IDENTIFIKASI
Nama Produk : Biosolar
Nama Lain : Biosolar B30, Biodiesel Blend, Campuran Biodisel,
Automotive Diesel Fuel), High Speed Diesel Fuel,
HSD, Gasoil, Marine Gas Oil (MGO), Automotive
Gas Oil (AGO atau Distillate Diesel Fuel
Anjuran dan : Digunakan untuk bahan bakar mesin diesel dengan
Pembatasan putaran tinggi dan sebagian putaran menengah.
Penggunaan Tidak untuk digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan yang menggunakan mesin bensin.
Produsen : PT Pertamina (Persero)
Jl. Medan Merdeka Timur
1A Jakarta Pusat Kode
Pos 10110 Telepon: 1500-
000
Email: pcc@pertamina.com
Nomor Telepon Darurat : 1500-000
2. IDENTIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi Bahaya Produk : Cairan mudah menyala,
Kategori 3 Bahaya aspirasi,
Kategori 1 Korosi/iritasi kulit,
Kategori 2 Toksisitas akut,
inhalasi, Kategori 4
Karsinogenisitas, Kategori 2
Toksisitas pada organ sasaran spesifik (pada paparan
berulang), Kategori 2
Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang, Kategori
2
Kata Sinyal : Awas
Pernyataan Bahaya : Bahaya Fisik
H226 – Cairan dan uap mudah menyala.
Bahaya Kesehatan
H304 – Dapat menyebabkan kematian jika tertelan
dan
masuk ke dalam saluran/jalan napas.
H315 – Menyebabkan iritasi kulit.
H332 – Berbahaya jika terhirup.
H351 – Diduga menyebabkan
kanker.
H373 – Mungkin dapat menyebabkan kerusakan pada
organ melalui paparan yang lama atau berulang.
Bahaya Lingkungan
H411 – Toksik pada ekosistem air dengan efek
berkepanjangan.
Pernyataan kehati-hatian : Pencegahan
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
P202 – Jangankemenangani produk sampai
2 dari 12
semua
tindakan
pencegahan keselamatan dibaca dan dipahami.
P210 – Jauhkan dari panas/percikan/api terbuka
/permukaan yang panas. Dilarang merokok.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 3 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
2. IDENTIFIKASI BAHAYA
P233 – Jaga wadah tertutup rapat.
P240 – Lakukan “Ground/Bond” pada wadah dan
peralatan penerima.
P241 – Gunakan peralatan
kelistrikan/ventilasi/ pencahayaan yang tahan
ledakan.
P242 – Hanya gunakan peralatan yang tidak
menimbulkan percikan api.
P243 – Ikuti petunjuk pencegahan listrik statis.
P260 – Jangan menghirup
debu/fume/gas/mist/uap/spray dari produk.
P264 – Cuci tangan yang benar setelah menangani
produk. P271 – Hanya gunakan produk di luar
ruangan atau di dalam ruangan yang ventilasinya
sudah baik.
P273 – Hindari produk agar tidak mencemari
lingkungan. P280 – Gunakan sarung tangan
pelindung /pakaian pelindung /pelindung
mata/pelindung wajah.
Respon
P301+P310 – JIKA TERTELAN: Segera hubungi
SENTRA
INFORMASI KERACUNAN atau dokter/tenaga
medis. P331 – JANGAN merangsang muntah.
P303+361+P353 – JIKA TERKENA KULIT (atau
rambut):
Pindahkan/lepas segera seluruh pakaian
yang terkontaminasi. Bilas kulit
dengan air mengalir.
P332+P313 – Jika terjadi iritasi kulit:
Dapatkan pertolongan medis.
P312 – Hubungi SENTRA INFORMASI KERACUNAN
atau
dokter/tenaga medis jika anda merasa tidak sehat.
P362 – Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan
cuci sebelum dipakai kembali.
P370+P378 – Jika terjadi kebakaran: Gunakan
karbon dioksida/dry chemical powder/foam untuk
memadamkan. P391 – Kumpulkan tumpahan.
Penyimpanan
P403+P235 – Simpan di tempat berventilasi baik.
Simpan
di tempat yang sejuk.
Pembuangan
P501 – Buang isi/wadah sesuai dengan prosedur
pembuangan yang sudah ditentukan.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Piktogram : ke 4 dari 12
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 5 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Tertelan : Bahaya aspirasi: jangan merangsang6 muntah
ke dari 12 atau
memberikan apapun melalui mulut karena produk ini
dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan
kerusakan paru-paru yang parah.
Jika korban mengantuk atau tidak sadarkan diri dan
muntah, miringkan korban ke sisi kiri dengan posisi
kepala
di bawah.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 7 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
4. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Jika memungkinkan, jangan tinggalkan korban tanpa
pengawasan dan lakukan observasi pernapasan
korban.
Cari pertolongan medis.
Kumpulan gejala atau : Kulit kering dan iritasi mungkin terjadi pada
efek paparan
penting (akut atau kronis) berulang. Konsentrasi uap yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi pernapasan ringan, sakit
kepala, kantuk, pusing, kehilangan keseimbangan,
disorientasi dan kelelahan.
Tertelan produk dapat menyebabkan iritasi saluran
pencernaan, mual, muntah, dan diare.
Indikasi yang : Pengobatan dilakukan sesuai dengan gejala yang
memerlukan timbul.
bantuan medis atau
khusus
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 9 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
5. TINDAKAN PEMADAMAN KEBAKARAN
c. Foam/busa : Bila dalam suatu wadah, semprotkan busa pada
dinding bagian dalam jangan pada cairan yang
terbakar, searah dengan angin dan bila hanya suatu
ceceran, semprotkan pada pangkal api sampai
semua terselimuti searah dengan angin.
Alat pelindung khusus : Untuk kejadian kebakaran pada area yang relatif
untuk pemadam tertutup, maka orang yang melakukan pemadaman
kebakaran kebakaran harus menggunakan Self Contained
Breathing Apparatus
(SCBA)
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 10 dari 12
Metode dan bahan : Lakukan absorpsi tumpahan menggunakan bahan
untuk penangkalan penyerap (sorbent), pasir, tanah lempung dan bahan
(containment) dan penghambat kebakaran lainnya.
pembersihan Bersihkan dan buang pada tempat pembuangan
yang telah ditentukan oleh peraturan setempat.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 11 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
6. TATA CARA PENANGGULANGAN TUMPAHAN
Jika terjadi kontaminasi tanah, bersihkan tanah yang
terkontaminasi untuk remediasi atau pembuangan,
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 13 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
8. KONTROL PAPARAN ATAU PERLINDUNGAN DIRI
Perlindungan : Pakailah alat pelindung pernapasan jika konsentrasi
pernapasan di udara telah melebihi Nilai Ambang Batas.
Tindakan higienis : Terapkan kebersihan perorangan yang baik.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Material yang tidak : Halogen, asamkekuat, basa, dan oksidator
14 kuat.
dari 12
kompatibel
Produk berbahaya hasil : Karbon monoksida.
dekomposisi
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 15 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
11. INFORMASI
TOKSIKOLOGI
Uraian lengkap dan komprehensif tentang efek toksikologi/kesehatan
Toksisitas akut : Hasil toksikologi akut menunjukkan tidak ada
pengaruh akut melalui pernapasan, pada saat uji
menggunakan mist
maupun uapnya.
Korosi/iritasi kulit : Menyebabkan iritasi kulit. Paparan berulang dapat
menyebabkan kulit kering atau pecah-pecah.
Kerusakan atau : Menyebabkan iritasi mata ringan.
iritasi serius pada
mata
Sensitisasi : Tidak menyebabkan sensitisasi saluran
saluran pernapasan/kulit.
pernapasan/kul
it
Mutagenitas pada : Tidak menyebabkan efek genetik yang diwariskan/
sel nutfah diturunkan.
Karsinogenitas : Diduga dapat menyebabkan kanker. Distilat minyak
bumi diketahui menyebabkan kanker pada tikus
dalam paparan melalui kulit jangka panjang dan
terus menerus. Studi lanjutan menunjukkan bahwa
tumor ini diproduksi melalui mekanisme
nongenotoksik yang berhubungan dengan kerusakan
dan perbaikan sel, serta cenderung tidak
menyebabkan tumor tanpa adanya iritasi kulit
berkepanjangan.
Toksisitas : Paparan melalui kulit terhadap tikus yang sedang
terhadap hamil pada dosis representatif tidak memberikan
reproduksi efek yang merugikan, baik terhadap induknya
maupun terhadap keturunannya.
Toksisitas pada : Tidak menimbulkan efek pada organ sasaran setelah
organ sasaran paparan tunggal.
spesifik setelah
paparan tunggal
Toksisitas pada : Mungkin dapat menyebabkan kerusakan organ
organ sasaran setelah paparan berulang.
spesifik setelah
paparan berulang
Bahaya Aspirasi : Dapat menyebabkan kematian jika tertelan dan
masuk ke
dalam jalan napas.
Informasi tentang rute : Terhirup, tertelan, kontak kulit.
paparan
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Kumpulan gejala yang : ke 16 dari 12
berkaitan dengan sifat
fisik, kimia dan
toksikologi
Efek akut, tertunda, dan : Konsentrasi uap produk yang tinggi dapat
kronik dari paparan menyebabkan
jangka pendek dan iritasi saluran pernapasan, sakit kepala, kantuk,
jangka panjang pusing, kehilangan koordinasi, disorientasi dan
kelelahan. Tertelan produk dapat
menyebabkan iritasi saluran
pencernaan, mual, diare dan muntah.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 17 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
11. INFORMASI
TOKSIKOLOGI
Ukuran numerik : 4.65 mg/L (LC50 – inhalasi)
tingkat toksisitas >5 g/kg (LD50 – oral)
>4.1 g/kg (LD50 – dermal)
Efek interaktif : Tidak ada data. Belum ada pemeriksaan lebih lanjut.
Jika data bahan kimia : Tidak ada data. Belum ada pemeriksaan lebih lanjut.
secara
spesifik tidak tersedia
Campuran : Lihat ukuran numerik tingkat toksisitas.
Campuran versus bahan : Tidak ada data.
penyusun
Informasi lain : Knalpot mesin diesel telah diklasifikasikan oleh
International Agency for Research on Cancer (IARC)
dan National Toxicology Program (NTP) sebagai
karsinogen.
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Mobilitas dalam tanah : Lepasnya produkke ke dalam air akan18menghasilkan
dari 12
film
hidrokarbon yang mengambang dan menyebar di
permukaan air. Untuk komponen yang lebih ringan,
penguapan merupakan proses yang penting untuk
mengurangi bahaya bagi organisme akuatik. Di
udara, uap hidrokarbon akan bereaksi dengan
hidroksil radikal dengan waktu paruh kurang dari 1
hari. Fotooksidasi di permukaan air juga merupakan
proses pengurangan yang signifikan terutama untuk
senyawa aromatik polisiklik. Di air, sebagian besar
komponen akan diadsorpsi pada
sedimen. Adsorpsi merupakan proses fisik yang
paling dominan pada peristiwa pelepasan ke tanah.
Hidrokarbon
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 19 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
12. INFORMASI EKOLOGI
yang teradsorpsi perlahan-lahan akan terdegradasi
baik di air maupun tanah.
Efek merugikan lainnya : Tidak ada data. Belum ada pemeriksaan lebih lanjut.
14. INFORMASI
TRANSPORTASI
USA DOT
Nomor PBB : UN 1202
Nama Pengapalan yang : Diesel fuel
sesuai berdasarkan PBB
Kelas Bahaya Pengangkutan : 3
Kelompok Pengemasan : PG III
(jika
tersedia)
Bahaya Lingkungan : -
Tindakan Kehati-hatian : -
Khusus Pengguna
RID / ADR
Nomor PBB : UN 1202
Nama Pengapalan yang : Diesel fuel
sesuai berdasarkan PBB
Kelas Bahaya Pengangkutan : 3
Kelompok Pengemasan : PG III
(jika
tersedia)
Bahaya Lingkungan : -
Tindakan Kehati-hatian : -
Khusus Pengguna
IMO
Nomor PBB : UN 1202
Nama Pengapalan yang : Diesel fuel
sesuai berdasarkan PBB
Kelas Bahaya Pengangkutan : 3.3
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Kelompok Pengemasan : PG III ke 20 dari 12
(jika
tersedia)
Bahaya Lingkungan : Pencemaran laut – Berbahaya bagi lingkungan
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 21 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
14. INFORMASI
TRANSPORTASI
Tindakan Kehati- : Apabila diangkut dalam jumlah besar menggunakan
hatian Khusus Pengguna kapal laut di perairan internasional, produk diangkut
di bawah lingkup International Convention for the
Prevention of Pollution from Ships (MARPOL) Annex
I.
ICAO / IATA
Nomor PBB : UN 1202
Nama Pengapalan yang : Diesel fuel
sesuai berdasarkan PBB
Kelas Bahaya Pengangkutan : 3
Kelompok Pengemasan : PG III
(jika
tersedia)
Bahaya Lingkungan : -
Tindakan Kehati- : -
hatian
Khusus Pengguna
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
Legenda atau singkatan : ke 22 dari
ASTM - American Society for Testing and 12
Material
dan akronim yang ACGIH - American Conference on Governmental
digunakan di Industrial Hygienist
dalam LDK
Biosol
ar
Tanggal : Januari
PT PERTAMINA Revisi : 2020
(PERSERO) Revisi : 0 (nol)
ke 23 dari 12
SAFETY DATA SHEET
LEMBAR DATA
KESELAMATAN
16. INFORMASI LAIN
BEI (Biological Exposure Indices)
CAS No. - Chemical Abstract Service
Number SCBA - Self Contained
Breathing Apparatus PVC - Poly Vinyl
Chlorida
LEL - Lower Explosion Limit
UEL - Upper Explosion Limit
TCLP - Toxicity Characteristic Leaching Procedure
B3 - Bahan Beracun dan Berbahaya
USA DOT - United States Department of
Transportation RID/ADR -
European Agreements Concerning the
International Carriage of Dangerous Goods by Rail
and by Road
IMO - International Maritime Organization
ICAO/IATA - International Civil Organization Aviation/
International Air Transport Association
UN - United Nations
PBB - Perserikatan Bangsa-
Bangsa PG - Packing Group
TLV - Threshold Limit Value
Referensi yang : -
digunakan
dalam penyusunan LDK
Sangkalan
Informasi ini disusun berdasarkan pengetahuan saat ini dan ditujukan untuk
mendeskripsikan bahayakeselamatan, kesehatandan lingkungan dari produk tersebut. Oleh
karena itu, informasi ini tidak ditujukan sebagai jaminan terhadap sifat spesifik dari produk.
Semua risiko selama penggunaan adalah tanggung jawab pengguna. Dilarang mengganti
dokumen ini, kecuali dengan persetujuan secara hukum.
Biosol
ar
LAMPIRAN 3
Certificate of Analysis (CoA) / Certificate of Quality (CoQ) Biodiesel
SEPTEMBER 2020 | PEDOMAN UMUM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BIODIESEL & B30 94
LAMPIRAN 4
Certificate of Analysis (CoA) / Certificate of Quality (CoQ) B30
SEPTEMBER 2020 | PEDOMAN UMUM PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BIODIESEL & B30 95
LOGO PERUSAHAAN
TEST REPORT
Vessel Name RepoRNo.
Type of Fuel
Sample Source Customer
Sampie / Dok. Induk No:
Sample Dela
Sample Type
96
Sertifikat Tank Cleaning
Contoh ilustrasi sertifikat tank cleaning yang diadopsi dari Defence Works
Functional Standard Specification 031.
97
Verifikasi Penerimaan atau Penolakan Biodiesel di BU BBM
Dalam operasi di lapangan, penentuan diterima atau ditolaknya biodiesel didasarkan atas
hasil short test/critical test yang dilakukan oleh laboratorium penerima.
Berikut ini contoh proses verifikasi pada serah terima biodiesel berdasarkan moda
pengirimannya, yaitu:
(1) Verifikasi Pengiriman Moda Truk
Persyaratan serah terima biodiesel dengan moda transportasi truk, meliputi:
1. Melakukan sampling pada semua truk pengirim biodiesel, atau
2. Melakukan random sampling dengan langkah berikut :
a. Referensi populasi dan rasio sampling merujuk Tabel 4.3 dan tidak
dikomposit. Populasi truk ditentukan berdasarkan kedatangan truk ke lokasi
penerimaan.
b. Apabila hasil short test/critical test dari poin (a) terdapat hasil on specs
maupun out of specs, maka dilakukan re-sampling dengan rasio seperti poin
(a),
c. Apabila hasil short test/critical test dari poin (b) masih terdapat hasil yang off
specs, maka biodiesel pada truk yang dinyatakan off specs tidak layak
bongkar,
d. Apabila hasil short test/critical test dari poin (b) semua hasilnya off specs,
maka biodiesel dinyatakan tidak layak bongkar.
98
(3) Verifikasi Moda Kapal
1. Melakukan sampling di setiap kompartemen, selanjutnya sampel dikomposit.
2. Apabila hasil short test/critical test dari sampel komposit menunjukkan off specs,
maka dilakukan sampling dan pengujian ulang dari setiap kompartemen.
3. Apabila gabungan dari masing-masing kompartemen on-spec maka produk dapat
dibongkar.
4. Jika diperlukan maka dapat dilakukan pengujian kembali dengan menunjuk
laboratorium independen
99
LAMPIRAN 8
Simulasi In-line Blending dengan Static Mixer
Static mixer merupakan rangkaian elemen atau beberapa seri pitch yang berulang
untuk pencampuran yang diletakkan dalam sebuah pipa dan menggunakan energi dari
aliran untuk menciptakan pencampuran antara dua atau lebih fluida. Ada beberapa tipe
static mixer yang biasa digunakan dalam pipeline yaitu helical design static mixer/kenics
KM static mixer, blade design static mixer, sulzer static mixer, wafer style mixer.
Penggunaan static mixer didasarkan pada fluida dan tujuan penggunaanya dimana untuk
pencampuran dua aliran minyak solar dan biodiesel yang memiliki viskositas tinggi
disarankan menggunakan tipe helical static mixer/kenics KM static mixer [25]. Prinsip
pencampuran yang terjadi pada helical static mixer ini meliputi pembagian aliran dengan
mengarahkan aliran secara radial menuju dinding pipa dan kembali ke tengah. Pembalikan
kecepatan tambahan dan hasil pembagian aliran dari penggabungan aliran bolak-balik
pada elemen mampu meningkatkan efisiensi pencampuran. Adapun hasil pencampuran
pada helical static mixer dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah elemen dan rasio pada static
mixer menjadi faktor penting dalam perhitungan dikarenakan pada saat kondisi fluida
melewati static mixer 1 homogenitas antara minyak solar dan biodiesel masih belum
maksimal. Beda halnya pada fluida ketika berada pada elemen ke-7 (static mixer 2)
campuran fluida terlihat stabil dan nilai persentase campuran minyak solar dengan
biodiesel telah tercapai.
Perbandingan Hasil Pencampuran Case (a) Injeksi 4 jam, (b) Injeksi 4 jam + sirkulasi 4
jam
Pencampuran diatas dilakukan pada tangki 10.000 kL dengan kapasitas
pencampuran 8.000 kL. Simulasi dilakukan dengan skema “worst case” dengan
pertimbangan operasi di lapangan, dimana input ke tangki didahului dengan minyak solar
(70%) dan dilanjutkan dengan biodiesel (30%). Hasil simulasi menunjukkan adanya
perbedaan hasil akurasi homogenitas antara tangki pencampur tanpa dan dengan
sirkulasi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Teknik input bahan bakar bottom loading mensyaratkan input biodiesel yang
bervolume lebih kecil, efek tingginya flowrate dan volume minyak solar dapat
membantu terjadinya proses pencampuran,
2. Proses sirkulasi dapat membantu memaksimalkan hasil pencampuran dan
homogenitas di setiap level cairan.
Dari hasil simulasi diatas juga diketahui nilai densitas rata – rata hasil sirkulasi selama 5
jam mengalami kenaikan (grafik terlampir). Selain itu hasil dari sirkulasi menunjukkan
volume fraksi biodiesel didalam tangki pencampur meningkat signifikan dibandingkan
hasil dari campuran tanpa sirkulasi. Hasil dari pendekatan simulasi ini mengindikasikan
bahwa proses pencampuran dengan sirkulasi mampu meningkatkan homogenitas BXX
dengan menyesuaikan volume, flowrate, dan waktu sirkulasi.
Rata – Rata Nilai Densitas BXX Hasil Pencampuran In Tank Blending