Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DENGAN


STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
DUM SORONG KEPULAUAN

OLEH:

DELSYA NAOMY TALITA MOAI


NIM : 51341119009

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III GIZI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Pola Makan Ibu Menyusui Dengan


Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas
Dum Sorong Kepulauan
Nama Lengkap : Delsya Naomy Talita Moai
NIM : 5134119009
Jurusan : Gizi
Politeknik : Poltekkes Kemenkes Sorong
Alamat Rumah dan Nomor HP : Jl.Pattimura Rt.001, Rw.003 / 081289662931
Alamat Email : delsyanaomy07@gmail.com
Dosen Pembimbing I
Nama Lengkap dan Gelar : Mustamir Kamaruddin, S. Gz, M.Kes
NIP : 199004122019021001
Alamat Rumah dan No HP : Jln A.M. Sangaji Gonof Klasaman /
081355947733
Dosen Pembimbing II
Nama Lengkap dan Gelar : Radeny Ramdany,SKM, M.Kes
NIP : 198904162012122001
Alamat Rumah dan No HP : Putra Residence Blok X.16 / 082291807426

Menyetujui Sorong,

Pembimbing I Pembimbing II

(Mustamir Kamaruddin, S.Gz, M.Kes ) (Radeny Ramdany,SKM, M.Kes)


NIP. 199004122019021001 NIP.198904162012122001

Ketua Program Studi D III Gizi


Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong

( La Supu, SKM, MPH )


NIP 196906151991031019
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................
Halaman Persetujuan........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................................
D. Manfaat Penelitian..................................................................................
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A. Uraian Teori.........................................................................................
1. Tinjauan Tentang StatusGizi.................................................................
2. Tinjauan Tentang Ibu Menyusui.............................................................
3. Tinjauan Tentang Pola Makan..............................................................
B. Kerangka Teori....................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................
A. Jenis Penelitian......................................................................................
B. Populasi dan Sampel..............................................................................
C. Tempat dan Waktu Peneltian................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................
E. Teknik Pengolahan Data.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi Umur 0 – 6 Bulan


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1 Posisi Menyusui yang benar

Gambar 1.2 Berbagai Posisi dalam Menyusui

Gambar 1.3 Bagan Kerangka Teori


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu


dilakukan penanganan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan.
Untuk mengatasinya diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang cukup
bagi para ahli gizi dalam pelayanan gizi untuk masyarakat. Peningkatan gizi
di masyarakat memerlukan kebijakan dari setiap anggota masyarakat untuk
memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan terjamin mutunya. Di
beberapa wilayah di bagian Timur seperti di Papua Barat, dinilai masih tinggi.
Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia mengalami perbaikan yang
signifikan. Sebagai contoh provinsi NTT penurunan prevalensi stunting
sebanyak 9.1%, hampir 2 % pertahun penurunan, hal ini menunjukkan upaya
multisektor yang terkonvergensi pusat dan daerah..
Status gizi ibu menyusui salah satu faktornya adalah pola makan atau
asupan zat gizi ibu. Pola makan yang baik adalah pola makan yang seimbang,
memenuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun jumlah. Dalam
kehidupan sehari-hari, tidak jarang ditemukan ibu menyusui mengalami
kekurangan asupan zat gizi akibat adanya pantangan makanan tertentu yang
berkaitan dengan masalah budaya. Asupan zat gizi seseorang ditentukan oleh
kebisaan makan dan frekuensi makan.
Asupan zat gizi ibu ditentukan oleh ketersedian makanan di tingkat
keluarga. Ketersediaan makanan atau ketahanan pangan tingkat keluarga atau
rumah tangga sangat ditentukan oleh kemampuan daya beli atau pendapatan
keluarga tersebut. Pada keluarga dengan tingkat pendapatan rendah akan sulit
menyediakan makanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan gizi anggota
keluarganya, sehingga anggota keluarganya menjadi rawan masalah gizi.
Beberapa ibu ada yang beranggapan bahwa sekalipun ibu tidak
mengkonsumsi menu yang seimbang akan tetapi persediaan ASInya cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayinya, pada dasarnya anggapan para ibu ini
sebenarnya kurang relevan. Apabila ibu mengabaikan pengaturan menu
seimbangnya dengan cara mengurangi porsi karbohidrat, lemak, dan sayur-
sayuran serta buah-buahan maka akan berdampak pada produksi ASInya.
Nutrisi ASI yang baik akan berpengaruh pada perkembangan bayinya. Pola
makan ibu yang tidak seimbang di masa menyusui menyebabkan rentannya
tubuh ibu, dan kelelahan yang sangat, Dampaknya produksi ASI akan
menurun. Tubuh ibu telah bekerja keras dalam memproduksi ASI, serta
melakukan berbagai macam aktifitas dalam rangka merawat bayinya.
Sehingga disarankan bagi ibu menyusui untuk tetap menjaga pola makan yang
baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahli Gizi , responden
yang asupan gizinya baik dengan produksi ASI-nya baik sebanyak 23
responden (47,9%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin baik asupan gizi
yang dimakan oleh ibu menyusui, maka akan berpengaruh terhadap produksi
ASI-nya. Hasil penelitian ini didukung dengan pendapat Nugroho bahwa
pembentukan air susu ibu salah satunya dipengaruhi oleh hormon prolaktin.
Hormon prolaktin merupakan hormon utama yang mengendalikan dan
menyebabkan keluarnya air susu ibu. Hormon ini mengatur sel-sel dalam
alveoli agar memperoduksi air susu. Pengeluaran hormon prolaktin akan
terhambat apabila ibu dalam keadaan gizi ibu yang buruk. Apabila gizi ibu
baik maka akan memacu sekresi prolaktin yang akan merangsang
adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolactin.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah


bagaimana hubungan pola makan ibu menyusui dengan status gizi bayi usia
0-6 bulan di Puskesmas Dum Sorong Kepulauan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan ibu menyusui dengan status
gizi bayi usia 0-6 bulan yang ada di Puskesmas Dum Sorong
Kepulauan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pola makan ibu menyusui yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Dum Sorong Kepulauan
b. Mengetahui status gizi bayi yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Dum Sorong Kepulauan
c. Mengetahui hubungan pola makan ibu menyusui berdasarkan
status gizi bayi yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Dum
Sorong Kepulauan
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti, untuk mengembangkan kemampuan,


menambah wawasan berfikir, dan juga mampu menerapkan teori
yang di dapat selama kuliah
2. Manfaat bagi Puskesmas Dum, Sebagai tambahan serta masukan
kepada pihak pelayanan kesehatan bagian gizi untuk memberikan
penyuluhan kepada ibu menyusui
3. Manfaat bagi institusi pendidikan, Sebagai bahan untuk kepustakaan
dan menjadi informasi bagi institusi pendidikan khususnya jurusan
Gizi mengenai Pola Makan Ibu Menyusui dan Status Gizi Bayi usia
0-6 bulan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teori
1. Tinjauan Tentang Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh (Par’I, 2016). Status gizi pada bayi dapat dipakai sebagai
ukuran untuk melihat kecukupan gizi bayi dan anak. bayi usia 0 - 6 bulan,
satu-satunya sumber gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi adalah
ASI karena kandungan ASI sudah sangat lengkap, sehingga sudah
mencukupi standar kebutuhan gizi bayi.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi


Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor penyebab langsung dipengaruhi oleh makanan anak dan
penyakit infeksi, sedangkan faktor penyebab tidak langsung dipengaruhi
oleh ketahanan pangan dalam keluarga, pola asuh anak, pelayanan
kesehatan, kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan orang tua, tingkat
pendapatan, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, jumlah anggota
keluarga dan sosial budaya (Nurapriyanti, 2015).
Menurut (Irianto,2014), terdapat dua faktor langsung yang
mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit
infeksi yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung
pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang sesuai kebutuhan, bersih dan aman. Pada bayi
terutama usia 0-6 bulan, ASI merupakanan makanan yang pas dan ideal
karena semua zat gizi yang dibutuhkannya sudah ada terdapat pada ASI
selain itu, ASI juga bersih dan aman untuk bayi. Pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh ( Ida, 2015) yang mengatakan terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara status pemberian ASI dan status
gizi bayi usia 0-6 bulan , dimana bayi yang diberikan ASI eksklusif
sebagian besar memiliki status gizi baik dibandingkan yang tidak ASI
eksklusif.
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang
berkaitan dengan kejadian penyakit menular terutama diare dan infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA). Pemberian makanan atau cairan lain
selain ASI khususnya pada bayi uisa 0-6 bulan beresiko terjadinya
penyakit infeksi pada bayi. Pada bayi usia 0-6 bulan, organ –organ
pencernaan belum berkembang dengan sempurna sehinggga system
pencernaanya belum siap menerima makanan selain ASI, ASI mudah
dicerna karena itu dapat mengurangi beban kerja dari organ pencernaan
bayi. Selain itu, sistem kekebalan tubuh bayi belum optimal dimana
pemberian makanan selain ASI yang belum tau kebersihannya
memberikan peluang bakteri untuk menyerang dan menginfeksi tubuh
bayi.

b. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan penilaian status gizi secara langsung yaitu
antroprometri, biokimia, klinis, biofisik.
2. Pemeriksaan penilaian status gizi secara tidak langsung
yaitu survei konsumsi, statistik vital, faktor ekologi.
Antropometri digunakan sebagai indikator status gizi
karena pertumbuhan berkaitan dengan asupan zat gizi.
Asupan zat gizi kurang mengakibatkan pertumbuhan
terhambat, sebaliknya asupan gizi berlebih mengakibatkan
pertumbuhan yang berlebih oleh sebab itu bertambahnya
ukuran tubuh seperti berat badan dan tinggi badan
merupakan efek dari asupan zat gizi. Penilaian
antropometri dilakukan melalui pengukuran terhadap berat
badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar
lengan atas (LILA) dan tebal lemak kulit. Pada anak usia
kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dapat
dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan
tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran
dapat dilakukan dalam keadaan berdiri (Par’I, 2016).
Klasifikasi status gizi berdasarkan batasan
Kementerian Kesehatan RI telah ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No:1995/Menkes/SK/XII/2010. Standar pertumbuhan yang
menjadi acuan adalah standar pertumbuhan WHO 2005.
Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi umur 0 – 6
bulan berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2010

Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi Umur 0 – 6 Bulan

Indeks Kategori Status Ambang Batas


Gizi SD
Gizi Lebih >2 SD
Berat badan Gizi Baik -2 SD s.d 2 SD
menurut umur
(BB/U) Gizi Kurang -3 SD s.d < -2 SD
Gizi Buruk < - 3 SD
Tinggi >2 SD
Panjang/Tinggi Normal -2 SD s.d 2SD
Badan Pendek -3 SDs.d < -2 SD
Menurut Umur Sangat Pendek < -3 SD
(PB/U
atau TB/U)
Gemuk >2 SD
Berat Badan Normal -2 SD s.d 2SD
menurut Kurus -3 SDs.d < -2 SD
Tinggi Badan Sangat Kurus < -3 SD
( BB/TB)

2. Tinjauan Tentang Ibu Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu
ibu dari payudara ibu menggunakan reflex menghisap bayi sehingga
mendapatkan dan menelan susu (Irianto, 2014). Pemberian ASI merupakan
metode pemberian makanan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur
kurang dari 6 bulan dan bermanfaat bagi ibu. Setelah bayi lahir, letakkan
bayi di dada dan biarkan bayi menyedot ASI meski ASI belum keluar (Arini
H, 2012).

a. Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang baik adalah dengan ibu mengambil posisi
yang nyaman dan santai dapat dilakukan berbaring atau duduk. Bayi
dapat diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi menempel
ke perut ibu, kepala bayi diletakkan disiku ibu lalu bokong bayi dapat
ditahan dengan telapak tangan ibu, dagu bayi menempel ke payudara,
telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus dan mulut bayi
terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting susu atau
keseluruhan aerola mamae. Puting yang luka disebabkan dari posisi
menyusui yang salah. Berikan ASI dari kedua payudara, berikan
terlebih dahulu dari sebelah payudara, setelah merasa kosong lalu
pindah ke payudara lainnya (Riksani, 2012).

Gambar 1.1 Posisi Menyusui yang benar

Gambar 1.2 Berbagai Posisi dalam Menyusui


Saat bayi cukup mendapatkan susu, biasanya bayi akan
melepaskan payudara dengan sendirinya atau tertidur. Tetapi jika ibu perlu
menghentikannya, pelan-pelan tekan puting dengan jari kelingking. Jangan
menarik puting begitu saja saat bayi masih menghisap, karena bisa
mengakibatkan puting lecet (Purwoastuti, 2015).

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian makanan tambahan


pada bayi usia kurang dari enam bulan (Irianto, 2014):

a. Faktor Kesehatan Bayi

Faktor yang menyangkut kondisi bayi antara lain bibir sumbing, celah
palatum dan galaktosemia yaitu kelainan metabolisme sejak lahir yang
ditandai adanya kekurangan enzim galaktosemia, dimana jika bayi diberi ASI
atau bahan lain yang mengandung laktosa maka kadar laktosa dalam darah
dan air kemih akan meningkat secara klinis akan timbul katarak.

b. Faktor Kesehatan Ibu

Faktor yang menyangkut kondisi ibu antara lain penyakit yang membuat
ibu tidak dapat memberi ASI, kegagalan laktasi, kelainan payudara seperti
putting susu terbenam, tidak ada susu dan air susu tidak keluar.

c. Faktor Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu tentang kapan seharusnya diberikan makanan tambahan,


fungsi makanan tambahan, makanan tambahan dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan risiko pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari
enam bulan sangatlah penting. Tetapi banyak ibu – ibu yang tidak mengetahui
hal tersebut sehingga memberikan makanan tambahan pada bayi usia dibawah
enam bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.
d. Faktor Pekerjaan Ibu

Faktor yang berhubungan dengan aktivtias ibu setiap harinya untuk


memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan ibu
bisa dilakukan dirumah, di tempat kerja baik yang dekat maupun yang jauh
dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan makanan tambahan
dini dengan alasan melatih atau mencoba agar waktu ibu mulai bekerja bayi
sudah terbiasa. Padahal ibu yang bekerja dapat memberikan ASI dengan cara
memerah ASI. ASI yang diperah dapat disimpan dan diberikan kepada bayi
saat ibu bekerja pada siang hari (Riksani, 2012).

e. Faktor Petugas Kesehatan


Kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu memilih
untuk memberikan makanan tambahan bayi atau tidak. Petugas kesehatan
berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan tambahan pada
bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan
pendekatan yang baik ibu mau patuh dan menuruti nasehat petugas kesehatan.
Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan dapat menjadi sumber
informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan makanan timbangan
dan risiko pemberian makanan tambahan dini pada bayi.

f. Faktor Iklan

Iklan merupakan saran yang jika baik dapat menarik penonton atau
pendangarnya untuk melakukan sesuai dengan anjuran iklannya. Banyaknya iklan
yang memasarkan susu formula, membuat ibu mau memberikannya kepada bayi
dengan keyakinan sehat dan baik bagi bayinya.

h. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi ini menyangkut penghasilan yang diterima, yang jika
dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan
makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin
baik perekonomian keluarga maka daya beli semakin mudah sebaliknya semakin
buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan tambahan lebih
sukar.

3. TINJAUAN TENTANG POLA MAKAN

Pola makan ialah information dimana mendeskripsikan jenis dan


intensitas konsumsi makanan dalam satu hari suatu individu atau
kelompok masyarakat tertentu (Sulistyoningsih, 2011). Pola makan
merupakan cara untuk mengatur kuantitas makanan jenis ,sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan, psikologi, pencegahan serta proses
penyembuhan sakit. kebiasaan makan yang baik selalu meresprentatifkan
pemenuhan gizi yang optimal (Depkes RI, 2014).

a. Klasifikasi Pola Makan

1. Pola makan sehat

Pola makan sehat merupakan makanan seimbang dengan beraneka


ragam zat gizi dalam takaran yang cukup dan tidak berlebihan
(Harahap VY, 2012). Pola makan yang sehat bisa dilihat dari 3
yaitu jenis, jumlah, dan jadwal.

a. Jumlah

Jumlah dan jenis makanan sehari – hari merupakan cara makan


seorang individu atau kelompok orang dengan mengkonsumsi
makanan mengandung karbohidrat, protein, sayur mayur dan buah
buahan. Frekuensi makan 3 kali sehari dengan makan selingan pagi
dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup, pola makan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan bahkan sampai obesitas
pada tubuh (Willy, dkk., 2011).

b.Jenis
Tubuh manusia perlu adanya asupan makanan yang mengandung
gizi seimbang. Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
bahan makanan dikelompokkan menjadi 3 fungsi utama zat gizi,
sebagai berikut :
1.Sumber energy bisa didapatkan padi dan sereal diperoleh
seperti beras, jagung, dan gandum selain itu bisa diperolah
dari tanaman umbi yaitu singkong, dan talas.

2.Sumber protein dapat diperoleh pada sumber protein hewai


serta sumber protein nabati. Protein hewani didapatkan pada
daging.

3.Protein hewani didapatkan pada dagigdagingan, telur, serta


keju, sedangkan protein nabati didapatkan dari kacang berupa
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah dan
kacang tolo, dan degala jenis olahannya.

d. Jadwal

Jadwal makan dapat menentukan frekuensi makan dalam


sehari dengan rutinitas pola makan optimal yakni terdapat 3
makanan utama dengan jarak 3 jam, jadwal ini bisa
dimodifikasi sesuai kebutuhan asal tetap dalam waktu 3 jam

Contoh :
1.Pukul 06.30 makan pagi
2.Pukul 09.30 makan snack atau buah
3.Pukul 12.30 makan siang
4.Pukul 15.30 makan snack atau buah
5.Pukul 18.30 makan malam
6.Pukul 21.30 makan snack atau buah.

2. Pola makan tidak sehat

Pola makan yang buruk adalah kebiasaan mengonsumsi


makanan sehari hari yang tidak sehat. Pola makan yang buruk
bisa berisiko pada kesehatan tabuh. Dirangkum dari beberapa
sumber pola makan yang tidak sehat seperti :

a. Melewatkan sarapan, sarapan dibutuhkan karena untuk


menjaga konsentrasi saat melakukan aktivitas, menu sarapan
tentunya harus disesuaikan dan dapat memenuhi nutrisi yang
dibutuhkan.

b. Terlalu banyak mengkonsumsi minuman manis, minuman


manis akan membuat gula darah naik dan lebih berisiko
terkena penyakit diabetes, selain itu minuman manis juga dapat
menyebabkan obesitas.

c.Terlalu sering mengkonsumsi gorengan juga dapat


mempengaruhi peningkatan kalori dan peningkatan kolesterol.

d. Konsumsi junk food ternyata kandungan didalamnya


terdapat 80% lemak jenuh, konsumsi junk food yang
berlebihan akan menyebabkan obesitas dan penyakit lainnya.
e. Kurangnya konsumsi sayur dan buah, hal ini tubuh
membutuhkan serat untuk membantu pencernaan selain itu
kurangnya makan sayur juga dapat menyebabkan hipertensi
dan risiko lainnya.

f. Makan larut malam akan membuat berat badan naik dan


menjadikan obesitas, selain itu juga dapat menyebabkan asam
lambung naik di siang hari (Anggie Irfansyah, 2020).

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Pada Bayi

Berikut adalah faktor yang akan mempengaruhi pola makan bayi


seperti berikut :

a. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Bayi

Pengetahuan orang tua terutama pada seorang ibu tentang gizi


yang terpengaruh dengan jenis makanan, dimana akan
dikonsumsi sebaai refrensi pada prakti dan perilaku, dimana
berhunungan dengan gizi yang optimal. Pengetahuan tentang
gizi dapat mempengaruhi pola perilaku yang tepat terhadap ibu
dalam penyusunan asupan gizi seimbang serta dapat
mengurangi resiko terjadinya gangguan pemenuhan gizi.
Pengetahuan tentang gizi dapat diperoleh dari media cetak
maupun media elektronik serta dapat pula diperoleh melalui
pelayanan kesehatan seperti posyandu dan puskesmas atau
pelayanan kesehatan lainnya

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dalam


penerimaan informasi. Orang tua dengan pendidikan rendah
akan sulit menerima informasi, biasanya mereka
mempertahankan tradisi yang berhubungan dengan makanan
sehingga sulit untuk menerima informasi tentang gizi yang
baik untuk anak. Pendidikan seorang ibu merupakan modal
utama dalam berperan menyusun makanan dalam keluarganya
dan pemilihan bahan pangan.

c. Faktor Ekonomi

Pendapatan keluarga memiliki peran yang penting dalam


peningkatan gizi. Hal ini dikarenakan pendapatan akan
menentukan daya beli terhadap pangan yang dapat
mempengaruhi status gizi.

d. Besar Keluarga

Jumlah keluarga yang lebih sedikit akan dengan mudah


meningkatkan kesejahteraan, pemenuhan pangan dan sandang
serta peningkatan pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah
anggota keluarga yang besar akan mempengaruhi penyebaran
konsumsi pangan semakin tidak merata tanpa diimbangi
dengan peningkatan pendapatakan pada keluarga tersebut.

e. Kebiasaan Makan

Pada umumnya pola makan anak dapat terbentuk pada proses


belajar. Dimana ketika sejak dini orangtua gagal melakukan
edukasi pada anak tentang pola makan yang baik, maka akan
dibawa sampai ia dewasa, dapat ditunjang dengan pemberian
makanan tersaji sehingga anak dapat menerima informasi
tentang makanan.
4. Kerangka Teori

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Status Gizi
Tinjauan Tentang

Status Gizi Penilaian Status Gizi

Posisi Menyusui
Tinjauan Tentang

Ibu Menyusui Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pemberian ASI

Klasifikasi Pola Makan


Tinjauan Tentang Pola
Makan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pola
makan pada bayi

Gambar 1.3.Bagan Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan ialah jenis penelitian kuantitatif

B. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian Hubungan Pola Makan Ibu Menyusui Dengan
Status Gizi Bayi 0-6 bulan di Puskesmas Dum Sorong Kepulauan, ini
bertotalitas terhadap semua nilai yang mungkin , baik hasil menghitung
maupun pengurangan, kuantitatif dari karateristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Dengan demikian,maka populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan karateristik yang menyangkut pada
perilaku pola makan ibu menyusui dan status gizi bayi.adapun yang menjadi
anggota unit populasi adalah ibu menyusui dan bayi yang ada di puskesmas
dum sorong kepulaun.
Sampel dari penelitian ini di tentukan 50% dari unit populasi. Alasan
pengambilan unit dibatasi pada sejumblah itu, karena berbagai keterbatasan
( baik waktu, tenaga , dana dan sebagainya). Keseluruhan unit sampel dengan
para anggota sampel tersebut di anggap dapat mencerminkan penelaahan
permasalahan di dalam penelitian ini. Mengingat unit dan sampel berada
dalam satu distrik. Oleh karena itu Pengambilan unit dan anggota sampel
sebanyak yang di sebutukan di atas di anggap cukup representatif, karena di
anggap dapat menggambarkan sifat-sifat populasi.
C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan di laksanakan di Puskesmas Dum Sorong Kepulauan


pada bulan Februari sampai April 2022.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terbagi atas dua yaitu data primer dan data sekunder.
1.Data primer meliputi : Pengetahuan ibu tentang pola makan dengan
menggunakan alat bantu kuesioner. Status gizi ibu menyusui meliputi Berat
Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) dan Indeks Massa Tubuh ( IMT)
2. Data Sekunder meliputi gambaran umum desa, alamat, lokasi, serta jumlah
ibu ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan
Cara pengumpulan data primer :
Pengetahuan ibu tentang pola makan dengan menggunakan alat bantu
kuesioner dan cara ambil data dengan wawancara menggunakan alat
bantu kuesioner, wawancara dilakukan dengan menjumpai responden ke
rumah masing-masing kemudian minta izin untuk mewawancarai responden
dengan kuesioner dipegang oleh enumerator sambil bertanya kuesioner
kepada responden sehingga diperoleh data yang di inginkan.

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data di lakukan dengan teknik


Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik :Analisis Univariat
untuk menggambarkan masing-masing variable yang disajikan dalam
distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase Analisis Bivariat
untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan tentang pola makan dengan
status gizi ibu menyusui bayi 0-6 bulan di Puskesmas dum sorong kepulauan
Daftar Pustaka

Ertha cahya putra. 2016. Hubungan Antara Pola Makan dan Status Gizi
Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3 Semin
Gunungkidul. https://eprints.uny.ac.id/46332/1/Skripsi%20_Ertha
%20Cahyaputra_12601244033.

Lusyana Gloria Doloksaribu. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang


Pola makan ibu menysui dengan status gizi ibu Menyusui bayi 0-6 bulan di
Desa Sekip Lubuk Pakam.
https://penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/12.-Lusyana-
Gloria.pdf

Nina hardiyanti.2018.Hubungan pola makan ibu menyusui dengan status gizi


bayi usia 0-6 bukan di Puskesmas Suppa.
https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes/article/view/121

Lin nurhayati.2009. Hubungan pola makan ibu menyusui dengan status gizi
bayi usia 0-6 bukan di BPS Atik Pujiati Sutarto Sleman Tahun 2009.
http://digilib.unisayogya.ac.id/3301/1/Jurnal.pdf

Izma arisa putri lubis.2018. Gambaran pola menyusui dengan status gizi bayi
usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2018.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5929/141000684.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Artikel berjudul “ Status gizi indonesia alami perbaikan”


https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190130/2529268/status-
gizi-indonesia-alami-perbaikan/

Aprilyani Gea.2019.Pengaruh penyuluhan gizi tentang pola makan gizi


seimbang dengan media leaflet terhadap pengetahuan dan tindakan ibu anak
paud yang stunting di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1848/1/SKRIPSI
%20APRIL.pdf

Artikel Berjudul “ BAB II Tinjauan Pustaka “


http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/959/8/BAB%20II.pdf

Artikel Berjudul “Konsep Pola Makan “


http://eprints.umpo.ac.id/7867/4/BAB%202.pdf

Artikel yang di akses di :


http://etheses.uin-malang.ac.id/722/7/09510143%20Bab%203.pdf

Artikel yang di akses di :


https://eprints.uny.ac.id/23896/5/5.%20BAB%20III.pdf

Anda mungkin juga menyukai