NASKAH TERPUBLIKASI
TEKNIK SIPIL
RANI RABBANI
NIM. 125060101111014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2016
PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN DAN JUMLAH LAPISAN PERKUATAN
GEOGRID PADA LERENG PASIR RC 85% TERHADAP DAYA DUKUNG
TANAH DENGAN PONDASI MENERUS
ABSTRAK
Lereng yang tidak stabil berbahaya terhadap lingkungan di sekitarnya karena dapat
menyebabkan terjadinya longsor. Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan upaya
perkuatan tanah pada lereng. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan material
geosintetik seperti geotekstil dan geogrid. Penggunaan geosintetik sudah banyak
diaplikasikan ke dalam berbagai macam-macam konstruksi seperti dam, jalan, dinding
penahan, dan khususnya konstruksi lereng. Untuk penelitian ini, delakukan uji model fisik
dengan perkuatan geogrid. Variasi yang diteliti adalah sudut kemiringan lereng sebesar
46°, 51°, 56° dan jumlah lapisan perkuatan geogrid sebanyak 1, 2, 3 lapisan. Dari hasil
penelitian ini didapatkan bahwa semakin kecil sudut kemiringan lereng maka akan
semakin besar nilai daya dukungnya dan semakin banyak jumlah lapisan perkuatan
geogrid maka akan semakin besar pula nilai daya dukungnya. Dari hasil analisis BCIu
menunjukkan bahwa peningkatan daya dukung terbesar terletak pada sudut kemiringan
46° dengan jumlah lapisan perkuatan geogrid sebanyak 3 lapisan. Sehingga pada
penelitian ini tidak ditemukan variasi perkuatan geogrid yang paling optimum.
Kata kunci : daya dukung, lereng pasir, perkuatan geogrid, variasi sudut kemiringan,
variasi lapisan perkuatan.
ABSTRACT
Unstable slopes are risky to the surrounding environment as it can cause landslides.
To prevent this, it is necessary to make soil reinforcement. One of the methods is by using
geosynthetic materials like geotextile and geogrid. The use of geosynthetic has been
applied into various kinds of construction such as dams, roads, retaining walls, and slope
construction. This research made physical model test of slope with georgrid
reinforcement. The applied variations of this research are slope angle of 46°, 51°, 56° and
the number of geogrid reinforcement layers of 1, 2,3. From the results of this research, it
was found out that the smaller the angle of slope the greater the value of soil bearing
capacity and the more the number of layers of geogrid reinforcement, the greater the value
of its soil bearing capacity. The analysis of BCIu showed that the highest increment of
soil bearing capacity was found in the slope angle of 46o with the number of layers of
geogrid reinforcement were 3 layers. So this research could not determine the optimum
variation of geogrid reinforcement.
Keywords : soil bearing capacity, sand slope, geogrid reinforcement, slope angle
variation, number of layers of reinforcement variation
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Lereng yang tidak stabil berbahaya
Lereng
terhadap lingkungan di sekitarnya karena Lereng adalah suatu permukaan tanah
dapat menyebabkan terjadinya longsor. yang miring dengan sudut tertentu terhadap
Penggunaan lahan di atas lereng untuk bidang horizontal. Lereng dapat terjadi
suatu pembangunan perlu diperhatikan secara alamiah atau buatan. Jika
resikonya yang berkaitan dengan permukaan tanah tidak datar, komponen
keamanan bangunan tersebut. berat tanah yang sejajar dengan kemiringan
Kelongsoran yang terjadi pada lereng lereng akan menyebabkan tanah bergerak
merupakan salah satu permasalahan utama ke arah bawah seperti pada Gambar 1.
dalam lingkup geoteknik. Kelongsoran Bila komponen berat tanah tersebut cukup
lereng yang terjadi akibat nilai daya besar, kelongsoran lereng dapat terjadi,
dukung tanah yang kecil merupakan faktor yaitu tanah dalam zona a b c d e a dapat
utama penentu stabilitas pada lereng. Oleh menggelincir ke bawah. Dengan kata lain,
karena itu, untuk mencegah terjadinya gaya dorong lebih besar dari gaya
kelongsoran pada lereng perlu adanya berlawanan yang berasal dari kekuatan
perbaikan tanah pada lereng tersebut. Salah geser tanah sepanjang bidang longsor.
satu contoh perbaikan pada tanah lereng
adalah dengan metode perkuatan tanah.
Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan material geosintetik seperti
geotekstil dan geogrid. Penggunaan
geosintetik sudah banyak diaplikasikan ke
dalam berbagai macam-macam konstruksi
seperti dam, jalan, dinding penahan, dan Gambar 1. Kelongsorang Lereng
khususnya konstruksi lereng.
TUJUAN
Tegangan Kontak Pondasi Dangkal
Tujuan penelitian ini antara lain Tegangan yang bekerja di bawah
adalah untuk menemukan mekanisme pondasi akibat beban struktur diatasnya
perkuatan lereng dengan membandingkan disebut tegangan kontak (contact
daya dukung tanah pada lereng pasir tanpa pressure).
perkuatan terhadap daya dukung tanah Apabila beban aksial pada penampang
pada lereng pasir yang diberi perkuatan pondasi tersebut sentris tegak lurus titik
geogrid dengan variasi jumlah lapisan pusat penampang pondasi dan tidak ada
geogrid dan kemiringan sudut lereng, momen yang bekerja pada pondasi
mengetahui pengaruh variasi kemiringan tersebut, maka tegangan kontak menjadi
sudut lereng terhadap daya dukung pada sama besar pada keseluruhan penampang
lereng tanah pasir, mengetahui pengaruh pondasi. Tegangan kontak tersebut dapat
variasi jumlah lapisan geogrid untuk dilihat pada Gambar 2.
perkuatan lereng terhadap daya dukung
pada lereng tanah pasir, serta untuk
mengetahui kemiringan sudut lereng dan 𝑄
jumlah lapisan geogrid yang optimum 𝜎=
𝐴
terhadap daya dukung tanah dengan
pondasi menerus pada lereng tanah pasir Gambar 2. Tegangan kontak
yang diperkuat menggunakan geogrid.
Daya Dukung Pondasi di Atas Lereng
Daya dukung (bearing capacity) dimana,
merupakan kemampuan tanah dalam 𝑁𝑐 , 𝑁𝑞 ,𝑁𝛾 = Faktor-faktor daya dukung
mendukung beban pondasi dari struktur Hansen
yang terletak di atasnya. Daya dukung 𝜆𝑐𝛽 , 𝜆𝑞𝛽 , 𝜆𝛾𝛽 = Faktor-faktor lereng
dinyatakan dalam tahanan geser tanah 𝑞 = 𝛾𝐷𝑓
untuk melawan penurunan akibat
pembebanan yang terjadi di atasnya. Solusi Gemperline
Analisisnya dilakukan dengan Persamaan Gemperline adalah sebagai
menganggap bahwa tanah berkelakuan berikut :
sebagai bahan yang bersifat plastis.
Nγq = fΦ x fB x f D/B x f B/Lpx f D/B, B/Lpx fβ,
b/B x fβ, b/D, D/B x fβ, b/B, B/L
dengan,
= sudut geser dalam tanah (o)
β = sudut kemiringan lereng (o)
B = lebar pondasi (inchi)
D = kedalaman pondasi (inchi)
Gambar 3. Pondasi dangkal di atas lereng
L = panjang pondasi (inchi)
Solusi Meyerhof b = jarak pondasi kepuncak lereng (inchi)
- 2,386)
Meyerhof memberikan solusi teoritis fΦ =10 (0,1159
Φ
(0,34 – 0,2 log B)–
untuk menentukan besarnya daya dukung fB = 10
ultimit pada pondasi dangkal di atas lereng. f D/B = 1 + 0,65 (D/B)
Solusi tersebut merupakan pengembangan f B/L = 1 - 0,27 (B/L)
f D/B, B/L = 1 + 0,39 (D/L)
dari persamaan daya dukung batas pondasi
fβ, b/B = 1β, –b/B0,8 [ 1– – ( 1 – tan– β)–2]tan β
dangkal pada tepi lereng. Untuk tanah {2/[2 + (b/B) tan β ]}tan β ]}
2
granular (c=0) persamaan tersebut ditulis = 1 + 0,6 (B/L) [ 1 – ( 1 – tan
fβ, b/D, D/Bβ, b/D – β – tan β
sebagai berikut. )2] {2/[2 + (b/B)2 tan β ]}tan β ]}
fβ, b/B, B/Lfβ,=b/B,
1 +B/L0,33
= 1 (D/B)
+ 0,33tan β {2/[2 β+ {2/[2 +
(D/B)
1 (b/B)2 tan β ]}
(b/B) 2
tan β ]}
𝑞𝑢 = 𝛾𝐵𝑁𝛾𝑞
2
Geogrid
dimana; Geogrid merupakan suatu contoh dari
qu = Daya dukung (kN/m2) jenis geosintetik yang berbentuk jaring
B = Lebar pondasi (cm) (web) dengan jala (mesh) terbuka. Fungsi
Nq, Ncq = Faktor daya dukung geogrid yang utama adalah sebagai
= Berat isi tanah (gr/cm3)
perkuatan. Geogrid umumnya terdiri dari
c = Kohesi (kN/m2)
dua jenis: (a) geogrid biaksial dan (b)
geogrid uniaksial. Geogrid uniaksial dibuat
Solusi Hansen & Vesic
dengan peregangan suatu lembaran
Untuk kondisi b = 0 pada Gambar 3
ekstrusi high-density polyethylene pada
(pondasi tepat berada di tepi lereng),
satu arah dalam kondisi yang terkendali
Hansen menyatakan daya dukung batas
dengan hati-hati. Geogrid biaksial dibuat
dari pondasi menerus dengan persamaan
dengan peregangan lembaran
berikut :
polypropylene dalam dua arah orthogonal.
1 Geogrid memilki tingkat kekakuan dan
𝑞𝑢 = 𝑐𝑁𝑐 𝜆𝑐𝛽 + 𝑞𝑁𝑞 𝜆𝑞𝛽 + 𝛾𝐵𝑁𝛾 𝜆𝛾𝛽
2 kekuatan yang cukup tinggi. Selain itu juga
dilengkapi dengan kemampuan
interlocking yang mengakibatkan interaksi vertikal antar lapisan geogrid (h/B) ini
dengan tanah semakin kuat. antara lain 0,5, 0,75, dan 1,0.
Transfer beban antara geogrid dengan
tanah dapat dijelaskan dengan mekanisme
kegagalan geogrid. Terdapat dua
mekanisme kegagalan pada geogrid yaitu
meluncurnya masa tanah di atas perkuatan
dan tercabutnya perkuatan geogrid. Kedua
kegagalan tersebut sangat bergantung pada
besarnya hambatan lekat pada geogrid.
Sehingga diperlukan panjang geogrid yang
cukup untuk menahan kedua mekanisme Gambar 4. Pengaruh rasio spasi vertikal
kegagalan. (h/B) pada daya dukung pondasi
Panjang Penyaluran Geogrid
Berdasarkan penelitian mereka, spasi
Anil kumar dan K. Ilamparuthi (2009) vertikal maksimum yang diperoleh sebesar
telah meneliti tentang pondasi menerus di 0,75B.
atas lereng pasir dengan perkuatan geogrid.
Berdasrkan hasil yang mereka peroleh, Bearing Capacity Improvement (BCI)
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Bearing Capacity Improvement (BCI)
besarnya daya dukung pondasi terhadap adalah rasio yang menunjukkan
panjang perkuatan geogrid yang perbandingan antara daya dukung tanah
diaplikasikan ke pemodelan lereng pasir. saat diberi perkuatan dengan daya dukung
Dari Tabel 1 terlihat bahwa semakin tanah tanpa perkuatan. Besarnya rasio
panjang perkuatan geogrid, maka semakin tersebut dapat diperoleh dari persamaan
besar daya dukung pondasi yang dicapai. berikut :
𝑞
Tabel 1. Pengaruh Panjang Perkuatan BCI =
𝑞𝑜
Geogrid Terhadap Daya Dukung
Pondasi pada Lereng Pasir
dimana,
L/B Ultimate Bearing Capacity (kN/m2) Increment
Reinforcement Unreinforced Slope (%) BCI = Bearing Capacity Improvement
Below Footing q = daya dukung dengan perkuatan
1 43 34 26 geogrid menurut kemiringan
2 110 34 224 sudut lereng dan jumlah lapisan
3 120 34 253 geogrid
qo = daya dukung tanpa perkuatan
(Sumber : S. V. Anil Kumar dan K geogrid
Ilamparuthi, 2009)
METODE PENELITIAN
(b)
(b)
Tabel 4. Nilai BCIu pada Variasi Sudut yang bekerja didapatkan bahwa semakin
Kemiringan Lereng terhadap besar sudut kemiringan lereng maka nilai
Jumlah Lapisan Perkuatan daya dukungnya akan semakin menurun.
Untuk jumlah lapisan geogrid, jika ditinjau
Jumlah
Sudut qu qu tanpa pada beban runtuhnya didapatkan bahwa
Lapisan
Kemirngan Perkuatan Perkuatan BCIu semakin banyak jumlah lapisan geogrid
Geogrid
(α) (kN/cm2) (kN/cm2) yang digunakan maka akan semakin besar
(n)
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
Gambar 9. Perbandingan nilai BCIu
dilakukan dengan variasi sudut kemiringan
untuk variasi sudut kemiringan lereng
lereng (α) sebesar 46o, 51o, dan 56o serta
terhadap jumlah lapisan perkuatan geogrid
jumlah lapisan perkuatan geogrid (n)
sebanyak 1, 2, dan 3 pada pemodelan fisik
Dapat dilihat dari Tabel 4 dan
lereng pasir dengan lebar pondasi (B) 8 cm
Gambar 9 bahwa semakin besar sudut
dan perbandingan antara jarak tepi lereng
kemiringan lereng, maka nilai daya dukung
ke pondasi dengan lebar pondasi d/B = 2
akan semakin kecil dan semakin banyak
dengan RC = 85%, diperoleh kesimpulan
jumlah lapisan geogrid maka nilai daya
sebagai berikut:
dukung akan semakin besar. Nilai BCIu
1. Daya dukung ultimate pada lereng
maksimum pada penelitian ini diperoleh
tanpa perkuatan nilainya lebih kecil
saat lereng dengan sudut kemiringan (α)
dibandingkan daya dukung ultimate
46º dan 3 lapisan geogrid (n = 3) yaitu
pada lereng dengan perkuatan pada
sebesar 2,168.
variasi kemiringan sudut dan
jumlah lapisan perkuatan geogrid.
Pengaruh Sudut Kemiringan Lereng
2. Semakin kecil kemiringan sudut
dan Jumlah Lapisan Geogrid terhadap
lereng / semakin landai lereng,
Nilai Daya Dukung
maka akan semakin besar nilai daya
dukung ultimate lereng tersebut.
Dari hasil yang didapatkan dari
3. Semakin banyak jumlah lapisan
pengujian, pada variasi sudut kemiringan
geogrid yang digunakan untuk
lereng apabila ditinjau dari beban ultimit
perkuatan, maka akan semakin Elsevier Geotextiles and
besar nilai daya dukung ultimate Geomembranes. Iran : Universitas
lereng tersebut. Shiraz
4. Dapat dilihat dari hasil analisis
BCIu bahwa nilai daya dukung dari Bowles, J. E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan
lereng dengan sudut kemiringan 56º Geoteknis Tanah. Jakarta : Erlangga
hingga sudut kemiringan 46º dan
penggunaan 1 lapisan geogrid Christady H., Hary. 1990. Mekanikan
hingga 3 lapisan geogrid masih Tanah. Yogyakarta: Jurusan Teknik
terus mengalami peningkatan daya Sipil Fakultas Teknik Universitas
dukung, maka pada penelitian ini Gajah Mada
masih belum bisa didapatkan
Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi
variasi sudut kemiringan lereng dan
Keempat. Jakarta : Erlangga
jumlah lapisan geogrid yang
optimum. Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah
(Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis)
Jilid 1. Terjemahan Noor Endah &
SARAN Indrasurya B. Mochtar. Jakarta :
Penelitian ini membutuhkan Erlangga
ketelitian, waktu yang cukup, dan metode
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah
pelaksanaan yang baik dan sesuai untuk
(Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis)
tercapainya kesempurnaan dalam hasil
penelitian. Karena itu ada beberapa saran Jilid 2. Terjemahan Noor Endah &
untuk penelitian selanjutnya antara lain Indrasurya B. Mochtar. Jakarta :
sebagai berikut. Erlangga
1. Perlu dilakukan pemadatan yang Das, Braja M. 2009. Shallow Foundations
baik dan rata pada keseluruhan
Bearing Capacity and Settlement
daerah pemadatan karena
pemadatan yang kurang baik Second Edition. New York : Taylor
mengakibatkan respon lereng yang and Francis Group
ditunjukkan oleh kurva qu vs DPU. 2009. Pedoman Konstruksi
penurunan yang kurang sempurna Bangunan: Perencanaan dan
dan tidak konsisten.
Pelaksanaan Perkuatan Tanah
2. Karena pada penelitian ini belum
dengan Geosintetik No.
didapatkan hasil yang optimum,
maka diperlukan penelitian lebih 003/BM/2009
lanjut mengenai nilai daya dukung Ghazian, Dio. 2015. Pengaruh Sudut
pondasi pada tanah lereng yang Kemiringan dan Jumlah Lapisan
diperkuat geogrid dengan variasi Perkuatan Geogrid terhadap Daya
variabel yang berbeda atau dengan
Dukung Pondasi Menerus pada
menambah variasi variabel yang
belum diteliti. Pemodelan Fisik Lereng Tanah Pasir.
Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Malang: Universitas Brawijaya
DAFTAR PUSTAKA Graham, J., Andrews, M., and Shields, D.
Alamshahi, Saeed & Hataf, Nader. 2009. H.,. 1987. Stress Characteristics for
Bearing Capacity of Strip Footing on Shallow Footings in Cohesionless
Sand Slopes Reinforced with Slopes. Geotech, 25: 238-249.
Geogrid and Grid-anchor. Journal Canada
Kumar, S.V. Anil & Ilamaparuthi, K. 2009. Taha, Mohd. Raihan & Altalhe, Enas B.
Respon of Footing on Sand Slopes. 2013. Numerical and Experimental
Indian Geotechnical Society Evaluation of Bearing Capacity
Chennai Chapter. India : Anna Factor Nγ of Strip Footing on Sand
University Chennai Slopes. International Journal of
Physcial Sciences. Malaysia :
Marto, Aminaton., Oghabi, Mohsen., &
Universitas Kebangsaan Malaysia
Eisazadeh, Amin. 2013. The Effect of
Geogrid Reinforcement on Bearing Teng, Wayne C. 1981. Foundation Design.
Capacity Properties of Soil Under New Delhi : Prentice Hall
Static Load; A Review. EJGE Vol.18
Terzaghi K, Peck RB. 1987. Mekanika
(2013)
Tanah dalam Praktek Rekayasa.
Suroso, Munawir, As’ad. & Indrawahyuni, Jakarta : Erlangga
Herlien. Buku Ajar Teknik Pondasi.
Malang : Jurussan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya