Anda di halaman 1dari 4

Pengkhotbah Mencari Makna Hidup – I

Teks: Pengkhotbah 1:4-18

Mungkin kita pernah menanyakan pertanyaan ini, Mengapa saya di sini? Apa yang harus saya
lakukan?

Barangkali Ini adalah pertanyaan yang hampir semua orang tanyakan pada suatu saat dalam hidup
mereka.

Dan pertanyaan-pertanyaa ini yang ingin dijawab oleh penulis Pengkhotbah. Dalam pelajaran
pendahuluan kita, kita melihat bahwa penulisnya adalah putra Daud, raja di Yerusalem yaitu,
Salomo.

Tema kita ini disebutkan dalam pengkotbah 1:2, yaitu Semuanya sia-sia kalau dilihat dari perspektif
duniawi ("di bawah matahari") adalah sia-sia, tidak berarti - 1:14

Di ayat 3 muncul pertanyaan, Apa untungnya bagi seseorang dari semua jerih payahnya di bawah
matahari?

Apakah manfaat yang dapat diperoleh seseorang dari semua usahanya dalam kehidupan ini?

Dalam dua pasal pertama, Salomo menunjukkan bagaimana dia sampai pada kesimpulan ini, yaitu
melalui:

1. Dari pengamatannya tentang sifat siklus kehidupan dan ketidakberartiannya yang tampak.

2. Dari pengalamannya sendiri saat ia berusaha menemukan makna hidup melalui berbagai jalan.

Mengamati Kesia-siaan dalam siklus kehidupan…

Nampaknya tidak ada yang berubah. Bumi tetap ada, bahkan ketika generasi manusia datang dan
pergi.

“Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.” Pengkt 1:4.

“Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.” Pkh 1:5

Angin masih melanjutkan siklus berputarnya,” Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-
menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.” Pkh 1:6

Siklus air juga, seperti sungai mengalir ke laut, dan kemudian melalui penguapan dan hujan kembali
ke sungai lagi - Pkh 1:7

Ketika kita melihat alam, sepertinya tidak ada yang berubah, ia hanya berputar-putar dan tetap
sama!

Tidak ada yang benar-benar puas.

Nah, terlepas dari semua kerja keras kita, manusia tidak pernah benar-benar puas.” Segala sesuatu
menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia.” Pkh 1:8a

Kepuasan apa yang menurut seseorang hanya tampak dan sekilas saja.” mata tidak kenyang melihat,
telinga tidak puas mendengar.” - Pkh 1:8b
Ketika diberi waktu, mereka segera menginginkan sesuatu yang lain, dan tidak pernah merasa cukup
dan puas.

Tidak ada yang baru dibawah matahari

Apa yang akan dilakukan adalah apa yang telah dilakukan dimasa lalu. “Apa yang pernah ada akan
ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah
matahari.” Pkh 1:9

Jadi tidak ada yang baru dan jika ada yang dianggap baru, itu hanya karena kita telah melupakan apa
yang terjadi sebelumnya,

“Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama
sebelum kita ada. Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih
akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya”Pkh 1:10-
11.

Lalu bagaimana dengan kemajuan teknologi modern yang kita alami saat ini? Bukan kah ini sesuatu
yang baru?

Teknologi modern saat ini, telah ada pada jaman dahulu. Bagaimana dengan teknologi yang
digunakan untuk menciptakan piramida, Borobudur, Stone Hedge, dll?

-- Mengingat waktu, peradaban masa depan akan melupakan apa yang kita lakukan hari ini, dan akan
"menemukan kembali" apa yang telah dipelajari lagi dan lagi!

Salomo menghadapkan kepada kita seperti siklus hidup yang tidak berarti, namun dia berusaha
untuk menentukan tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Pertama dia berbagi dengan kita
pengalaman hidupnya sendiri.

Kesia-siaan hikmat manusia.

Pengkotbah mengawali pencariannya akan identitas dirinya sebagai raja atas Israel di Yerusalem. Pkh
1:12

Kepadanya Tuhan telah memberikan hikmat yang luar biasa. Baca 1 Raj 3:9-12; 4:29-34.

Dia bertekad untuk menggunakan kebijaksanaan tersebut untuk mencari dan menyelidiki semua
yang telah dilakukan “di bawah langit”

“Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem. Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa
dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan
yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri.”- Pkh 1:13.

Salomo merasa Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk menyelidiki semua yang terjadi didunia
ini. Kemudia dia merangkumkan temuan tersebut dalam pengkotbah 1:14-15.

Dia katakan, “Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi
lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Yang bongkok tak dapat
diluruskan, dan yang tidak ada tak dapat dihitung.”

Kesimpulan Salomo adalah:


Bahwa semua kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk
membuat perubahan yang signifikan.

Mengaplikasikan Hikmat yang Tuhan Berikan.

Dia mengakui bahwa kebesaran dan kebijaksanaan yang telah dia capai semua sia-sia.

"Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang
memerintah atas Yerusalem sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan
pengetahuan." Pkh 1:16

Hikmat dia miliki adalah pemberian Tuhan lih. 1 Raj 3:9-12. Karena itu ia berusaha menerapkannya,”
Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan
kebebalan.” Pkh 1:17a

Hikmat dan pengetahuan yang coba dipelajari dan dipahami dalam ayat diatas adalah kebijaksanaan
manusia, Filsafat manusia.

Karena itulah dia berketetapan untuk memahami hikmat itu dan ingin memperlajarinya.

Pengkotbah menyimpulkan kebijaksanaan manusia itu sia-sia

Salomo merasakan bahwa kebijaksanaan seperti itu seperti menjaring angin, itu tidak memberikan
jawaban terhadap masalahnya - Pkh 1:17b, “Tetapi aku menyadari bahwa hal ini pun adalah usaha
menjaring angin,”

Dia juga melihat bahwa kebijaksanaan dan pengetahuan seperti itu memberikan banyak kesusahan
dan kesedihan.

“Karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan,
memperbanyak kesedihan.” Pkh 1:18

Seperti yang mungkin terjadi hari ini, ini memberikan "informasi yang berlebihan.” Seseorang
menjadi terbebani ketika mereka mempelajari banyak hal dalam hidup.

Yaitu Hal-hal yang tidak dapat mereka kendalikan dan hal-hal yang sering mereka khawatirkan.

Dalam memulai pencariannya akan makna hidup, Pengkhotbah yang bijaksana ini secara alami
memulai dengan kebijaksanaan

Pertama dia menetapkan dalam hatinya untuk "mengetahui kebijaksanaan.” Tetapi dia menemukan
kebijaksanaan seperti itu sebagai "menjaring angin"

Kita percaya bahwa tidak semua kebijaksanaan atau hikmat itu sia-sia. Karena ada hikmat yang
diberikan Allah yang harus dicari - lih. Pro 2:1-9; Ya 1:5

Kebijaksanaan dari Tuhan dapat memberkati kehidupan seseorang - lih. Pro 3:13-18

“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena
keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas..”

Hikmat yang berusaha memahami kehidupan, tetapi mengabaikan Tuhan, itulah yang disebut seperti
menjaring angin, yaitu kesia-siaan hidup.

Paulus membandingkan Hikmat Manusia dengan Hikmat Allah:


“Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini?
Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam
hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya…

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia
membenarkan dan menguduskan dan menebus kita..” 1 Korintus 1:20-21, 30.

Sudahkah kita menerima dan mentaati hikmat yang benar dari Tuhan, Yesus Kristus, yang memberi
makna dan tujuan kedalam hidup kita?

Live each day as it was your last

Anda mungkin juga menyukai