HALAMAN JUDUL
PENYUSUN :
PEMBIMBING
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE REPORT
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
ABSTRAK.......................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................2
C. TUJUAN ................................................................................................................2
D. MANFAAT ............................................................................................................2
BAB 2. LAPORAN KASUS ..............................................................................................3
A. IDENTITAS PASIEN ............................................................................................3
B. ANAMNESIS ........................................................................................................3
C. PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................................7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG .........................................................................10
E. DIAGNOSIS KERJA ...........................................................................................11
F. PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)....................................12
G. FOLLOW UP PASIEN ....................................................................................12
BAB 3. DISKUSI KASUS ...............................................................................................15
BAB 4. KESIMPULAN ...................................................................................................19
A. KEDOKTERAN ..................................................................................................19
B. KEPERAWATAN ...............................................................................................20
C. SARAN ................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................23
iii
ABSTRAK
Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering yang terjadi pada anak
usia 6 bulan - 5 tahun. Kejang demam merupakan suatu bangkitan yang terjadi akibat
kenaikan suhu tubuh > 38°C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Prevalensi
kejang demam pada anak di Indonesia diperkirakan berkisar 2-4% dari anak-anak yang
berusia 6 bulan sampai 5 tahun dan membutuhkan kerjasama lintas profesi kesehatan
dalam penatalaksanaanya terutama pada kejadian kejang demam kompleks. Pada
laporan kasus ini menunjukkan seorang bayi 6 bulan yang dibawa ke RSUD Dr. Harjono
S. Ponorogo dengan kejang demam kompleks. Laporan kasus ini bertujuan untuk
mengetahui secara umum tentang kejang demam pada anak dan penatalaksanaannya.
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi penatalaksanaan kejang
demam IDAI 2016 yaitu dengan pemberian antikonvulsan dan antipiretik serta obat-
obatan lain untuk gejala tambahannya. Prognosis kejang demam secara umum sangat
baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kelaianan neurologis dapa terjadi pada kasus kejang lama atau
kejang berulang, baik dengan bentuk kejang umum maupun fokal.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering
yang terjadi pada anak. Kejang demam pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh > 38°C yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun. Kejang demam pada anak merupakan suatu akibat dari respon tubuh karena
adanya demam yang diakibatkan oleh infeksi selain infeksi dari sistem saraf pusat.
Prevalensi kejang demam pada anak di dunia diperkirakan terjadi antara 2-
5% dari anak-anak 6 bulan sampai 5 tahun di negara Amerika Serikat dan Barat,
di Eropa puncak kejadian kejang demam sering terjadi pada anak-anak usia 12-18
bulan, di Jepang prevalensi kejang demam pada anak dilaporkan sekitar 6-9%, di
Indonesia angka kejadian kejang demam diperkirakan berkisar 2-4% dari anak-
anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam pada anak dapat diklasifikasikan sebagai kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederha ditandai dengan
durasi kejang yang singkat < 15 menit sebagian besar < 5 menit dan berhenti
dengan sendiri dan atau bentuk kejang tonik klonik yang tidak berulang selama 24
jam. Sedangkan kejang demam kompleks ditandai dengan durasi kejang > 15
menit dan atau bentuk kejang fokal atau fokal menjadi general dan berulang
dalam 24 jam.
Kejang demam pada anak merupakan sesuatu masalah yang sering terjadi
pada anak-anak dan sering ditemui oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan baik
puskesmas maupun Rumah Sakit dan pada umumnya dapat mengkhawatirkan
kedua orang tua anak, sehingga penatalaksanaan yang tepat dan edukasi terhadap
kedua orang tua anak penting untuk dilakukan dan membutuhkan kerjasama antar
profesi kesehatan.
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana insidensi, manifestasi klinis, penatalaksanaan pasien dan
asuhan keperawatan pada pasien kejang demam pada anak ?.
C. TUJUAN
Mengetahui secara umum tentang kondisi pasien kejang demam dan
penatalaksanaannya yang sesuai secara kedokteran dan keperawatan.
D. MANFAAT
Menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran dan keperawatan
terutama tentang penatalaksanaan kejang demam lintas profesi.
BAB 2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : DKH Manggala
Agama : Islam
Tanggal MRS : 26 Oktober 2021
Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2021
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak perempuan usia 6 bulan dibawa ke RSUD Dr.
Hardjono Ponorogo pada tgl 26 oktober 2021 pukul 05.40 dengan
keluhan demam. Demam dirasakan sejak 4 hari SMRS, keluhan demam
dirasakan terus menerus awalnya hanya demam ringan. Pasien sudah
berobat di puskesmas dan diberi obat paracetamol, vitamin dan antibiotik
namun pasien selalu muntah saat diberikan obat tersebut. 3 jam SMRS
(pukul 03.00) demam disertai dengan kejang sebanyak 3 kali, setiap
kejang berdurasi ± 2 menit, Kejang seluruh tubuh, mata melotot ke atas,
tangan dan kaki tersentak-sentak serta menggenggam, pasien sadar
setelah kejang kemudian kejang lagi. Orang tua pasien mengeluhkan
munculnya bintik-bintik kemerahan pada kulit pasien sejak 1 hari masuk
rumah sakit. Keluhan tidak disertai batuk, pilek, sesak nafas, BAB cair,
BAK terganggu. Pasien masih mau minum ASI seperti biasa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa (kejang demam) : disangkal
b. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
3
4
6. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pasien dengan normal pada UK 39 minggu ,
dengan BBL 3600 gram dan PB 47 cm. Pada saat lahir bayi langsung
menangis, seluruh tubuh berwarna kemerahan, tidak ditemukan cacat
bawaan saat lahir.
7. Riwayat Pasca Lahir
Bayi perempuan lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
merah, tidak kebiruan dan tidak kekuningan, tidak mendapat ASI pada
hari pertama karena ASI tidak keluar, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
8. Riwayat Makanan
a. Umur 0 – 6 bulan
Pasca Lahir – 2 minggu : Susu formula
2 minggu – 6 bulan : ASI
b. Umur 6 bulan – sekarang
ASI + MP ASI mulai diberikan pada tanggal 28 Oktober 2021
(makanan lembek/bubur SUN 3x sehari, sekali makan ½ mangkuk
ukuran 250 ml)
9. Riwayat Perkembangan
Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Sosial
Melihat sekitar Mengangkat Berkata “Aaah Tersenyum
(1 bulan) kepala (3,5 bulan) Uuuh” (5 bulan) (2 bulan)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Vital Signs
Nadi : 112 x/menit, regular
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,8o C
SpO2 : 98 %
2. Status Gizi
Pengukuran : BB = 8 kg
PB = 65 cm
LK = 45 cm
BMI : 18,9 kg/m2
3. Status Generalis
a. Kulit Warna kuning langsat, pucat (-), petekie (+),
ikterik (-), sianosis (-)
b. Kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
limfe
c. Otot Kelemahan (-), atrofi (-) , nyeri otot (-)
d. Tulang Tidak didapatkan deformitas tulang
e. Sendi Gerakan bebas
4. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, tidak
ada bekas luka, ubun-ubun menutup
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata merah
(-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor 3mm.
8
j. Ekstremitas
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
Petekie + + + +
Edema - - - -
Capillary refill + + + +
time < 2 detik
A. dorsalis pedis + + + +
teraba kuat
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang demam kompleks
2. Kejang demam sederhana
3. Meningitis
4. Epilepsi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM 26 Oktober 2021 (Selasa)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin (HGB) 12,6 13.2-17.3 g/dL
NLR 0,19
FOTO THORAX AP
Hasil :
- Foto thoraks AP simetris, inspirasi adekuat
- Trakea berada di tengah, soft tissue dan tulang normal
- Kedua sinus costophrenicus tajam
- Hemidiafragma kanan kiri domeshape
- Pulmo : infiltrat (-) bronkovaskuler normal
- Cor : pinggang jantung (+), apex tertanam
- Kesan : Cor dan pulmo normal
F. DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam Kompleks
12
Ptekie (+)
Pemeriksaan
Penunjang
Trombosit 169 (N)
Hematokrit 38,6
(N)
MCV 80,7 (L)
MCH 26,5 (L)
Neutrofil 15,3 (L)
Limfosit 80,0 (H)
H. FOLLOW UP PASIEN
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 4,91
HCT 35,4
Trombosit 116 (L)
MCV 78,2 (L)
MCH 26,3 (L)
MPV 10,1 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 6,3 (L)
Limfosit 86,3 (H)
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 2,40 (L)
HCT 33,5
Trombosit 96 (L)
MCV 78,6 (L)
MCH 26,4 (L)
MPV 11,0 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 28,0 (L)
Limfosit 68,5 (H)
14
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 5,55
HCT 33,6
Trombosit 141 (L)
MCV 76,2 (L)
MCH 25,1 (L)
MPV 10,7 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 53,2
Limfosit 32,1
Monosit 14,7 (H)
Imunologi :
IgG Negatif
IgM Positif
BAB 3
DISKUSI KASUS
15
16
kejang demam sederhana atau kompleks. Rata-rata dari hasil pemeriksaan fisik
pada anak dalam batas normal kecuali ada kelainan yang bersifat kongenital.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah
perifer, elektrolit, dan gula darah, GDS, urinalisis, kultur darah, urin, atau feses.
Pada pasien terjadi kejang berulang sebanyak 3 kali dalam 24 jam dengan
lama kejang kurang lebih 2 menit. Bentuk kejang pasien berupa kejang
generalisata tanpa disertai penurunan kesadaran antar bangkitan. Pasien
mengalami demam sejak 4 hari sebelumnya hingga mendapatkan perawatan di
rumah sakit. Berdasarkan karakteristik kejang, terdapat satu kriteria berupa kejang
berulang dalam 24 jam sehingga pasien dikelompokkan ke dalam klasifikasi
kejang demam kompleks. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh yang
meningkat dan ditemukannya petechiae di kedua ekstremitas. Hasil laboratorium
darah menunjukan adanya kecenderungan anemia mikrositik hipokromik,
neutropenia, dan limfositosis.
Tatalaksana kejang demam pertama berdasarkan rekomendasi
penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016 adalah diazepam intravena dengan
dosis 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Pada kejadian kejang saat di
rumah dapat diberikan dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10
mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Bila setelah pemberian diazepam rektal
kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Yang kedua dengan pemberian
antipiretik yaitu paracetamol dosis yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Pemberian antikonvulsan intermitten (profilaksis saat anak demam)
dengan obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
17
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.
Antikonvulsan rumatan diberikan jika ada indikasi seperti kejang >15
menit, kejang fokal, terdapat kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah
kejang. Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun, dan tidak perlu dilakukan
tappering off.
Pasien tidak mengalami kejang selama di rumah sakit, sehingga
penatalaksanaan pasien terdiri atas pemberian cairan dekstrosa 5% + ¼ NS,
antibiotik berupa cefotaxime 2x250 mg, analgesik berupa injeksi sodium
metamizole 3x250 mg, dan antipiretik berupa paracetamol drops 4x0,8cc.
Pada hari ke-4, pasien diperbolehkan untuk pulang. Edukasi kepada
keluarga meliputi :
1 Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik
2 Memberitahu cara penaganan kejang
3 Memberi informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kejang kembali sebagai berikut :
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
c. Bila tidak sadar, posisiskan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukan sesuatu kedalam
mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti
18
g. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
Kejang demam berulang memiliki tingkat rekurensi yang tinggi apabila
terdapat faktor resiko berikut:
1. Usia onset <1 tahun
2. Terdapat riwayat kejang demam pada keluarga inti
3. Demam menetap saat MRS
4. Durasi singkat antara onset demam dengan onset kejang pertama
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang,
baik umum maupun fokal.
BAB 4
KESIMPULAN
A. KEDOKTERAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh dengan cepat hingga >38˚C, dan kenaikan suhu tersebut diakibatkan
oleh proses ekstrakranial. Umumnya dijumpai pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti
risiko cidera, atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang
mengakibatkan obstruksi pada jalan napas.
Semua jenis kejang baik yang umum maupun yang parsial, baik yang
disebabkan oleh demam maupun penyebab lainnya harus ditangani dengan
adekuat. Penanganan awal yang tidak cepat dan tepat dapat memperparah kondisi
pasien. Penatalaksanaan yang perlu dikerjakan yaitu pengobatan fase akut,
mencari dan mengobati penyebab, pengobatan profilaksis terhadap berulangnya
kejang demam.
Kasus ini menggambarkan seorang anak perempuan usia 6 bulan dengan
gejala klinis kejang yang berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan sebagai diagnosis kejang demam
kompleks. Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi
penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016 yaitu dengan pemberian antikonvulsan
dan antipiretik serta obat-obatan lain untuk gejala tambahannya. Evaluasi kejang
yang dapat terjadi berulang, serta edukasi kepada orang tua ketika kejang berulang
kembali adalah hal yang penting untuk mengantisipasi terjadinya kejang dan
komplikasi yang dapat terjadi di kemudian hari.
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Kelaianan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang,
baik umum maupun fokal.
19
20
B. KEPERAWATAN
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan kejang demam
kompleks di Bangsal Delima RSUD dr.Harjono S. Ponorogo selama 4 hari yang
dimulai pada tanggal 26 Oktober 2021 sampai dengan 29 Oktober 2021 asuhan
keperawatan diberikan seoptimal mungkin, beberapa teori atau konsep yang ada
agar hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara komprehensif yang dilakukan guna memenuhi
kebutuhan biologi, psikososial dan spiritual anak. Setelah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kejang demam kompleks di ruang Delima, dapat
disimpulkan:
1. Pengkajian
Pada pengkajian penulis melakukan pengumpulan data yang meliputi
identitas, riwayat kesehatan pasien, data biologis dengan menggunakan teknik
wawancara pada orang tua An. A menggunakan komunikasi terapeutik,
observasi data rekam medik ruangan. Adapun hasil dari pengkajian yang
dilakukan pada An. A adalah sebagai berikut:
a. Pada saat melakukan pengkajian penulis membandingkan antara
penyebab kejang demam pasien dengan teori penyebab dari kejang
demam adalah faktor genetika memegang penting untuk terjadinya
kejang demam 25-50% anak namun keluarga pasien tidak paham
terhadap faktor genetika.
b. Pada pengkajian penulis juga membandingkan antara teori Markam
(2009) tentang takikardi pada anak, frekuensi sering diatas 150-
200x/menit. Namun pada saat dikaji nadi pasien dalam batas normal
112x/menit.
c. Pada penatalaksaan medik menurut teori setelah kejang pasien diberi obat
antikonvulsan seperti diazepam oral dan diazepam rektal diberikan pada
saat demam untuk menurunkan risiko berulangnya kejang. Namun pada
saat terapi pasien tidak diberikan antikonvulsan hanya diberi obat
antipiretik, analgesic dan antibiotic.
21
3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh sesuai dengan
teori dan berdasarkan masalah keperawatan, dengan diketahui oleh keluarga
An. A sehingga dapat dilakukan kerjasama yang baik, dalam pelaksanaanya
tidak semua rencana keperawatan dilakukan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi klien saat itu. Tujuan dari pelaksanaan tersebut yaitu untuk mengatasi
masalah keperawatan pada pasien.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai perencanaan yang dibuat,
tindakan keperawatan selama 4 hari tidak terdapat hambatan dalam
22
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
ditegakkan maka penulis menganalisa bahwa semua masalah dialami An. A
dapat teratasi dengan tindakan keperawatan yang diberikan.
C. SARAN
1. Memberikan penatalaksanaan sebaik mungkin pada anak usia <2 tahun agar
terjadinya bangkitan kejang demam dapat diminimalisir, karena anak <2
tahun lebih berisiko daripada anak >2 tahun.
2. Menjauhkan anak yang memiliki riwayat kejang demam dari faktor pemicu
bangkitan kejang demam.
3. Segera menurunkan suhu tubuh anak apabila anak mengalami demam
>37,8˚C.
4. Mencegah terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi berat lahir rendah
dengan pemeriksaan deteksi dini.
5. Melakukan promosi kesehatan khususnya provider kesehatan RSUD
Hardjono S. Ponorogo untuk meningkatkan pengetahuan orang tua anak
mengenai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian bangkitan kejang
demam.
6. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memahami faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian bangkitan kejang demam. Dapat
digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Rifqi F. 2015. “Penatalaksanaan Kejang Demam”. Cdkjournal, Vol.42, No.9
Fuadi, F., dkk. 2015. “Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak”. Sari
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas
Sofyan, I., dkk. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit
Susanti, Elizabeth. 2020. “Karakteristik Klinis Pasien Kejang Demam yang Dirawat di
Waldo.E., Nelson,MD. 2000. Ilmu kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC.
23
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE
REPORT
INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)
Disusun oleh :
Evi Miarnasari, S.Ked J510215002
Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017
Septiana Maulidya F , S. Ked J510215031
Dhiastika Nanda Sari, S.Ked J510215059
Makiyatul Madania, S.ked J510215080
Faizal Amin Dzikrullah, S.Ked J510215096
Angesti Atiqah Ratnasari, S.Ked J510215102
Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116
Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120
Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122
PEMBIMBING
Dr. Eko Jaenudin, Sp.A
Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering yang terjadi pada anak. Kejang
demam pada umumnya didefinisikan sebagai suatu bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh
> 38°C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan - 5
tahun.
Kejang demam pada anak dapat diklasifikasikan sebagai kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks.
Kejang demam pada anak merupakan sesuatu masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan sering
ditemui oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun Rumah Sakit
Kejang demam dapat mengkhawatirkan kedua orang tua anak, sehingga penatalaksanaan yang tepat
dan edukasi terhadap kedua orang tua anak penting untuk dilakukan dan membutuhkan kerjasama
antar profesi kesehatan.
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Pada pukul 03.00 (3 jam SMRS) pasien mengalami demam tinggi (39ºC)
disertai dengan kejang sebanyak 3 kali, setiap kejang berdurasi ± 2 menit,
Kejang seluruh tubuh, mata melotot ke atas, tangan dan kaki tersentak-
sentak serta menggenggam, pasien sadar setelah kejang kemudian kejang
lagi.
Meraih benda yang ada Berguling Meniru bunyi kata - kata Berusaha mencapai
disekitarnya benda (3 bulan)
(4 bulan) (belum bisa)
(3 bulan )
Menaruh benda di Duduk tanpa berpegangan Berbicara 1 kata Dah dah dengan
tempat (belum bisa) tangan (5 bulan)
(belum bisa ) (belum bisa)
(belum bisa)
Riwayat Vaksinasi
Anamnesis Sistem
Serebrospinal Demam (+), kejang (+), penurunan kesadaran (-)
Vital Signs
PB
Nadi : 112 x/menit, regular
RR : 24 x/menit 65 cm
Suhu : 37,8o C
SpO2 : 98 %
LK
45 cm
a. Kulit Warna kuning langsat, pucat (-), petekie (+), ikterik (-),
sianosis (-)
b. Kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
limfe
c. Otot Kelemahan (-), atrofi (-) , nyeri otot (-)
d. Tulang Tidak didapatkan deformitas tulang
e. Sendi Gerakan bebas
Pemeriksaan Khusus
1. Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, tidak ada bekas luka,
ubun-ubun belum menutup
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata merah (-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor 3mm.
3. Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)
5. Mulut : Mukosa mulut dan bibir lembab, lidah kotor (-), perdarahan gusi (-), bibir
sianotik (-)
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba massa abnormal,
dan tidak ada peningkatan vena jugularis.
Pemeriksaan Khusus
8. Thorax :
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, reguler
Palpasi : fremitus dada kanan sama dengan dada kiri
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler disemua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba kuat angkat
Perkusi
Kanan atas : SIC II Linea Parasternalis Dekstra
Kanan bawah : SIC IV Linea Parasternalis Dekstra
Kiri atas : SIC II Linea Parasternalis Sinistra
Kiri bawah : SIC V Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler,bising jantung(-)
Pemeriksaan Khusus
9. Abdomen
NLR 0,19
Foto Thorax AP
Hasil :
● Foto thoraks AP simetris, inspirasi
adekuat
● Trakea berada di tengah, soft
tissue dan tulang normal
● Kedua sinus costophrenicus tajam
● Hemidiafragma kanan kiri
domeshape
● Pulmo : infiltrat (-) bronkovaskuler
normal
● Cor : pinggang jantung (+), apex
tertanam
● Kesan : Cor dan pulmo normal
Diagnosis Kerja
Ptekie (+)
Pemeriksaan Penunjang
1. Kejang demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari
15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam
waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks ditandai dengan kejang berlangsung > 15 menit; kejang
fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial; dan berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan
hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K
ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau
kepekaan sel saraf meningkat.
Etiologi
Terdapat enam faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu :
Demam,
Usia,
Riwayat keluarga,
Faktor prenatal (usia saat ibu hamil, riwayat pre-eklamsi pada ibu, hamil primi/multipara,
pemakaian bahan toksik),
Faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir)
Faktor pascanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala).
Penegakan Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Penunjang
2. Menjauhkan anak yang memiliki riwayat kejang demam dari faktor pemicu bangkitan kejang demam.
3. Segera menurunkan suhu tubuh anak apabila anak mengalami demam >37,8˚C.
Saran
4. Mencegah terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi berat lahir rendah dengan pemeriksaan deteksi dini.
5. Melakukan promosi kesehatan khususnya provider kesehatan RSUD Hardjono S. Ponorogo untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua anak mengenai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian
bangkitan kejang demam.
6. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memahami faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
bangkitan kejang demam. Dapat digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya.
Daftar Pustaka
Arief, Rifqi F. 2015. “Penatalaksanaan Kejang Demam”. Cdkjournal, Vol.42, No.9
Fuadi, F., dkk. 2015. “Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak”. Sari
pediatri, Vol. 12, No.3.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd Ed. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia.
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta:EGC
Sofyan, I., dkk. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Susanti, Elizabeth. 2020. “Karakteristik Klinis Pasien Kejang Demam yang
Dirawat di RS Babtis Batu”. Damianus Journal of Medicine, Vol. 9, No. .
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006.Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI.
Waldo.E., Nelson,MD. 2000. Ilmu kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.