Anda di halaman 1dari 81

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE REPORT

INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

BAYI USIA 6 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEKS

HALAMAN JUDUL
PENYUSUN :

Evi Miarnasari, S.Ked J510215002


Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017
Septiana Maulidya F , S. Ked J510215031
Dhiastika Nanda Sari, S.Ked J510215059
Makiyatul Madania, S.ked J510215080
Faizal Amin Dzikrullah, S.Ked J510215096
Angesti Atiqah Ratnasari, S.Ked J510215102
Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116
Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120
Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122

PEMBIMBING

Dr. Eko Jaenudin, Sp.A

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE REPORT

INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

PRODI PROFESI DOKTER


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Judul : Bayi Usia 6 Bulan dengan Kejang Demam Kompleks


Penyusun :
Evi Miarnasari, S.Ked J510215002
Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017
Septiana Maulidya F , S. Ked J510215031
Dhiastika Nanda Sari, S.Ked J510215059
Makiyatul Madania, S.ked J510215080
Faizal Amin Dzikrullah, S.Ked J510215096
Angesti Atiqah Ratnasari, S.Ked J510215102
Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116
Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120
Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122

Pembimbing : dr. Eko Jaenudin, Sp.A


Ponorogo , .............................
Menyetujui
Penyusun

Dr. Eko Jaenudin, Sp.A


Mengetahui,
Kepala program profesi dokter
Dr. Iin Novita, Sp.PD., M.Sc

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
ABSTRAK.......................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................2
C. TUJUAN ................................................................................................................2
D. MANFAAT ............................................................................................................2
BAB 2. LAPORAN KASUS ..............................................................................................3
A. IDENTITAS PASIEN ............................................................................................3
B. ANAMNESIS ........................................................................................................3
C. PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................................7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG .........................................................................10
E. DIAGNOSIS KERJA ...........................................................................................11
F. PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)....................................12
G. FOLLOW UP PASIEN ....................................................................................12
BAB 3. DISKUSI KASUS ...............................................................................................15
BAB 4. KESIMPULAN ...................................................................................................19
A. KEDOKTERAN ..................................................................................................19
B. KEPERAWATAN ...............................................................................................20
C. SARAN ................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................23

iii
ABSTRAK
Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering yang terjadi pada anak
usia 6 bulan - 5 tahun. Kejang demam merupakan suatu bangkitan yang terjadi akibat
kenaikan suhu tubuh > 38°C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Prevalensi
kejang demam pada anak di Indonesia diperkirakan berkisar 2-4% dari anak-anak yang
berusia 6 bulan sampai 5 tahun dan membutuhkan kerjasama lintas profesi kesehatan
dalam penatalaksanaanya terutama pada kejadian kejang demam kompleks. Pada
laporan kasus ini menunjukkan seorang bayi 6 bulan yang dibawa ke RSUD Dr. Harjono
S. Ponorogo dengan kejang demam kompleks. Laporan kasus ini bertujuan untuk
mengetahui secara umum tentang kejang demam pada anak dan penatalaksanaannya.
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi penatalaksanaan kejang
demam IDAI 2016 yaitu dengan pemberian antikonvulsan dan antipiretik serta obat-
obatan lain untuk gejala tambahannya. Prognosis kejang demam secara umum sangat
baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kelaianan neurologis dapa terjadi pada kasus kejang lama atau
kejang berulang, baik dengan bentuk kejang umum maupun fokal.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering
yang terjadi pada anak. Kejang demam pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh > 38°C yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun. Kejang demam pada anak merupakan suatu akibat dari respon tubuh karena
adanya demam yang diakibatkan oleh infeksi selain infeksi dari sistem saraf pusat.
Prevalensi kejang demam pada anak di dunia diperkirakan terjadi antara 2-
5% dari anak-anak 6 bulan sampai 5 tahun di negara Amerika Serikat dan Barat,
di Eropa puncak kejadian kejang demam sering terjadi pada anak-anak usia 12-18
bulan, di Jepang prevalensi kejang demam pada anak dilaporkan sekitar 6-9%, di
Indonesia angka kejadian kejang demam diperkirakan berkisar 2-4% dari anak-
anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam pada anak dapat diklasifikasikan sebagai kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederha ditandai dengan
durasi kejang yang singkat < 15 menit sebagian besar < 5 menit dan berhenti
dengan sendiri dan atau bentuk kejang tonik klonik yang tidak berulang selama 24
jam. Sedangkan kejang demam kompleks ditandai dengan durasi kejang > 15
menit dan atau bentuk kejang fokal atau fokal menjadi general dan berulang
dalam 24 jam.
Kejang demam pada anak merupakan sesuatu masalah yang sering terjadi
pada anak-anak dan sering ditemui oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan baik
puskesmas maupun Rumah Sakit dan pada umumnya dapat mengkhawatirkan
kedua orang tua anak, sehingga penatalaksanaan yang tepat dan edukasi terhadap
kedua orang tua anak penting untuk dilakukan dan membutuhkan kerjasama antar
profesi kesehatan.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana insidensi, manifestasi klinis, penatalaksanaan pasien dan
asuhan keperawatan pada pasien kejang demam pada anak ?.
C. TUJUAN
Mengetahui secara umum tentang kondisi pasien kejang demam dan
penatalaksanaannya yang sesuai secara kedokteran dan keperawatan.
D. MANFAAT
Menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran dan keperawatan
terutama tentang penatalaksanaan kejang demam lintas profesi.
BAB 2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : DKH Manggala
Agama : Islam
Tanggal MRS : 26 Oktober 2021
Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2021

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak perempuan usia 6 bulan dibawa ke RSUD Dr.
Hardjono Ponorogo pada tgl 26 oktober 2021 pukul 05.40 dengan
keluhan demam. Demam dirasakan sejak 4 hari SMRS, keluhan demam
dirasakan terus menerus awalnya hanya demam ringan. Pasien sudah
berobat di puskesmas dan diberi obat paracetamol, vitamin dan antibiotik
namun pasien selalu muntah saat diberikan obat tersebut. 3 jam SMRS
(pukul 03.00) demam disertai dengan kejang sebanyak 3 kali, setiap
kejang berdurasi ± 2 menit, Kejang seluruh tubuh, mata melotot ke atas,
tangan dan kaki tersentak-sentak serta menggenggam, pasien sadar
setelah kejang kemudian kejang lagi. Orang tua pasien mengeluhkan
munculnya bintik-bintik kemerahan pada kulit pasien sejak 1 hari masuk
rumah sakit. Keluhan tidak disertai batuk, pilek, sesak nafas, BAB cair,
BAK terganggu. Pasien masih mau minum ASI seperti biasa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa (kejang demam) : disangkal
b. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal

3
4

c. Riwayat trauma : disangkal


d. Riwayat demam berdarah : disangkal
e. Riwayat demam tifoid : disangkal
f. Riwayat ISPA : disangkal
g. Riwayat batuk lama : disangkal
h. Riwayat asma : disangkal
i. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
j. Riwayat bronkopnemonia : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat kejang demam : disangkal
b. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
c. Riwayat demam tifoid : disangkal
d. Riwayat demam berdarah : disangkal
e. Riwayat ISPA : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
g. Riwayat asma : disangkal
h. Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
i. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
j. Riwayat kencing manis : disangkal
5. Riwayat Kehamilan
a. Ibu pasien hamil anak kedua (P2A0)
b. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika usia kehamilan 6 minggu
dengan kontrol rutin ke klinik sebulan sekali dan 1 kali ke dokter
spesialis kandungan untuk USG.
c. Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin dan obat tambah darah yang
didapatkan selama kontrol kehamilan.
d. Selama hamil, ibu sesekali merasakan mual, muntah dan pusing pada
trimester I tetapi tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Selama
kehamilan pasien tidak mempunyai riwayat perdarahan.
e. Tekanan darah ibu selama kontrol kehamilan tidak pernah tinggi.
f. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
5

6. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pasien dengan normal pada UK 39 minggu ,
dengan BBL 3600 gram dan PB 47 cm. Pada saat lahir bayi langsung
menangis, seluruh tubuh berwarna kemerahan, tidak ditemukan cacat
bawaan saat lahir.
7. Riwayat Pasca Lahir
Bayi perempuan lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
merah, tidak kebiruan dan tidak kekuningan, tidak mendapat ASI pada
hari pertama karena ASI tidak keluar, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
8. Riwayat Makanan
a. Umur 0 – 6 bulan
Pasca Lahir – 2 minggu : Susu formula
2 minggu – 6 bulan : ASI
b. Umur 6 bulan – sekarang
ASI + MP ASI mulai diberikan pada tanggal 28 Oktober 2021
(makanan lembek/bubur SUN 3x sehari, sekali makan ½ mangkuk
ukuran 250 ml)
9. Riwayat Perkembangan
Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Sosial
Melihat sekitar Mengangkat Berkata “Aaah Tersenyum
(1 bulan) kepala (3,5 bulan) Uuuh” (5 bulan) (2 bulan)

Meraih benda Berguling Meniru bunyi Berusaha


yang ada (4 bulan) kata - kata mencapai
disekitarnya (belum bisa) benda (3 bulan)
(3 bulan )
Menaruh benda Duduk tanpa Berbicara 1 kata Dah dah dengan
di tempat berpegangan (belum bisa) tangan (5 bulan)
(belum bisa) (belum bisa )

Mencorat-coret Merangkak Berbicara 3 kata Minum dengan


(belum bisa) (belum bisa) (belum bisa) cangkir
(belum bisa)
6

10. Riwayat Vaksinasi


Umur (bulan) 0 1 2 3 4 5
Vaksin Tanggal Pemberian
HB-0 (0-7 hari) 29/04/21
BCG 30/05/21
Polio 1 30/05/21
DPT, HB-HiB 1 19/07/21
Polio 2 19/07/21
DPT, HB-HiB 2 21/08/21
Polio 3 21/08/21
DPT, HB-HiB 3 23/09/21
Polio 4 23/09/21
IPV
Campak

11. Anamnesis Sistem


Serebrospinal Demam (+), kejang (+), penurunan
kesadaran (-)
Kardiovaskular Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna
biru (-), keringat dingin (-)
Respiratorius Batuk (-), pilek (-), sesak (-)
Gastrointestinal Muntah (+) saat minum obat, BAB (+) tidak
cair, sariawan (-), nafsu makan menurun (-),
lidah kotor (-)
Uroanogenital BAK (+) urin berwarna kuning jernih, sering
berkemih (-)
Integumentum Pucat (-), kuning (-), bintik merah (+)
Musculoskeletal Kelemahan anggota gerak atas dan bawah (-),
akral dingin dan lembab (-)
7

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Vital Signs
Nadi : 112 x/menit, regular
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,8o C
SpO2 : 98 %
2. Status Gizi
Pengukuran : BB = 8 kg
PB = 65 cm
LK = 45 cm
BMI : 18,9 kg/m2

3. Status Generalis
a. Kulit Warna kuning langsat, pucat (-), petekie (+),
ikterik (-), sianosis (-)
b. Kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
limfe
c. Otot Kelemahan (-), atrofi (-) , nyeri otot (-)
d. Tulang Tidak didapatkan deformitas tulang
e. Sendi Gerakan bebas

4. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, tidak
ada bekas luka, ubun-ubun menutup
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata merah
(-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor 3mm.
8

c. Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)


d. Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)
e. Mulut : Mukosa mulut dan bibir lembab, lidah kotor (-),
perdarahan gusi (-), bibir sianotik (-)
f. Gigi : Belum tumbuh
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba
massa abnormal, dan tidak ada peningkatan vena jugularis.
h. Thorax :
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, reguler
Palpasi : fremitus dada kanan sama dengan dada kiri
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler disemua lapang paru, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba kuat angkat
Perkusi :
Kanan atas : SIC II Linea Parasternalis Dekstra
Kanan bawah : SIC IV Linea Parasternalis Dekstra
Kiri atas : SIC II Linea Parasternalis Sinistra
Kiri bawah : SIC V Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler,bising jantung(-)
i. Abdomen
Inspeksi Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
Auskultasi Suara peristaltik (+) normal
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat,
hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi Timpani (+)


9

j. Ekstremitas
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
Petekie + + + +
Edema - - - -
Capillary refill + + + +
time < 2 detik
A. dorsalis pedis + + + +
teraba kuat

k. Pemeriksaan Status Neurologis


Lengan Tungkai
Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas


Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus - -
Refleks primitif Refleks moro (+)
Refleks palmar graps
(+)
Refleks plantar graps
(+)
Refleks tonic neck (+)
Sensibilitas Tidak dapat dievaluasi
Meningeal sign Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)
Kernig (-)
Laseque (-)
10

D. DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang demam kompleks
2. Kejang demam sederhana
3. Meningitis
4. Epilepsi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM 26 Oktober 2021 (Selasa)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan

HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin (HGB) 12,6 13.2-17.3 g/dL

Eritrosit (RBC) 4,78 4.4 - 5.9 10˄6/μL

Leukosit (WBC) 4,87 4.1 – 10,9 10˄3/μL

Hematokrit 38,6 36,0 – 56,0 %

Trombosit (PLT) 169 150 -450 10˄3/μL

MCV 80,7 (L) 80,0 – 100,0 fL

MCH 26,5 (L) 28,0 – 36,0 Pg

MCHC 32,8 31,0 – 37,0 g/dL

RDW-CV 12,9 10,0 – 16,5 %

PDW 16,0 12,0 – 18,0 %

MPV 9,2 5,0 – 10,0 fL

PCT 0,155 0,10 – 1,00 %

Hitung Jenis (diff) :


Eosinofil 0,0 0,0 – 6,0 %

Basofil 0,1 0,0 – 2,0 %

Neutrofil 15,3 (L) 42,0 – 85,0 %


11

Limfosit 80,0 (H) 11,0 – 49,0 %

Monosit 4,6 0,0 – 9,0 %

Neutrofil absolut 0,75 103/uL

Limfosit Absolut 3,89 103/uL

NLR 0,19

FOTO THORAX AP

Hasil :
- Foto thoraks AP simetris, inspirasi adekuat
- Trakea berada di tengah, soft tissue dan tulang normal
- Kedua sinus costophrenicus tajam
- Hemidiafragma kanan kiri domeshape
- Pulmo : infiltrat (-) bronkovaskuler normal
- Cor : pinggang jantung (+), apex tertanam
- Kesan : Cor dan pulmo normal

F. DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam Kompleks
12

G. PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)


Problem Assessment Planning Planning Planning
Diagnosis Terapi Monitoring

Anamnesis Kejang Darah Inf. D5 ¼ NS 8 Monitoring


Demam lengkap tpm makro TTV,
Kejang seluruh Kompleks Inj. Cefotaxime Keadaan
tubuh (general) 3 x 200 mg umum,
sebanyak 3x dengan PO Paracetamol tanda klinis
durasi rata-rata 2 4 x 0,8 cc
menit
Bila kejang :
Demam 39C
Inj. Diazepam 3
Pemeriksaan Fisik mg

Ptekie (+)

Pemeriksaan
Penunjang
Trombosit 169 (N)
Hematokrit 38,6
(N)
MCV 80,7 (L)
MCH 26,5 (L)
Neutrofil 15,3 (L)
Limfosit 80,0 (H)

H. FOLLOW UP PASIEN

Tgl Problem Assesment Planning Planning Terapi Planning


Diagnosis Monitorin
g
27/10/ Anamnesis : Kejang Darah Inf. D5 ¼ NS 8 Monitorin
(Rabu) Kejang (-), demam (-) Demam Lengkap tpm makro g kejang,
Kompleks Inj. Cefotaxime KU, TTV
3x 200 mg
KU : Susp PO Paracetamol
- Sedang DHF/ITP drop
13

- E4V5M6 (CM) 4 x 0,8 cc


- T : 36 C Metilprednisolon
- HR : 120x/mnt 3 x 20 mg
- RR : 22x/mnt

Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)

DL:
Leukosit 4,91
HCT 35,4
Trombosit 116 (L)
MCV 78,2 (L)
MCH 26,3 (L)
MPV 10,1 (H)

Hitung Jenis :
Neutrofil 6,3 (L)
Limfosit 86,3 (H)

28/10/ Anamnesis : Kejang Darah Inf. RL 8tpm Monitorin


(Kamis Kejang (-), demam (-) Demam Lengkap makro g KU,
) Kompleks Inj. Cefotaxime 3 TTV
Pemeriksa x 200 mg
KU : DHF Tipe an IgM Inj.
- Baik 1 igG Metilprednisolon
- E4V5M6 (CM) 3 x 20 mg
- T : 36 C
- HR : 110x/mnt
- RR : 22x/mnt

Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)

DL:
Leukosit 2,40 (L)
HCT 33,5
Trombosit 96 (L)
MCV 78,6 (L)
MCH 26,4 (L)
MPV 11,0 (H)

Hitung Jenis :
Neutrofil 28,0 (L)
Limfosit 68,5 (H)
14

29/10/ Anamnesis : DHF Tipe Probiotic drop


(Jum’at Kejang (-), demam (-) 1 1 x 3 tetes
) Multivitamin syrp
1 x 0,4 cc
KU :
- Baik
- E4V5M6 (CM)
- T : 37 C
- HR : 112x/mnt
- RR : 24x/mnt

Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)

DL:
Leukosit 5,55
HCT 33,6
Trombosit 141 (L)
MCV 76,2 (L)
MCH 25,1 (L)
MPV 10,7 (H)

Hitung Jenis :
Neutrofil 53,2
Limfosit 32,1
Monosit 14,7 (H)

Imunologi :
IgG Negatif
IgM Positif
BAB 3
DISKUSI KASUS

Menurut Konsensus Penatalaksaan Kejang Demam Anak IDAI 2016,


kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38°C dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua menurut durasi kejang, tipe
kejang, dan karakterisitik kejangnya:
1. Kejang demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau
klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks ditandai dengan kejang berlangsung > 15
menit; kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial; dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan
bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan
demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan
lebih cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan
ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan
menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf
meningkat.
Terdapat enam faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu
demam, usia, dan riwayat keluarga, faktor prenatal (usia saat ibu hamil, riwayat
pre-eklamsi pada ibu, hamil primi/multipara, pemakaian bahan toksik), faktor
perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir)
dan faktor pascanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala).
Penegakan diagnosis kejang demam meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat digunakan untuk menilai
karakteristik kejang yang terjadi dan dapat mengklasifikasikan dalam kategori

15
16

kejang demam sederhana atau kompleks. Rata-rata dari hasil pemeriksaan fisik
pada anak dalam batas normal kecuali ada kelainan yang bersifat kongenital.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah
perifer, elektrolit, dan gula darah, GDS, urinalisis, kultur darah, urin, atau feses.
Pada pasien terjadi kejang berulang sebanyak 3 kali dalam 24 jam dengan
lama kejang kurang lebih 2 menit. Bentuk kejang pasien berupa kejang
generalisata tanpa disertai penurunan kesadaran antar bangkitan. Pasien
mengalami demam sejak 4 hari sebelumnya hingga mendapatkan perawatan di
rumah sakit. Berdasarkan karakteristik kejang, terdapat satu kriteria berupa kejang
berulang dalam 24 jam sehingga pasien dikelompokkan ke dalam klasifikasi
kejang demam kompleks. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh yang
meningkat dan ditemukannya petechiae di kedua ekstremitas. Hasil laboratorium
darah menunjukan adanya kecenderungan anemia mikrositik hipokromik,
neutropenia, dan limfositosis.
Tatalaksana kejang demam pertama berdasarkan rekomendasi
penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016 adalah diazepam intravena dengan
dosis 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Pada kejadian kejang saat di
rumah dapat diberikan dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10
mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Bila setelah pemberian diazepam rektal
kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Yang kedua dengan pemberian
antipiretik yaitu paracetamol dosis yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Pemberian antikonvulsan intermitten (profilaksis saat anak demam)
dengan obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
17

badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.
Antikonvulsan rumatan diberikan jika ada indikasi seperti kejang >15
menit, kejang fokal, terdapat kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah
kejang. Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun, dan tidak perlu dilakukan
tappering off.
Pasien tidak mengalami kejang selama di rumah sakit, sehingga
penatalaksanaan pasien terdiri atas pemberian cairan dekstrosa 5% + ¼ NS,
antibiotik berupa cefotaxime 2x250 mg, analgesik berupa injeksi sodium
metamizole 3x250 mg, dan antipiretik berupa paracetamol drops 4x0,8cc.
Pada hari ke-4, pasien diperbolehkan untuk pulang. Edukasi kepada
keluarga meliputi :
1 Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik
2 Memberitahu cara penaganan kejang
3 Memberi informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kejang kembali sebagai berikut :
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
c. Bila tidak sadar, posisiskan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukan sesuatu kedalam
mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti
18

g. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
Kejang demam berulang memiliki tingkat rekurensi yang tinggi apabila
terdapat faktor resiko berikut:
1. Usia onset <1 tahun
2. Terdapat riwayat kejang demam pada keluarga inti
3. Demam menetap saat MRS
4. Durasi singkat antara onset demam dengan onset kejang pertama
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang,
baik umum maupun fokal.
BAB 4
KESIMPULAN
A. KEDOKTERAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh dengan cepat hingga >38˚C, dan kenaikan suhu tersebut diakibatkan
oleh proses ekstrakranial. Umumnya dijumpai pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti
risiko cidera, atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang
mengakibatkan obstruksi pada jalan napas.
Semua jenis kejang baik yang umum maupun yang parsial, baik yang
disebabkan oleh demam maupun penyebab lainnya harus ditangani dengan
adekuat. Penanganan awal yang tidak cepat dan tepat dapat memperparah kondisi
pasien. Penatalaksanaan yang perlu dikerjakan yaitu pengobatan fase akut,
mencari dan mengobati penyebab, pengobatan profilaksis terhadap berulangnya
kejang demam.
Kasus ini menggambarkan seorang anak perempuan usia 6 bulan dengan
gejala klinis kejang yang berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan sebagai diagnosis kejang demam
kompleks. Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi
penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016 yaitu dengan pemberian antikonvulsan
dan antipiretik serta obat-obatan lain untuk gejala tambahannya. Evaluasi kejang
yang dapat terjadi berulang, serta edukasi kepada orang tua ketika kejang berulang
kembali adalah hal yang penting untuk mengantisipasi terjadinya kejang dan
komplikasi yang dapat terjadi di kemudian hari.
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Kelaianan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang,
baik umum maupun fokal.

19
20

B. KEPERAWATAN
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan kejang demam
kompleks di Bangsal Delima RSUD dr.Harjono S. Ponorogo selama 4 hari yang
dimulai pada tanggal 26 Oktober 2021 sampai dengan 29 Oktober 2021 asuhan
keperawatan diberikan seoptimal mungkin, beberapa teori atau konsep yang ada
agar hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara komprehensif yang dilakukan guna memenuhi
kebutuhan biologi, psikososial dan spiritual anak. Setelah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kejang demam kompleks di ruang Delima, dapat
disimpulkan:
1. Pengkajian
Pada pengkajian penulis melakukan pengumpulan data yang meliputi
identitas, riwayat kesehatan pasien, data biologis dengan menggunakan teknik
wawancara pada orang tua An. A menggunakan komunikasi terapeutik,
observasi data rekam medik ruangan. Adapun hasil dari pengkajian yang
dilakukan pada An. A adalah sebagai berikut:
a. Pada saat melakukan pengkajian penulis membandingkan antara
penyebab kejang demam pasien dengan teori penyebab dari kejang
demam adalah faktor genetika memegang penting untuk terjadinya
kejang demam 25-50% anak namun keluarga pasien tidak paham
terhadap faktor genetika.
b. Pada pengkajian penulis juga membandingkan antara teori Markam
(2009) tentang takikardi pada anak, frekuensi sering diatas 150-
200x/menit. Namun pada saat dikaji nadi pasien dalam batas normal
112x/menit.
c. Pada penatalaksaan medik menurut teori setelah kejang pasien diberi obat
antikonvulsan seperti diazepam oral dan diazepam rektal diberikan pada
saat demam untuk menurunkan risiko berulangnya kejang. Namun pada
saat terapi pasien tidak diberikan antikonvulsan hanya diberi obat
antipiretik, analgesic dan antibiotic.
21

d. Menurut Wong (2008), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan


kejang demam adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis, dan kebutuhan penanganan kejang demam ataupun
pencegahannya, keluarga pasien hanya diberi informasi tentang
pemberian obat.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan analisa data yang ditemukan, terdapat
kesenjangan dari hasil pengkajian dengan teori dimana penulis hanya
mengangkat 4 diagnosa keperawatan, penulis membandingkan antara teori
dengan pengkajian yang didapat penulis terlihat ada kesenjangan, dimana
tidak semua diagnosa itu muncul.

Dan adapun diagnosa yang tidak terdapat diteori yang dijadikan


diagnosa pada An. A yaitu: Risiko kejang berulang berhubungan dengan
Peningkatan Suhu Tubuh (Hipertermi). Karena pada kasus kejang demam
ini terjadi diawali dengan peningkatan suhu tubuh lebih dari 38ºC. Menurut
Ngastiyah (2005) dalam Wulandari (2016), berulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah (38ºC),
sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu
berapa pasien menderita kejang.

3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh sesuai dengan
teori dan berdasarkan masalah keperawatan, dengan diketahui oleh keluarga
An. A sehingga dapat dilakukan kerjasama yang baik, dalam pelaksanaanya
tidak semua rencana keperawatan dilakukan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi klien saat itu. Tujuan dari pelaksanaan tersebut yaitu untuk mengatasi
masalah keperawatan pada pasien.

4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai perencanaan yang dibuat,
tindakan keperawatan selama 4 hari tidak terdapat hambatan dalam
22

melakukan implementasi. Secara umum penulis dapat merealisasikan


rencana yang telah disusun berdasarkan kerjasama serta sikap yang
kooperatif dari keluarga dan perawat yang ada diruangan. dalam
pelaksanaanya tidak semua implementasi keperawatan dilakukan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi klien saat itu.

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
ditegakkan maka penulis menganalisa bahwa semua masalah dialami An. A
dapat teratasi dengan tindakan keperawatan yang diberikan.

C. SARAN
1. Memberikan penatalaksanaan sebaik mungkin pada anak usia <2 tahun agar
terjadinya bangkitan kejang demam dapat diminimalisir, karena anak <2
tahun lebih berisiko daripada anak >2 tahun.
2. Menjauhkan anak yang memiliki riwayat kejang demam dari faktor pemicu
bangkitan kejang demam.
3. Segera menurunkan suhu tubuh anak apabila anak mengalami demam
>37,8˚C.
4. Mencegah terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi berat lahir rendah
dengan pemeriksaan deteksi dini.
5. Melakukan promosi kesehatan khususnya provider kesehatan RSUD
Hardjono S. Ponorogo untuk meningkatkan pengetahuan orang tua anak
mengenai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian bangkitan kejang
demam.
6. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memahami faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian bangkitan kejang demam. Dapat
digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Rifqi F. 2015. “Penatalaksanaan Kejang Demam”. Cdkjournal, Vol.42, No.9

Fuadi, F., dkk. 2015. “Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak”. Sari

pediatri, Vol. 12, No.3.

Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd Ed. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta:EGC

Sofyan, I., dkk. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Susanti, Elizabeth. 2020. “Karakteristik Klinis Pasien Kejang Demam yang Dirawat di

RS Babtis Batu”. Damianus Journal of Medicine, Vol. 9, No. .

Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006.Konsensus

Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI.

Waldo.E., Nelson,MD. 2000. Ilmu kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC.

23
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE
REPORT
INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

BAYI USIA 6 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM


KOMPLEK

Disusun oleh :
Evi Miarnasari, S.Ked J510215002
Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017
Septiana Maulidya F , S. Ked J510215031
Dhiastika Nanda Sari, S.Ked J510215059
Makiyatul Madania, S.ked J510215080
Faizal Amin Dzikrullah, S.Ked J510215096
Angesti Atiqah Ratnasari, S.Ked J510215102
Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116
Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120
Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122

PEMBIMBING
Dr. Eko Jaenudin, Sp.A

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kejang demam merupakan salah satu penyebab kejang tersering yang terjadi pada anak. Kejang
demam pada umumnya didefinisikan sebagai suatu bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh
> 38°C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan - 5
tahun.

Kejang demam pada anak dapat diklasifikasikan sebagai kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks.

Kejang demam pada anak merupakan sesuatu masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan sering
ditemui oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun Rumah Sakit

Kejang demam dapat mengkhawatirkan kedua orang tua anak, sehingga penatalaksanaan yang tepat
dan edukasi terhadap kedua orang tua anak penting untuk dilakukan dan membutuhkan kerjasama
antar profesi kesehatan.
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah

Bagaimana insidensi, manifestasi klinis, penatalaksanaan pasien dan asuhan


keperawatan pada pasien kejang demam pada anak ?

C. Tujuan

Mengetahui secara umum tentang kondisi pasien kejang demam dan


penatalaksanaannya yang sesuai secara kedokteran dan keperawatan.

D. Manfaat

Menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran dan keperawatan terutama tentang


penatalaksanaan kejang demam lintas profesi.
LAPORAN KASUS
Identitas
1. Nama : An. A
2. Umur : 6 bulan
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : DKH Manggala
5. Agama : Islam
6. Tanggal MRS : 26 Oktober 2021
7. Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2021
Keluhan Utama: Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak perempuan usia 6 bulan dibawa ke RSUD Dr. Hardjono
Ponorogo pada tgl 26 oktober 2021 pukul 05.40 dengan keluhan demam.
Demam dirasakan sejak 4 hari SMRS, keluhan demam dirasakan terus
menerus awalnya hanya demam ringan. Pasien sudah berobat di puskesmas
dan diberi obat paracetamol, vitamin dan antibiotik namun pasien selalu
muntah saat diberikan obat tersebut.

Pada pukul 03.00 (3 jam SMRS) pasien mengalami demam tinggi (39ºC)
disertai dengan kejang sebanyak 3 kali, setiap kejang berdurasi ± 2 menit,
Kejang seluruh tubuh, mata melotot ke atas, tangan dan kaki tersentak-
sentak serta menggenggam, pasien sadar setelah kejang kemudian kejang
lagi.

Orang tua pasien mengeluhkan munculnya bintik-bintik kemerahan pada kulit


pasien sejak 1 hari masuk rumah sakit. Keluhan tidak disertai batuk, pilek,
sesak nafas, BAB cair, BAK terganggu. Pasien masih mau minum ASI
seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa (kejang demam) : disangkal
b. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
c. Riwayat trauma : disangkal
d. Riwayat demam berdarah : disangkal
e. Riwayat demam tifoid : disangkal
f. Riwayat ISPA : disangkal
g. Riwayat batuk lama : disangkal
h. Riwayat asma : disangkal
i. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
j. Riwayat bronkopnemonia : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat kejang demam : disangkal
b. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
c. Riwayat demam tifoid : disangkal
d. Riwayat demam berdarah : disangkal
e. Riwayat ISPA : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
g. Riwayat asma : disangkal
h. Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
i. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
j. Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat Kehamilan
a. Ibu pasien hamil anak kedua (P2A0)
b. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika usia kehamilan 6 minggu dengan kontrol
rutin ke klinik sebulan sekali dan 1 kali ke dokter spesialis kandungan untuk USG.
c. Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin dan obat tambah darah yang didapatkan
selama kontrol kehamilan.
d. Selama hamil, ibu sesekali merasakan mual, muntah dan pusing pada trimester I tetapi
tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Selama kehamilan pasien tidak mempunyai
riwayat perdarahan.
e. Tekanan darah ibu selama kontrol kehamilan tidak pernah tinggi.
f. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pasien dengan normal pada UK 39 minggu , dengan BBL
3600 gram dan PB 47 cm. Pada saat lahir bayi langsung menangis, seluruh
tubuh berwarna kemerahan, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
Riwayat Pasca Lahir
Bayi perempuan lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit merah,
tidak kebiruan dan tidak kekuningan, tidak mendapat ASI pada hari pertama karena
ASI tidak keluar, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
Riwayat Makanan
a. Umur 0 – 6 bulan
Pasca Lahir – 2 minggu : Susu formula
2 minggu – 6 bulan : ASI
b. Umur 6 bulan – sekarang
ASI + MP ASI mulai diberikan tanggal 28 Oktober 2021 (makanan
lembek/bubur SUN 3x sehari, sekali makan ½ mangkuk ukuran 250 ml).
Riwayat Perkembangan
Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Sosial
Melihat sekitar Mengangkat kepala (3,5 Berkata “Aaah Uuuh” (5 Tersenyum
bulan) bulan)
(1 bulan) (2 bulan)

Meraih benda yang ada Berguling Meniru bunyi kata - kata Berusaha mencapai
disekitarnya benda (3 bulan)
(4 bulan) (belum bisa)
(3 bulan )
Menaruh benda di Duduk tanpa berpegangan Berbicara 1 kata Dah dah dengan
tempat (belum bisa) tangan (5 bulan)
(belum bisa ) (belum bisa)

Mencorat-coret Merangkak Berbicara 3 kata Minum dengan

(belum bisa) (belum bisa) (belum bisa) cangkir

(belum bisa)
Riwayat Vaksinasi
Anamnesis Sistem
Serebrospinal Demam (+), kejang (+), penurunan kesadaran (-)

Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-),


Kardiovaskular
keringat dingin (-)
Respiratorius Batuk (-), pilek (-), sesak (-)

Muntah (+) saat minum obat, BAB (+) tidak cair,


Gastrointestinal
sariawan (-), nafsu makan menurun (-), lidah kotor (-)

BAK (+) urin berwarna kuning jernih, sering


Uroanogenital
berkemih (-)
Integumentum Pucat (-), kuning (-), bintik merah (+)
Kelemahan anggota gerak atas dan bawah (-), akral
Musculoskeletal
dingin dan lembab (-)
Kesan Umum Status Gizi
BB
Keadaan umum : Lemah
8 Kg
Kesadaran : Compos Mentis
(GCS E4V5M6)

Vital Signs
PB
Nadi : 112 x/menit, regular
RR : 24 x/menit 65 cm
Suhu : 37,8o C
SpO2 : 98 %
LK
45 cm

BMI : 18,9 kg/m2


Status Generalis

a. Kulit Warna kuning langsat, pucat (-), petekie (+), ikterik (-),
sianosis (-)
b. Kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
limfe
c. Otot Kelemahan (-), atrofi (-) , nyeri otot (-)
d. Tulang Tidak didapatkan deformitas tulang
e. Sendi Gerakan bebas
Pemeriksaan Khusus
1. Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, tidak ada bekas luka,
ubun-ubun belum menutup

2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata merah (-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor 3mm.
3. Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)

4. Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)

5. Mulut : Mukosa mulut dan bibir lembab, lidah kotor (-), perdarahan gusi (-), bibir
sianotik (-)

6. Gigi : Belum tumbuh

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba massa abnormal,
dan tidak ada peningkatan vena jugularis.
Pemeriksaan Khusus
8. Thorax :
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, reguler
Palpasi : fremitus dada kanan sama dengan dada kiri
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler disemua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba kuat angkat
Perkusi
Kanan atas : SIC II Linea Parasternalis Dekstra
Kanan bawah : SIC IV Linea Parasternalis Dekstra
Kiri atas : SIC II Linea Parasternalis Sinistra
Kiri bawah : SIC V Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler,bising jantung(-)
Pemeriksaan Khusus
9. Abdomen

Inspeksi Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)

Auskultasi Suara peristaltik (+) normal

Palpasi Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat,


hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi Timpani (+)


Pemeriksaan Khusus
10. Ekstremitas

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah


Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
Petekie - + - +
Edema - - - -
Capillary refill + + + +
time < 2 detik
A. dorsalis + + + +
pedis teraba
kuat
Status Neurologis
Lengan Tungkai
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus - -
Refleks Refleks moro (+)
primitif Refleks palmar graps (+)
Refleks plantar graps (+)
Refleks tonic neck (+)
Sensibilitas Tidak dapat dievaluasi
Meningeal Kaku kuduk (-) Brudzinski I (-)
sign Brudzinski II (-)
Kernig (-)
Laseque (-)
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
26 Oktober 2021 (Selasa)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin (HGB) 12,6 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit (RBC) 4,78 4.4 - 5.9 10˄6/μL
Leukosit (WBC) 4,87 4.1 – 10,9 10˄3/μL
Hematokrit 38,6 36,0 – 56,0 %
Trombosit (PLT) 169 150 -450 10˄3/μL
MCV 80,7 (L) 80,0 – 100,0 fL
MCH 26,5 (L) 28,0 – 36,0 Pg
MCHC 32,8 31,0 – 37,0 g/dL
RDW-CV 12,9 10,0 – 16,5 %
PDW 16,0 12,0 – 18,0 %
MPV 9,2 5,0 – 10,0 fL
PCT 0,155 0,10 – 1,00 %
Hitung Jenis (diff) :

Eosinofil 0,0 0,0 – 6,0 %


Basofil 0,1 0,0 – 2,0 %
Neutrofil 15,3 (L) 42,0 – 85,0 %
Limfosit 80,0 (H) 11,0 – 49,0 %
Monosit 4,6 0,0 – 9,0 %

Neutrofil absolut 0,75 103/uL

Limfosit Absolut 3,89 103/uL

NLR 0,19
Foto Thorax AP
Hasil :
● Foto thoraks AP simetris, inspirasi
adekuat
● Trakea berada di tengah, soft
tissue dan tulang normal
● Kedua sinus costophrenicus tajam
● Hemidiafragma kanan kiri
domeshape
● Pulmo : infiltrat (-) bronkovaskuler
normal
● Cor : pinggang jantung (+), apex
tertanam
● Kesan : Cor dan pulmo normal
Diagnosis Kerja

Kejang Demam Kompleks


PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)
Problem Assessment Planning Planning Terapi Planning
Diagnosis Monitoring
Anamnesis Kejang Demam Darah lengkap Inf. D5 ¼ NS 8 tpm makro Monitoring TTV,
Kompleks Inj. Cefotaxime 3 x 200 mg Keadaan umum,
Kejang seluruh tubuh (general) sebanyak PO Paracetamol 4 x 0,8 cc tanda klinis
3x dengan durasi rata-rata 2 menit
Bila kejang :
Demam 39C
Inj. Diazepam 3 mg
Pemeriksaan Fisik

Ptekie (+)

Pemeriksaan Penunjang

Trombosit 169 (N)

Hematokrit 38,6 (N)

MCV 80,7 (L)

MCH 26,5 (L)

Neutrofil 15,3 (L)

Limfosit 80,0 (H)


FOLLOW UP PASIEN
Tgl Problem Assesment Planning Planning Terapi Planning
Diagnosis Monitoring
27/10/ Anamnesis : Kejang Demam Darah Lengkap Inf. D5 ¼ NS 8 tpm makro Monitoring
(Rabu) Kejang (-), demam (-) Kompleks Inj. Cefotaxime 3x 200 mg kejang, KU, TTV
KU : PO Paracetamol drop
- Sedang Susp DHF/ITP 4 x 0,8 cc
- E4V5M6 (CM) Metilprednisolon 3 x 20 mg
- T : 36 C
- HR : 120x/mnt
- RR : 22x/mnt
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 4,91
HCT 35,4
Trombosit 116 (L)
MCV 78,2 (L)
MCH 26,3 (L)
MPV 10,1 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 6,3 (L)
Limfosit 86,3 (H)
Tgl Problem Assesment Planning Planning Terapi Planning
Diagnosis Monitoring
28/10/2021 Anamnesis : Kejang Demam Darah Lengkap Inf. D5 ¼ NS 8 tpm makro Monitoring
(Kamis) Kejang (-), demam (-) Kompleks Inj. Cefotaxime 3x 200 mg kejang, KU, TTV
KU : PO Paracetamol drop
- Baik Susp DHF/ITP 4 x 0,8 cc
Metilprednisolon 3 x 20 mg
- E4V5M6 (CM)
- T : 36 C
- HR : 110x/mnt
- RR : 22x/mnt
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 2,40 (L)
HCT 33,5
Trombosit 96 (L)
MCV 78,6 (L)
MCH 26,4 (L)
MPV 11,0 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 28,0 (L)
Limfosit 68,5 (H)
Tgl Problem Assesment Planning Diagnosis Planning Terapi Planning Monitoring
29/10/2021 Anamnesis : DHF Tipe 1 Probiotic drop
(Jum’at) Kejang (-), demam (-) 1 x 3 tetes
KU : Multivitamin syp 1 x
- Baik 0,4 cc
- E4V5M6 (CM)
- T : 37 C
- HR : 112x/mnt
- RR : 24x/mnt
Pemeriksaan fisik :
Ptechie (-)
DL:
Leukosit 5,55
HCT 33,6
Trombosit 141 (L)
MCV 76,2 (L)
MCH 25,1 (L)
MPV 10,7 (H)
Hitung Jenis :
Neutrofil 53,2
Limfosit 32,1
Monosit 14,7 (H)
Imunologi :
IgG Negatif
IgM Positif
Diskusi Kasus
Menurut Konsensus Penatalaksaan Kejang
Demam Anak IDAI 2016, kejang demam
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
38°C dengan metode pengukuran suhu apa
pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-5%
anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua menurut durasi kejang, tipe kejang, dan
karakterisitik kejangnya:

1. Kejang demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari
15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam
waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks ditandai dengan kejang berlangsung > 15 menit; kejang
fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial; dan berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan
hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K
ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau
kepekaan sel saraf meningkat.
Etiologi
Terdapat enam faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu :

 Demam,
 Usia,
 Riwayat keluarga,
 Faktor prenatal (usia saat ibu hamil, riwayat pre-eklamsi pada ibu, hamil primi/multipara,
pemakaian bahan toksik),
 Faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir)
 Faktor pascanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala).
Penegakan Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Penunjang

Menilai karakteristik kejang Tidak dikerjakan secara rutin


Rata-rata hasil pemeriksaan
yang terjadi. pada kejang demam, namun
fisik pada anak dalam batas
Mengklasifikasikan  dapat dikerjakan untuk
normal
Kejang demam sederhana mengevaluasi sumber infeksi
Kecuali ada kelainan yang
atau kompleks penyebab demam.
bersifat kongenital
Ex : darah perifer, elektrolit,
gula darah, kultur darah, urin,
dan feses
Pemeriksaan pada Pasien
● Kejang berulang sebanyak 3 kali dalam 24 ● pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh
jam, lama kejang ± 2 menit
yang meningkat dan ditemukannya
● Bentuk kejang berupa kejang generalisata
tanpa disertai penurunan kesadaran antar petechiae di kedua ekstremitas
bangkitan
● Hasil laboratorium darah menunjukan
● Demam sejak 4 hari lalu hingga
mendapatkan perawatan di rumah sakit adanya kecenderungan anemia mikrositik

● Berdasarkan karakteristik kejang, terdapat hipokromik, neutropenia, dan limfositosis


satu kriteria berupa kejang berulang dalam
24 jam sehingga pasien dikelompokkan ke
dalam klasifikasi kejang demam kompleks
Penatalaksanaan
Tatalaksana kejang demam pertama berdasarkan rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016 adalah

 Diazepam intravena dengan dosis 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2


mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.

 Antipiretik yaitu paracetamol, dosis yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali


diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Antikonvulsan

Pemberian antikonvulsan intermitten (profilaksis saat anak demam) dengan obat


yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali
(5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali
sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan
selama 48 jam pertama demam.
Antikonvulsan
Antikonvulsan rumatan diberikan jika ada indikasi seperti kejang >15 menit,
kejang fokal, terdapat kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang. Pemberian
obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,
dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Lama pengobatan rumatan diberikan
selama 1 tahun, dan tidak perlu dilakukan tappering off.
Kejang
1) Epileptik
 Epileptik Idiopotik
 Epileptik Sekunder
2) Non Epileptik
 Kejang Demam
 Meningitis
 Encephalitis
 Kelainan Metabolik
 Trauma Kepala
 Toksikasi
Pasien tidak mengalami kejang selama di rumah sakit, sehingga
penatalaksanaan pasien terdiri atas pemberian cairan dekstrosa 5% + ¼ NS,
antibiotik berupa cefotaxime 2x250 mg, analgesik berupa injeksi sodium
metamizole 3x250 mg, dan antipiretik berupa paracetamol drops 4x0,8cc.
Pada hari ke-4, pasien diperbolehkan untuk pulang. Edukasi kepada
keluarga meliputi :

1. Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai


prognosis baik
2. Memberitahu cara penaganan kejang
3. Memberi informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kejang kembali sebagai berikut :

a. Tetap tenang dan tidak panik


b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
c. Bila tidak sadar, posisiskan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukan sesuatu kedalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti
g. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Kejang demam berulang memiliki tingkat rekurensi yang tinggi
apabila terdapat faktor resiko berikut:

1. Usia onset <1 tahun


2. Terdapat riwayat kejang demam pada keluarga inti
3. Demam menetap saat MRS
4. Durasi singkat antara onset demam dengan onset kejang pertama
Prognosis

Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan


sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kelaianan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang
lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal.
Kesimpulan

Kasus ini menggambarkan seorang anak perempuan usia 6 bulan


dengan gejala klinis kejang yang berdasarkan anmnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan sebagai diagnosis
kejang demam kompleks. Penatalaksanaan yang diberikan sesuai
dengan rekomendasi penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016 yaitu
dengan pemberian antikonvulsan dan antipiretik serta obat-obatan lain
untuk gejala tambahannya. Evaluasi kejang yang dapat terjadi berulang,
serta edukasi kepada orang tua ketika kejang berulang kembali adalah
hal yang penting untuk mengantisipasi terjadinya kejang dan komplikasi
yang dapat terjadi di kemudian hari.
Saran
1. Memberikan penatalaksanaan sebaik mungkin pada anak usia <2 tahun agar terjadinya bangkitan kejang
demam dapat diminimalisir, karena anak <2 tahun lebih berisiko daripada anak >2 tahun.

2. Menjauhkan anak yang memiliki riwayat kejang demam dari faktor pemicu bangkitan kejang demam.

3. Segera menurunkan suhu tubuh anak apabila anak mengalami demam >37,8˚C.
Saran

4. Mencegah terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi berat lahir rendah dengan pemeriksaan deteksi dini.

5. Melakukan promosi kesehatan khususnya provider kesehatan RSUD Hardjono S. Ponorogo untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua anak mengenai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian
bangkitan kejang demam.

6. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memahami faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
bangkitan kejang demam. Dapat digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya.
Daftar Pustaka
Arief, Rifqi F. 2015. “Penatalaksanaan Kejang Demam”. Cdkjournal, Vol.42, No.9
Fuadi, F., dkk. 2015. “Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak”. Sari
pediatri, Vol. 12, No.3.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd Ed. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia.
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta:EGC
Sofyan, I., dkk. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Susanti, Elizabeth. 2020. “Karakteristik Klinis Pasien Kejang Demam yang
Dirawat di RS Babtis Batu”. Damianus Journal of Medicine, Vol. 9, No. .
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006.Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI.
Waldo.E., Nelson,MD. 2000. Ilmu kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai