Anda di halaman 1dari 9

Michelle Rezky

1810611295
Hukum Pidana Ekonomi
Kelas C

Uraian Soal/Penugasan
PT Jaya Makmur guna pengembangan usaha, memutuskan untuk membangun lagi pabrik di
kota lain. Budi Jaya, selaku Direktur Utama PT JM menugaskan Anton, manager umum PT
JM untuk mengurus izin mendirikan bangunan (IMB). Pengurusan IMB dilakukan oleh Rudi,
anak buah Anton, yang tugas sehari-harinya adalah mengurus perizinan perusahaan, sehingga
memiliki jaringan luas. Pada saat mengurus perizinan IMB, ternyata ada beberapa dokumen
yang tidak lengkap sehingga IMB tidak bisa diproses oleh Pemerintah Daerah setempat. Budi
Jaya kuatir perusahaan akan rugi jika pabrik tidak segera berdiri sesuai dengan target waktu
yang direncanakan. Budi kemudian memarahi Anton dan mengancam akan memecat Anton
jika tidak bisa mengurus IMB dengan baik. Karena kuatir kehilangan pekerjaan, Anton
memerintahkan Rudi untuk segera melobi pejabat daerah agar dapat menerbitkan IMB
walaupun ada kekuranga dokumen, dengan janji akan memberikan 1 unit sepeda motor untuk
kendaraan operasional instansi penerbit IMB.

Pertanyaan :
1. Identifikasikan secara jelas jenis kejahatan / tindak pidana apa saja yang timbul dari
kasus tersebut?

Tindak pidana yang timbul dari kasus tersebut adalah sebagai berikut:

a. Crimes for Corporation


Tindak pidana yang timbul dari kasus tersebut adalah crimes for corporation yaitu kejahatan
atau pelanggaran hukum yang dilakukan oleh korporasi dalam mencapai usaha dan tujuan
tertentu guna memperoleh keuntungan. Hal ini berdasarkan Dr. Yusuf Sofie S.H.,M.H dalam
bukunya Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), pada halaman 44 yang memberi penjelasan dengan mengutip pendapat Steven Box
mengenai tipe dan karakteristik tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. Kejahatan
Korporasi merupakan bagian dari white collar crime. Pengertian kejahatan Korporasi yang
paling mudah untuk dimengerti adalah pengertian yang ditawarkkan oleh Braithwaite.
Kejahatan Korporasi menurut pengertian yang diberikan oleh Braithwaite adalah perbuatan
dari suatu korporasi, atau pegawainya yang bertindak untuk korporasi, dimana perbuatan
tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum.Selain pendapat tersebut, menurut Dr.
Hasbullah F. Sjawie S.H., LL.M., M.M dalam bukunya Direksi Perseroan Terbatas serta
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta: Kencana, 2017) pada halaman 273
menjelaskan secara tidak langsung pengertian dan lingkup kejahatan korporasi dengan
merumuskan pengertian tindak pidana korporasi yaitu:

“….. perbuatan yang dilakukan oleh direksi dan atau pegawai dari suatu korporasi pada setiap
tingkatannya yang menjalankan tugas dan fungsi serta bisa dianggap bertindak mewakili
korporasi yang dapat mengakibatkan tanggungjawab pidana, baik kepada korporasinya
maupun bersama dengan pegawainya secara pribadi …..”

b. Penyalahgunaan wewenang
Dalam kasus ini pejabat daerah yang menerbitkan IMB melakukan penyalahgunaan
wewenang. Tindak pidana penyalahgunaan wewenang adalah setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

c. Suap
Dalam hal ini Rudi melakukan tindak pidana suap karena telah memberikan memberikan 1
unit sepeda motor untuk kendaraan operasional instansi penerbit IMB, dengan tujuan agar
IMB diterbitkan oleh pejabat daerah. Tindak pidana suap adalah orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan
kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.

d. Pengancaman
Budi Jaya selaku Direktur Utama PT JM mengancam akan memecat Anton jika tidak bisa
mengurus IMB dengan baik. Pengancaman dilarang dalam Pasal 335 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (“KUHP”) jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-XI/2013 (hal.
39) yang berbunyi:

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah:
1) barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain;
2) barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau
membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.

e. Penyertaan Pidana
Dalam hal ini, Budi dan Anton merupakan orang yang menyuruh melakukan (Pasal 55
ayat (1) KUHP), Rudi dan pejabat daerah merupakan orang mereka yang dengan memberi
atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat (Pasal 55
ayat (2) KUHP).

2. Sebutkan dan jelaskan semua sumber-sumber hukum (Perundang-undangan) yang


dapat dipergunakan untuk menganalisis tindak pidana yang diuraikan di soal nomor 1
tersebut?

Salah satu dasar hukum yang digunakan untuk menganalisis tindak pidana crimes for
corporation adalah Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 13 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi.
Perma mendefinisikan tindak pidana oleh korporasi sebagai “tindak pidana yang dilakukan
oleh orang berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan lain, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama .” Hal tersebut diatur dalam Pasal 3 Perma yang ditandatangani oleh
Ketua MA Hatta Ali pada 21 Desember 2016 itu. Selanjutnya, Pasal 4 ayat (2) memberi
panduan bagaimana hakim dapat menilai kesalahan korporasi. Hakim dapat menilai
kesalahan korporasi, dalam hal : (a) korporasi dapat memperoleh keuntungan atau manfaat
dari tindak pidana tersebut atau tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan
korporasi; (b) korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana; atau (c) korporasi tidak
melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah
dampak lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna
menghindari terjadinya tindak pidana.

Selain Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi, peraturan yang digunakan adalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
untuk menganalisis tindak pidana penyalahgunaan wewenang dan suap. Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) juga dipakai untuk menganalisis kasus ini, berhubungan
dengan penyertaan pidana pada Budi, Anton, Rudi, dan pejabat daerah.

3. Jelaskan siapa saja subjek hukum yang terlibat dan dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana dalam kasus tersebut ?

Subjek hukum yang terlibat antara lain:

a. Budi Jaya
Budi Jaya, selaku Direktur Utama PT JM melakukan tindak pidana korporasi dan
pengancaman kepada Anton.

b. Anton
Anton sebagai manager umum PT JM melakukan tindak pidana korporasi, suap dan
penyertaan pidana sebagai orang yang menyuruh Rudi untuk melakukan suap kepada
pejabat daerah agar IMB dapat diterbitkan meski adanya kekurangan dokumen.

c. Rudi
Rudi menjalankan perintah Anton untuk melobi pejabat daerah, dengan memberikan 1
unit motor. Hal ini merupakan tindak pidana korporasi, suap dan penyertaan pidana
karena Rudi merupakan orang yang turut melakukan tindak pidana suap.

d. Pejabat Daerah
Pejabat daerah yang memiliki wewenang untuk menerbitkan IMB telah melakukan
tindak pidana penyalahgunaan wewenang dan menerima suap.
4. Jelaskan pasal-pasal undang-undang apa yang dapat dikenakan kepada para
tersangka sebagaimana dimaksud di soal nomor 3 ?

1. Budi Jaya, Anton, dan Rudi

Budi Jaya, Anton, dan Rudi melakukan tindak pidana korporasi. Oleh sebab itu, pasal-pasal
yang dapat dikenakan kepada mereka adalah sebagai berikut:

Menurut Pasal 20 Tahun 2001


Dalam UU. No. 31 Tahun 1999 jo. sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang No.
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 ayat 1, perbuatan
yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri, atau orang lain, atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

Pasal 20
(1) Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan
penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya.
(2) Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan
oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain,
bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.
(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi tersebut
diwakili oleh pengurus.
2. Budi Jaya
Selain melakukan tindak pidana korporasi, Budi Jaya melakukan tindak pidana
pengancaman kepada Anton yaitu apabila Anton tidak mengurus IMB dengan baik
maka Budi Jaya mengancam untuk memecat Anton. Oleh karena itu, Budi Jaya dapat
dikenakan Pasal 335 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) jo. Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-XI/2013 (hal. 39) yang berbunyi:

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
1) Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,
tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau
dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun
perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun
orang lain;
2) Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau
membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.
3. Anton dan Rudi
Tindakan Anton yang menyuruh Rudi untuk melakukan suap dapat diancam tindak
pidana Pasal 55 ayat (1) KUHP.

Pasal 55 ayat (1) KUHP

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1) mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan;
2) mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

Rudi sebagai orang yang turut melakukan diancam dengan Pasal yang sama.
Mengenai tindak pidana suap yaitu dengan menjanjikan 1 unit motor kepada pejabat
daerah, pasal yang diancamkan kepada Anton dan Rudi adalah sebagai berikut:

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (“UU 20/2001”):

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.

Selain itu, tindak pidana suap juga diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap (“UU 11/1980”) yang
berbunyi:

Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud


untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam
tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum, dipidana karena memberi suap dengan pidana penjara selama-
lamanya 5 (lima) tahun dan denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000,- (lima belas
juta rupiah).

4. Pejabat Daerah
Pejabat daerah dalam kasus ini telah melakukan penyalahgunaan wewenang karena
melaksanakan tugasnya yaitu menerbitkan IMB tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku semata-mata untuk keuntungan pribadi. Delik penyalahgunaan wewenang
dalam tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 3
Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
PTPK), yang dinyatakan sebagai berikut:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 3 UU PTPK dapat diuraikan unsur-unsur deliknya adalah sebagai berikut:


(a)dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
(b) menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan;
(c) yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
(K. Wantjik Saleh, 1983:51).

Selain melakukan tindak penyalahgunaan wewenang, pejabat daerah menerima suap dari
Rudi. Oleh karena itu pejabat daerah dapat diancam dengan pasal:

Pasal 11 UU PTPK:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga,
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Pasal 3 UU 11/1980 kemudian menerangkan sanksi pidana bagi pihak penerima suap
tersebut:

Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya
yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara
selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyakbanyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas
juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai