Anda di halaman 1dari 25

KerajaaN

KedirI
Kelompok 6

Athaya Salsabila Edwina Martha. P.


Bonyca Verlina Nazhira Nuraini
KERAJAAN KEDIRI
▸ Kerajaan Kediri juga dikenal dengan Kerajaan Panjalu yang merupakan sebuah kerajaan
dengan corak Hindu di Jawa Timur antara tahun 1042-1222.

▸ Pusat pemerintahan kerajaan berada di kota Daha yang sekarang terletak di daerah kota
Kediri. Namun sebelum kerajaan ini berdiri, kota Daha sudah muncul terlebih dahulu.

▸ Daha sendiri merupakan sebuah singkatan dari kata Dahanapura yang memiliki arti Kota
Api. Penamaan tersebut tercantum dalam sebuah prasasti yang bernama prasasti Pamwatan
keluaran Airlangga pada tahun 1042.

▸ Hal tersebut juga sesuai dengan berita yang termuat dalam Serat Calon Arang yang
mengatakan bahwa, diakhir pemerintahan Airlangga, pusat pemerintahan kerajaan sudah pindah
ke Daha.

2
SEJARAH KERAJAAN KEDIRI
▸ Kerajaan Kediri merupakan salah satu bagian dari pecahan kerajaan Kahuripan di
tahun 1045, dan pada saat itu letak Kerajaan Kediri berada di bagian selatan
Kerajaan Kahuripan.
▸ Di akhir bulan November pada tahun 1042, Airlangga terpaksa untuk membagi
wilayah kerajaannya karena kedua putranya saling memperebutkan tahta kerajaan.
▸ Kedua putra Airlangga bernama Sri Samarawijaya yang memeperoleh kerajaan
barat bernama Panjalu dengan pusatnya yang ada di Kota Baru (Daha) dan Mapanji
Garasakan yang memperoleh kerajaan timur bernama Jenggala dengan pusatnya
berada di kota lama, yaitu Kahuripan.
▸ Tak ada bukti yang jelas mengenai pembagian kerajaan tersebut. Namun dalam
sebuah prasasti yang bernama Babad menyebutkan bahwa kerajaan dibagi menjadi 4
atau 5 bagian.

3
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Kediri
▸ Pada tahun 1116-1136 Raja Kameswara menikahi Dewi Kirana yang
merupakan puteri dari Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah masa
Kerajaan Jenggala yang kembali dipersatukan dengan Kerajaan Kediri.

▸ Seiring bertambahnya waktu, Kerajaan Kediri tumbuh berkembang menjadi besar


dan cukup kuat diwilayah Jawa. Pada masa ini juga dituliskan sebuah kitab
bernama Kakawin Smaradahana yang juga dikenal dalam kesusastraan Jawa
sebagai cerita Panji.

▸ Beberapa pakar menyebutkan, bahwa arti dari nama Kediri berasal dari kata
“Kedi” yang bermakna “Mandul” atau “Wanita yang tidak berdatang bulan”.

4
▸ Sedangkan menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, “Kedi” memiliki
makna Orang Kebiri Bidan atau Dukun.

▸ Dalam perlakonan wayang, sang arjuno juga sempat menyamar menjadi


guru tari di Negara Wirata yang bernama “Kedi Wrakantolo”.

▸ Sehingga bila dihubungkan dengan salah seorang tokoh Dewi Kilisuci


yang bertapa di Gua Selomangleng, “Kedi” memiliki arti Suci atau
Wadad.

▸ Sedangkan, kata “diri” memiliki arti Adeg, Angdhiri, menghadiri atau


menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).

5
▸ Maka dari itu, dapat pula kita temukan dalam prasasti “WANUA” tahun 830
saka yang berbunyi:
▸ ” Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla pa ka sa wara, angdhiri rake
panaraban” yang berarti pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta
Raja Pake Panaraban.”
▸ Nama dari Kediri sendiri banyak terdapat dalam kesusatraan Kuno yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno, diantaranya: Kitab Samaradana,
Pararaton, Negara Kertagama serta Kitab Calon Arang.
▸ Sama halnya dengan prasasti lain yang juga menyebutkan nama Kediri di
dalamnya, seperti: Prasasti Ceber berangka tahun 1109 saka yang berada
di Desa Ceker, yang sekarang telah berubah menjadi Desa Sukoanyar
Kecamatan Mojo.

6
▸ Di dalam prasati tersebut juga disebutkan, bahwa penduduk Ceker juga berjasa
kepada Raja, sehingga mereka memperoleh hadiah berupa “Tanah Perdikan”.
▸ Tak hanya itu, dalam prasasti itu juga tertulis “Sri Maharaja Masuk Ri
Siminaninaring Bhuwi Kadiri” yang memiliki arti raja sudah kembali
kesimanya, atau harapannya di dalam Bhumi Kadiri.
▸ Prasasti Kamulan yang berangkat tahun 1116 saka di Desa Kamulan
Kabupaten Trenggalek, dan menurut Damais, tepatnya pada tanggal 31 Agustus
1194, prasasti itu menyebutkan nama Kediri diserang oleh seorang raja dari
kerajaan sebelah timur.
▸ “Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo”, maka dari itu raja meninggalkan
istananya yang beradad di Katangkatang (“tatkala nin kentar sangke kadetwan
ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja siniwi ring
bhumi kadiri”).

7
▸ “Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo”, maka dari itu raja meninggalkan
istananya yang beradad di Katangkatang (“tatkala nin kentar sangke kadetwan
ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja siniwi ring bhumi
kadiri”).
▸ Kemudian, Tatkala Bagawantabhari mendapatkan anugerah berupa tanah
perdikan dari seorang Raja Rake Layang Dyah Tulodong yang juga tertulis
dalam ketiga prasasti yang bernama Harinjing.
▸ Pada awalnya, Kediri merupakan sebuah kerajaan kecil yang kemudian
berkembang dan berubah namanya menjadi Kerajaan Panjalu yang besar dan
dikenal sampai sekarang.

8
Silsilah Kerajaan Kediri
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting
(1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat
desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti
itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah
Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak
memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya.
9
3. Prabu Jayabaya
▸ Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika
diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan
Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang
sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di
Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya
amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh
menghijau.

▸ Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai


1157 Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu
Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh
ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang
sepanjang masa.

10
4. Sri Sarwaswera
▸ Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua)
itu, semua makhluk adalah engkau”.

5. Sri Aryeswara
▸ Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah
sekitar tahun 1171. Nama gelar abhi sekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri
Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
▸ Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya
berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha.
Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya
berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri Gandra.

11
6. Sri Gandra
▸ Masa pemerintahan Raja Sri
Gandra (1181 M) dapat diketahui
dari prasasti Jaring, yaitu tentang
penggunaan nama hewan dalam
kepangkatan seperti seperti nama
gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi
rendahnya pangkat seseorang
dalam istana.

12
7. Sri Kameswara
▸ Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan
Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185
Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu
Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga
dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya
▸ Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah
(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton,
pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
▸ Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana.

13
Kehidupan politik awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan
adanya perang saudara antara Samarawijaya yang berkuasa di
Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Akhirnya
Panji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya, sehingga dia
yang berkuasa. Di Jenggala kemudian berkuasa raja-raja pengganti
Panji Garasakan. . Akan tetapi setelah itu tidak terdengar berita
tentang Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Baru pada tahun 1104 M
tampil Kerajaan Panjalu yang lebih dikenal dengan nama Kerajaan
Kediridengan ibu kotanya Daha.

14
Perkembangan Politik, Sosial, Ekonomi
Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan
dengan Janggala terus berlangsung. Pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil
memadamkan kekacauan itu. Sebagai bukti adanya kata-kata panjalu jayati
pada Prasasti Hantang.
Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur. Mata pencarian yang penting
adalah pertanian dengan hasil utama padi. Pelayarandan perdagangan juga
berkembang. Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading,
cendana, kayu, dan pinang.
Di bidang kebudayaan, yang menonjol adalah seni sastra dan pertunjukan
wayang. Di Kediri dikenal adanya wayang panji.
Prasasti Hantang

Wayang Panji

16
Beberapa karya sastra yang terkenal sebagai berikut :
1. Kitab Baratayuda
Ditulis pada zaman Jayabaya, untuk memberikan gambaran terjadinya perang saudara antara
Panjalu melawan Jenggala.
2. Kitab Kresnayana
Ditulis oleh Mpu Triguna. Isinya mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini
3. Kitab Smaradahana
Ditulis oleh Mpu Darmaja. Isinya menceritakan tentang sepsang suami istri Smara dan Rati yang
menggida Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Mereka terkena kutuk dan mati terbakar oleh api
karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi mereka dihidupkan kembali dan menjelma sebagai
Kameswara dan permaisurinya.
4. Kitab Lubdaka
Ditulis oleh Mpu Tanakung. Sisnya tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah banyak
membunuh. Pada suatu ketika ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa, sehingga
rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk surga.

17
Keruntuhan Kerajaan Kediri
▸ Raja yang terakhir di Kerajaan Kediri pada
masa pemerintahannya, terjadi
pertentangan antara raja dan para pendeta
atau kaum brahmana, karena rajanya
berlaku sombong dan berani melanggar
adat. Hal ini memperlemah pemerintahan
di Kediri. Para brahmana mencari
perlindungan kepada Ken Arok. Ken Arok
dengan dukungan brahmana menyerang
Kediri. Kediri dapat dikalahkan oleh Ken
Arok

18
Peninggalan-peninggalan kerajaan kediri
1. Candi Tondowongso
Candi Tondowongso berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang
ditemukan belum lama ini yakni pada tahun 2007. Arsitektur dari arca dan bentuk bangunan
yang ditemukan disekitar candi memperlihatkan jika bangunan ini dibangun pada abad ke-9
yakni disaat pusat politik dipindahkan dari Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur.
2. Candi Tuban
Candi Tuban yang menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Kediri ini, kini hanya
menyisakan reruntuhannya saja yang terletak di 500 meter dari Candi Minigambar (Desa
Minigambar, kecamatan Sumbergempol, Tulungagung). Saat ini, Candi Tuban sudah tertutup
dengan tanah sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun kembali. Pada saat ini, diatas
timbunan Candi Tuban sudah dijadikan kandang beberapa hewan ternak.

19
3. Candi Panataran
Candi Panataran terletak di lereng Gunung Kelud
Barat Daya di Utara Kota Blitar pada ketinggian 450
meter dari permukaan laut dan menjadi candi paling
indah dan besar di Jawa Timur. Dari beberapa prasasti
yang juga ditemukan di sekitar candi, maka diketahui
jika candi ini dibangun sekitar abad ke-12 sampai 14
Masehi pada masa pemerintahan Raja Srengga sampai
Raja Wikramawardhana. Sistem Candi Panataran dan
terasnya berundak memakai susunan batu andesity yang
saling mengunci.

20
4. Prasasti Galunggung
Prasasti Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulungagung dengan ukuran 160 x 80 x 75
cm dengan memakai huruf Jawa Kuno sebanyak 20 baris kalimat. Aksara yang terdapat pada
prasasti ini sudah tidak terlalu jelas terbaca karena sudah ada bagian yang rusak, akan tetapi hanya
bagian tahun saja yang masih bisa terbaca dengan jelas yakni tahun 1123 Saka. Pada bagian depan
prasasti ini terdapat lambang sebuah lingkaran dan pada bagian tengah lingkaran terdapat gambar
persegi panjang dan juga beberapa logo atau gambar.

5. Prasasti Talan
Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur yang dibuat tahun 1136 Masehi
atau 1058 Saka. Isi dari prasasti ini adalah tentang penetapan masuknya Desa Talan ke wilayah
Panumbang yang sudha terbebas dari pajak. Pada prasasti ini dilengkapi dengan pahatan
Garudhamukalanca yakni pahatan berupa tubuh manusia dengan sayap dan kepala garuda.

21
6. Prasasti Ngantang
Berisi tentang pemberian tanah
bebas pajak oleh Jayabaya untuk Desa
Ngantang berkat jasanya mengabdi pada
Kerajaan Kediri. Pada Prasasti ini
tertulis angka tahun 1057 Saka atau 1135
Masehi yang ditemukan di Desa
Ngantang, Malang dan sekarang menjadi
koleksi dari Museum  Nasional.

22
7. Kitab Kresnayana
Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya
adalah kitab kresnayana. Kitab Kresnayana
dikarang oleh Mpu Triguna yang isinya
menceritakan tentang riwayat hidup Kresna yakni
seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan
tetapi sangat senang menolong orang lain. Dalam
Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat
disukai oleh rakyat dan ia menikah dengan Dewi
Rukmin.  Apabila diartikan secara harafiah, maka
Kresnayana berarti perjalanan Krena ke negeri
Kundina tempat Sang Rukmini.

23
8. Kitab Sumarasantaka
Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Mpu Monaguna yang
menceritakan tentang kutukan Harini yakni seorang bidadari dari
khayangan yang sudah berbuat kesalahan dan ia dikutuk menjadi
manusia. Harini lalu tinggal di bumi selama beberapa saat sampai kutukan
tersebut selesai.

9. Kitab Gatotkacasraya
Kitab Gatotkacasraya dikarang oleh Mpu Panuluh yang menceritakan
tentang kisah kepahlawanan dari Gatotkaca yang sudah berhasil
menyatukan Abimayu yang adalah putra dari Arjuan dengan Siti
Sundhari.

24
Thanks!
Any questions ?
25

Anda mungkin juga menyukai