NRP : 123020077 Kel/Meja : C/10 Asisten : Rayi Annisa T. Tgl. Percobaan : 18 Maret 2014
LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2014 Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai (1) Latar
belakang percobaan (2) Tujuan Percobaan (3) Prinsip Percobaan, dan (4) reaksi Percobaan. 1.1. Latar Belakang Percobaan
Karbohidrat dan senyawa turunannya banyak sekali
terdapat dalam makanan sehari-hari yang kita konsumsi. Namun, tidak pernah secara jelas terlihat oleh kasat mata. Maka dari itu, pengujian terhadap bahan pangan menggunakan uji Molisch dapat dilakukan untuk identifikasi karbohidrat secara umum.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan uji Molisch ini adalah untuk mengetahui
adanya karbohidrat dalam bahan pangan secara umum.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip dari uji Molisch ini adalah berdasarkan kepada
reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-naftol akan membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu.
1.4. Reaksi Percobaan
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
II METODE PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan tentang (1) Bahan yang
digunakan, (2) Pereaksi yang digunakan, (3) Alat yang digunakan, dan (4) Metode percobaan.
2.1. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan uji molisch
ini adalah Larutan molisch, H2SO4 Pekat,dan sampel yang akan dianalisis kandungan karbohidratnya.
2.2. Pereaksi Yang Digunakan
Pereaksi yang digunakan dalam uji Molisch ialah
Larutan Molisch yang terdiri dari 10 gram α-naftol dalam 100 mL alcohol dan H2SO4 pekat.
2.3. Alat Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada uji Molisch ini antara
lain (1) tabung reaksi sejumlah sampel yang digunakan, dan (2) pipet tetes sejumlah sampel yang akan dianalisis.
2.4. Metode Percobaan
Metode percobaan yang digunakan dalam uji Molisch
adalah seperti pada gambar di bawah ini : Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
Gambar 1 Metode Percobaan Uji Molisch
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai (1) Hasil
Pengamatan, dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Pengamatan Uji Molisch
Sampel Pereaksi Warna Hasil 1 Hasil 2
Sebelum Setelah Penambahan Penambahan H2SO4 H2SO4 Buavita Coklat Coklat + + Vitamin Hijau Hijau + + C IPI Susu Putih Putih + + UHT Sari Coklat Coklat + + Kacang Hijau Larutan Bening Bening + + Fruktosa Sumber: Hasil 1 : Giffary dan Fitria, Kelompok C, Meja 10. 2014
Hasil 2 : Laboratorium Kimia Pangan, 2014
Gambar 2 Hasil Pengamatan Uji Molisch
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch) Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
3.2. Pembahasan
Karbohidrat merupakan senyawa makromolekul
polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton. Karbohidrat terdapat dalam jaringan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme dalam berbagai bentuk dan aras. Karbohidrat memiliki rumus empiris (CH2O)n dan biasa disebut dengan “hidrat” dari sebuah karbon (Lehninger, 1970).
Dalam bahan makanan, Karbohidrat terdapat dalam
beberapa bentuk. Monosakarida biasa disebut sebagai gula sederhana yang memiliki satu gugus aldehid atau keton. Monosakarida paling berlimpah biasanya dalam bentuk D- Glukosa yang beratom karbon enam. Sedangkan Oligosakarida memiliki dua sampai sepuluh gabungan monosakarida yang berikatan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida memiliki monosakarida dalam jumlah banyak yang tergabung dalam suatu rantai lurus maupun bercabang (Lehninger, 19 70).
Monosakarida tidak memiliki warna, berbentuk kristal
dan larut dalam air tetapi tak larut dalam pelarut nonpolar. Memiliki rumus empiris(CH2O)n dimana n = 3 atau angka yang lebih besar. Rangka atom karbon pada golongan ini tidak bercabang dan setiap karbon kecuali nomor satu memiliki sebuah ikatan hidroksil (Lehninger, 1970). Monosakarida tak dapat diuraikan lebih lanjut dengan hidrolisis. Monosakarida paling sederhana umum ialah Glu kosa. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi Gambar 3 Strukur D-Glukosa kea rah kanan (Poedjiadi, Anna. 1994). Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
Disakarida memiliki dua monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Disakarida yang paling umum ialah maltose, laktosa dan sukrosa. Maltosa terbentuk dari dua molekul D-glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon 1 dan 4. Maltose mudah larut dalam air. Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida yang tersusun dari glukosa dan fruktosa [O-β-D-fructofuranosyl-(2→1)-α-D- glucopyranoside]. Banyak terkandung dalam tanaman dan dikenal sebagai gula dapur. Tidak seperti kebanyakan disakarida dan oligosakarida, sukrosa tak memiliki gugus anomer bebas karena kedua gugus anomerik dari kedua heksosa saling berikatan satu sama lain. Karena ini lah sukrosa tidak ber-mutarotasi, tidak bereaksi dengan phenilhydrazine membentuk osazon dan tak bersifat reduktor. Hidrolisa dari sukrosa menjadi D-Glukosa dan D- Fruktosa sering disebut inversi. Pembentukan glukosa dan fruktosa diiringi dengan perubahan muatan dalam rotasi optis dari dekstro ke levo. Gula ini sering disebut gula invert (Lehninger, 1970).
Karbohidrat dalam bahan pangan banyak sekali
kandungannya. Untuk mengetahui adanya karbohidrat secara umum maka uji Molisch dapat digunakan. Larutan Molisch ini sendiri mengandung 10 gram α-naftol dalam 100 mL alcohol. Uji ini berdasarkan kepada reaksi karbohidrat dengan Asam pekat (Sudarmadji, 2010).
Dalam larutan molisch ini mengandung alcohol. Fungsi
dari alcohol dalam larutan ini ada dua yaitu (1) untuk melindungi partikel-partikel karbohidrat dari kontak langsung asam sulfat pekatsehingga tidak terjadi kerusakan langsung senyawa karbohidrat dalam sampel. Dan (2) adalah sebagai pelarut α-naftol. α-naftol merupakan pewarna spesifik karbohidrat sehingga akan memberikan warna ungu jika bereaksi dengan senyaw a furfural yang akan dibahas selanjutnya. α-naftol bersifat tak larut air, maka dari itu, selain untuk perlindungan senyawa karbohidrat, alcohol berfungsi untuk melarutkan α-naftol. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah karbohidrat
oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida, lalu monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural. Jika senyawanya berupa heksosa-heksosa maka senyawa yang terbentuk berupa hidroksimetil furfural. Furfural tersebut dengan adanya α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dehidrasi pentose akan menghasilkan furfural, dehidrasi heksosa akan menghasilkan hidroksimetil furfural sedangkan dehidrasi ramnosa membentuk metil furfural (Sudarmadji, 2010).
Gambar 4 Pembentukan Furfural (Sumber : David J Holme;1998)
Perlu diingat bahwa karbohidrat dalam asam encer
walaupun dipanaskan akan tetap stabil, tetapi apabila dengan asam pekat maka senyawa furfural akan dihasilkan. Pentosa- pentosa hampir secara kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Maka dari itu asam sulfat pekat digunakan dalam uji Molisch ini. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi untuk men-dehidrasi karbohidrat menjadi senyawa furfural. Penggunaan asam sulfat ini dapat digantikan misalkan dengan HCℓ atau HI asalkan bersifat sama-sama pekat. (Poedjiadi, 1994).
D-Glukosa bila dipanaskan dengan HCℓ pekat akan
menghasilkan 5-hidroksimetilfurfural. Furfural ini Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
berkondensasi dengan fenol seperti orcinol yang memberikan
warna yang khas untuk keperluan uji kolorimetri pada karbohidrat ( Lehninger, 1970).
Pada saat melaksanakan uji Molisch, sangatlah penting
memperhatikan urutan penambahan reagen dan asam sulfat pekat. Penambahan reagen Molisch sebelum penambahan asam pekat sangatlah penting. Hal ini berdasarkan kepada rusaknya karbohidrat dengan asam pekat. Selain itu jika mengingat fungsi alcohol dalam larutan molisch maka tahapan penambahan reagen molisch sebelum penambahan asam pekat sangat perlu diperhatikan.
Apabila asam pekat ditambahkan pada larutan sampel
secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas kedua larutan cair ini akan terbentuk cincin ungu karena kondensasi furfural dengan α- naftol (Poedjiadi, 1994). Jika langsung ke larutan maka akan merusak langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalah warna ungu pada larutan. Selain itu, pemberian melalui dinding akan memberikan bentuk cincin yang sempurna.
Pada uji Molisch, cincin ungu yang sudah terbentuk
harus dihindari dari guncangan karena bila terkena guncangan maka partikel alcohol ya ng melindungi karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk lalu merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi cincin ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak terlebih dahulu.
Uji Molisch yang dil akuka n oleh praktikan dilakukan
terhadap lima sampel yaitu Buavita, Vitamin C IPI, Susu UHT, sari kacang hijau dan larutan fruktosa. Hasil yang didapatkan oleh praktikan adalah semua sampel positif mengandung karbohidrat. Ini sama dengan hasil uji Molisch yang telah dilakukan oleh laboran Laboratorium Biokimia Pangan Universitas Pasundan Bandung. Disamping itu, bila dilihat Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
secara kasar, ke lima produk tersebut mengandung gula baik
dalam bentuk glukosa, sukrosa, laktosa dan fruktosa. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
IV KESIMPULAN DAN SARAN
1. 2. 3. 4. 4.1. Kesimpulan
Uji Molisch pada karbohidrat merupakan uji pendahuluan
terhadap karbohidrat secara umum pada bahan pangan. Uji ini merupakan uji kualitatif yang menunjukan adanya cincin ungu jika ada k arbohidrat dalam bahan pangan
4.2. Saran
Uji Molisch adalah uji pendahuluan karbohidrat umum
yang sangat sederhana. Meskipun sederhana tetapi sangat perlu diperhatikan tahapan-tahapan dalam penambahan reagen, asam pekat dan perlakuan mekanis lainnya seperti guncangan yang akan mengganggu hasil analisis Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Molisch)
V DAFTAR PUSTAKA
Holme, J. David.1998. Analytical Biochemistry 3rd Edition.
England; Pearson Education Limited
Lehninger, Albert L.1970. Biochemistry 2nd Edition. New