Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Didirikannya sebuah perusahaan pada umumnya mempunyai suatu

tujuan. Tujuan tersebut yaitu untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya

demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini agar segala kegiatan

dalam perusahaan dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu bersaing

dengan perusahaan-perusahaan yang sejenis. Di era globalisasi sekarang ini

tingkat persaingan sangat tinggi sehingga hanya badan usaha yang memiliki

kinerja atau performa yang baik yang akan bertahan. Dalam persaingan usaha

yang semakin kompetitif perusahaan dituntut untuk semakin efisien dalam

menjalankan aktivitasnya, terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang

penuh ketidakpastian dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat

berat serta merusak berbagai sektor dan perekonomian, sehingga perlu

mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki (Wisesa, Zukhri, & Suwena,

2014).

Penjualan dan biaya operasional sangatlah berpengaruh terhadap laba

bersih, penjualan yang meningkat, serta biaya operasional yang efisien,

mestinya berpengaruh terhadap peningkatan laba yang diperoleh perusahaan

dan demikian juga sebaliknya (Butar, 2019). Hubungan yang kompleks

dikemukakan oleh Wisesa, Zukhri, & Suwena (2014) yang menyatakan

bahwa volume penjualan yang meningkat, biaya yang efisien, dan laba bersih

1
2

yang diperoleh secara meningkat maka akan membawa keuntungan yang

sangat besar bagi perusahaan.

Lelucky kopi yaitu tempat kopi yang ada di salah satu kota Surabaya

yang ada di daerah Ngagel Kebon Sari. Lelucky kopi berdiri semenjak tahun

2019, lelucky kopi ini banyak menyediakan menu semua varian rasa kopi

sampai menyediakan menu makanan. Tempat ini sangat strategis sehingga

banyak pengunjung yang datiag dan tempat cocok buat diajak berdiskusi atau

nongkrong bersama.

Pada tahun 2020 ketika di berbagai negara di dunia mengalami

pandemi, musibah akibat penyebaran virus Corona (Covid 19) yang sangat

mematikan memaksa hampir semua negara memberikan tindakan

mengamankan masyarakatnya dari penyebaran virus yang mematikan, jumlah

korban yang terus bertambah setiap hari hingga ratusan orang meninggal.

Indonesia sebagai salah satu negara yang juga terkena dampak penyebaran

virus Corona Covid 19 segera melakukan berbagai tindakan antisipasi dengan

cara menyarankan untuk melakukan kebiasaan baru berupa social distance

hingga saran untuk bekerja dari rumah, dan menutup semua sektor pelayanan

publik. Baker, dkk (2020) menyatakan bahwa hal yang paling terasa dari

pandemi Covid 19 adalah munculnya ketidakpastian. Ketidakpastian ini

dirasakan pada pasar modal dan bisnis riil baik besar maupun kecil.

Fernandes (2020) menyatakan bahwa bisnis yang terkait dengan mobilisasi

individu dan berkumpulnya individu akan terpukul berat.


3

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi lelucky Kopi mengenai

penurunan laba bersih yang berlangsung selama 2 tahun terakhir membuat

perusahaan gagal untuk menaikkan penjualan serta menekan biaya produksi

dan beban operasionalnya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian

mengenai “Pengaruh Penjualan dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

Lelucky Periode 2019-2020”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

“Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

pada Lelucky Kopi Ngagel Kebon Sari Surabaya Periode 2019-2021 Dimasa

Pandemi Covid-19.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

dapat disajikan rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah ada pengaruh Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih pada

Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya di masa Pandemi Covid-19 ini ?

2) Apakah ada pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih pada

Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya di masa Pandemi Covid-19 ini ?

3) Apakah ada Volume Penjualan dan Biaya Operasional berpengaruh

secara bersama sama terhadap Laba bersih pada Lelucky Kopi di

Ngagel Surabaya dimasa Pandemi Covid-19 ini?


4

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui :

1) Untuk mengatahui apakah ada pengaruh Volume Penjualan Terhadap

Laba Bersih pada Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya di masa Pandemi

Covid-19 ini ?

2) Untuk mengathui apakah ada pengaruh Biaya Operasional Terhadap

Laba Bersih pada Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya di masa Pandemi

Covid-19 ini ?

3) Untuk Mengetahui apakah ada Volume Penjualan dan Biaya

Operasional berpengaruh secara bersama sama terhadap Laba bersih

pada Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya dimasa Pandemi Covid-19

ini?

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1) Bagi STIA Panglima Sudirman Surabaya :

Penelitian ini dapat menambah nuansa ilmiah dilingkungan kampus

Sekolah Tinggi Ilmu administrasi Panglima Sudirman Surabaya.

2) Bagi Lelucky Kopi.

Bagi perusahaan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan untuk menentukan langkah yang sebaiknya diambil dalam

mengatur strategi- strategi penjualan dimasa yang akan datang, dan dapat
5

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam hal strategi penjualan

terhadap Lelucky Kopi

3) Bagi penulis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Administrasi Bisnis sekolah Tinggi Ilmu Administrasi “Panglima

Sudirman” dan sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang telah

dipelajari di bangku kuliah, membuka wawasan bagi penulis tentang

penelitian yang bersifat ilmiah mengenai pengetahuan faktor-faktor

pendorong penjualan Lelucky Kopi.

5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan dan pemahaman terhadap penelitian

ini maka penulis menguraikan sistematika penulisan menjadi 5 ( lima) bab,

yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini merupakan uraian secara garis besar

penelitian yang terdiri dari, latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan memaparkan teori-teori yang mendasari

diantaranya teori tentang pemasaran, Teori-teori yang

digunakan berasal dan literatur-literatur yang ada, baik dari

perkuliahan maupun dari sumber lain.


6

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan beberapa metode yang

digunakan dalam penelitian ini, meliputi jenis penelitian,

operasionalisasi konsep, lokasi penelitian, jenis dan sumber

data, Teknik pengumpulan Data, Teknik Analisa data.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisi gambaran umum tentang Kajian, Pandangan

umum, lokasi penelitian, Analisa Data, Uji Asumsi Klasik,

Analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir, yang berisi kesimpulan

hasil keseluruhan pembahasan disertai dengan saran yang

sekiranya bermanfaat bagi obyek penelitian.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

1.1 Pengertian Volume Penjualan

Penjualan merupakan interaksi saling bertatap muka yang bertujuan

untuk menciptakan, memperbaiki, atau mempertahankan hubungan

pertukaran sehingga menguntungkan pihak lain. “Penjualan adalah

sejumlah uang yang dibebankan terhadap pembeli atas barang / jasa yang

dijual.” (Kusnadi 2000: 19).

“Penjualan adalah suatu proses menjual, namun yang dimaksud

penjualan dalam laporan rugi-laba merupakan hasil menjual atau hasil

penjualan.” (M. Narafin 2006:60).

Menurut Basu Swasta (2001) fungsi penjualan meliputi aktivitas


yang dilakukan penjual untuk merealisasikan penjualan seperti
menciptakan permintaan, mencari pembeli, memberikan syarat-syarat
penjualan, dan memisahkan hak milik. Seorang penjual harus sanggup
mencari tahu calon pembeli agar mau membeli barang yang
ditawarkannya. Semakin tinggi barang yang digunakan, maka dapat
meningkatkan laba pada perusahaan.

Menurut Basu Swasta (2001) terdapat lima kelompok penjualan,

sebagai berikut:

1) Trade Selling adalah penjualan yang terjadi produsen dan pedagang

besar untuk mempercepat distribusi produk mereka.


8

2) Penjualan Misionaris, dalam penjualan misionaris, penjualan yang

dikembangkan dengan merayu pembeli untuk membeli barang dari

distributor perusahaan.

7 cara untuk meningkatkan penjualan


3) Penjualan Teknis adalah salah satu

dengan memasukkan saran dan informasi tentang barang dan jasa yang

dijual.

4) Penjualan Bisnis Baru merupakan salah satu cara untuk membuat

calon pembeli menjadi pembeli.

5) Penjualan Responsif adalah setiap tenaga penjual yang dapat

memberikan reaksi terhadap Pelanggan melalui Roote Driving and

Retaining.

“Volume Penjualan adalah merupakan penjualan yang didapat dari

komoditas yang khusus dalam masa tertentu”. John Downesdan Jordan

Elliot Goodman yang diterjemahkan oleh Susanto Budidharmo (2000:

646).

"Volume penjualan adalah total penjualan yang tercapai pada

periode tertentu" Alimiyah dan Padji (2003: 126).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan adalah hasil dari kegiatan

penjualan dalam usaha mencapai tujuan yaitu mencapai laba maksimal.

1.2 Biaya Operasional

Biaya operasional secara harafiah terdiri dari 2 kata yaitu biaya dan

operasional menurut KBBI, biaya berarti uang yang dikeluarkan untuk


9

mengadakan sesuatu, ongkos, belanja, dan pengeluaran. Sedangkan,

operasional berarti berhubungan dengan operasi. 9 “Biaya Operasional

merupakan seluruh biaya yang berhubungan dengan operasional

perusahaan di luar kegiatan produksi termasuk didalamnya biaya

penjualan dan biaya administrasi dan umum”. Margaretha (2007:24).

Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan selama kegiatan operasi perusahaan dalam jangka waktu satu

tahun periode akuntansi. Mulyadi mengemukakan pengertian biaya

operasional sebagai biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya

depresiasi mesin, equipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong,

biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagianbagian baik yang langsung

maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

Biaya operasional adalah keseluruhan biaya-biaya komersil yang

dikeluarkan untuk menunjang atau mendukung kegiatan atau aktivitas

perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Biaya

operasional adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses

kegiatan operasional perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan

perusaaan yang lebih maksimal.

Biaya Operasional adalah operating expenses yaitu biaya berupa

pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok, yaitu berupa biaya

penjualan dan administrasi untuk memperoleh pendapatan, tidak termasuk


10

pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga pokok penjualan dan

penyusutan.

Penggolongan biaya yaitu (1) menurut objek pengeluaran adalah

dengan menggunakan nama objek pengeluaran sebagai dasar

penggolongan, (2) menurut fungsi pokok dalam perusahaan dapat

digolongkan menjadi tiga yaitu biaya produksi, pemasaran, dan

administrasi umum, (3) penggolongan biaya menurut hubungan biaya

dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu biaya tak langsung dan biaya

langsung, (4) menurut perilakunya dalam hubungannya terhadap

perubahan volume kegiatan dapat digolongkan menjadi empat yaitu biaya

variabel, biaya semi variabel, biaya semi fixed, dan biaya tetap, (5)

penggolongan biaya menurut jangka waktu dan manfaatnya digolongkan

menjadi dua kelompok yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran

pendapatan. (Mulyadi : 2005) Menurut Supriyono (2004), biaya operasi

digolongkan menjadi dua yaitu : a) Biaya langsung : biaya yang terjadi dan

dapat diketahui kepada objek atau pusat biaya tertentu. b) Biaya tidak

langsung : biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diketahui pada

objek atau pusat biaya tertentu.

1. Pengukuran Biaya Operasional

Pengukuran biaya operasional adalah penjumlahan biaya

administrasi umum, biaya penyusutan, biaya pemasaran, dan biaya

lain-lain (Ismail, 2010). Sedangkan Kasmir (2011) biaya operasional

dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya gaji pegawai, biaya


11

administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya lain-lain. Selanjutnya

Lukman (2001) menyebutkan indikator biaya 11 operasional adalah

dengan menjumlahkan biaya penyusutan, biaya pemasaran, biaya

administrasi umum dan biaya operasional lainnya. Menurut Adisaputro

(2003), maka jenis biaya operasi digolongkan sesuai dengan fungsi

pokok kegiatan perusahaan. Dalam hal ini biaya pada suatu perusahaan

terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

1. Biaya produksi Keseluruhan biaya yang berhubungan dengan fungsi

produksi yaitu seluruh biaya atau beban dalam mengolah bahan baku

menjadi produk jadi atau produk selesai yang siap dijual dan masuk

pasar. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok,

yaitu:

a. Biaya bahan baku Harga bahan baku yang dipakai dalam

pengolahan produk.

b. Biaya tenaga kerja langsung Biaya yang dikeluarkan persahaan

untuk tenaga kerja langsung dan manfaatnya dapat

diidentifikasikan kepada produk tertentu.

c. Biaya overhead pabrik Seluruh biaya yang digunakan untuk

mengkonversi bahan mentah menjadi produk jadi, selain bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya non produksi

Dengan semakin tingginya tingkat persaingan dan semakin

perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan biaya


12

non produksi menjadi teramat penting. Sehingga manajemen

berkewenangan untuk mengendalikan informasi mengenai aktivitas

dan biaya non produksi tersebut. Pada umumnya, biaya non produksi

dapat digolongkan kedalam :

a. Biaya pemasaran

Merupakan biaya yang dikeluarkan khusus untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran. Contohnya adalah biaya gaji bagian

pemasaran, biaya promosi, biaya sewa artis untuk iklan, biaya

pamlet.

b. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk keseluruhan aktivitas untuk

mengkoordinasi aktivitas produksi dan pemasaran produk,

contoh biaya ini adalah biaya gaji pegawai bagian keuangan,

akuntansi, personalia.

1.3 Laba Bersih

“Laba bersih berasal dari transaksi seluruh transaksi yang

berhubungan dengan pendapatan, beban, untung/rugi usaha. Seluruh

transaksi ini diiktisarkan dalam laporan laba rugi. Laba dihasilkan dari

pendapatan atau keuntungan dengan beban dan kerugian selama periode

tertentu”. Henry Simamora (2000:25). Soemarso (2002) memberikan


13

pengertian mengenai laba merupakan selisih lebih dari pendapatan dengan

biaya-biaya yang terjadi yang berhubungan dengan usaha untuk

memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Menurut Sofyan

S Harahap (2007) ada konsep laba diantaranya adalah konsep (1) laba

akuntansi, merupakan perbedaan antara revenue yang direalisasikan yang

muncul dari transaksi pada suatu periode dihadapkan dengan biaya yang

dikeluarkan pada saat periode tersebut. (2) konsep ekonomi yang

mencerminkan laba dalam praktik dan praktis. (3) konsep capital

maintenance menurut kosep ini, laba baru disebut ada setelah modal yang

dikeluarkan tetap masih ada atau biaya biaya telah tertutupi atau

pengambilan modal.

Jenis-jenis laba yang berhubungan dengan perhitungan laba rugi

terdiri dari empat yaitu

1. Laba kotor merupakan selisih antara hasil penjualan dengan harga

pokok penjualan (HPP),

2. laba operasional merupakan hasil dari aktivitas termasuk rencana

kecuali ada perubahan besar dalam ekonomi yang dapat diharapkan

akan laba operasional setiap tahun (net operating income) yaitu laba

perusahaan yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok perusahaan yang

bersangkutan dalam jangka waktu tertentu,

3. laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasional + hasil

usaha dan dikurangi biaya di luar operasi biasa, dan


14

4. laba sesudah pajak atau biasa kita sebut net profit / laba bersih

merupakan laba setelah dikurangi dengan beban-beban atau pajak.

(Supriyono : 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laba yaitu

1. biaya, merupakan suatu pengorbanan yang diukur dengan satuan uang

yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha,

2. harga jual, merupakan jumlah tertentu yang dibayarkan oleh konsumen

terhadap barang atau jasa yang diterima, dan

3. volume penjualan dan produksi barang, besarnya volume penjualan

akan berpengaruh terhadap volume produksi akan mempengaruhi

besar kecilnya biaya produksi. (Mulyadi 2001: 513)

1. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Laba Bersih

1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.

2) Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok

penjualan dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi

atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.

3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang

dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga

dan efisiensi operasi perusahaan.

4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasional yang

dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam

tingkat harga dan perubahaan kebijaksanaan dalam pemberian atau

penerimaan discount.
15

5) Naik turunnya perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba

yang diperoleh atau tinngi rendahnya tarif pajak.

6) Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

2. Indikator Laba Bersih

Menurut Budi Raharjo (2010 :83) laba bersih dapat dihitung

dengan rumus:

Laba bersih = laba sebelum pajak – pajak penghasilan

Keterangan :

Laba sebelum pajak : laba operasi ditambah hasil usaha dan dikurangi

biaya diluar operasi biasa. Pajak penghasilan : pajak penghasilan yang

harus dibayar oleh perusahaan

Stice, dan skousen (2010:241) menyatakan laba sesudah pajak atau

laba bersih merupakan laba setelah pajak. Laba bersih dipindahkan

kedalam pemikiran laba ditahan atau retained earning. Dalam

pemikiran ini akan diambil suatu jumlah tertentu untuk dibagaikan

sebagai deviden kepada para pemegang saham. Dengan gambaran

seperti dibawah ini :

Laba bersih = laba kotor – beban pajak


16

Keterangan :

Laba : laba kotor pada pada periode tertentu. Beban pajak :biaya

pajak perusahaan pada periode tertentu. Sedangkan menurut kasmir

(2011:303) bahwa laba bersih dapat diukur dengan rumus:

Laba bersih = laba kotor – beban operasi – beban pajak

Keterangan :

Laba kotor : laba yang berasal dari penjualan dikurangin harga pokok.

Beban operasional : beban dari aktivitas operasi Beban pajak : biaya

pajak perusahaan pada periode tertent

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut indicator laba bersih

dalam penelitian ini adalah laba bersih sama dengan laba kotor

dikurangi beban operasi dan beban pajak.

1.4 Hubungan Volume Penjualan dengan Laba Bersih

Menurut Aliminsyah dan Padji (2003:126), volume penjualan

merupakan total penjualan yang berhasil dicapai atau ingin tercapai oleh

suatu perusahaan pada periode tertentu. Agar perolehan laba semakin

mencapai tingkat maksimal adalah dengan memperhitungkan volume

penjualan secara berkala serta berusaha menekan seluruh biaya

operasional yang akan dikeluarkan perusahaan. Volume penjualan yang

maksimal dan biaya operasional yang efektif dan efisien merupakan target

perusahaan, oleh sebab itu perusahaan akan melakukan banyak jalan


17

dalam mencapai target yang direncanakan, karena faktor penting

memperolehan laba yang maksimal merupakan volume penjualan yang

maksimal dan biaya operasional yang efektif dan efisien.

Menurut Kasmir “laba bersih adalah laba yang telah dikurangi

biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode

tertentu termasuk pajak”.8 Soemarso S.R “laba bersih adalah selisih dari

semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan

kerugiaan”.9 Laba bersih adalah angka terakhir dalam laporan laba rugi.

Dalam laporan laba-rugi dapat diperoleh dengan pengurangan antara

pendapatan dan semua beban. Laba bersih diperoleh jika jumlah

pendapatan lebih besar dari pada jumlah beban. Untuk tujuan internal, laba

difokuskan pada laba operasi, yaitu laba sebelum memperhitungkan bunga

dan pajak. Sedangkan untuk tujuan eksternal, laba yang diperhitungkan

adalah laba bersih, yaitu laba setelah memeperhitungkan bunga dan pajak

Salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan

aktivitasnya adalah mampu meningkatkan laba setiap tahun. Apabila

perusahaan telah mampu meningkatkan laba, maka perusahaan tersebut

dapat dikatakan sebagai manajemen yang sukses. Laba bersih adalah

jumlah dimana pendapatan melebihi beban.

Volume penjualan dan biaya sangatlah berpengaruh terhadap laba

bersih. Volume penjualan yang meningkat serta biaya yang efisien

mestinya sangat mempengaruhi peningkatan laba yang dicapai oleh

perusahaan dan demikian pula sebaliknya. Sejalan dengan Pendapat Budi


18

(2007) bahwa, adanya hubungan yang erat antara volume penjualan

dengan peningkatan laba bersih perusahaan dan dapat dilihat dari laporan

laba-rugi perusahaan, karena laba akan tercapai jika penjualan produk

lebih meningkat dibandingkan dengan biaya maupun beban yang

dikeluarkan. Menurut Budi Rahardjo (2000:33) bahwa peningkatan laba

bersih perusahaan, dalam hal ini laba akan dicapai jika penjualan produk

lebih meningkat dibandingkan dengan biaya -biaya yang dikeluarkan.

Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan,

pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang”.

Eva (2008) berpendapat bahwa adanya hubungan yang erat volume

penjualan terhadap peningkatan laba bersih perusahaan, bahwa dengan

semakin tingginya volume penjualan produk sebuah perusahaan ternyata

akan mengakibatkan meningkatnya keuntungan perusahaan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan nominal laba bersih yang setiap tahunnya meningkat

seiring dengan meningkatnya volume penjualan.

1.5 Hubungan Biaya Oprasional dengan Laba Bersih

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba

bersih yang dicapai suatu perusahaan karena tujuan utama perusahaan

adalah untuk mendapat laba bersih yang maksimal dan pencapaian laba

bersih merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup

perusahaan sendiri. Laba bersih bisa dicapai 17 secara maksimal, jika

volume penjualan terus meningkat serta biaya yang dikeluarkan dapat

ditekan seminimal mungkin. Biaya operasional adalah biaya atau beban


19

yang mempunyai peran besar dalam memprovokasi keberhasilan

perusahaan guna menjangkau tujuannya. Karena, produk yang didapatkan

perusahaan melewati proses produksi yang panjang dan produk harus

sampai di konsumen melewati serangkaian kegiatan yang saling

menunjang. Tanpa kegiatan operasional yang terarah maka produk yang

didapatkan tidak bakal mempunyai manfaat untuk perusahaan. Perolehan

laba bersih sangat ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan perusahaan

dalam menjalankan aktivitasnya. Semakin biaya bisa ditekan seminimal

mungkin akan berpengaruh terhadap meningkatnya laba bersih

perusahaan. Sejalan dengan pendapat Jopie (2006)

Apabila suatu perusahaan dapat menekan biaya operasional sekecil

mungkin, maka suatu perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih

secara optimal, demikian sebaliknya bila terjadi pemborosan terhadap

biaya maka akan menyebabkan laba menurun.

1.2 Kerangka Dasar Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila

dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila

penelitiannya hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,

maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis

untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran

variabel yang diteliti, (Sapto Haryoko, 1999). 29 Untuk mempermudah

penelitian ini maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran


20

Volume
Penjualan (X1)

Volume Biaya Laba Bersih (Y)


Operasional
(X2)

Sumber : Data yang diolah penulis


1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti ragu dan

tesis yang berarti benar, Jadi Hipotesis adalah kebenaran yang masih

diragukan. Hipotesis merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi

oleh teori, dalil, hukum dan sebagainya yang sudah ada sebelumnya.

Hipotesis dapat juga berupa pernyataan yang menggambarkan atau

memprediksi hubungan – hubungan tertentu diantara dua variabel atau

lebih, yang kebenaran hubungan tersebut tunduk pada peluang untuk

menyimpang dari kebenaran. Maka dari penjelasan diatas peneliti

mengambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

- Bahwa diduga ada pengaruh yang signifikan antara volume penjualan

(X1) dan biaya operasional (X2) berpengaruh secara simultan terhadap

laba bersih (Y) di Café Lelucky Ngagel Kebonsari Surabaya di Masa

Pandemi Covid-19 ini


21

- Bahwa Diduga Ada Pengaruh yang signifikan antara Volume

Penjualan (X1) terhadap laba bersih di Lelucky Ngagel Kebonsari

Surabaya di Masa Pandemi Covid-19 ini

- Bahwa Diduga Ada Pengaruh yang signifikan antara Biaya

Operasional (X2) terhadap laba bersih (Y) di Lelucky Ngagel

Kebonsari Surabaya di Masa Pandemi Covid-19 ini


22

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif verifikatif

dengan metode pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2017:35) menyatakan,

pengertian metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau

lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat

perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain.

Sugiyono (2017:8) metode verifikatif adalah penelitian yang dilakukan

terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Pengertian metode penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh Volume Penjualan (X1)

dan biaya operasional (X2) terhadap Laba Bersih (Y) pada Lelucky Kopi di

Ngagel Surabaya . Subjek penelitian yang menjadi variabel bebas atau

independent variable (X1) adalah Volume Penjualan dan (X2) adalah Biaya
21

20
23

oeparasional Kemudian variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah

Laba Bersih . Subjek penelitian ini adalah orang yang pernah mengunjungi

dan pernah membeli pada Lelucky Kopi di Ngagel Surabaya.

3. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya

orang, tetapi juga objek dan benda benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Jadi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang

berkunjung ke Café Lelucky.

2. Sampel

Menurut Suharyadi dan Purwanto, sampel merupakan bagian dari

populasi. Disamping itu Muhammad dalam metode penelitian ekonomi

islam mendifinisikan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi itu besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
24

dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).

Penelitian Mengenai pengaruh Volume Penjualan terhadap Laba

Bersih pada Lelucky Kopi ini dilaksanakan dengan menggunakan metode

Non- probability sampling (Pengambilan sampel secara tidak acak)

dengan menggunakan Teknik pengambilan sampel purposive sampling,

dimana sampel di pilih berdasarkan karakteristiknya.

Teknik ini dipilih karena populasi dan sampel yang diambil

memiliki karakteristik tertentu antara lain :

a. Masyarakat Surabaya

b. Konsumen/pelanggan yang pernah berkunjung lebih dari 2 kali

4. Skala Pengukuran

1. Pengukuran Penelitian

Data yang terkumpul kemudian akan digunakan skala pengukuran

dan pemberian scoring. Pengukuran dalam penelitian ini akan

menggunakan skala Likert. Pengukuran skala untuk variabel store

Atmosphere, harga, dan kepuasan konsumen dengan poin yang

disesuaikan dengan materi penelitian yang dikembangkan. Berikut

kategori cara pemberian skor.


25

Tabel 3.1 Penilaian Skala Likert

NO JAWABAN SK
OR
1. Sangat setuju (SS) 5
2. Setuju 4
3. Kurang setuju 3
4. Tidak setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS)
5. 1
Sumber Data Diolah Penulis,2020

2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pengumpulan data, oleh karena itu

perlu disusun dengan cermat dan disusun sedemikian rupa sehingga

memperoleh data empiris nyata. Fungsi instrumen adalah

mengungkapkan fakta menjadi data (Djaali dan Muljono 2004:80).

Penelitian menggunakan pengukuran yang baik agar memperoleh hasil

yang diinginkan pula. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

adalah dengan menggunakan kuesioner yang akan dibagikan langsung

kepada sampel. Adapun instrumen penelitian ini akan melalui uji sebagai

berikut:

a. Uji Validitass

Menurut Ghozali (2006: 45), menyatakan uji validitas digunakan

untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila hasil dari korelasi

mempunyai tingkat signifikansi 0,05 (5%) atau kurang. Alat ukur


26

yang valid akan memiliki varian kesalahan yang rendah, sehingga

dapat diharapkan bahwa alat tersebut dapat dipercaya, bahwa angka

yang dihasilkan adalah angka yang sebenarnya.

b. Uji Realibitas

Menurut Arikunto (2002: 154) reliabilitas adalah suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan

data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dapat

dipercaya, maka akan menghasilkan data yang reliabel sehingga dapat

dipercaya. Reliabilitas merupakan suatu alat ukur menunjuk pada

sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan suatu hasil yang

relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada subyek

penelitian yang sama, relatif sama berarti tetap adanya toleransi

terhadap perbedaan-perbedaan diantara hasil kali pengukuran, atau

dengan kata lain jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah

konsisten dari waktu ke waktu. Ukuran yang digunakan dalam

mengukur reliabilitas (Ghozali, 2005).

3. Uji Statistik Deskriptif

Pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2016:19).
27

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan pengujian data

berupa uji normalitas, uji autikorelasi, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2017:19) uji asumsi klasik

dilakukan bertujuan untuk menguji data-data yang digunakan dalam

penelitian ini apakah telah memenuhi asumsi klasik yaitu data

berdistribusi normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas, tidak terdapat

autokorelasi dan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Menurut

Kurniawan (2014:156), uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik

yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis

Ordinary Least Square (OLS). Untuk menganalisis data dan pengujian

hipotesis dalam penelitian ini, menggunakan program Software IBM SPSS

25.

5. Uji Korelasi

Untuk uji korelasi digunakan uji korelasi Pearson, menurut Sujarweni

(2015:139) uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua

variabel yang dapat dilihat dengan tingkat signifikan, jika ada

hubungannya maka akan dicari seberapa kuat hubungan tersebut. Keeratan

hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

6. Uji Koefisien Determinasi (R2 )


28

Uji koefisien determinasi (R2 ) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2017:97).

7. Uji Regresi Linier Berganda

Selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda, menurut Ghozali

(2017:19) regresi linear berganda ingin menguji pengaruh dua atau lebih

variabel independen (explanatory) terhadap satu variabel dependen.

Rumus persamaan regresi linear berganda menurut Sugiyono (2017:276)

sebagai berikut:

Y = α + b1x1 + b2x2

Keterangan : Y = Variabel dependen

X1 dan X2 = Variabel independen α = Konstanta

8. Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikan dengan uji t (parsial) diperlukan untuk menguji

pengaruh antara variabel X₁ dengan Y dan hubungan antara variabel X₂

dengan Y. Pengujian ini dilakukan dengan 2 arah (2 tail) dengan tingkat

keyakinan 95% (α=0,05) dan dilakukan uji tingkat signifikan pengaruh

antara hubungan variabel independen terhadap variabel dependen secara

individual, dimana tingkat signifikansi ditentukan sebesar 5% dan degree

of freedom (df) = n-k.

2. Uji Simultan (Uji F)


29

Menurut Ghozali (2017:22) uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel

dependen, uji F ini dilakukan dengan cara membandingkan thitung

dengan ttabel. Sebelum membandingkan nilai F harus menentukan

terlebih dahulu tingkat kepercayaan (1-α) dan derajat kebebasan (degree

of freedom) df1 = k-1 dan df2 = n-k sehingga dapat menentukan nilai

kritisnya dengan nilai alpha sebesar 0,05.


30

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Object Penelitian

1.1 Gambaran Umum Lelucky Kopi

Di era modern ini, bisnis warung kopi merupakan suatu bisnis

yang menjanjikan. Tak sekadar sebagai kuliner, banyak masyarakat

yang menjadikan warung kopi sebagai tempat untuk berkumpul,

bersantai dan berbincang. Sudah menjadi suatu trend masyarakat

untuk bersosialisasi. Oleh karena itu, dengan adanya warung kopi ini

dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat yaitu sarana

berkumpul dan bersantai dengan menikmati kopi.

Lelucky kopi yaitu tempat kopi yang ada di salah satu kota

Surabaya yang ada di daerah Ngagel Kebon Sari. Lelucky kopi berdiri

semenjah rahun 2019, lelucky kopi ini banyak menyediakan menu semua

varian rasa kopi sampai menyediakan menu makanan. Tempat ini sangat

strategis sehingga banyak pengunjung yang dating dan tempat cocok buat

diajak berdiskusi atau nongkrong bersama.

Menu minuman kopi dan makannya cukup standart harganya mulai

dari Rp 15.000 sampai Rp. 50.000. lelucky kopi ini memiliki dua tempat

outdor dan indoor sehingga pengunjung bias nyaman untuk memilih

tempat sesuai kebutuhanya.

29
31

Pada tahun 2020 ketika di berbagai negara di dunia mengalami

pandemi, musibah akibat penyebaran virus Corona (Covid 19) yang sangat

mematikan memaksa hampir semua negara memberikan tindakan

mengamankan masyarakatnya dari penyebaran virus yang mematikan,

jumlah korban yang terus bertambah setiap hari hingga ratusan orang

meninggal. Indonesia sebagai salah satu negara yang juga terkena dampak

penyebaran virus Corona Covid 19 segera melakukan berbagai tindakan

antisipasi dengan cara menyarankan untuk melakukan kebiasaan baru

berupa social distance hingga saran untuk bekerja dari rumah, dan

menutup semua sektor pelayanan publik. Baker, dkk (2020) menyatakan

bahwa hal yang paling terasa dari pandemi Covid 19 adalah munculnya

ketidakpastian. Ketidakpastian ini dirasakan pada pasar modal dan bisnis

riil baik besar maupun kecil. Fernandes (2020) menyatakan bahwa bisnis

yang terkait dengan mobilisasi individu dan berkumpulnya individu akan

terpukul berat. Ini berarti bisnis seperti restoran serta kafe menjadi salah

satu yang terkena dampaknya.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan tentu akan

menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan tercapainya tujuan

perusahaan yang terangkum dalam visi misi. Salah satu tantangan terbesar

yang dihadapi oleh perusahaan yaitu persaingan bisnis yang semakin ketat

terlebih dalam keadaan new normal saat ini. Dalam menghadapi situasi

persaingan tentunya perusahaan diharapkan mampu menentukan kebijakan

yang tepat. Kebijakan perusahaan tentunya disusun dengan


32

memperhatikan visi dan misi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Salah

satu kebijakan yang paling penting dilakukan oleh perusahaan yaitu

kebijakan dalam menentukan strategi bersaing. Strategi bersaing disusun

guna memenangkan persaingan sehingga perusahaan nantinya akan

mampu mencapai tujuan yang telah terangkum dalam visi tersebut.

Lelucky kopi di daerah ngagel kebonsari tetap eksis meski terjadi

penurunan. Namun ada beberapa tempat Warkop-nya hamper tidak

terdampak (dampaknya sangat kecil),. Untuk itu, sangat menarik

mengungkap fenomena social ekonomi di wilayah tersebut. Wilayah

ngagel kebonsari adalah wilayah yang aktifitas ekonominya tidak

terdampak signifikan pada UMKM, meski berpengaruh signifikan pada

usaha-usaha besar. Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik

mengungkap perbedaan dampak pada sektor usaha yang sama yaitu usaha

kopi, antara Kafe dan Warkop. Masalah penelitian tersebut disusun secara

sistematis dan empiris dalam jurnal berjudul “Pengaruh Penjualan dan

Biaya Operasional terhadap Laba Bersih Leclucky Kopi di Nginden

Surabaya”

Gambar 4.1 Suasana Lelucky Kopi

G
33

2. Penyajian Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan Lelucky kopi

Bulan Januari – Agustus dapat dilihat deskriftif hasil penelitian mengenai

variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dengan melihat table dan

grafik di bawah ini.

1. Penjualan

Untuk melihat perkembangan tingkat pertumbuhan penjualan bulan

januari -Agustus dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perkembangan Penjualan Lelucky Kopi


(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Periode
Minggu 1 Minggu II Minggu III Minggu IV
Januari 6.397.951 14.229.707 22.795.858 31.429.600
Februari 9.213.346 19.003.032 26.938.809 36.271.721
Maret 13.156.759 25.741.503 36.676.397 48.614.692
April 12.458.844 23.134.551 33.920.942 46.835.718
Mei 16.996.046 31.723.374 44.924.420 60.638.344
Juni 15.527.421 29.330.329 43.011.529 53.889.863
Juli 11.338.746 21.520.017 31.103.019 40.413.557
Agustus 9.635.534 19.290.570 26.329.121 36.394.109

Berdasarkan tabel IV. 1 diatas, dapat dilihat sekilas

perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan Januari

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.7.831.756,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.8.366.150.,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.8.633.741,- dari M III.


34

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV Bulan

Februari selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.9.789.685,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.7.935.777,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.9.332.912,- dari M III.

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan

Maret selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalmi kenaikan sebesar Rp.12.584.743.- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.10.934.893,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.11.938.294,- dari M

III.

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan

April selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.10.675.706,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.10.786.390,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.12.914.776,- dari M

III.

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV Bulan Mei

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.14.727.327,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.13.201.046,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.15.713.924,- dari M

III.
35

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan Juni

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.13.802.908,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.13.681.200,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.10.878.333,- dari M

III.

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan Juli

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.10.181.270,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.9.583.002,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.9.310.538,- dari M III.

Perkembangan penjualan dari M I, M II, M III, M IV bulan

Agustus selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II penjualan

mengalami kenaikan sebesar Rp.9.655.035,- dari M I. Pada M III

penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.7.038.550,- dari M II. Pada

M IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.10.064.988,- dari M

III.

Berdasarkan tabel di atas Penjualan pada Lelucky Kopi, dari

Januari -Agustus 2021 selalu mengalami fluktuasi. Mengacu pada tabel

di atas Penjualan tertinggi sebesar Rp.60.638.344,- pada bulan Mei

minggu IV, kemudian Penjualan terendah sebesar Rp.6.397.951,- pada

bulan Januari minggu I.


36

Perkembangan penjualan pada Lelucky Kopi dengan data per

minggu, untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan dalam bentuk grafik

sebagai berikut:

2. Biaya Operasional

Untuk melihat perkembangan tingkat pertumbuhan biaya oprasional per

mingguan dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perkembangan Biaya Oprasional Lelucky kopi


(Dalam Ribuan Rupiah )

Tahun Periode
M1 M II M III M IV
Januari 1.686.900 4.614.060 6.492.959 8.116.665
Februari 2.123.027 4.800.173 6.790.600 9.827.554
Maret 2.232.856 4.556.342 7.562.974 9.625.380
April 2.269.919 4.335.382 6.689.911 9.262.253
Mei 2.973.934 5.844.535 8.611.522 12.008.005
Juni 2.451.006 5.493.460 8.347.900 11.524.824
Juli 2.499.082 4.928.602 7.224.772 10.482.342
Agustus 2.459.098 4.982.107 7.324.692 11.339.402

Berdasarkan tabel IV.2 diatas, dapat dilihat sekilas

perkembangan biaya operasional M I, M II, M III, M IV Bulan Januari

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya operasional

mengalami kenaikan sebesar Rp.2.927.160,- dari M I. Pada M III biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.1.878.899,- dari M II.

Pada M IV biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

RP.1.623.705,- dari M III.


37

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Februari selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.677.146,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.1.990.426,- dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.3.036.954,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Maret selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.323.486,- dari M I.

Pada III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.3.006.631,-

dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.2.062.406,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan April selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.065.463,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.2.354.528,- dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.2.572.342,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Mei selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.870.600,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar


38

Rp.2.766.987,- dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.3.396.482,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Juni selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.3.042.454,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.2.854.440,- dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.3.176.923,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Juli selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.429.520,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.2.296.169 dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.3.257.569,- dari M III.

Perkembangan biaya operasional dari M I, M II, M III, M IV

bulan Agustus selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II biaya

operasional mengalami kenaikan sebesar Rp.2.523.008,- dari M I.

Pada M III biaya operasional mengalami kenaikan sebesar

Rp.2.342.585,- dari M II. Pada M IV biaya operasional mengalami

kenaikan sebesar Rp.4.014.709,- dari M III.

Berdasarkan tabel di atas biaya operasional pada Lelucky Kopi,

dari bulan Januari-Agustus mulai minggu I-IV selalu mengalami

fluktuasi. Mengacu pada tabel di atas Biaya Operasional tertinggi


39

sebesar Rp.12.008.005,- pada bulan Mei minggu IV, kemudian Biaya

Operasional terendah sebesar Rp.1.686.900,- pada Januari minggu I.

3. Laba Bersih

Untuk melihat perkembangan tingkat pertumbuhan Laba Bersih per

minggu dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:


40

Tabel 4.3 Perkembangan Laba Bersih Lelucky Kopi


(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Periode
M1 M II M III M IV
Januari -13.161.540 -2.117.327 3.893.548 5.381.128
Februari 5.064.084 4.494.499 4.012.788 3.758.593
Maret 19.840.385 24.707.412 24.654.991 28.406.152
April 5.952.562 2.694.651 1.790.129 8.064.908
Mei 2.901.848 1.100.167 15.493.075 2.373.481
Juni -12.936.553 -14.151.502 -18.282.919 -29.648.634
Juli -9.853.100 -11.203.349 -14.705.125 -31.409.578
Agustus -13.425.439 -25.865.500 -38.653.890 -26.740.689

Berdasarkan tabel IV. 3 diatas, dapat dilihat sekilas

perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan Januari

selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II laba bersih mengalami

penurunan rugi bersih sebesar Rp.11.044.213,- dari M I. Pada M III laba

bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.17.762.216.,- dari M II. Pada M

IV penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.14.875.799.,- dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan

Februari selalu mengalami penurunan. Dimana pada M II laba bersih

mengalami penurunan sebesar Rp.5.695.852,- dari M I. Pada M III laba

bersih mengalami penurunan sebesar Rp.4.817.111,- dari M II. Pada M

IV laba bersih mengalami penurunan sebesar Rp.2.541.954.,-dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan

Maret selalu mengalami fluktuasi. Dimana pada M II laba bersih

mengalami kenaikan sebesar Rp.4.867.026,- dari M I. Pada M III laba


41

bersih mengalami penurunan sebesar Rp.5.242.050,- dari M II. Pada M

IV laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.3.751.160,- dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan

April selalu mengalami fluktuasi. Dimana pada M II laba bersih

mengalami penurunan sebesar Rp.3.257.911.,- dari M I. Pada M III laba

bersih mengalami penurunan sebesar Rp.9.045.220.,- dari M II. Pada M

IV laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.6.274.778,- dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan Mei

selalu mengalami fluktuasi. Dimana pada M II laba bersih mengalami

penurunan sebesar Rp.1.801.681.,- dari M I. Pada M III laba bersih

mengalami kenaikan sebesar Rp.14.392.908,- dari M II. Pada M IV laba

bersih mengalami penurunan sebesar Rp.13.119.594.- dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan Juni

rugi bersih selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II rugi bersih

mengalami kenaikan sebesar Rp.1.214.949.,- dari M I. Pada M III rugi

bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.4.131.164.- dari M II. Pada M IV

rugi bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.11.365.714.,-dari M III.

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan Juli

rugi bersih selalu mengalami peningkatan. Dimana pada M II rugi bersih

mengalami kenaikan sebesar Rp.1.350.248,- dari M I. Pada M III rugi

bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.3.501.776,- dari M II. Pada M IV

rugi bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.16.704.452,-dari M III.


42

Perkembangan laba bersih dari M I, M II, M III, M IV bulan

Agustus rugi bersih selalu mengalami fluktuasi. Dimana pada M II rugi

bersih ngalami kenaikan sebesar Rp.12.440.061,- dari M I. Pada M III

rugi bersih mengalami kenaikan sebesar Rp.12.788.389.- dari M II. Pada

M IV rugi bersih mengalami penurunan sebesar Rp.11.913.201,-dari M

III.

Berdasarkan tabel di atas Laba Bersih pada Lelucky Kopi, dari

bulan Januari minggu I sampai dengan bulan Agustus Minggu IV selalu

mengalami fluktuasi. Mengacu pada tabel di atas Laba Bersih tertinggi

sebesar Rp.2.840.615,- pada bulan Maret minggu IV, kemudian Rugi

Bersih tertinggi sebesar Rp.-3.865.3890,- pada bulan Agustus M III.

3. Analisis Data

Pada bab ini peneliti akan membahas sejumlah yang berkaitan dengan

objek peneliti yaitu laporan keuangan Lelucky Kopi, bulan Januari-Agustus

dengan data per minggu yang berjumlah 32 data. Sebelumnya data yang

diperoleh peneliti dari laporan keuangan Lelucky Kopi, merupakan data

mentah yang masih harus diolah.Maka dari itu, peneliti terlebih dahulu

memasukkan data sesuai rumus untuk mendapatkan hasil.Hal ini untuk

memudahkan peneliti menguji dan menganalisis data.


43

1. Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.4 Uji Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

PENJUALAN 140141439

32 639795134 6063834420 247737406.250

9.304

BIAYA 30833959.1

32 16869002 120080052 5450725.405

OPERASIONAL 70

LABA BERSIH 168965512.

32 -386538906 284061527 29869164.988

889

Valid N (lisMise) 32

Berdasarkan tabel IV.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel

penjualan jumlah (N) adalah 32, dengan penjualan minimum

Rp.63.979.513,- dan penjualan maksimal Rp.

606.383.442,-,penjualan rata-rata Rp.24.773.740,- sedangkan

standar deviasinya senilai Rp.140.141.439,-. Variabel biaya operasional

jumlah (N) adalah 32, dengan biaya operasional minimum Rp.1.686.900,-

dan biaya operasional maksimal Rp.12.008.005,-, biaya

operasional rata-rata Rp. 5.450.725,- sedangkan standar

deviasinya senilai Rp.3.083.395,-. Untuk variabel laba bersih jumlah (N)

adalah 32, dengan laba bersih minimum Rp.-38.653.890,- dan laba bersih
44

maksimal Rp.284.061.527,-, laba bersih rata-rata Rp.29.869.164,- dengan

standar deviasinya senilai Rp.168.965.512,,-.


45

2. Uji Normalitas

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil output di atas melalui gambar Normal P-P Plot

dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti

garis diagonal, maka dari itu residual tersebut dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi normal.

Tabel 4.5 Uji Normalitas

Standardized
Residual
N 32
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .96720415
Most Extreme Absolute .092
Differences Positive .092
Negative -.085
Test Statistic .092
c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) .200
46

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan hasil ouputdi atas melalui tabel One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, maka dapat diketahui bahwa nilai signifikan

sebesar 0,200. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data penjualan, biaya operasional dan laba bersih

berdistribusi normal.

4. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolineritas

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolineriatas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF


(Constant) -
63496523.2
87834 -.138 .891
09
50.648

PENJUALAN 7.41
.143 .054 1.185 2.633 .013 .135
1

BIAYA
7.41
OPERASION -6.784 2.466 -1.238 -2.751 .010 .135
1
AL
47

Berdasarkan hasil output melalui tabel Coefficients, dapat

diketahui bahwa nilai tolerance kedua masing-masing sebesar 0,135 dan

0,135 lebih dari 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) masing-

masing sebesar 7,411 dan 7,411 karena nilainya kurang dari 10, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi mulitikolineritas antar variabel

bebas.

2. Heterokedastisitas

Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokdasitas

Berdasarkan hasil output di atas diketahui bahwa titik-titik menyebar dan

titi tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan

tidak terjadi heterokedastisitas.


48
49

3. Uji autokorelasi

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .456 .208 .153 155481523.146 .432

a. Predictors: (Constant), BIAYA OPERASIONAL, PENJUALAN


c. Dependent Variable: LABA BERSIH

Menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 0,432, berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan bahwa jika D-W diantara -2 dan +2 berarti tidak ada

autokerasi. Hasil uji tersebut menunjukkan -2 < 0,432 < +2, sehingga

dapat disimpulkan dari penelitian tidak terjadi autokorelasi.

5. Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) - 63496
8783450 523.20 -.138 .891

.648 9

PENJUALAN
.143 .054 1.185 2.633 .013 .135 7.411

BIAYA
OPERASION -6.784 2.466 -1.238 -2.751 .010 .135 7.411
AL
a. Dependent Variable: LABA BERSIH
50

Berdasarkan hasil output di atas, maka dapat diperoleh persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2+ e

LB= -8783450.648 + 0,143 Penjualan + -6.784 Biaya

Operasional Dimana:

Y = Laba Bersih (Rugi Bersih)

X1 = Penjualan

X2 = Biaya Operassional

a = Konstanta

b1 = Koefisien Penjualan

b2 = Koefisien Biaya Operasional

e = Standard Error

Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Konstanta sebesar -8.783.450, menunjukkan bahwa jika penjualan dan

biaya operasional nilainya 0, maka nilai laba bersih (rugi bersih) adalah

Rp.-8.783.450,-.

2) Koefisien variabel penjualan sebesar 0,143, menunjukkan arah

hubungan antara penjualan dengan laba bersih. Setiap kenaikan

penjualan sebesar satu satuan, maka laba bersih perusahaan akan

mengalami peningkatan sebesar Rp.143,-dengan asumsi variabel

independen lain bernilai tetap.


51

3) Koefisien variabel biaya operasional sebesar -6,784, menunjukkan arah

hubungan antara biaya operasional dengan laba bersih. Setiap kenaikan

biaya operasional sebesar satu satuan, maka laba bersih perusahaan akan

mengalami penurunan sebesar Rp.-6.784,-dengan asumsi variabel

independen lain bernilai tetap.

6. Uji Hipotesa

1. Uji t atau Uji Parsial


Tabel 4.9 Hasil Uji t

a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) -
8783450 63496523. -.138 .891
209
.648

PENJUALAN .143 .054 1.185 2.633 .013 .135 7.411

BIAYA
OPERASION -6.784 2.466 -1.238 -2.751 .010 .135 7.411
AL
a. Dependent Variable: LABA BERSIH

Berdasarkan hasil output diatas melalui tabel Coefficients, dapat


dilihat berpengaruh variabel bebas terhadap bariabel terikat secara

parsial. Berdasarkan uji t di ketahui thitung penjualan sebesar 2,633 dan

untuk mencari ttabel dapat dilihat pada tabel statistic pada signifikan
0,05/2=0,025 dengan derajat kebebasan df= n-k-1 (32-2-1=29), maka

dapat diperoleh nilai ttabel sebesar 2,045. Hasil analisis uji t pada variabel

penjualan menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (2,633 > 2,045) artinya
52

Ho diterima dan Ha ditolak, dan signifikansi < 0,05 (0,013 < 0,05) artinya

Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan


secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Sementara thitung variabel biaya operasional sebesar -2.751, jadi

dapat dilihat bahwa nilai thitung < ttabel (-2.751 < 2,045) artinya Ho ditolak

dan Ha diterima, dan nilai signifikansi < 0,05 (0,010 < 0,05) artinya H o

ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa biaya operasional


secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

2. Uji F atau Uji Simultan

Tabel 4.10 Hasil Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


b
Regression 183969063765261792.0 2 91984531882630912 3.805 .034
00 .000
Residual 701060617150726530.0 24174504039680220
29
00 .000

Total 885029680915988350.0
31
00
a. Dependent Variable: LABA BERSIH
b. Predictors: (Constant), BIAYA OPERASIONAL, PENJUALAN

Berdasarkan hasil ouput di atas melalui tabel ANOVA, pengujian

signifikan pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat

menggunakan uji F, diketahui bahwa Fhitung = 3,805. Untuk mencari Ftabel

tersebut di uji pada taraf signifikansi 0,05 dengan df = n-k- 1 (32-2-1=29),

artinya df = 29. Jadi dapat dilihat pada tabel distribusi F kolom 2 baris 29
53

bahwa Ftabel = 3,328, sehingga dapat diperoleh bahwa Fhitung > Ftabel (3,805

> 3,328) dan signifikansi < 0,05 (0,034 < 0,05), artinya Ha diterima dan Ho

ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penjualan dan biaya

operasional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

3. Uji Determinasi (R2)

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .456 .208 .153 155481523.146 .432
a. Predictors: (Constant), BIAYA OPERASIONAL, PENJUALAN
b. Dependent Variable: LABA BERSIH

Berdasarkan hasil output di atas melalui tabel Model Summary,

diketahui bahwa R sebesar 0,456 persen, artinya bahwa terjadi hubungan

yang sedang antara variabel penjualan, variabel biaya operasional dengan

variabel laba bersih. Nilai R2 (Adjusted R Square) sebesar 0,153.

Menunjukkan bahwa 15,1 persen variabel penjualan, variabel biaya

operasional mempengaruhi variabel laba bersih. Sedangkan sisanya 84,9

persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas

dalam penelitian ini, yaitu pajak, harga pokok penjualan, harga jual, biaya

usaha, dan lain-lain.


54

7. Hasil Penelitian

1. Pengaruh Penjualan Terhadap Laba Bersih

Hasil penelitian ini menunjukkan penjualan berpengaruh terhadap


laba bersih, ini dapat dibuktikan dengan hasil uji t yang menunjukkan

adanya pengaruh, yaitu dengan nilai thitung > ttabel (2,633 > 2,045)

artinya Ho diterima dan Ha ditolak, dan signifikansi < 0,05 (0,013 <

0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa

penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih


pada Lelucky Kopi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Kasmir dalam buku

“Analisis Laporan Keuangan” yang mengatakan apabila penjualan

meningkat, kemungkinan besar laba akan meningkat pula, begitu juga

sebaliknya apabila penjualan menurun, maka laba kemungkinan akan

rendah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan

penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Meiza

Efilia, yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penjualan secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

2. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

Hasil penelitian ini menunjukkan biaya operasional tidak

berpengaruh terhadap laba bersih, ini dapat dibuktikan dengan hasil uji t

yang menunjukkan tidak adanya pengaruh, yaitu dengan nilai t hitung <

ttabel (-2.751 < 2,045) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dan nilai

signifikansi < 0,05 (0,010 < 0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima,
55

jadi dapat disimpulkan bahwa biaya operasional secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap laba bersih Lelucky Kopi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Jumingan yang

menyatakan bahwa “apabila biaya operasional berubah sedangkan

penjualan dan harga berubah maka perolehan laba kan mengalami

perubahan, artinya tingginya biaya operasional akan membuat

peningkatan laba turun, begitu juga jika nilai biaya operasional rendah

peningkatan laba akan naik”. Dan menurut Mahmud Machfoeedz

“perusahaan dapat menekan biaya operasional yang lebih rendah, maka

perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih besar, demikian juga

sebaliknya apabila terjadi pemborosan biaya dalam perusahaan maka

akan mengakibatkan laba menurun”. Biaya operasional merupakan

elemen yang penting.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian

yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Zainal Abidin, yang

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa biaya operasional secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

3. Pengaruh Penjualan dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penjualan dan

biaya operasional berpengaruh terhadap laba bersih, ini dibuktikan

berdasarkan uji signifikan simultan (uji F) diketahui nilai Fhitung adalah

3,805 dan Ftabel adalah sebesar 3,328 (diketahui dari lampiran Ftabel)

artinya (3,805 > 3,328). Sedangkan nilai signifikan pada uji ini
56

diketahui adalah sebesar 0,034 artinya dari 0,05 maka Ho ditolak. Jadi

kesimpulannya terdapat pengaruh penjualan dan biay operasional secara

simultan terhadap laba bersih pada Lelucky Kopi.

Besarnya koefisien determinasi pada penelitian ini adalah 0,208

atau sama dengan 20,8% yang diambil dari R Square, artinya bahwa

variabel independen (penjualan dan biaya operasional) mampu

menjelaskan variabel dependen (laba bersih) sebesar 20,8% sedangkan

sisanya sebesar 79,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model ini. Dalam arti lain bahwa masih ada variabel

lain yang di luar model yang mempengaruhi laba bersih. Hasil

penelitian ini sejalan dengan buku Kasmir

“Analisis Laporan Keuangan “ dalam hal ini (penjualan dan biaya

operasional) berpengaruh terhadap laba dan untuk lebih jelas dapat

dilihat pada landasan teori. Dan pada teori Jumingan “apabila biaya

operasional berubah sedangkan penjualan dan harga berubah maka

perolehan laba kan mengalami perubahan, artinya tingginya biaya

operasional akan membuat peningkatan laba turun, begitu juga jika nilai

biaya operasional rendah peningkatan laba akan naik”.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian

yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Regiana Eka

Anjani, yang didalam penelitianya menunjukkan bahwa secara simultan

penjualan dan biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba

bersih.
57

Model regresi ini juga dinyatakan lulus dari uji asumsi klasik.

Melalui nilai lulus dari uji asumsi klasik, melalui nilai Tolerance dan

Variance Inflation (VIF) yang diperoleh antar variabel independen

maka dapat disimpulkan tidak terjadi mulitikolineritas antar variabel

bebas, untuk uji heterokedastisitas menggunakan uji grafik P-P Plot

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada

model regresi. Sedangkan pada uji autokorelasi dengan menggunakan

metode Durbin Watson (DW) maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji

autokorelasi tidak terjadi autokorelasi

9. Keterbatasan Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yang

disusun sedemikian rupa agar hasil yang diperoleh maksimal. Namun

dalam prosesnya, untuk mendapatkan hasil yang sempurna tidaklah mudah,

sebab dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan.

Diantara keterbatasan yang dihadapi peneliti selama proses penelitian

dalam hal penyusunan skripsi diantaranya adalah:

1. Populasi dalam penelitian ini hanya laporan keuangan Lelucky Kopi,

yang diambil melalui situs resmi www.idx.co.id.

2. Keterbatasan mengambil data dan tahun dalam penelitian ini yang

berbentuk data sekunder, dimana peneliti hanya mengambil data

seperlunya saja.
58

3. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam

penelitian, yaitu variabel yang hanya terfokus pada varaiabel Penjualan,

Biaya Operasional dan Laba Bersih.

Walaupun demikian, keterbatasan yang dihadapi peneliti tidak

mengurangi makna dan tujuan dalam penelitian ini. Akhirnya dengan

segala upaya, kerja keras, dan bantuan semua pihak serta karunia atas izin

Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan.


59

BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, serta berdasarkan

hasil analisis yang dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan didalam Penjualan terhadap Laba

Bersih pada Lelucky Kopi, dibuktikan dengan nilai (thitung 2,633 >

ttabel2,045).

2. Tidak ada pengaruh Biaya Operasional terhadap Laba Bersih pada

Lelucky Kopi, dibuktikan dengan nilai (thitung-2.751<ttabel2,045).

3. Terdapat pengaruh Penjualan dan Biaya Operasional secara simultan

terhadap Laba Bersih pada Lelucky Kopi, dibuktikan dengan nilai

(Fhitung3,805 >Ftabel3,328). Sehingga dapat dikatakan bahwa H0

diterima, yang berarti variabel-variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel terikat

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Penjualan dan Biaya

Operasional terhadap Laba Bersih pada Lelucky Kopi dimasa Pandemi

Covid-19”. Ada beberapa saran yang ingin disampaikan peneliti yaitu:

55
60

1. Bagi peneliti selanjutnya peneliti berharap semoga penelitian ini dapat

dijadikan sebagai sumber insprasi, motivasi dan menambah wawasan

secara Ilmu Pengetahuan. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapa

melakukan penelitian dengan menambahkan variable terikat di luar

penelitian ini agar hasil yang diperoleh lebih bervariatif yang dapat

menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi laba bersih.

2. Bagi Lelucky Kopi, agar lebih memperhatikan faktor fundamental

perusahaan yang pada penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap

Laba Bersih.

3. Kemudian selain laba bersih untuk menilai kinerja keuangan masih ada

factor lain yang bias dijadikan alat ukur menilai kinerja keuangan,

untuk selanjutnya agar lebih dikembangkan lagi.

4. Bagi para investor yang ingin berinvestasi di Lelucky Kopi, agar dapat

mempertimbangkan keputusannya dengan melihat kinerja keuangan

perusahaan.
61

DAFTAR PUSTAKA

Akbar S. Asep, Astuti, A. Aris. (2017). Pengaruh Penjualan Dan Biaya


Produksi Terhadap Laba Bersih (Survei Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Aneka Idustri sub Sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2016). Digital library -
Perpustakaan Pusat Unikom - Knowledge Center

Akbar, A. S., & Astuti, W. A. (2017). Pengaruh Penjualan dan Biaya Produksi
terhadap Laba Bersih (Survei pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Idustri Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2011-2016). Skripsi. Universitas Komputer
Indonesia Bandung.

Butar, B. M. (2018). Pengaruh Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada PT.


Biosafe Indonesia Medan. Jurnal Neraca Agung, 17(1), 65-75.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS


23 (Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hery, H. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Kertiyasa, M. B. (23 Maret 2018). Laba Indocement Turun Tajam 51% jadi Rp
1,85 Triliun. Okezone Indonesia. Diakses dari
https://economy.okezone.com/read/
2018/03/23/278/1876994/labaindocement-turun-tajam-51-jadirp1-85-
triliun

Muria, G. (2018). Pengaruh Pendapatan dan Biaya Operasional terhadap Laba


Bersih (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar
dan Kimia yang Terdaftar di BEI Periode 2012- 2016). E-Qien: Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 5(1), 19-33. doi:
https://doi.org/10.34308/eqien.v5i1. 11

Rahardjo, B. (2015). Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan,


Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Risyana, R., & Suzan, L. (2018). Pengaruh Volume Penjualan Dan Biaya
Operasional Terhadap Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014- 2016). E-Proceeding of Management (pp. 2449-
2459). Telkom University. Diakses dari
https://openlibrary.telkomuniversity .ac.id/pustaka/files/143625/jurnal_e
proc/pengaruh-volume-penjualandan-biaya-operasional-terhadaplaba-
bersih-studi-pada-perusahaanmanufaktur-makanan-danminuman-yang-
terdaftar-di-bursaefek-indonesia-periode-2014-2016- .pd
62

Lampiran

Perkembangan Penjualan Lelucky kopi


(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Periode
Minggu 1 Minggu II Minggu III Minggu IV
Januari 6.397.951 14.229.707 22.795.858 31.429.600
Februari 9.213.346 19.003.032 26.938.809 36.271.721
Maret 13.156.759 25.741.503 36.676.397 48.614.692
April 12.458.844 23.134.551 33.920.942 46.835.718
Mei 16.996.046 31.723.374 44.924.420 60.638.344
Juni 15.527.421 29.330.329 43.011.529 53.889.863
Juli 11.338.746 21.520.017 31.103.019 40.413.557
Agustus 9.635.534 19.290.570 26.329.121 36.394.109
63

Perkembangan Biaya Operasional Lelucky Kopi


(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Periode
M1 M II M III M IV
Januari 1.686.900 4.614.060 6.492.959 8.116.665
Februari 2.123.027 4.800.173 6.790.600 9.827.554
Maret 2.232.856 4.556.342 7.562.974 9.625.380
April 2.269.919 4.335.382 6.689.911 9.262.253
Mei 2.973.934 5.844.535 8.611.522 12.008.005
Juni 2.451.006 5.493.460 8.347.900 11.524.824
Juli 2.499.082 4.928.602 7.224.772 10.482.342
Agustus 2.459.098 4.982.107 7.324.692 11.339.402

Perkembangan Laba Bersih Lelucky Kopi


(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Periode
M1 M II M III M IV
Januari -13.161.540 -2.117.327 3.893.548 5.381.128
Februari 5.064.084 4.494.499 4.012.788 3.758.593
Maret 19.840.385 24.707.412 24.654.991 28.406.152
April 5.952.562 2.694.651 1.790.129 8.064.908
Mei 2.901.848 1.100.167 15.493.075 2.373.481
Juni -12.936.553 -14.151.502 -18.282.919 -29.648.634
Juli -9.853.100 -11.203.349 -14.705.125 -31.409.578
Agustus -13.425.439 -25.865.500 -38.653.890 -26.740.689

Anda mungkin juga menyukai