Anda di halaman 1dari 20

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2022

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Disusun Oleh:
Nurzulfadli Naqiuddin Bin Zainal Abidin C014202031
Rahayu Besse Tenri Sumpala C014202153
Diva Nindya Almira C014202154
Jihan Ashari C014202095
Visakha Thio C014202229

Supervisor Pembimbing:
dr. Muhammad Iqbal Basri ,M.Kes. Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


1. Nurzulfadli Naqiuddin Bin Zainal Abidin - C014202031
2. Rahayu Besse Tenri Sumpala - C014202153
3. Diva Nindya Almira - C014202154
4. Jihan Ashari - C014202095
5. Visakha Thio - C014202229

Judul Referat : Traktus Kortikospinalis


Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departe
men Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Senin 10 Januari 2022

Supervisor Pembimbing

dr. Muhammad Iqbal Basri, M.Kes Sp.S

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................4

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................7

2.1. Anatomi Traktus Kortikospinalis..................................................................7

2.2 Fungsi Traktus Kortikospinalis....................................................................11

2.3 Aspek Klinis Pada Gangguan Traktus Kortikospinalis................................12

BAB III. KESIMPULAN.....................................................................................18

3.1 Kesimpulan..................................................................................................18

Daftar Pustaka......................................................................................................19

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Perjalanan traktus piramidalis,bagian korona radiata dan kapsula


interna.................................................................................................8
Gambar 2.2 Perjalanan Traktus Piramidalis........................................................9
Gambar 3.2 Sinaps Traktus motorik desendens ke neuron kornu anterior........10
Gambar 4.2 Lokasi lesi traktus kortikospinalis (A) Penampang medula spinalis
normal. (B) Area yang terkena sindrom korda sentral (C) Area yang t
erkena sindrom korda anterior (D) area yang terkena sindrom Brow
n-Sequard..........................................................................................14
Gambar 5.2 Perbandingan lesi dan sindrom medula spinalis dengan defisit sens
orik/motorik yang sesuai...................................................................16
Gambar 6.2 Perbandingan lesi dan sindrom medulla spinalis dengan defisit
sensorik/motorik yang sesuai............................................................15

4
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem piramidal atau biasa yang disebut Traktus kortikospinalis merupaka


n jalur neuron tunggal yang keluar dari korteks serebri menuju ke medula spinalis
tanpa membentuk sinaps. Traktus kortikospinalis merupakan jalur saraf utama
yang menyediakan fungsi motorik volunter. Saluran ini menghubungkan korteks
ke sumsum tulang belakang untuk memungkinkan pergerakan ekstremitas distal.
Saat Traktus kortikospinalis berjalan menuruni batang otak, sebagian besar
seratnya bercabang ke sisi kontralateral di dalam medula kemudian terus berjalan
menuruni medula spinalis untuk memberikan persarafan ke ekstremitas distal dan
kelompok otot.1
Traktus kortikospinalis merupakan traktus desendens terbesar yang ada
pada manusia dan dibagi menjadi komponen anterior dan lateral. Traktus
kortikospinalis lateral mengirimkan serat terutama ke otot-otot ekstremitas, dan
persarafan kortikal kontralateral, dengan kata lain, korteks motorik kiri
mengontrol ekstremitas kanan. Traktus kortikospinalis anterior mengirimkan serat
terutama ke trunkus atau otot aksial. Kontrolnya adalah ipsilateral dan
kontralateral. Oleh karena itu, otot batang umumnya dipersarafi secara bilateral
kortikal.2
Sistem piramidal membawa input dari area motorik primer, area premotor,
areamotorik tambahan. Impuls yang dimunculkan oleh kortek motorik berasal dari
impuls yang diterima dari kortek sensorik yang menerima stimulus atau rangsang
yang diterima oleh saraf sensorik yang berada di perifer. Serabut saraf piramidalis
menyilang ke sisi yang berlawanan pada medula oblongata. Pada sistem
pyramidal terdapat 2 macam neurotransmitter yang berperan penting, yakni
neurotransmitter glutamate yang berfungsi sebagai eksitasi dan neurotransmitter
gamma-aminobutyric acid (GABA) yang berfungsi sebagai inhibitor. 3,4
Traktus kortikospinalis sangat penting dalam sistem motorik, karena ia
memediasi gerakan distal volunteer. Traktus Kortikospinalis muncul pada
mamalia, dan terkait erat dengan perkembangan gerakan volunteer yang terampil
melalui evolusi. Yang terpenting, sebagian besar akson Traktus Kortikospinalis

5
melintasi garis tengah anatomis di persimpangan antara batang otak dan sumsum
tulang belakang, membentuk dekusasi piramidal. Ini sangat penting untuk fungsi
Traktus Kortikospinalis, karena ini berarti sisi kiri otak mengontrol sisi kanan
sumsum tulang belakang, dan sebaliknya.3

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Traktus Kortikospinalis


2.1.1 Embriologi Traktus Kortikospinalis
Mayoritas akson traktus kortikospinalis berasal dari sel piramidal yang
terletak di bagian inferior lapisan kortikal V di korteks motorik dan sensorik
primer (M1 dan S1). Meskipun penting, saluran kortikospinalis berkembang
perlahan dan agak terlambat. Traktus mencapai tingkat piramidal decussation
sekitar delapan minggu setelah pembuahan dan perkembangan selanjutnya lambat.
Mielinisasi aksonnya bisa memakan waktu hingga dua hingga tiga tahun. Karena
perkembangan yang panjang ini, malformasi dapat terjadi setelah lahir. Faktor
genetik yang terlibat dalam perkembangan saluran sangat rumit, dan banyak dari
proses ini belum diketahui.5
Selama perkembangan embriologis, ada pertumbuhan berlebih dari akson
yang didistribusikan ke seluruh korteks, yang bergabung ke dalam traktus
kortikospinalis, dan seiring perkembangan berlangsung, banyak dari akson ini
dihilangkan. Perkembangan substansia grisea dimulai beberapa minggu setelah
akson saluran kortikospinalis mencapai medulla spinalis. Seiring pertumbuhan
berlanjut, akson traktus kortikospinalis akan mencapai bagian bawah medula
spinalis servikal pada usia kehamilan 24 minggu. Setelah lahir, traktus
kortikospinalis terus berkembang. Traktus tersebut kemudian disempurnakan, dan
kontrol motorik berkembang. Penelitian mengatakan bahwa penyempurnaan
saluran kortikospinalis terjadi melalui penghapusan penghentian sementara dan
pertumbuhan dalam substansia grisea sumsum tulang belakang; ini diikuti dengan
mengembangkan kontrol dari peran saluran kortikospinalis dalam fungsi motorik
volunter. Traktus terus berkembang melalui pubertas, yaitu ketika perbedaan
gender dalam materi putih muncul. Penelitian telah menunjukkan bahwa androgen
berperan dalam perkembangan aksonal melalui proliferasi badan sel saraf dan
pencegahan kematian sel setelah cedera aksonal. Akibatnya, perkembangan
substansia alba pada pria dan wanita berbeda selama masa remaja.1

7
2.1.2 Anatomi Traktus Kortikospinalis
Impuls motorik untuk gerakan volunteer dicetuskan di girus presentralis lo
bus frontal (korteks motorik primer, area 4 Broadmann) dan area kortikal di sekita
rnya (neuron motorik disekitarnya). Impuls tersebut berjalan di dalam jaras berser
abut panjang (terutama traktus kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis/pirami
dalis) melewai batang otak dan turun ke medulla spinalis di kornu anterior membe
ntuk kontak sinaptik dengan neuron motorik kedua. Serabut saraf yang muncul da
ri area 4 dan area kortikal yang berdekatan bersamaan membentuk traktus piramid
alis, jaras tercepat dan tersingkat antara area motorik primer dan motor neuron di
kornu anterior.6

Area Korteks Motorik

Gambar 1.2 Perjalanan traktus piramidalis,bagian korona radiata dan kapsula interna.6

Korteks motorik primer (girus presentralis) merupakan sekumpulan jarin


gan kortikal yang terletak di sisi yang belawanan dengan sulkus sentralis dari kor
teks somatosensorik primer (girus postsentralis) dan, meluas ke atas dan tepi sup
eromedial hemisfer serebri menuju bagian medialnya. Area yang mempresentasi
kan tenggorokan dan laring terletak pada ujung inferior korteks motorik primer;

8
bagian atasnya, secara berkesinambungan, adalah area yang mempresentasikan
wajah, ekstremitas atas, tubuh dan ektremitas bawah. Struktur ini dinamakan “ho
monkulus motorik” terbalik, yang bersesuaian dengan “homunculus somatosenso
rik” girus post-sentralis.6

Traktus Kortikospinalis

Gambar 2.2 Perjalanan Traktus Piramidalis.6

Dari korteks motorik, traktus ini berjalan melalui substansia alba serebri, k
orona radiata, kornu posterior kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan s
atu dan lainnya disini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus serebri), pons, dan
medulla oblongata (bagian anterior), tempat traktus terlihat jelas sebagai penonjol
an kecil yang disebut pyramid. Kata “pyramidal” digunakan untuk menggambarka

9
n luas permukaan ventral dari medulla oblongata tempat traktus pyramidal menyil
ang (decussates) ke sisi lain dari sumsum tulang belakang. Pada bagian bawah me
dulla, 80-85% serabut pyramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan dek
ussasio piramidalis.6
Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medulla spinalis di fasiku
lus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior; serabut ini menyila
ng jauh di bawah (biasanya setingkat segmen yang dipersarafinya) melalui komisu
ra anterior medulla spinalis.7,6
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang dekusasio piramidalis, k
emudian menuruni medulla spinalis di funikulus lateralis kontralateral sebagai tr
aktus kortikospinalis lateral. Sekitra 90% dari serabut traktus piramidalis berakhi
r membentuk sinaps dengan interneuron yang kemudian menghantarkan impuls
motorik melalui mootorik alfa yang besar di kornu anterior, serta motor neuron
Ɣ yang lebih kecil.6
Tidak semua serabut dari Traktus pyramidal berakhir di sumsum tulang b
elakang. Di tingkat otak tengah (midbrain) seikat serabut sara akan terpisah untu
k membentuk traktus kortikonuklear atau kortikobulbar, yang akan turun ke nucl
eus saraf kranial motorik. Serat ini mengontrol otot kepala, yaitu wajah, faring, li
dah, dan laring. Beberapa serabut di traktus ini akan menyilang, dan lainnya akan
menginnervasi nervus kranialis secara ipsilateral.7

Gambar 3
2 Sinaps

10
Sel motorik di kornu anterior merupakan neuron eferen yang keluar dari m
edulla spinalis melalui radiks anterior dan kemudian berjalan di sepanujang saraf
perifer, ke otot- otot rangka. Kornu anterior medulla spinalis mengandung neuron
motor alfa dan gamma . Sel – sel tersebut memproyeksikan aksonnya ke serabut i
ntrafusfal berstriata ke spindle otot. Eksitasi oleh serabut gamma akan mencetuska
n kontraksi serabut otot pada salah satu ujung spindle otot. Melalui traktus kortiko
spinalis, motor neuron berperan sebagai perantara untuk mongontrol tonus otot ol
eh pusat motorik yang mengontrol pergerakan involunteer. Serabut eferen gamma
berperan sebagaon kontrol gerakan motorik volunteer dan mengantur sensitivitas r
eseptor regang.8

2.2 Fungsi Traktus kortikospinalis


Descending Neural Pathway terbesar ditubuh adalah Traktus Kortikospina
l yang terdiri dari hampir 1 juta axon. Traktus Kortikospinalis terbagi menjadi dua
yaitu Traktus Kortikospinalis lateral dan Traktus Kortikospinalis anterior.9
Traktus Kortikospinalis terbesar adalah Traktus Kortikospinalis lateral yan
g bersilangan, menempati 75-90% dari serabut Traktus Kortikopinalis yang mema
njang ke kaudal hingga fasikulus dorso-lateral hingga segmen sakral terakhir setel
ah melewati medula. Traktus ini akan bersinaps langsung ke lower motor neuron
di cornu anterior medulla spinalis.9,10
Pergerakan Otot distal atau Gerakan cepat dan tangkas pada masing-
masing jari atau sendi pada ekstremitas dikendalikan terutama oleh Traktus Kortik
ospinlias lateral, dan Mengontrol otot-otot aksial yang terlibat dalam tonus
postural, keseimbangan, gerakan orientasi kepala dan leher, dan gerakan otomatis
yang berhubungan dengan gaya berjalan dikendalikan oleh traktus saraf lain, seper
ti Traktus Kortikospinalis anterior, Traktus Vestibulospinalis, traktus
reticulospinalis dan tractus tectospinalis.12
Terdapat keterlibatan yang lebih besar dari Traktus kortikospinalis lateral
pada fungsi motorik pada ekstremitas atas daripada pada ekstremitas bawah Ekste
nsor jari paling akurat mencerminkan fungsi Traktus kortikospinalis lateral. Trakt
us kortikospinalis lateral bertanggungjawab untuk fungsi tangan,sebaliknya, asosi

11
asi berjalan terhadap Traktus Kortikospinalis lateral tidak sekuat fungsi motorik ta
ngan.
Traktus kortikospinalis anterior, yang tidak menyilang pada medula, Meski
pun tidak menyilang di medula, traktus ini menyilang pada tingkat tulang belakan
g yang dipersarafinya. Terdiri atas 5–15% dari keseluruhan Traktus kortikospinali
s. Meluas ke kaudal jarang turun di bawah medulla spinalis pars thoracic. sebuah s
tudi melaporkan bahwa jumlah serat Traktus Kortikospinalis anterior adalah 12,4
% dari seluruh Traktus Kortikospinalis di otak manusia, dan Traktus Kortikospina
lis anterior memiliki karakteristik kurang terarah, dibanding keseluruhan Traktus
Kortiksopinalis. Fungsi Traktus Kortikospinalis anterior belum jelas. Namun, beb
erapa penelitian telah melaporkan bahwa Traktus Kortikospinalis anterior
terutama menginervasi otot proksimal, seperti otot leher, batang tubuh, dan
ekstremitas atas proksimal. di sisi lain, ini dianggap sebagai salah satu descending
motoric pathway yang berperan dalam berjalan dan bertanggung jawab untuk
gerakan dan kontrol aksial dan ekstremitas proksimal, yang membentuk postur
tubuh.9,10
Sistem Kortikospinalis meregulasi aktivasi otot melalui perubahan pada
Tonic Stretch Reflex Treshold (TSRT). Dengan mengubah threshold dari aktivasi
motor neuron, kortikospinal dapat menentukan kapan motor neuron dan kapan
stretch reflex dan reflex lainnya dapat dimulai. TSRT dari sebuah otot dikontrol
oleh Descending input secara langsung maupun tidak langsung mempengurahi
membrane potensial atau threshold elektrik dari alpha motor neuron (melalui
interneuron atau gamma motor neuron, pre dan post sinaptik).10

2.3 Aspek Klinis Pada Gangguan Traktus kortikospinalis


Gangguan pada traktus kortikospinalis selama perkembangan dapat muncu
l sebagai traktus yang sama sekali tidak ada, hipoplastik, atau malformasi. Ganggu
an dengan tidak adanya saluran kortikospinalis termasuk anencephaly, di mana ad
a kegagalan tabung saraf rostral untuk menutup; stenosis saluran air kongenital de
ngan penyempitan saluran air serebral; dan mikrosefali, yang merupakan cacat dal
am proliferasi. Traktus kortikospinalis yang kurang berkembang hadir pada lissen
cephaly, defek pada migrasi yang menyebabkan tidak adanya girasi, sindrom Wal

12
ker-Warburg, defisiensi migrasi yang menyebabkan displasia serebro-okular deng
an atrofi otot; holoprosencephaly, dan kegagalan belahan otak untuk berpisah. Ma
lformasi traktus kortikospinalis biasanya melibatkan malformasi otak difus dan pa
ling sering dikaitkan dengan lintasan jalur yang abnormal.1
Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau
cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hem
iparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih serin
g terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area r
epresentasi kortikal yang luas. Temuan klinis khas yang terjadi berkaitan dengan l
esi di lokasi tersebut adalah paresis ekstremitas atas bagian distal yang dominan, k
onsekuansi fungsional yang terberat adalah gangguan kontrol motorik halus. Kele
mahan tersebut tidak total (paresis, bukan plegia), dan lebih berupa gangguan flasi
d, bukan bentuk spastik, karena jaras motorik tambahan (nonpiramidal) sebagian f
okal (jacksonian).6
Jika kapsula interna terlibat (misalnya, oleh perdarahan atau iskemia), ak
an terjadi hemiplegia spastik kontralateral – lesi pada level ini mengenai serabut
pyramidal dan serabut non pyramidal, karena serabut dua jaras tersebut terletak be
rdekatan. Traktus kortikonuklearis juga terkena, sehingga terjadi paresis nervus
fasialis kontralateral, dan mungkin disertai oleh paresis nervus hipoglosus tipe
sentral. Namun, tidak terlihat deficit nervus kranialis lainnya karena nervus
kranialis motorik lainnya mendapat persarafan bilateral. Paresis pada sisi
kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada “fase strok”) tetapi menjadi spastik
dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut-serabut nonpiramidal
yang terjadi bersamaan.6
Lesi setingkat pedunkulus serebri seperti proses vascular, perdarahan, atau
tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh
kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral.6
Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya tumor, iskemia
batang otak dan perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral atau
mungkin bilateral. Biasanya, tidak semua serabut traktus piramidalis terkena,
karena serabut-serabut tersebut menyebar di daerah potong-lintang yang lebih luas
di daerah pons dibandingkan di daerah lainnya (misalnya, setingkat kapsula

13
interna). Serabut-serabut yang mempersarafi nucleus fasialis dan nucleus
hipoglosalis terlah berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat
ini; dengan demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus fasialis tipe
sentral jarang terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus atau
nervus abdusens ipsilateral.6
Lesi pada piramidal medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusakan
serabut-serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut
nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi
hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan
plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.6
Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai
traktus kortikospinalis pada level servikal misalnya akibat tumor, mielitis, dan
trauma menyebabkan hemiplegia spastic ipsslateral; ipsilateral karena traktus
tersebut menyilang pada level yang lebih tinggi dan spastic karena tractus tersebut
mengandung serabut-serabut piramidalis dan non piramidalis pada level ini. Lesi
bilateral di medulla spinalis servikalis bagian atas dapat menyebabkan
kuadriparesis atau kuadriplegia.6

Gambar 4.2 Lokasi lesi potensial pada traktus piramidalis.6

14
Terdapat berbagai penyebab cedera tulang belakang yaitu trauma, kejadian
iskemik, dan penyakit lainnya. Sindrom Korda Sentral mempengaruhi bagian teng
ah dari sumsum tulang belakang. Hal ini terjadi akibat hiperekstensi tali pusat, bia
sanya di daerah serviks. Jenis cedera ini umum terjadi pada sindrom bayi yang ter
guncang. Penyebab lainnya adalah kecelakaan kendaraan bermotor yang menyeba
bkan kepala hiperekstensi akibat kontak dengan kendaraan atau kantung udara ata
u olahraga dengan kontak benturan yang tinggi seperti sepak bola.11

Gambar 5.2. Lokasi lesi traktus kortikospinalis (A) Penampang medula spinalis
normal. (B) Area yang terkena sindrom korda sentral (C) Area yang terkena sindr
om korda anterior (D) area yang terkena sindrom Brown-Sequard.11

Sindrom sumsum tulang belakang anterior merupakan akibat dari kerusaka


n atau obstruksi arteri tulang belakang anterior. Sumsum tulang belakang memilik
i satu arteri spinalis anterior dan dua arteri spinalis posterior. Arteri spinalis anteri
or mensuplai 2/3 anterior medula spinalis. Trombosis atau emboli dapat menyeba
bkan kerusakan. Tempat paling umum terjadinya cedera pada tulang belakang ant
erior adalah di arteri Adamkiewcz. Arteri radikular ini bercabang dari aorta seting
gi 9 sampai 12 ruang interkostal pada kebanyakan individu. Dalam persentase kec
il, arteri berasal antara L1-L2 atau T5-T8. Arteri Adamkiewcz berakhir pada sudut
yang membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Karena arteri Adamkiewcz re
ntan terhadap kerusakan dari prosedur bedah yang melibatkan ruang retroperitone

15
al, identifikasi dari arteri penting untuk berbagai prosedur bedah (aneurisma aorta
thoracoabdominal, operasi tulang belakang toraks atau lumbal, pengangkatan tum
or intramedullary, dan prosedur retroperitoneal). Bentuk kerusakan lain yang men
yebabkan sindrom medula spinalis anterior termasuk penyakit aterosklerotik, atrof
i otot tulang belakang, sklerosis multipel, atau infeksi (misalnya virus West Nile,
poliomielitis).11
Sindrom Brown-Sequard adalah suatu kondisi di mana bagian kiri atau kan
an sumsum tulang belakang cedera. Penyebabnya adalah cedera traumatis seperti l
uka tembak dan tusukan, kecelakaan kendaraan bermotor, atau patah tulang belak
angakibat jatuh. Penyebab lain gangguan ini termasuk herniasi diskus vertebralis,
spondylosis serviks, tumor, multiple sclerosis, penyakit dekompresi, penyakit kisti
k, serta infeksi (misalnya, meningitis, tuberkulosis, mielitis transversa, dan herpes
zoster).11

Gambar 6.2. Perbandingan lesi dan sindrom medula spinalis dengan defisit sens
orik/motorik yang sesuai11

16
Pasien dengan sindrom korda sentral mengalami kompresi pada traktus kol
umna dorsalis, traktus kortikospinalis lateral, dan traktus spinotalamikus. Kompre
si traktus kolumna dorsalis menyebabkan gangguan sensorik bilateral di bawah tin
gkat cedera. Gangguan sensorik biasanya dialami dengan keluhan "cape-like" di p
unggung atas dan di sisi posterior ekstremitas atas. Kerusakan pada traktus kortiko
spinalis lateral menyebabkan kelemahan bilateral pada tubuh bagian atas, tetapi pa
sien mempertahankan kekuatan pada tungkai bawah. Kompresi traktus spinotalam
ikus menyebabkan hilangnya nyeri/suhu bilateral pada tubuh bagian atas lebih ban
yak daripada tubuh bagian bawah. Defisit yang mempengaruhi fungsi tubuh bagia
n atas lebih dari hasil tubuh bagian bawah dari kompresi aspek pusat tali pusat. Tr
aktus kortikospinalis dan spinotalamikus kedunya memiliki homunculus di tubuh
bagian atas terletak di tengah sedangkan tubuh bagian bawah terletak lebih perifer
di dalam sumsum tulang belakang.11 Pada lesi sumsum tulang belakang akibat tra
uma perlu dilakukan evaluasi. Jika cedera melibatkan daerah cervical, imobilisasi
cervical harus dilakukan selama evaluasi awal untuk mencegah terjadinya cedera t
ambahan. Pemeriksaan harus mencakup semua fungsi utama sumsum tulang belak
ang (motorik, sentuhan primer, propriosepsi, fungsi otonom, dan nyeri, suhu, dan
sentuhan ringan). Penilaian fungsi sensorik untuk sentuhan primer serta nyeri dan
sentuhan ringan dapat dilakukan dengan menyentuh pasien di berbagai daerah der
matom tubuh dengan benda tumpul atau tajam. Untuk menilai fungsi traktus korti
kospinalis, periksa tonus otot dan spastisitas untuk ekstensor dan fleksor lengan da
n tungkai. Uji kekuatan dan fungsi motorik dengan meminta pasien menggerakka
n kelompok otot yang berbeda dengan dan tanpa tahanan, uji propriosepsi dengan
uji jari ke hidung, uji gerakan bergantian cepat, atau uji Romberg. Jika pasien raw
at jalan, periksa kemampuan motorik dan koordinasi. Jika cedera terjadi di daerah
lumbal bawah, usus dan kandung kemih dapat berpengaruh.11

17
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Traktus kortikospinalis merupakan jalur saraf utama yang menyediakan fu
ngsi motorik volunter. Traktus kortikospinalis dibentuk oleh korteks serebral dan
merupakan bagian yang penting akan tetapi memiliki perkembangan yang lambat.
Traktus kortikospinal terus berkembang setelah kelahiran dan kontrol motorik jug
a akan ikut berkembang. Traktus terus berkembang melalui pubertas, yaitu ketika
perbedaan gender dalam white matter muncul.
Traktus kortikospinalis terbagi menjadi traktus kortikospinalis lateral dan a
nterior. Traktus kortikospinalis lateral menempati 80% fungsi motorik dan sisanya
ditempati oleh traktus kortikospinalis anterior. Cedera pada tulang belakang dapat
disebabkan oleh berbagai yang dapat menimbulkan lesi pada traktus kortikospinal
is sehingga mempengaruhi fungsinya. Defisit yang disebabkan juga berdasarkan l
okasi dan luas dari lesi.

18
Daftar Pustaka

1. Natali AL, Reddy V, Bordoni B. Neuroanatomy, Corticospinal Cord Tract.


[Updated 2021 Aug 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Sta
tPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.g
ov/books/NBK535423/
2. Javed Kinaan, Vamsi Reddy, Forshing Lui. Neuroanatomy, Lateral Cortico
spinal Tract. CA Northstate Uni, College of Med. July 31, 2021. PMID: 30
521239
3. Quentin Welniarz,Isabelle Dusart, Emmanuel Roze. The Corticospinal
Tract:Evolution, Development, and Human Disorders. 2017 Jul;77(7):810-
829.  DOI: 10.1002/dneu.22455
4. Tsutomu Kamiyama et all, Corticospinal Tract Development and Spinal
Cord Innervation Differ between Cervical and Lumbar Targets The
Journal of Neuroscience, January 21, 2015 ;35(3):1181–1191
5. AbuHasan Q, Munakomi S. Neuroanatomy, Pyramidal Tract. 2021 Jul 9.
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan–. PMID: 31424898.
6. Baehr M., Frotscher M., Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Ed 5. Jakarta
EGC.2016. h : 42-50
7. Greenstein B., et al. Color Atlas Neuroscience. (2002). Thieme Stuttgard:
Newyork.
8. Pangelinan MM, Leonard G, Perron M, Pike GB, Richer L, Veillette S, Pa
usova Z, Paus T. Puberty and testosterone shape the corticospinal tract dur
ing male adolescence. Brain Struct Funct. 2016 Mar;221(2):1083-94
9. Jang SH. The corticospinal tract from the viewpoint of brain rehabilitation.
J Rehabil Med. 2014 Mar;46(3):193-9. doi: 10.2340/16501977-1782.
PMID: 24531325.
10. Diaz E, Morales H. Spinal Cord Anatomy and Clinical Syndromes. Semin.
Ultrasound CT MR. 2016 Oct;37(5):360-71
11. Van Wittenberghe IC, Peterson DC. Corticospinal Tract Lesion. [Updated
2021 Aug 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Pu

19
blishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK542201/?report=classic
12. Blumenfeld Hal, M.D,. Neuroanatomy through Clinical cases -2nd ed.
Yale university school of medicine. China. hal.245

20

Anda mungkin juga menyukai