TRAKTUS KORTIKOSPINALIS
HALAMAN SAMPUL
DISUSUN OLEH:
Yaumi Mutmainnah C014192060
Muh. Anis Hafid C014192054
Muh. Rizky Dwiyanto C014192051
Fathur Khair Arman C014192049
Residen Pembimbing:
dr. Candra Arisandi
dr. Alvian Wandy
Supervisor Pembimbing:
dr. Abdul Muis, Sp.S(K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing
2
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan……………………………………………………………………….. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Traktus Kortikospinalis………………………………………………….. 6
Fungsi Traktus Kortikospinalis……………………………………………………. 9
Lokasi Lesi pada Sistem Motorik Sentral………......……………………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem piramidal atau biasa yang disebut traktus kortikospinalis merupakan jalur
neuron tunggal yang keluar dari kortek serebri menuju ke medula spinalis tanpa
membentuk sinaps. Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk melakukan gerakan volunter
dan gerakan terampil dibawah kontrol kesadaran. Sistem piramidal membawa input dari
area motorik primer, area premotor, areamotorik tambahan. Impuls yang dimunculkan oleh
kortek motorik berasal dari impuls yang diterima dari kortek sensorik yang menerima
stimulus atau rangsang yang diterima oleh saraf sensorik yang berada di perifer. Serabut
saraf piramidalis menyilang ke sisi yang berlawanan pada medula oblongata. Pada sistem
pyramidal terdapat 2 macam neurotransmitter yang berperan penting, yakni
neurotransmitter glutamate yang berfungsi sebagai eksitasi dan neurotransmitter gamma-
aminobutyric acid (GABA) yang berfungsi sebagai inhibitor1,2
Traktus kortikospinalis adalah serabut-serabut saraf motoris central yang bergabung dalam
suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls motorik yang disadari. Traktus ini
membentuk pyramidal pada medulla oblongata, karena itulah dinamakan system pyramidal
turun dari capsula interna dari cortex cerebri. Kurang lebih sekitar 80 % serabut-serabut ini
menyilang garis tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk traktus
corticospinalis lateralis, sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Pada
kortikospinalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area centrochepal. Jika
tractus bekerja sendirian tanpa bantuan dari system extrapyramidalis, maka gerakan yang
dihasilkan akan menjadi gerakan yang tidak beraturan. Tractus pyramidalis dapat
membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh
pada kumpulan motor neuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan
aktifitas yang diinginkan. 1,2
Traktus kortikospinalis merupakan sistem yang kompleks dengan beberapa fungsi yang
berbagi satu karakteristik, yaitu kontrol kortikal dari aktivitas sumsum tulang belakang.
Fungsi-fungsi ini termasuk kontrol input aferen, refleks tulang belakang, dan aktivitas
neuron motorik. Traktus kortikospinalis sangat penting dalam sistem motorik, karena ia
memediasi gerakan distal volunteer. Traktus Kortikospinalis muncul pada mamalia, dan
terkait erat dengan perkembangan gerakan volunteer yang terampil melalui evolusi.
Anatomi Traktus Kortikospinalis menunjukkan kemiripan yang mencolok di seluruh
4
spesies mamalia. Yang terpenting, sebagian besar akson Traktus Kortikospinalis melintasi
garis tengah anatomis di persimpangan antara batang otak dan sumsum tulang belakang,
membentuk dekusasi piramidal. Ini sangat penting untuk fungsi Traktus Kortikospinalis,
karena ini berarti sisi kiri otak mengontrol sisi kanan sumsum tulang belakang, dan
sebaliknya1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
rekursor dari gray matter pada sumsum tulang. Searbut saraf dari neuroblas
ini akhirnya juga akan membentuk white matter pada spinal cord. (3)
Selama perkembangan embriologi, terjadi pertumbuhan berlebih dari akson
yang didistribusikan ke seluruh korteks, yang bergabung ke dalam saluran
kortikospinalis, dan seiring perkembangannya, banyak dari akson ini
dieliminasi. Perkembangan gray matter dimulai beberapa minggu setelah
akson saluran kortikospinalis mencapai sumsum tulang belakang. Saat
pertumbuhan berlanjut, akson traktus kortikospinalis akan mencapai bagian
bawah dari cervical spinal cord pada usia kehamilan 24 minggu. Setelah
lahir, pertumbuhan traktus kortikospinalis terus berlanjut, traktus ini terus
dibentuk dan kontrol motoric terus berkembang. (4) Traktus ini terus
berkembang hingga memasuki masa pubertas, yang mana ketika memasuki
masa remaja, perbedaan gender pada white matter muncul. Penelitian
menunjukkan bahwa androgen berperan dalam perkembangan aksonal
melalui proliferasi badan sel saraf dan mencegah kematian sel akibat cedera
axonal. Akibatnya, perkembangan white matter pada pria dan wanita
berbeda ketika memasuki masa remaja.(5)
6
bersamaan membentuk traktus piramidalis, jaras tercepat dan tersingkat antara
area motorik primer dan motor neuron di kornu anterior.(6)
Area Korteks Motorik
Traktus Kortikospinalis
7
Gambar 1.2 Perjalanan Traktus Piramidalis
Dari korteks motorik, traktus ini berjalan melalui substansia alba serebri
(korona radiate, kornu posterior kapsula interna (serabut terletak sangat
berdekatan satu dan lainnya disini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus
serebri), pons, dan medulla oblongata (bagian anterior), tempat traktus terlihat
jelas sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. Kata “pyramidal”
digunakan untuk menggambarkan luas permukaan ventral dari medulla
oblongata tempat traktus pyramidal menyilang (decussates) ke sisi lain dari
sumsum tulang belakang. Pada bagian bawah medulla, 80-85% serabut
pyramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan dekusasio piramidalis.
Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medulla spinalis di fasikulus
anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior; serabut ini
menyilang jauh di bawah (biasanya setingkat segmen yang dipersarafinya)
melalui komisura anterior medulla spinalis. (3)(6)
8
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang dekusasio piramidalis,
kemudian menuruni medulla spinalis di funikulus lateralis kontralateral sebagai
traktus kortikospinalis lateral. Sekitra 90% dari serabut traktus piramidalis
berakhir membentuk sinaps dengan interneuron yang kemudian menghantarkan
impuls motoric melalui mootorik alfa yang besar di kornu anterior, serta motor
neuron Ɣ yang lebih kecil. (6)
Tidak semua serabut dari tractus pyramidal berakhir di sumsum tulang
belakang. Di tingkat otak tengah (midbrain) seikat serabut sara akan terpisah
untuk membentuk traktus kortikonuklear atau kortikobulbar, yang akan turun
ke nucleus saraf kranial motoric. Serat ini mengontrol otot kepala, yaitu wajah,
faring, lidah, dan laring. Beberapa serabut di traktus ini akan menyilang, dan
lainnya akan menginnervasi nervus kranialis secara ipsilateral. (3)
Sel motoric di kornu anterior merupakan neuron eferen yang keluar dari
medulla spinalis melalui radiks anterior dan kemudian berjalan di sepanujang
saraf perifer, ke otot- otot rangka. Kornu anterior medulla spinalis mengandung
neuron motor alfa dan gamma. Sel – sel tersebut memproyeksikan aksonnya ke
serabut intrafusfal berstriata ke spindle otot. Eksitasi oleh serabut gamma akan
mencetuskan kontraksi serabut otot pada salah satu ujung spindle otot. Melalui
traktus kortikospinalis, motor neuron berperan sebagai perantara untuk
mongontrol tonus otot oleh pusat motoric yang mengontrol pergerakan
9
involunteer. Serabut eferen gamma berperan sebagaon kontrol gerakan motoric
volunteer dan mengantur sensitivitas reseptor regang. 4
12
menjadi spastik dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut-
serabut nonpiramidal yang terjadi bersamaan.
Lesi setingkat pedunkulus serebri seperti proses vascular, perdarahan,
atau tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai
oleh selumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral.
Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya tumor,
iskemia batang otak dan perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral
atau mungkin bilateral.
Biasanya, tidak semua
serabut traktus piramidalis
terkena, karena serabut-serabut
tersebut menyebar di daerah
potong- lintang yang lebih
luas di daerah pons
dibandingkan di
daerah lainnya (misalnya,
setingkat kapsula
interna). Serabut-serabut yang
mempersarafi nucleus
fasialis dan nucleus
hipoglosalis terlah
berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini; dengan
demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus fasialis tipe sentral jarang
terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus atau nervus
abdusens ipsilateral.
Lesi pada piramidal medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusakan
serabut-serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut
nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi
hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan
plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.
Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai
traktus kortikospinalis pada level servikal misalnya akibat tumor, mielitis, dan
trauma menyebabkan hemiplegia spastic ipsslateral; ipsilateral karena traktus
tersebut menyilang pada level yang lebih tinggi dan spastic karena traktus
13
tersebut mengandung serabut-serabut piramidalis dan non piramidalis pada
level ini. Lesi bilateral di medulla spinalis servikalis bagian atas dapat
menyebabkan kuadriparesis atau kuadriplegia.
14
Gambar 1.4 Sindrom kombinasi kornu anterior dan tractus piramidalis
15
torakal di kolimna posterior (70-80%), dan yang lebih jarang di tractus
piramidalis (40-50%), sedangkan substansia grisea biasanya tidak mengalami
kerusakan. Kerusakan kolimna posterior menyebabkan hilangnya sensasi posisi
dan getar diekstremitas bawah, menimbulkan ataksia spinal dan tanda Romberg
yang positif. (ketidakseimbangan postur saat berdiri menutup mata). Kerusakan
tractus piramidalis menyertainya menimbulkan paraparesis spastik dengan
hiperrefleksia dan tanda Babinski bilateral (Bähr and Frotscher, 2014)
Gambar 1.6
Sindrom Kombinasi Lesi Kolumna Posterior dan Traktus Kortikospinalis
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Sistem piramidal atau biasa yang disebut traktus kortikospinalis merupakan jalur
neuron tunggal yang keluar dari kortek serebri menuju ke medula spinalis tanpa
membentuk sinaps. Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk melakukan gerakan
volunter dan gerakan terampil dibawah kontrol kesadaran
2. Setelah lahir, pertumbuhan traktus kortikospinalis terus berlanjut, traktus ini terus
dibentuk dan kontrol motoric terus berkembang. Penelitian menunjukkan bahwa
androgen berperan dalam perkembangan aksonal melalui proliferasi badan sel saraf
dan mencegah kematian sel akibat cedera axonal. Akibatnya, perkembangan white
matter pada pria dan wanita berbeda ketika memasuki masa remaja
3. Dari korteks motorik, traktus kortikospinalis berjalan melalui substansia alba
serebri (korona radiate, kornu posterior kapsula interna (serabut terletak sangat
berdekatan satu dan lainnya disini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus
serebri), pons, dan medulla oblongata (bagian anterior). Pada bagian bawah
medulla, 80-85% serabut pyramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan
dekusasio piramidalis. Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medulla
spinalis di fasikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior. Dan
yang menyilang dinamakan traktus kortikospinali lateral
4. Otot distal untuk jari dan pergelangan kaki dikendalikan terutama oleh traktus
kortikospinalis lateral, dan otot proksimal dikendalikan oleh traktus saraf lain,
seperti traktus kortiko-retikulospinalis dan traktus kortikospinalis anterior; (ii)
terdapat keterlibatan yang lebih besar dari kortikospinalis lateral pada fungsi
motorik pada ekstremitas atas daripada pada ekstremitas bawah;
5. Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera
traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis
yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi
dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area
representasi kortikal yang luas. Temuan klinis khas yang terjadi berkaitan dengan
lesi di lokasi tersebut adalah paresis ekstremitas atas bagian distal yang dominan,
konsekuansi fungsional yang terberat adalah gangguan kontrol motorik halus.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19