Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2020


UNIVERSITAS HASANUDDIN

TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

HALAMAN SAMPUL

DISUSUN OLEH:
Yaumi Mutmainnah C014192060
Muh. Anis Hafid C014192054
Muh. Rizky Dwiyanto C014192051
Fathur Khair Arman C014192049

Residen Pembimbing:
dr. Candra Arisandi
dr. Alvian Wandy

Supervisor Pembimbing:
dr. Abdul Muis, Sp.S(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Yaumi Mutmainnah C014192060


Muh. Anis Hafid C014192054
Muh. Rizky Dwiyanto C014192051
Fathur Khair Arman C014192049

Dengan judul referat : Traktus Kortikospinalis


Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kesehatan Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Residen Pembimbing 1 Residen Pembimbing 2

dr. Candra Arisandi dr. Alvian Wandy

Supervisor Pembimbing

dr. Abdul Muis, Sp.S(K)

Makassar, Oktober 2020

2
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan…………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan……………………………………………………………………….. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Traktus Kortikospinalis………………………………………………….. 6
Fungsi Traktus Kortikospinalis……………………………………………………. 9
Lokasi Lesi pada Sistem Motorik Sentral………......……………………………..10

BAB III : PENUTUP


Kesimpulan………………………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem piramidal atau biasa yang disebut traktus kortikospinalis merupakan jalur
neuron tunggal yang keluar dari kortek serebri menuju ke medula spinalis tanpa
membentuk sinaps. Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk melakukan gerakan volunter
dan gerakan terampil dibawah kontrol kesadaran. Sistem piramidal membawa input dari
area motorik primer, area premotor, areamotorik tambahan. Impuls yang dimunculkan oleh
kortek motorik berasal dari impuls yang diterima dari kortek sensorik yang menerima
stimulus atau rangsang yang diterima oleh saraf sensorik yang berada di perifer. Serabut
saraf piramidalis menyilang ke sisi yang berlawanan pada medula oblongata. Pada sistem
pyramidal terdapat 2 macam neurotransmitter yang berperan penting, yakni
neurotransmitter glutamate yang berfungsi sebagai eksitasi dan neurotransmitter gamma-
aminobutyric acid (GABA) yang berfungsi sebagai inhibitor1,2

Traktus kortikospinalis adalah serabut-serabut saraf motoris central yang bergabung dalam
suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls motorik yang disadari. Traktus ini
membentuk pyramidal pada medulla oblongata, karena itulah dinamakan system pyramidal
turun dari capsula interna dari cortex cerebri. Kurang lebih sekitar 80 % serabut-serabut ini
menyilang garis tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk traktus
corticospinalis lateralis, sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Pada
kortikospinalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area centrochepal. Jika
tractus bekerja sendirian tanpa bantuan dari system extrapyramidalis, maka gerakan yang
dihasilkan akan menjadi gerakan yang tidak beraturan. Tractus pyramidalis dapat
membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh
pada kumpulan motor neuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan
aktifitas yang diinginkan. 1,2

Traktus kortikospinalis merupakan sistem yang kompleks dengan beberapa fungsi yang
berbagi satu karakteristik, yaitu kontrol kortikal dari aktivitas sumsum tulang belakang.
Fungsi-fungsi ini termasuk kontrol input aferen, refleks tulang belakang, dan aktivitas
neuron motorik. Traktus kortikospinalis sangat penting dalam sistem motorik, karena ia
memediasi gerakan distal volunteer. Traktus Kortikospinalis muncul pada mamalia, dan
terkait erat dengan perkembangan gerakan volunteer yang terampil melalui evolusi.
Anatomi Traktus Kortikospinalis menunjukkan kemiripan yang mencolok di seluruh

4
spesies mamalia. Yang terpenting, sebagian besar akson Traktus Kortikospinalis melintasi
garis tengah anatomis di persimpangan antara batang otak dan sumsum tulang belakang,
membentuk dekusasi piramidal. Ini sangat penting untuk fungsi Traktus Kortikospinalis,
karena ini berarti sisi kiri otak mengontrol sisi kanan sumsum tulang belakang, dan
sebaliknya1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TRAKTUS KORTIKOSPINALIS


a. Embirologi Traktus Kortikospinalis
Sumsum tulang belakang terbentuk dari neural tube caudal ke 4 pasang
somites. Selama penutupan neural tube, sel – sel neuroepitel berkembang
biak dan meningkatkan ketebalan dindingnya. Ketika neuropores menutup,
beberapa sel neuroepitel berdiferensiasi membentuk neuroblas. Sel ini
membentuk lapisan mantel disekitar bagian luar neural tube dan merupakan

5
rekursor dari gray matter pada sumsum tulang. Searbut saraf dari neuroblas
ini akhirnya juga akan membentuk white matter pada spinal cord. (3)
Selama perkembangan embriologi, terjadi pertumbuhan berlebih dari akson
yang didistribusikan ke seluruh korteks, yang bergabung ke dalam saluran
kortikospinalis, dan seiring perkembangannya, banyak dari akson ini
dieliminasi. Perkembangan gray matter dimulai beberapa minggu setelah
akson saluran kortikospinalis mencapai sumsum tulang belakang. Saat
pertumbuhan berlanjut, akson traktus kortikospinalis akan mencapai bagian
bawah dari cervical spinal cord pada usia kehamilan 24 minggu. Setelah
lahir, pertumbuhan traktus kortikospinalis terus berlanjut, traktus ini terus
dibentuk dan kontrol motoric terus berkembang. (4) Traktus ini terus
berkembang hingga memasuki masa pubertas, yang mana ketika memasuki
masa remaja, perbedaan gender pada white matter muncul. Penelitian
menunjukkan bahwa androgen berperan dalam perkembangan aksonal
melalui proliferasi badan sel saraf dan mencegah kematian sel akibat cedera
axonal. Akibatnya, perkembangan white matter pada pria dan wanita
berbeda ketika memasuki masa remaja.(5)

b. Anatomi Traktus Kortikospinalis


Impuls motorik untuk gerakan volunteer dicetuskan di girus presentralis
lobus frontal (korteks motoric primer, area 4 Broadmann) dan area kortikal di
sekitarnya (neuron motoric disekitarnya). Impuls tersebut berjalan di dalam
jaras berserabut panjang (terutama traktus kortikonuklearis dan traktus
kortikospinalis/piramidalis) melewai batang otak dan turun ke medulla spinalis
di kornu anterior membentuk kontak sinaptik dengan neuron motoric kedua.
Serabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan

6
bersamaan membentuk traktus piramidalis, jaras tercepat dan tersingkat antara
area motorik primer dan motor neuron di kornu anterior.(6)
Area Korteks Motorik

Gambar 1.1 : Perjalanan traktus piramidalis,bagian korona radiate dan kapsula


interna
Korteks motorik primer (girus presentralis) merupakan sekumpulan
jaringan kortikal yang terletak di sisi yang belawanan dengan sulkus sentralis
dari korteks somatosensorik primer (girus postsentralis) dan meluas ke atas dan
tepi superomedial hemisfer serebri menuju bagian medialnya. Area yang
mempresentasikan tenggorokan dan laring terletak pada ujung inferior korteks
motoric primer; bagian atasnya, secara berkesinambungan, adalah area yang
mempresentasikan wajah, ekstremitas atas, tubuh dan ektremitas bawah.
Struktur ini dinamakan “homonkulus motoric” terbalik, yang bersesuaian
dengan “homunculus somatosensorik” girus post-sentralis. (6)

Traktus Kortikospinalis

7
Gambar 1.2 Perjalanan Traktus Piramidalis
Dari korteks motorik, traktus ini berjalan melalui substansia alba serebri
(korona radiate, kornu posterior kapsula interna (serabut terletak sangat
berdekatan satu dan lainnya disini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus
serebri), pons, dan medulla oblongata (bagian anterior), tempat traktus terlihat
jelas sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. Kata “pyramidal”
digunakan untuk menggambarkan luas permukaan ventral dari medulla
oblongata tempat traktus pyramidal menyilang (decussates) ke sisi lain dari
sumsum tulang belakang. Pada bagian bawah medulla, 80-85% serabut
pyramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan dekusasio piramidalis.
Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medulla spinalis di fasikulus
anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior; serabut ini
menyilang jauh di bawah (biasanya setingkat segmen yang dipersarafinya)
melalui komisura anterior medulla spinalis. (3)(6)

8
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang dekusasio piramidalis,
kemudian menuruni medulla spinalis di funikulus lateralis kontralateral sebagai
traktus kortikospinalis lateral. Sekitra 90% dari serabut traktus piramidalis
berakhir membentuk sinaps dengan interneuron yang kemudian menghantarkan
impuls motoric melalui mootorik alfa yang besar di kornu anterior, serta motor
neuron Ɣ yang lebih kecil. (6)
Tidak semua serabut dari tractus pyramidal berakhir di sumsum tulang
belakang. Di tingkat otak tengah (midbrain) seikat serabut sara akan terpisah
untuk membentuk traktus kortikonuklear atau kortikobulbar, yang akan turun
ke nucleus saraf kranial motoric. Serat ini mengontrol otot kepala, yaitu wajah,
faring, lidah, dan laring. Beberapa serabut di traktus ini akan menyilang, dan
lainnya akan menginnervasi nervus kranialis secara ipsilateral. (3)

Sel motoric di kornu anterior merupakan neuron eferen yang keluar dari
medulla spinalis melalui radiks anterior dan kemudian berjalan di sepanujang
saraf perifer, ke otot- otot rangka. Kornu anterior medulla spinalis mengandung
neuron motor alfa dan gamma. Sel – sel tersebut memproyeksikan aksonnya ke
serabut intrafusfal berstriata ke spindle otot. Eksitasi oleh serabut gamma akan
mencetuskan kontraksi serabut otot pada salah satu ujung spindle otot. Melalui
traktus kortikospinalis, motor neuron berperan sebagai perantara untuk
mongontrol tonus otot oleh pusat motoric yang mengontrol pergerakan

9
involunteer. Serabut eferen gamma berperan sebagaon kontrol gerakan motoric
volunteer dan mengantur sensitivitas reseptor regang. 4

B. FUNGSI TRAKTUS KORTIKOSPINALIS


Descending Neural Pathway terbesar ditubuh adalah Traktus
Kortikospinal yang terdiri dari hamper 1 juta axon. Traktus Kortikospinalis terbagi
menjadi dua yaitu Traktus Kortikospinalis lateral dan Traktus Kortikospinalis
anterior. Traktus Kortikospinalis terbesar adalah Traktus Kortikospinalis lateral
yang bersilangan, menempati 75-90% dari serabut Traktus Kortikopinalis yang
memanjang ke kaudal hingga fasikulus dorso- lateral hingga segmen sakral terakhir
setelah melewati medula. Traktus ini akan bersinaps langsung ke lower motor
neuron di cornu anterior medulla spinalis. Banyak penelitian sebelumnya telah
menunjukkan hubungan antara Traktus Kortikospinalis dan fungsi motorik, sebagai
berikut: (i) otot distal untuk jari dan pergelangan kaki dikendalikan terutama oleh
Traktus Kortikospinlias lateral, dan otot proksimal dikendalikan oleh traktus saraf
lain, seperti traktus kortiko-retikulospinalis dan Traktus Kortikospinalis anteiro; (ii)
terdapat keterlibatan yang lebih besar dari Traktus kortikospinalis lateral pada
fungsi motorik pada ekstremitas atas daripada pada ekstremitas bawah; (iii)
ekstensor jari paling akurat mencerminkan fungsi Traktus kortikospinalis lateral;
dan (iv) Traktus kortikospinalis lateral bertanggungjawab untuk fungsi tangan;
sebaliknya, asosiasi berjalan terhadap Traktus Kortikospinalis lateral tidak sekuat
fungsi motorik tangan.7,8
Traktus kortikospinalis anterior, yang tidak menyilang pada medula, Meskipun
tidak menyilang di medula, traktus ini menyilang pada tingkat tulang belakang
yang dipersarafinya. Terdiri atas 5–15% dari keseluruhan Traktus kortikospinalis.
Meluas ke kaudal jarang turun di bawah medulla spinalis pars thoracic. sebuah
studi melaporkan bahwa jumlah serat Traktus Kortikospinalis anterior adalah
12,4% dari seluruh Traktus Kortikospinalis di otak manusia, dan Traktus
Kortikospinalis anterior memiliki karakteristik kurang terarah, dibanding
kesulurahan Traktus Kortiksopinalis. Fungsi Traktus Kortikospinalis anterior
belum jelas. Namun, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa Traktus
Kortikospinalis anterior terutama menginervasi otot proksimal, seperti otot leher,
batang tubuh, dan ekstremitas atas proksimal. di sisi lain, ini dianggap sebagai
salah satu descending motoric pathway yang berperan dalam berjalan dan
10
bertanggung jawab untuk gerakan dan kontrol aksial dan ekstremitas proksimal,
yang membentuk postur tubuh7,8
Sistem Kortikospinalis meregulasi aktivasi otot melalui perubahan pada
Tonic Stretch Reflex Treshold (TSRT). Dengan mengubah threshold dari aktivasi
motor neuron, kortikospinal dapat menentukan kapan motor neuron dan kapan
stretch reflex dan reflex lainnya dapat dimulai. TSRT dari sebuah otot dikontrol
oleh Descending input secara langsung maupun tidak langsung mempengurahi
membrane potensial atau threshold elektrik dari alpha motor neuron (via
interneuron atau gamma motor neuron, pre dan post synaptic)9

C. LESI-LESI PADA JALUR MOTORIK SENTRAL


a. Patogenesis paresis spastik sentral.
Pada fase akut suatu lesi di traktus kortikospinalis, refleks tendon profunda
akan bersifat hipoaktif dan terdapat kelemahan flasid pada otot. Refleks muncul
kembali beberapa hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif,
karena spindel otot berespons lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan
dengan keadaan normal, terutama fleksor ekstremitas atas dan ekstensor
ektremitas bawah. Hipersensitivitas ini terjadi akibat hilangnya kontrol inhibisi
sentral descendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor γ) yang mempersrafi
spindel otot. Dengan demikian, serabut-serabut otot intrafisal teraktivitasi
secara permanen (prestretched) dan lebih mudah berespons terhadap
peregangan otot lebih lanjut dibandingkan normal. (6)

Gangguan sirkuit regulasi panjang otot mungkin terjadi yaitu berupa


pemendekan panjang target secara abnormal pada fleksor ekstremitas atas dan
ekstensor ekstremitas bawah. Hasilnya adalah peningkatan tonus spastik dan
hiperrefleksia, serta tanda-tanda traktus piramidalis dan klonus. Diantara tanda-
tanda traktus piramidalis tersebut terdapat tanda-tanda yang sudah dikenal baik
pada jari-jari tangan dan kaki, seperti tanda Babinski (ekstensi tonik ibu jari
kaki sebagai respons terhadap gesekan di telapak kaki). (6)
Paresis spastik selalu terjadi akibat lesi susunan saraf pusat ( otak dan/atau
medulla spinalis) dan akan terlihat lebih jelas bila terjadi kerusakan pada
traktus desendens lateral dan medial sekaligus (misalnya pada lesi medulla
spinalis). Patofisiologi spastisitas masih belum dipahami, tetapi jaras motoric
11
tambahan jelas memiliki peran penting, karena lesi kortikal murni dan terisolasi
tidak menyebabkan spastisitas. (6)

Sindrom paresis spastik sentral

Sindrom ini terdiri dari:

1. Penurunan kekuatan otot dan gangguan kontrol motoric halus


2. Peningkatan tonus spastik
3. Refleks regang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh
klonus
4. Hipoaktivitas atau tidak adanya refleks eksteroseptif (refleks abdominal,
refleks plantar, dan refleks kremaster)
5. Refleks patologis (refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, dan Mendel-
Bekhterev, serta disinhibisi respons hinder [flight], dan
6. (awalnya) Massa otot tetap baik
b. Lokalisasi lesi pada sistem motorik sentral(6)
Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau
cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral.
Hemiparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial)
lebih sering terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut
memiliki area representasi kortikal yang luas. Temuan klinis khas yang terjadi
berkaitan dengan lesi di lokasi tersebut adalah paresis ekstremitas atas bagian
distal yang dominan, konsekuansi fungsional yang terberat adalah gangguan
kontrol motorik halus. Kelemahan tersebut tidak total (paresis, bukan plegia) ,
dan lebih berupa gangguan flasid, bukan bentuk spastik, karena jaras motoric
tambahan (nonpiramidal) sebagian fokal (jacksonian).
Jika kapsula interna terlibat (misalnya, oleh perdarahan atau iskemia),
akan terjadi hemiplegia spastik kontralateral – lesi pada level ini mengenai
serabut pyramidal dan serabut non pyramidal, karena serabut dua jaras tersebut
terletak berdekatan. Traktus kortikonuklearis juga terkena, sehingga terjadi
paresis nervus fasialis kontralateral, dan mungkin disertai oleh paresis nervus
hipoglosus tipe sentral. Namun, tidak terlihat deficit nervus kranialis lainnya
karena nervus kranialis motoric lainnya mendapat persarafan bilateral. Paresis
pada sisi kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada “fase strok”) tetapi

12
menjadi spastik dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut-
serabut nonpiramidal yang terjadi bersamaan.
Lesi setingkat pedunkulus serebri seperti proses vascular, perdarahan,
atau tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai
oleh selumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral.
Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya tumor,
iskemia batang otak dan perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral
atau mungkin bilateral.
Biasanya, tidak semua
serabut traktus piramidalis
terkena, karena serabut-serabut
tersebut menyebar di daerah
potong- lintang yang lebih
luas di daerah pons
dibandingkan di
daerah lainnya (misalnya,
setingkat kapsula
interna). Serabut-serabut yang
mempersarafi nucleus
fasialis dan nucleus
hipoglosalis terlah
berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini; dengan
demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus fasialis tipe sentral jarang
terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus atau nervus
abdusens ipsilateral.
Lesi pada piramidal medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusakan
serabut-serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut
nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi
hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan
plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.
Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai
traktus kortikospinalis pada level servikal misalnya akibat tumor, mielitis, dan
trauma menyebabkan hemiplegia spastic ipsslateral; ipsilateral karena traktus
tersebut menyilang pada level yang lebih tinggi dan spastic karena traktus
13
tersebut mengandung serabut-serabut piramidalis dan non piramidalis pada
level ini. Lesi bilateral di medulla spinalis servikalis bagian atas dapat
menyebabkan kuadriparesis atau kuadriplegia.

Gambar 1.3 Lokasi lesi potensial pada traktus piramidalis

c. Sindrom Kombinasi Kornu Anterior dan Traktus Piramidalis (6)


Terlihat pada sclerosis amiotrofi lateral sebagai akibat degenerasi neuron
motorik kortikal dan medula spinalis. Gambaran klinisnya adalah kombinasi
paresis flasid dan spastik. Atrofi otot, yang timbul pada awal perjalanan penyakit,
umumnya sangat berat sehingga refleks tendon dalam menghilang, jika hanya
mengenai lower motor neuron. Namun, karena kerusakan yang simultan pada
upper motor neuron (dengan konsekuansi berupa degenasi traktus piramidalis dan
spastisitas), refleks umum tetap dapat dicetuskan dan bahkan dapat meningkat.
Degenerasi nuklei nervus kranialis motorik yang menyertainya dapat menyebabkan
disartria dan disfagia (kelumpuhan bulbar progresif).

14
Gambar 1.4 Sindrom kombinasi kornu anterior dan tractus piramidalis

d. Sindrom Traktus Piramidalis(6)


Hilangnya neuron motorik kortikal yang diikuti oleh degenasi traktus
kortikospinalis pada beberapa penakit, termasuk sclerosis lateralis primer ( suatu
varian sclerosis amiotrofik lateralis) dan bentuk yang lebih jarang paralisis spinal
spastik herediter. Bentuk yang lebih sering pada penyakit ini terjadi akibat mutasi
gen untuk ATPase dari famili AAA pada kromosom 2; penyakit ini muncul pada
masa kanak-kanak dan memberat secara lambat setelahnya. Awalnya pasein
mengeluhkan rasa berat yang dilanjtukan dengan kelemahan pada ekstremitas
bawah. Paraperesis spastik dengan gangguan cara berjalan timbul dan memberat
secara perlahan. Refleks lebih kuat daripada normal. Paresis spastik pada
ekstremitas atas tidak timbul hingga lama setelahnya.

Gambar 1.5 Sindrom tractus piramidalis

e. Sindrom Kombinasi Lesi Kolumna Posterior dan Traktus


Kortikospinalis(4)
Paling sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 akibat kurangnya faktor
instrinsik lambung dan diketahui pada kasus kasus seperti “degenerasi
kombinasi subakut”. Fokus-fokus degenerasi ditemukan di regio servikal dan

15
torakal di kolimna posterior (70-80%), dan yang lebih jarang di tractus
piramidalis (40-50%), sedangkan substansia grisea biasanya tidak mengalami
kerusakan. Kerusakan kolimna posterior menyebabkan hilangnya sensasi posisi
dan getar diekstremitas bawah, menimbulkan ataksia spinal dan tanda Romberg
yang positif. (ketidakseimbangan postur saat berdiri menutup mata). Kerusakan
tractus piramidalis menyertainya menimbulkan paraparesis spastik dengan
hiperrefleksia dan tanda Babinski bilateral (Bähr and Frotscher, 2014)

Gambar 1.6
Sindrom Kombinasi Lesi Kolumna Posterior dan Traktus Kortikospinalis

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Sistem piramidal atau biasa yang disebut traktus kortikospinalis merupakan jalur
neuron tunggal yang keluar dari kortek serebri menuju ke medula spinalis tanpa
membentuk sinaps. Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk melakukan gerakan
volunter dan gerakan terampil dibawah kontrol kesadaran
2. Setelah lahir, pertumbuhan traktus kortikospinalis terus berlanjut, traktus ini terus
dibentuk dan kontrol motoric terus berkembang. Penelitian menunjukkan bahwa
androgen berperan dalam perkembangan aksonal melalui proliferasi badan sel saraf
dan mencegah kematian sel akibat cedera axonal. Akibatnya, perkembangan white
matter pada pria dan wanita berbeda ketika memasuki masa remaja
3. Dari korteks motorik, traktus kortikospinalis berjalan melalui substansia alba
serebri (korona radiate, kornu posterior kapsula interna (serabut terletak sangat
berdekatan satu dan lainnya disini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus
serebri), pons, dan medulla oblongata (bagian anterior). Pada bagian bawah
medulla, 80-85% serabut pyramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan
dekusasio piramidalis. Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medulla
spinalis di fasikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior. Dan
yang menyilang dinamakan traktus kortikospinali lateral
4. Otot distal untuk jari dan pergelangan kaki dikendalikan terutama oleh traktus
kortikospinalis lateral, dan otot proksimal dikendalikan oleh traktus saraf lain,
seperti traktus kortiko-retikulospinalis dan traktus kortikospinalis anterior; (ii)
terdapat keterlibatan yang lebih besar dari kortikospinalis lateral pada fungsi
motorik pada ekstremitas atas daripada pada ekstremitas bawah;
5. Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera
traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis
yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi
dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area
representasi kortikal yang luas. Temuan klinis khas yang terjadi berkaitan dengan
lesi di lokasi tersebut adalah paresis ekstremitas atas bagian distal yang dominan,
konsekuansi fungsional yang terberat adalah gangguan kontrol motorik halus.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Quentin Welniarz, Isabelle Dusart, Emmanuel Roze. The Corticospinal Tract:


Evolution, Development, and Human Disorders. Sept 2016 Developmental
Neurobiology

2. Tsutomu Kamiyama et all, Corticospinal Tract Development and Spinal Cord


Innervation Differ between Cervical and Lumbar Targets The Journal of
Neuroscience, January 21, 2015 • 35(3):1181–1191 • 1181
3. Greenstein B., et al. Color Atlas Neuroscience. (2002). Thieme Stuttgard: Newyork.
4. Pangelinan MM, Leonard G, Perron M, Pike GB, Richer L, Veillette S, Pausova Z,
Paus T. Puberty and testosterone shape the corticospinal tract during male
adolescence. Brain Struct Funct. 2016 Mar;221(2):1083-94.
5. Kamiyama T, Kameda H, Murabe N, Fukuda S, Yoshioka N, Mizukami H, Ozawa
K, Sakurai M. Corticospinal tract development and spinal cord innervation differ
between cervical and lumbar targets. J. Neurosci. 2015 Jan 21;35(3):1181-91. [PMC
free article] [PubMed]
6. Baehr M., Frotscher M., Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Ed 5. Jakarta :
EGC.2016. h : 42-50
7. Jang SH. The corticospinal tract from the viewpoint of brain rehabilitation. J
Rehabil Med. 2014 Mar;46(3):193-9. doi: 10.2340/16501977-1782. PMID:
24531325.
8. Diaz E, Morales H. Spinal Cord Anatomy and Clinical Syndromes. Semin.
Ultrasound CT MR. 2016 Oct;37(5):360-71
9. Piscitelli, Daniele & Turpin, Nicolas & Subramanian, Sandeep & Feldman, Anatol
& Levin, Mindy. (2020). Deficits in corticospinal control of stretch reflex thresholds
in stroke: Implications for motor impairment. Clinical Neurophysiology. 131.
10.1016/j.clinph.2020.05.030.

18
19

Anda mungkin juga menyukai