Anda di halaman 1dari 2

Pandangan Pengarang dalam Novel

Kalian telah banyak mendapat informasi tentang novel “Ronggeng Dukuh Paruk” (Ahmad Tohari).
- Kutipan novel tersebut dari buku Paket di halaman 111, 115, 121
- Sinopsis novel “Ronggeng Dukuh Paruk”telah Kalian tulis.
- Unsur intrinsik novel sudah Kalian kumpulkan.
Dengan demikian, kalian telah mendapat gambaran umum tentang novel tersebut.

Pandangan Pengarang dalam Novel


Apakah yang dimaksud pandangan pengarang dalam novel?
Pandangan pengarang adalah gagasan, pendapat, aspirasi pengarang terhadap permasalahan-permasalahan ke-
hidupan yang terjadi dalam novel.
Pandangan pengarang terhadap permasalahan
- masalah ronggeng
- perkawinan
- dominasi laki-laki (feminisme, kesataraan gender)
- animisme, dinamisme
- budaya feodal
- perkawinan kasta
- perselingkuhan
- poligami
- perkawinan antarsuku
- mendidik anak
Pandangan pengarang dipengaruhi oleh riwayat hidup pengarang, lingkungan tempat tinggal pengarang, agama,
pendidikan, serta wawasan pengetahuan pengarang.

a. Contoh pandangan N.H. Dini terhadap “tanggung jawab guru”


Guru mempunyai tugas mendidik murid (mengajarkan ilmu dan menumbuhkan watak/karakter baik).
Novel “Pertemuan Dua Hati” menceritakan perjuangan Bu Suci, guru SD di Purwadadi, berupaya
mengembalikan/mendidik salah satu murid yang sulit diatur, bengal, pembuat onar bernama Waskita,
agar menjadi siswa yang baik. Dengan sabar, penuh perhatian, Bu Suci mendidik Waskita dengan
segala upaya yang akhirnya benar-benar wataknya berubah.

Pandangan pengarang dalam novel tersebut adalah


Seorang guru mempunyai tugas mulia mengajarkan ilmu supaya pintar dan mendidik siswanya agar
mempunyai karakter baik. Guru harus menjadi teladan, serta bisa memiliah-milah permasalahan pribadi
dan keluarga dengan permasalahan di sekolah. Meskipun minim penghargaan, seorang guru senantiasa
mendidik siswanya tentang etika, moral, agama, kepribadian. Watak tokoh Bu Suci yang demikian
sabar dan penuh tanggung jawab.

b. Contoh pandangan pengarang (Ahmad Tohari) terhadap “dominasi laki-laki terhadap perempuan”
dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk”
Menurut Ahmad Tohari, perempuan harus memiliki ruang gerak sejajar dengan laki-laki tanpa
melupakan kodratnya sebagai perempuan. Lewat novelnya itu, ia berusaha memposisikan perempuan
pada posisi yang sebenarnya agar tidak terjadi ketimpangan laki-laki-perempuan. Dalam novel, Srintil
ingin terbebas dari kungkungan peraturan yang ada, yang sudah dianggap ketentuan adat. Srintil
menolak dominasi laki-laki dimana perempuan seolah tidak berhak menentukan hidupnya.

Hal ini bisa dibuktikan dengan ucapan Srintil dalam novel sebagai berikut
“Srintil bersumpah dalam hati tidak akan melayani laki-laki yang memburunya. Laki-laki yang
menganggap taka da sisa nilai lagi setelah terjadi transaksi jual beli, dimana Srintil sama sekali tidak
berperan dalam penentuan….Srintil ingin memiliki hak untuk memilih dan ikut menentukan dalam
setiap urusan yang menyangkut dirinya.”

c. Contoh pandangan pengarang tentang “kesempurnaan perempuan”


Di manapun tempat, menurut Ahmad Tohari, kesempurnaan perempuan jika ia menikah dan mem-
punyai anak. Srintil sepenuhnya sadar dengan pernyataan tersebut. Keinginannya untuk menikah
dengan Rasus atau Bajus begitu menggebu. Namun, ia pun sadar keinginan untuk menikah harus
dikuburnya dalam-dalam karena dalam tradisi seorang ronggeng tidak boleh menikah. Jika melang-
garnya, maka malapetaka akan menimpa dirinya. Srintil pun tetap meronggeng dan memendam
harapan untuk menikah dan punya anak.

Perhatikan dialog Srintil dengan Sarkum, berikut


“Ya, kang. Sebaiknya aku menuruti permintaan mereka. Aku mau menari lagi, Kang.Tetapi hatiku,
Kang, hatiku!”
“Hati?”
“Ya. Hatiku tak bisa kubawa menari.”
“Bisa,” ujar Sakum cepat. “Aku percaya indang ronggengmasih tetap bersemayam pada diri sampean.
Hati sampean yang buntu akan terobati bila sampean melupakan dia.”
“Dia?”
“Ya, Rasus.” (halaman 165)

d. Pandangan pengarang terhadap “keinginan perempuan untuk punya anak”


Keinginan Srintil untuk menikah, disadarinya tidak mungkin bisa dicapai. Hal itu dihantui kesadaran
ia tidak akan pernah memiliki anak karena Nyai Kertareja telah memijit hingga mati indung telurnya,
peranakannya. Suami istri itu merasa perlu berbuat demikian sebab hukum Dukuh Paruk mengatakan
karier seorang ronggeng terhenti sejak kehamilannya yang pertama. Keinginan yang kuat dari Srintil
untuk memiliki anak, membuatnya ingin mengasuh seorang anak dari temannya Tampi, yang berna-
ma Goder.

Hari-hari selanjutnya Srintil makin larut dalam dunia Goder, larut dalam ocehan bayi yang lucu
menawan. Sentuhan kulit bayi itu menggugah perasaan aneh pada dirinya. Demikian, maka entah
apa yang dirasakan Srintil ketika ia membenamkan hidung dalam-dalam ke pipi Goder. (halaman 139)

e. Pandangan pengarang tentang “perkawinan antarkasta”


Oka Rusmini dalam “Tarian Bumi” menggambarkan kepatuhan seorang Luh Sekar (Kenanga) kepada hukum
adat yang ada. Tidak ada paksaan pada diri Luh Sekar untuk mematuhi adat tersebut, meskipun hidupnya
penuh dengan sumpah serapah dari mertuanya asalkan hidup keluarganya terjamin, Luh Sekar akan
melakukannya. Adat yang sudah disepakati leluhurnya tentang larangan pernikahan antarkasta, kini Luh
Sekar harus menentangnya. Adanya hukuman yang akan didapat setelah menikah dengan seorang
Brahmana, Luh Sekar tetap akan menjalani demi dinasti yang baru.

Golongan kelas yang berkembang dalam novel “Tarian Bumi” masih sangat dijunjung dan dihormati oleh
pengikutnya. Terlebih golongan atas yang begitu rendah memandang golongan bawah. Kadar
kebangsawanan yang terkandung pada kelas Brahmana akan luntur jika sering berhubungan dengan kasta
Sudra. Nasib yang diterima Luh Sekar tidak semanis yang dibayangkan jika menjadi perempuan Brahmana.
Hidup dalam lingkungan keluarga Brahmana belum sepenuhnya mengubah kedudukan Luh Sekar dalam
keluarga suaminya. Dalam adat dan aturan Bali jika seorang perempuan Sudra menikah dengan laki-laki
Brahmana, maka status kasta Sudra berubah menjadi kasta Brahmana.

…Sekar memang menyadari hal itu. Sejak muda, dia juga ingin kawin dengan laki-laki brahmana. Dia
ingin membangun dinasti baru. Dinasti yang lebih terhormat. Sayang, Sekar tidak pernah
memperhitungkan bahwa perubahan besar dalam hidupnya harus dibayar mahal. Dia harus
berhadapan terus-menerus dengan mertua perempuannya. Perempuan yang sering marah kalau dia
pergi agak lama mengunjungi keluarganya (halaman 60).

Anda mungkin juga menyukai