Anda di halaman 1dari 17

i

MAKALAH FARMAKOLOGI
KEPANITERAAN UMUM

“KALIUM DIKLOFENAK”

Oleh

APRIDHIA TIARA GARINY


15/379458/KG/10220

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
YOGYAKARTA
2019
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah


SWT, berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Farmakologi Kepaniteraan Umum mengenai onbat “Kalium Diklofenak”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kepaniteraan umum Koas
Angkatan 65.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan
saran agar makalah ini dapat menjadi lebih bermanfaat dan berguna.

Yogyakarta, 20 Agustus 2019


Apridhia Tiara Gariny
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 1
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
A. Uraian Kalium Diklofenak ............................................................... 2
B. Farmakodinamika dan Farmakokinetika .......................................... 3
III. PEMBAHASAN .................................................................................. 6
A. Obat di Pasaran ................................................................................ 6
B. Indikasi ............................................................................................ 7
C. Kontraindikasi ................................................................................. 7
D. Dosis dan Petunjuk Pemakaian ....................................................... 8
E. Kategori Obat ................................................................................. 9
F. Interaksi Obat .................................................................................. 9
G. Konseling Pasien ............................................................................. 10
H. Efek Samping .................................................................................. 10
IV. KESIMPULAN .................................................................................... 11
V. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 12
1

BAB I

PENDAHULUAN

Obat analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi non steroid (NSAID)

merupakan salah satu obat yang banyak digunakan dalam praktik kedokteran

gigi. Penggunaan NSAID di kalangan masyarakat sering kali didapatkan secara

mudah atau tanpa resep dokter.

Kalium diklofenak merupakan salah satu contoh dari obat NSAID.

Kalium diklofenak merupakan derivat sederhana dari asam fenil asetat yang

memiliki sifat antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik yang kuat. Mekanisme

kerja kalium diklofenak berkaitan dengan penghambatan enzim

siklooksigenase. Efek samping paling serius yang dapat ditimbulkan dari obat

ini adalah pendarahan traktus gastrointestinal.

Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses

farmakodinamika, farmakokinetika, indikasi kontraindikasi, dosis cara pakai,

hingga efek samping serius yang dapat ditimbulkan dari obat kalium

diklofenak.

Manfaat dari makalah yaitu diharapkan melalui makalah ini dapat

memberikan informasi dan gambaran mengenai obat kalium diklofenak sebagai

NSAID sehingga dapat digunakan sesuai indikasi.


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Kalium Diklofenak

Nama kimia : 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino] benzeneatic acid

monopotassium salt

Rumus molekul : C14H10Cl2KNO2

Berat molekul : 334,2

Pemerian : serbuk kristal, putih atau agak kekuningan, agak

higroskopis

Kelarutan : agak sukar larut dalam air, sangat larut dalam

methanol, larut dalam etanol, sedikit larut dalam

aseton, tidak larut dalam eter, kloroform, dan asetat

encer.
3

B. Farmakodinamika dan Farmakokinetika

Kalium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat. Obat ini

memiliki sifat antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik.

Farmakokinetika merupakan proses perjalanan obat ketika masuk ke dalam

tubuh, meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Adapun proses

farmakokinetika dari obat kalium diklofenak adalah sebagai berikut :

1. Absorbsi

Kalium diklofenak dapat diadministrasikan melalui enteral dan

parenteral. Kalium diklofenak diabsorbsi melalui saluran cerna.

2. Distribusi

Kalium diklofenak akan terakumulasi di cairan synovial setelah

pemberian obat via oral, sehingga obat tersebut memiliki efek terapi di

sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.

3. Metabolisme

Kalium diklofenak dimetabolisme di hepar oleh CYP2C.


4

4. Eliminasi

Kalium diklofenak dieleminasi dari tubuh melalui urin dan empedu.

Diklofenak diekskresikan sekitar 65% melalui urin dan 35% melalui

empedu. Eliminasi melalui empedu berasal dari glukuronida dan konjugat

sulfat dari metabolit. Eliminasi diklofenak melalui organ ginjal bukan

merupakan jalur utama, sehingga pada pasien dengan disfungsi ginjal

tingkat rendah-sedang tidak diperlukan penyesuaian dosis.

Farmakodinamika merupakan mekanisme tubuh dalam menerima efek

fisiologis dan efek biomekanis terhadap obat yang masuk ke dalam tubuh. Kalium

diklofenak 99% terikat pada protein plasma terutama pada albumin. Pada pemberian

rute oral, kalium diklofenak mencapai tingkat puncak plasma dalam kurun waktu 1

jam. Obat ini memiliki waktu paruh 1-2 jam. Diklofenak 100% diserap setelah

pemberian oral, namun setelah mengalami first-pass-metabolism, hanya sekitar 50%

dosis yang masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

Mekanisme kerja dari kalium diklofenak berhubungan dengan biosintesis

prostaglandin melalui penghambatan kerja enzim siklooksigenase. Enzim

siklooksigenase memiliki 2 isoform, yaitu COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1

menghasilkan prostaglandin yang bersifat sitoprotektif, sedangkan enzim COX-2

menghasilkan prostaglandin yang berfungsi sebagai stimulator inflamasi.

Hambatan terhadap isoenzim COX-1 dan COX-2 dapat berakibat pada

hambatan sintesis prostaglandin. Prostaglandin berperan penting dalam induksi nyeri,

demam, dan reaksi inflamasi sehingga pemberian obat ini dapat menekan gejala
5

tersebut. Namun demikian, prostaglandin juga berperan dalam proses fisiologis normal

seperti pemeliharaan selaput lendir traktus gastrointestinal. Kalium diklofenak dapat

menurunkan ketahanan mukosa lambung terutama pada lapisan pre-epitel yang

merupakan sawar terdepan pada mukosa lambung. Efek negatif dari pemberian obat

ini adalah dapat menghambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam fungsi

proteksi mukosa lambung. Efek topikal dari NSAID terjadi akibat dari kerusakan

lapisan mukosa lambung sehingga akan terjadi gangguan permeabilitas dinding sel

epitel. Selanjutnya, obat akan masuk dan terperangkap di dalam sel dan terjadi

pembengkakan akibat inflamasi yang ditimbulkan dari kerusakan sel epitel. Kemudian

hambatan produksi prostaglandin melalui jalur COX-1 dan COX-2 akan terjadi secara

sistemik.

Lesi mukosa akibat NSAID dapat terjadi pada lambung, usus halus, dan kolon

Terjadinya tukak lambung yang dirangsang oleh obat golongan NSAID dapat

diperparah dengan faktor agresif berupa asam lambung, pepsin, dan infeksi

Helicobacter pylori. Terjadinya dismotilitas lambung akibat NSAID juga akan

memperparah lesi mukosa yang terjadi. Dengan demikian, mekanisme kerja kalium

diklofenak sebagai salah satu obat golongan NSAID dapat berefek baik namun juga

memiliki efek samping terutama pada traktus gastrointestinal.


6

BAB III

PEMBAHASAN

A. Obat di Pasaran

Nama generic : Kalium Diklofenak


Nama dagang :
Aclonac Kaflam

Cataflam Klamaflam

Cataflam D 50 Matsunaflam

Cataflam Fast Meflamin

Catanac Merflam

Diclofenac Potassium Nichoflam

Diflam Potaflam

Eflagen Raost

Exaflam Reflamid

Flamic Scanaflam

Flamigra Scanaflam 50

Flamsy Troflam

Inflam X Flam

Kadiflam Yariflam

Kaditic
7

Contoh kemasan obat :

B. Indikasi

1. Nyeri akut hingga sedang.

2. Pengobatan nyeri musculoskeletal, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan

ankylosing spondylitis.

3. Dysmenorrhea.

4. Migraine.
8

C. Kontraindikasi

1. Alergi terhadap diklofenak atau obat golongan NSAID.

2. Pengguna antikoagulan dan antiplatelet.

3. Penderita gagal jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit

serebrovaskular tingkat sedang-parah (moderate-severe).

4. Penderita gagal ginjal atau penyakit hepar tingkat parah (severe).

5. Penderita tukak lambung, ulkus traktus gastrointestinal.

6. Trimester tiga kehamilan.

7. Pengobatan nyeri peri-operatif pada operasi CABG (coronary artery bypass

graft).

D. Dosis dan Petunjuk Pemakaian

1. Nyeri akut, osteoarthritis, rheumatoid arthritis

- IM : 75 mg, 1 dd, maksimal 150mg/ hari, maksimal periode 2 hari.

- IV : 37,5 mg, 4 dd, bila perlu, maksimal 150 mg//hari, maksimal

periode 2 hari

- Opthalmic : 0,1% solution, 4 dd, maksimal pemakaian 2 hari.

- Transdermal : 140 mg/ plester.maksimal periode 7 hari.

- Rectal :

a. Dewasa : 75-150 mg/hari terbagi menjadi beberapa dosis.

b. Anak-anak : 1-2 mg/kg BB / hari terbagi menjadi beberapa

dosis, maksimal periode 4 hari.


9

- Topical : 1,16% diclofenac diethylammonium gel, 3dd/4dd,

maksimal 8 gram / hari, maksimal periode 7 hari.

- Oral :

a. Dewasa : tablet  50 mg, 2-3 dd; kapsul  18-35 mg, 3dd;

delayed release tablet  75-150 mg / hari.

b. Anak-anak : tablet konvensional  25-50 mg, 2 dd.

2. Dysmenorrhea

- Oral : tablet konvensional 50 mg, 3 dd.

3. Migraine

- Oral : 50 mg, 4 dd, maksimal 200 mg/hari.

E. Kategori Obat

Kategori C

F. Interaksi Obat

1. Aspirin

Kalium diklofenak tidak dianjurkan digunakan dengan aspirin karena dapat

meningkatkan potensi efek samping.

2. Methotrexate

Kalium diklofenak bila digunakan dengan methotrexate dapat

meningkatkan efek toksisitas methotrexate.

3. Siklosporin

Terapi bersamaan dengan siklosporin dapat meningkatkan nefrotoksisitas.


10

4. ACE inhibitor

NSAID (Kalium diklofenak) dapat mengurangi efek antihipertensi ACE

inhibitor.

5. Furosemide

Kalium diklofenak dapat mengurangi efek natriuretic furosemide dan tiazid.

6. Lithium

NSAID dapat meningkatkan konsentrasi lithium dalam plasma dan

menurunkan proses clearance pada ginjal sehingga meningkatkan efek

toksisitas lithium.

7. Warfarin

Penggunaan NSAID secara bersamaan dengan warfarin meningkatkan

resiko terjadinya perdarahan pada GI.

G. Konseling Pasien

Obat kalium diklofenak dapat menyebabkan kantuk, pusing,

penglihatan kabur. Jika terpengaruh, jangan mengemudi atau hentikan mesin.

Hindari paparan berlebihan atau area yang terkena sinar matahari (pada sediaan

topical dan transdermal). Lepaskan lensa kontak sebelum pemberian obat

secara ophthalmic, dan masukkan kembali setelah 15 menit.

H. Efek Samping

Kalium diklofenak akan menyebabkan gejala seperti lesu, tinnitus,

sakit kepala, kantuk, mual, diare, muntah, pusing, disorientasi, eksitasi, nyeri
11

epigastrium, pendarahan saluran cerna, kejang-kejang. Jarang : reaksi

anafilaksi, hipertensi, depresi pernafasan, gagal ginjal akut, koma.


12

BAB IV

KESIMPULAN

Kalium diklofenak adalah salah satu obat dari golongan NSAID yang

memiliki mekanisme antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik yang kuat.


13

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI, 2019, Kalium Diklofenak di

http://pionas.pom.go.id/monografi/kalium-diklofenak (diakses 20 Agustus).

Beggs, S., Cosgarea, M., Hatfield, N. T., Menshouse, D., Salinas, E., Slack,

J. A., Smith, B. J., dan White, G., 2007, Introduction Clinical Pharmacology, edisi

tujuh, hal. 160.

Brunton, L.L., Lazom J. S., dan Parker, K. L., 2006, Goodman & Gilman’s :

The Pharmalogical Basic of Therapeutics, edisi 11, McGraw-Hill, New York, hal. 677.

Katzung, B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,

Jakarta, hal. 819.

Meyer, K. J., dan Schrör, K., 2000, Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side

Effects of Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Curr.

Med. Chem., 7 : 1121-1129.

MIMS, 2019, Diclofenac di

https://www.mims.com/indonesia/drug/info/diclofenac?mtype=generic (diakses 20

Agustus).

Palisuan, M., 2013, Analisis Nilai pKa Kalium Dikofenak dalam Tablet yang

Beredar di Makassar secara Spektrofotometri Uv-Vis, Skripsi pada Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin.
14

Singh, S., 2007, Pharmacology for Dentistry, New Age International Limited

Publisher, New Delhi, hal. 90.

Tripathi, K. D., 2016, Essentials of Pharmacology for Dentistry, edisi 3,

Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, New Delhi, hal. 340.

Anda mungkin juga menyukai