Abstract
The research was conducted to find out and analyze the influence of capital structure, dividend
policy and investment decisions on the value of manufacturing companies in the Indonesian
Stock Exchange. The population in this research were all manufacturing companies listed in
the Sharia Securities List for 2017-2020 periode with a Circular Causation method. The results
of this study indicate that the capital structure and investment decisions have a negative effect
and does not significant on the value of manufacturing companies while the dividend policy
has a positive effect and significant on the value of manufacturing companies in the Indonesian
Stock Exchange.
Keyword : company value; capital structure; dividend policy; investment decisions.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal, kebijakan
dividen dan keputusan investasi terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Daftar
Efek Syariah periode 2017-2020 dengan metode Circular Causation. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur sedangkan kebijakan dividen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci : nilai perusahaan; struktur modal; kebijakan dividen; keputusan investasi.
A. Pendahuluan
Perkembangan ekonomi global menjadikan perusahaan sebagai pelaku ekonomi harus
mampu bersaing dengan perusahaan lain. Tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai
perusahaan dan tercermin dalam harga sahamnya (Hamzah Ahmad, et al., 2018). Perusahaan
didirikan pada dasarnya memiliki tujuan yang jelas. Dalam perspektif manajemen keuangan,
tujuan yang pertama perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Kedua adalah
ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Ketiga adalah
memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan
perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja
penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. (Harjito dan Martono, 2005). Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran
pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga
saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Menurut, Choudury (1997), mengatakan bahwa antara pelaku-pelaku pasar keuangan
atau pasar saham yaitu, Institusi seperti Otoritas Jasa Keuangan/OJK, yang bertugas sebagai
pengawas, Bursa Efek Indonesia yang merupakan bursa tempat perdagangan saham, Investor,
dan para Perusahaan sekuritas dan broker, Pemerintah dan perusahaan emiten terjadi saling
mempengaruhi dan saling interaksi diantara mereka dengan membawa nilai-nilai dan filosophi
masing-masing, hasil akhir dari interaksi tersebut tercermin pada indikator pasar seperti indeks
harga gabungan, tingkat hasil dari saham yang dimiliki atau portfolio yang dimiliki, dan juga
indikator Price Earning ratio (PER), pasar akhirnya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu
pasar yang beretika (ethized market) dan pasar yang umum, demikian juga untuk pasar saham.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu : keputusan
pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi, struktur modal, pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan. Beberapa faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai
perusahaan yang tidak konsisten.
Nilai perusahaan adalah nilai laba masa yang akan datang di ekspektasi yang dihitung
kembali dengan suku bunga yang tepat (Kusumadilaga, 2010).
Struktur modal di sini diartikan sebagai perbandingan antara jumlah utang dan jumlah
modal yang dimiliki oleh perusahaan (Kasmir, 2012). Karena baik buruknya perusahaan akan
berpengaruh pada posisi keuangan yang dimiliki perusahaan. Struktur modal yang optimal
merupakan struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan, dan struktur ini pada
umumnya meminta rasio utang yang lebih rendah
daripada rasio yang memaksimalkan earning per share atau laba per lembar saham yang
diharapkan (Brigham, 2010). Jadi, dengan struktur modal yang optimal akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Hamzah Ahmad, et al.,( 2018) menyatakan bahwa tujuan pemegang saham yang
menginvestasikan dana di pasar modal adalah untuk memperoleh kompensasi atau pendapatan
dari dana yang diinvestasikan dalam bentuk dividen atau capital gain. Dividen merupakan
pendapatan yang diterima setiap periode selama stok masih dimiliki, sementara capital gain
adalah pendapatan diperoleh untuk harga saham lebih tinggi dari harga pembelian, pendapatan
ini akan diperoleh jika stok dijual. Investor yang bertujuan mendapatkan capital gain juga
memerlukan informasi tentang dividen, karena dividen adalah salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, perusahaan yang telah go public memiliki
kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan kepada investor.
Kebijakan dividen merupakan keputusan mengenai pembagian laba atau menahannya
guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (Weston dan Brigham, 1989). Bird in the
hand theory menyatakan bahwa pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena
memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain. Kebijakan dividen dapat
dikonfirmasi dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend payout ratio adalah
perbandingan dividen yang diberikan ke pemegang saham dan laba bersih per saham. Rasio
pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang akan dibagi dalam
bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan.
Kebijakan lain yang berkenaan dengan nilai perusahaan adalah keputusan investasi.
Melakukan kegiatan investasi merupakan keputusan tersulit bagi manajemen perusahaan
karena akan mempengaruhi nilai perusahaan (Vranakis and Prodromos, 2012). Tujuan
dilakukannya keputusan investasi adalah mendapat laba yang besar dengan risiko yang dapat
dikelola dengan harapan dapat mengoptimalkan nilai perusahaan (Afzal dan Abdul, 2012).
Penelitian ini menggunakan objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang
efeknya terdaftar di Daftar Efek Syariah untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya
dan karena penelitian mengenai pengaruh struktur modal, kebijakan dividen, dan keputusan
investasi terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur yang efeknya terdaftar di Daftar
Efek Syariah masih belum banyak diteliti.
Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan Efek yang tidak bertentangan dengan
Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal, yang ditetapkan oleh Bapepam-LK atau Pihak yang
disetujui Bapepam-LK. DES tersebut merupakan panduan investasi bagi Reksa Dana Syariah
dalam menempatkan dana kelolaannya serta juga dapat dipergunakan oleh investor yang
mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek Syariah.
Perusahaan Syariah memiliki perbedaan dengan perusahaan konvensional. perusahaan
syariah memiliki aturan-aturan yang khusus dan diatur oleh Bapepam LK. Perusahaan yang
efeknya masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) harus memenuhi aturan bahwa total utang
yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per
seratus); atau total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan
total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per
seratus).
Beberapa penelitian tentang struktur modal, kebijakan dividen dan keputusan investasi
terhadap nilai perusahaan seperti Oktavina Tiara Sari (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa keputusan investasi dan kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Penelitian Ni Luh Putu Rassri Gayatri (2013), hasil penelitiannya menemukan
bahwa Struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh positif signifkan terhadap nilai
perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Trade off Teory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada dibawah titik
optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya jika
posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan struktur modal suatu perusahaan merupakan
pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham. Teori Bird in The Hand yang menyatakan bahwa pemegang saham lebih
menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain
dan investor memandang bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor lebih suka
kepastian tentang return investasinya serta mengantisipasi risiko ketidakpastian tentang
kebangkrutan perusahaan. Pembayaran dividen yang semakin meningkat merupakan signal
positif yang menyatakan prospek perusahaan semakin baik sehingga investor semakin tertarik
untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.
Keputusan investasi yang tepat akan dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga
memberikan suatu sinyal positif kepada investor yang akan meningkatkan harga saham dan nilai
perusahaan. Ini sesuai dengan pernyataan signaling teory yang menyatakan pengeluaran
investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan.
Struktur Modal
Keputusan Investasi
B. Pembahasan
Pengertian Stuktur Modal
Definisi struktur modal adalah sebagai berikut:” Capital Structure is the mix of long term
debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggambarkan
perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan.7
Ada dua macam tipe modal yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital).
Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya
hutang jangka panjang.
Jadi Struktur modal (capital Stucture) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap
modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari
modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika pendanaan perusahaan yang berasal dari modal
sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan
perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan
kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif pendanaan yang efesien. Pendanaan yang
efesien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal
yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya
penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata.
Struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang dengan modal
sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka
panjang sebesar Rp. 200.000.000,- sementara modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp.
300.000.000,-, maka struktur modalnya adalah sebesar 40%, artinya aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan 40 % dibelanjai dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan modal sendiri. Perubahan
struktur modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa teori
struktur modal.
Struktur modal adalah kombinasi antara utang baik jangka pendek atau jangka panjang
dengan modal sendiri untuk membelanjai aktiva-aktiva perusahaan.
Dalam konsep Islam, pemanfaatan harta dalam suatu usaha yang dilakukan secara
bersama, minimal dua orang dikenal dengan syirkah. Di dalam syirkah para pihak menyertakan
modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut. Tujuannya adalah harta menjadi berputar dan
dapat memberikan keuntungan. Dalam hal ini, Islam memiliki ketentuan sebagai berikut.
a) Modal harus diketahui. Maksudnya adalah jika modal tidak diketahui jumlahnya,
maka hal ini hanyalah spekulatif. Hal ini menjadikan tidak sahnya transaksi. Modal
harus diketahui, karena modal itu akan menjadi rujukan ketika aliansi usaha
dibubarkan. Hal ini tidak mungkin dilakukan tampa mengetahui jumlah modal yang
disertakan para pihak.
b) Modal berbentuk ril. Artinya modal harus ada pada saat transaksi terjadi.
c) Modal bukan merupakan hutang.
Secara persamaan adalah sebagai berikut: Ld Aft , yaitu utang harus lebih
kecil dari harta berwujud, jika persamaan dibagi dengan total asset, maka akan didapat
Ld Aft , dimana
suatu persamaan baru yang menunjukkan rasio, yait
Totalasset TotalAsset
Leverage rasio harus lebih kecil dari rasio tangible asset terhadap total asset.
Rm + e , dimana Ri adalah imbal hasil saham, BRm adalah faktor imbal hasil yang
berasal pasar dengan resiko sistematik, sedangkan alpha adalah resiko uniq yang berasal
dari perusahaan, seperti gaya menejemen, resiko keuangan dan resiko operasi (financial
leverage dan operating leverage) , pemogokan buruh, dan hal-hal lainnya yang sifatnya
mikro, yang independen dengan imbal hasil pasar, Jogiyanto, (2013). Nilai alpha dapat
berupa nilai negatif, tergantung kondisi mikro perusahaan.Alpha perusahaan ini dapat
dipandang sebagai proxy pandangan atau image investor terhadap perusahaan.
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini bersifat pengujian hipotesis, metode yang digunakan adalah
metode kausalitas dan deskriptip kuantitatif, dimana akan diteliti pengaruh faktor- faktor
(independen variabel) terhadap variabel dependennya yaitu saham-saham syariah, dan
dengan regressi multivariate biasa untuk model Choudury, dimana model Choudory ini
juga menerapkan analisa persamaaan simultan dan model persamaan struktural
(Strukture Equation Model dengan alternative Partial Least Square/PLS, dimana
software Partial Least Square ini dapat menyelesaikan masalah kemungkinan
pengukuran data yang tidak seragam, kemungkinan adanya distribusi sampling yang
tidak normal tetapi ada keterkaitan dan simultan antara variabel dalam fungsi- fungsinya,
Ghozali (2008),
• Variabel dependen
Saham Syariah yaitu saham yang listing di Bursa Efek Indonesia dan telah di
filter sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah dengan demikian masuk dalam Daftar Efek
Syariah, Variabel dependen ini di ukur dengan tingkat pengembalian (return) saham
syariah, dan Single Index model atau market model untuk prediksi imbal hasil saham
dan selisih. Kedua variabel ini menjadi indikator atau pengukuran konstruk kinerja
saham syariah.
• Variabel Independen.
1. Debt to Asset, adalah perbandingan antara total utang dengan total asset, rasio ini
adalah pengukuran untuk solvabilitas perusahaan (kesehatan keuangan jangka
panjang), rasio ini di pakai untuk menentukan atau mengukur ketoleransian atau
keragu-raguan struktur modal atau sumber modal perusahaan emiten saham syariah,
Ahmed (2007), AAOIFI (2004). AAOIFI menentukan < 30 %, sedangkan di
Indonesia rasio ini harus tidak lebih dari 45 %.Variabel ini menjadi indikator atau
pengukuran struktur modal.
2. Debt to Equity, adalah perbandingan antara total utang dengan modal sendiri, rasio
ini adalah mengukur kesehatan keuangan perusahaan jangka panjang dan komposisi
struktur modal perusahaan. Rasio ini juga di amati sebagai suatu ukuran untuk
menentukan toleransi atau keragu-raguan tentang struktur atau sumber modal
perusahaan emiten yang memilih menjadi saham syariah, Ahmed (2007), Sari dan
Hutagaol (2009), di Indonesia ukuran rasio ini tidak lebih dari 82%, demikian juga
variabel ini menjadi indikator atau pengukuran struktur modal.
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, Arie dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Journal of
Accounting, 1(2): h:9
Artini dan Anik Puspaningsih. 2011. Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal Terhadap
Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan,15(1):
h:66-75.
Brigham, E. F., and J.F.Houston.(2010). Dasardasar Manajemen Keuangan, Edisi ke-11.
Jakarta: Salemba Empat.
Gayatri, Ni Luh Putu Rassri dan I Ketut Mustanda. 2014. “Pengaruh Struktur Modal,
Kebijakan Dividen, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan”. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, Volume.3, No.6. Hal 1700-1718.
Hamzah Ahmad, Muslim Muslim dan Andi Mappatompo. (2018). Capital Ownership
Structure And Decision On Financial Market Reaction And Corporate Value.
International Journal of Innovative Science and Research Technology. Volume 3,
Issue 9, September
Harjito, A dan Martono. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating, Skripsi, Fakultas
Ekonomi Diponegoro Semarang.
Kasmir, 2012. Dasar – Dasar Perbankan. PT. Grafindo Persada. Jakarta.
Ni Luh, dan I Ketut Mustanda. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden dan
Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol. 5, No. 17.
Nisa, Reineka Chairun. 2015. “Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Program Studi Manajemen
Universitas Negeri Yogyakarta
Nuryasman, N., & Yessica, Y. (2017). Determinan harga saham sektor properti dan real
estat di bursa efek indonesia. Jurnal Manajemen, 21(2), 270-281.
Oktavina Tiara Sari.2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Management Ananlysis Journal.
(Vol.2, No.2), hal. 1-7
Rahman, A., & Agusti, R. (2016). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang,
Keputusan Investasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi, 2(2), 1-15.
Savitri, Enni, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir. 2012. Variabel Anteseden dari
Struktur Modal : Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Aplikasi Manajemen, 10(1): h:85-96.
Sri Rahayu Wanti. 2016. Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden dan Keputusan
Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia. Jurnal
Akuntasi, Vol. 2, No. 1.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D).
Bandung : Alfabeta.
Vranakis, Stergios K and Prodromos D. Chatzoglou. 2012. A Conceptual Model for
Machinery and Equipment Investment Decisions. International Journal of Business
and Management, 7(1): pp: 36-5.