MASYARAKAT TĀRUMANĀGARA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAPELAJARAN
Sejarah Indonesia
Yang dibina oleh Ima Offiana, S.Pd
Oleh Kelompok 1:
Ima Offiana (16)
Isyana Sarasvati (17)
Raisa Adriana (22)
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan Keagamaan Zaman Tārumanāgara Berdasarkan
Sumber Berita Cina ............................................................................9
B. Transkrip Isi Prasasti yang Memuat Informasi tentang Keagamaan
Zaman Tārumanāgara .........................................................................10
C. Temuan-temuan Arkeologi Terkait Kehidupan Agama
Tārumanāgara .....................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................17
B. Saran ...................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................18
i
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Peta Kekuasaan Tārumanāgara .................................................... 2
Gambar 1.2 Wilayah Kekuasaan Kerajaan Tārumanāgara............................... 3
Gambar 2.1 Prasasti Tugu ................................................................................ 10
Gambar 2.2 Prasasti Ciaruteun ........................................................................ 12
Gambar 2.3 Prasasti Jambu atau Prasasti Koleangkak .................................... 13
Gambar 2.4 Candi Jiwa .................................................................................... 15
Gambar 2.5 Candi Blandongan ........................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Tārumanāgara merupakan salah satu kerajaan tertua di Jawa.
Letak kerajaan ini berada di wilayah Jawa Barat. Tārumanāgara merupakan
negara pertama di Jawa Barat yang mendapat pengaruh India. Kerajaan ini
berkembang pada abad ke-5 Masehi dengan raja yang bernama Pūrnawarman.
“Berdasarkan data yang ada diduga keberadaan kerajaan Tārumanāgara
berlangsung dari abad ke-5 hingga akhir abad ke-7 M.” (Sumadio, 1990: 37-45)
Bahkan Kerajaan Tārumanāgara termasuk salah satu kerajaan pertama di
Nusantara. Sumber-sumber sejarah yang didapat diantaranya dari berita luar
negeri. “Sumber sejarah lain yang diperoleh dari musafir Cina bernama Fa-hsien
yang singgah di Tārumanāgara dalam tahun 414 M” (Widyosiswoyo, 1992: 57).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
terdapat beberapa masalah yang menjadi fokus bahasan dalam makalah ini di
antaranya sebagai berikut.
1. Bagaimana kehidupan keagamaan zaman Tārumanāgara berdasarkan sumber
cerita Cina?
4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah mengenai
Agama yang Berkembang dalam Kehidupan Masyarakat Tārumanāgara ialah
sebagai berikut.
1. Memahami kehidupan keagamaan zaman Tārumanāgara berdasarkan sumber
berita Cina.
2. Menganalisis isi transkrip prasasti yang memuat informasi keagamaan zaman
Tārumanāgara.
3. Memahami konsisi kedhiupan agama pada Kerajaan Tārumanāgara
berdasarkan temuan arkeologinya.
BAB II
PEMBAHASAN
9
10
Selain itu, ada pendapat yang menghubungkan agama kotor itu dengan
agama orang Parsi (Majusi) yang mengenal upacara penguburan dengan
menempatkan jenazah demikian saja di dalam hutan. Pendapat ini ditunjang
dengan adanya pendapat bahwa Ye-po-ti sebagaimana diberitakan oleh Fa-hsien
itu sebenarnya letaknya di Jawa, tetapi di Kamboja. Akan lebih diterima apabila
agama kotor itu ditafsirkan sebagai agama yang sudah lama ada sebelum
masuknya pengaruh India ke Indonesia. Penamaan agama kotor disebabkan
ketidaktahuan Fa-hsien akan adanya sistem dan kehidupan keagamaan asli
Indonesia pada masa itu, yang dapat dipastikan masih dianut oleh sebagian
terbesar penduduk Tārumanāgara.
“Dulu kali (yang bernama) – Candrabhāga telah digali oleh maharaja yang
mulia dan yang mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Pūrnnawarmman) untuk
mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termasyhur. Di
dalam tahun kedua puluh dua dari takhta Yang Mulia Raja Pūrnnawarmman yang
berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala
raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair
jernih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman
Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Pūrnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada
hari baik, tanggal 8 paro-petang bulan phālguna dan disudahi pada hari tanggal ke 13
paro-terang bulan Caitra ,jadi hanya 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6122
tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1.000 ekor sapi yang
dihadiahkan”
“Menurut prasasti Tugu, ayah Pūrnawarman berkedudukan sebagai
rājādhirāja guru dan telah menggali terusan Candrabhāga, sedangkan
Pūrnawarman sendiri menggali terusan Gomati. Hadiah yang diberikan oleh
Pūrnawarman berupa seribu ekor sapi menunjukkan adanya hubungan erat dengan
kepercayaaan Weda” (Moens, 1940: 80).
12
2. Prasasti Ciaruteun
ini (bekas) dua kaki, yang seperti dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia
Sang Pūrnawarman, raja di negeri Tāruma, raja yang gagah berani di dunia.
Terjemahan:
Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin
manusia yang tiada taranya – yang termasyhur Śri Pūrnnawarmman – yang
sekali waktu (memerintah) di Tāruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=
varmman) tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak
kakinya, yang senantiasa berhasil menggempurkan kota-kota musuh, hormat
kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-
musuhnya.
Pada prasasti ini Pūrnawarman disamakan dengan Indra yang selain
dikenal sebagai dewa perang, namun juga memiliki sifat-sifat dewa matahari. Dari
semua berita itu jelas bahwa kepercayaan di daerah Jawa Barat pada zaman
Tārumanāgara sangat erat hubungannya denga kepercayaaan Weda.
Candi ini ditemukan tahun 1984 di daerah Batujaya dengan temuan lain
berupa unur (bukit, gundunkan tanah) dengan struktur batu bata, ada yang berupa
candi dan kolam. Candi ini hanya batur saja yang bagian permukaan atas batu
bergelombang bagi empat sisi, kemungkinan hal ini menggambarkan bunga
padma. Sedangkan di bagian tengah membentuk lingkaran yang dimungkinkan
sebagai dasar stupa. Diperkirakan candi ini berlatar belakang agama Buddha.
17
3. Candi Blandongan
Hal yang menarik dari unur Blandongan atau Canid Blandongan ialah ada
sisa-sisa wajralepa (pelapis dari bahan kapur/ stucco). Temuan lainnya ialah tablet
tanah liat berelief Buddha yang terletak di bawah tangga. Beberapa tablet dari
Blandongan ada yang bergores seperti tulisan, namun belum dapat terbaca.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kerajaan tertua di Jawa, kerajaan Tārumanāgara berkembang
dengan budaya yang ada sebelum mendapat pengaruh dari luar. Namun setelah
mendapat pengaruh dari India, maka ada perkembangan pada masyarakatnya.
Begitu pula pada agama dan kepercayaan yang dianut penduduk Tārumanāgara.
Kebanyakan penduduknya beragama Hindu dan menganut kepercayaan dari
kebudayaan asli Tārumanāgara. Agama lain yang ditemukan ialah agama Buddha
dengan berbagai bukti temuan dan sumber berita yang memperkuat hal tersebut.
Berdasarkan isi transkrip Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, dan Prasasti
Jambu atau Koleangkak memuat informasi mengenai raja Pūrnawarman sebagai
pemeluk Hindu yang sering melakukan sedekah berkaitan dengan kepercayaan
Weda dan melakukan pemujaan terhadap dewa Mitra-Sūrya. Hal tersbeut
dibuktikan dengan beberapa temuan arkeologi peninggalan masa Kerajaan
Tārumanāgara, yakni Arca Rājarsi, Candi Jiwa, dan Candi Blandongan.
B. Saran
Sebelum mengaji tentang kehidupan keagamaan pada masyarakat
Kerajaan Tārumanāgara, maka peneliti maupun pembaca harus memiliki
pemahaman mengenai local genius dan kehidupan masyarakat Nusantara sebelum
memasuki periodisasi masa Indonesia Kuno. Hal ini ditujukan agar peneliti
ataupun pembaca dapat mengkomparasikan, sekaligus menyimpulkan keagamaan
masyarakat pada masa Indonesia Kuno yang berbasis kehidupan kerajaan.
18
19
DAFTAR RUJUKAN
Groeneveldt, W.P., “Notes on the Malay Archipelago and Malaca compiled from
Chinese Sources”, VBG, 39, 1879 (cetak ulang: Historical Notes on
Indonesia and Malaya compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara,
1960.
Moens, J.L., “Crivijaya, Yāva en Katāha”, TBG, LXXVII, 1937, hlm.317-487
(terjemahan dalam bahasa Inggris oleh R.J. de Touchė, di dalam JMBRAS,
XVII, 1940), hlm. 1-108.
--------,“Was Pūrnawarman van Tāruma een Saura?”, TBG, LXXX, 1940, hlm.
78-109.
Poesponegoro, Notosusanto, Soejono, & R.Z. Leirissa. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia II. Zaman Kuno. Jakarta:Balai Pustaka.
Sumadio, Bambang. 1990. Jaman Kuna. Dalam Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai
Pustaka.
Widyastuti, Endang. 2013.Penguasaan Kerajaan Tarumanagara Terhadap
Kawasan Hulu Ci Sadane. Purbawidya, (Online), 2 (2): 142-150,
(http://purbawidya.com/wp-content/uploads/2014/11/222.pdf) , diakses 15
Februari 2017.
Widyosiswoyo, Supartono. 1992. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia
I. Klaten: PT Intan Pariwara.