Anda di halaman 1dari 5

METODE PENGUKURAN DALAM FISIKA

KESALAHAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG


DALAM PERHITUNGAN

NAMA : MOHAMMAD RAIHAN GHANY

NIM : 205090301111010

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
Pada tugas kali ini saya akan mencoba untuk menganalis kecelakaan yang sering terjadi pada
pembalap MOTO-GP. Sebelum ke pembahasan, kita tau hal yang menarik dari sebuah MOTO-GP dari
balapan-balapan lainnya adalah cornering. Cornering sudah menjadi hal yang wajib ada pada MOTO-GP
dan tidak mungkin lepas dari balapan paling popular untuk roda dua tersebut. Mengapa begitu?
Dikarenakan pembalap tidak ingin membuang waktu dan ingin menjadi yang tercepat saat balapan maka
harus memanfaatkan kecepatan dan tidak boleh membuang waktu untuk memperlambat motor mereka
saat tikungan. Maka ada cara yang lebih efisien dengan memiringkan motor dan badan sehingga
pembalap bisa belok dengan kecepatan tinggi tanpa harus terpental keluar arena trek balapan.

Ada ilmu dasar fisika yang dipakai dalam kondisi cornering tersebut, sepeti gerak rotasi, gaya
berat, gaya sentripetal dan gaya gesek. Jika kita ambil satu kasus jatuh nya seorang pembalap:

Sebelumnya untuk melakukan sebuah cornering, ada gaya gaya yang berlaku terhadap pembalap dan
motornya, yaitu :

Pada sumbu vertical kita dapatkan

ΣF = ma

Ncosα – w = ma

Karena dalam arah vertikal tidak terjadi gerak, maka percepatan sama dengan nol (a = 0) sehingga

Ncosα – w = 0

Ncosα = w
mg
N=
cosα
Pada sumbu horizontal

ada gaya gesek statis fs . Karena gaya gesek ini bekerja pada arah radial (berhimpit dengan jari-jari
lintasan) dan menuju pusat lingkaran, oleh karena itu, supaya motor tidak slip saat melewati tikungan
maka kelajuan mobil tidak boleh menghasilkan gaya sentripetal yang lebih besar daripada nilai gaya
gesekan maksimumnya. Dengan kata lain, gaya gesekan maksimum membatasi kelajuan maksimum
motor. Kelajuan maksimum ini diperoleh dengan menggunakan Hukum II Newton pada gerak melingkar
sebagai berikut.

ΣFs = ma

fs = ma

μsNsina = ma

v2
a=
R
maka

v2
μsN sinα =m
R

pada sumbu vertical, motor harus memiliki weight distribution yang baik agar gaya berat motor dan
pembalap bisa sama dan seimbang.
Pada detik itu motor sudah dalam keadaan yang tidak seimbang dimana berarti gaya Normal yang
berlaku tidak sama atau dengan gaya berat yang ada. Untuk mengetahui gaya berat cukup mudah
dengan mencari berat motor dan berat dari pembalap

Diketahui

Mmotor = 157 kg

Mpembalap(daniel pedrosa) = 51 kg

Maka

Wtotal=Wmotor + Wpembalap
Wtotal=157.9,8+51.9,8
Wtotal=1538,6+ 499,8
Wtotal=2038,4 N

Sedangkan untuk mencari gaya Normal dibutuhkan derajat kemiringan motor yaitu sudut antara motor
dengan jalan menggunakan rumus gaya Normal tadi

Namun difoto ini kita bisa melihat faktor kecelakaan


1. lihat bahwa ban depan dari pembalap terlalu belok sehingga sisi ban samping pun kehilangan
cengkramannya terhadap aspal dan membuat motor menjadi slip dan terjatuh

2. difoto kedua, sudah dilihat bahwa kaki pembalap turun dan difoto ketiga kaki pembalap terlihat
sedang ingin menahan dan berusaha menyeimbangi motor namun posisi duduk dari pembalap
jelas berubah yang berarti pendistibusian berat berpindah dari posisi awal dan sedikit tergeser
sehingga gaya berat menjadi tidak seimbang

Dari kecelakaan ini saya menyimpulkan bahwa pembalap terjatuh sebelum ingin belok dan tergelincir
tepat saat ingin belok. Jadi kecepatan maksimal dan kemiringan saat belok tidak terlalu berarti pada
kecelakaan ini karena kecelakaan ini terjadi atas kelalaian dari pembalap yang terlalu miring dalam
membelokan stang motor sehingga grip ban depan bagian belakang menjadi tidak ada membuat motor
tergelincir.

Anda mungkin juga menyukai