Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASKEP COLITIS

DOSEN :

Ns. Ni Luh Desyani, S.Kep

Oleh Kelompok 4:

1. Intan Umar 711440119060


2. Kimberly Kaligis 711440119070
3. Natalya Purwanto 711440119074
4. Miracle Pinaria 711440119072
5. Ni Luh Puspina Sari 711440119076
6. Putri Nanono 711440119082

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

MANADO TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa
merupakan penyakit radang non spesifikkolon yg umumnya berlangsung lama disertai masa
remisi dan eksaserbasi yg berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum
merupakan tanda dan gejala yg penting. Frekuensi penyakit paling banyak antara 20-40
tahun, dan menyeang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativ adalah
sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun .

Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus di
keluarkan,absorpsi air,elktrolit,dan asam empedu absorpsi terhadap air dan elektrolit
terutama di lakukan di kolon sebelah kanan,yaitu di coecum dan kolon ansenden,dan
sebagian kecil di bagikan kolon lainnya.begtu juga beberapah macam obat-obat yang di
berikan per rektal dapat di lakukan absorpsi,umumnya dalam bentuk suppositoria. Kolon
yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorpsi 2,5 liter air,403 mEq NA dan 462 mEq
CI. Sebaliknya kolon mengeluarkan sekresi 45 mEq K dan 259 mEq bikarbonat.

Peradangan kolon akut dapat di sebabkan oleh sejumlah agen infeksi yaitu virus,
bakteri, atau parasit. Manifestasi klinik infeksi ini adalah demam, sakit kejang abdomen
bagian bawah, dan diare yang dapat berdarah. Pada kasus yang berat darah secara kasar dapat
di temukan feses, dan gambaran klinik dan sigmoidoskopi dapat menyerupai kolitis ulserativa
akut. Sel-sel radang akut terdapat pada infeksi shigella atau salmonella, kolitis amoeba akut ,
atau kolitis ulserativa idiopatik; sel-sel ini tidak terdapat pada gastroenteritis virus atau diare
yang disebabkan oleh enteroksin

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tetang asuhan keperawatan pada klien
dengan kolitis.

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan kolitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kolitis ulseratif adalah kondisi kronis yg tidak diketahui penyebabnya biasanya mulai
pada rektum dan bagian distal kolon dan mungkin menyebar keatas dan melibatkan sigmoid
dan kolon desenden atau seluruh kolon. Ini biasanya hilang timbul (akut eksaserbasi denga
remisi panjang), tetapi beberapa individu ( 30%-40%) mengalami gejala terus menerus.

Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh
virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disbabkan
gagguan aliran darah ke daerah kolon yg dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit
autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit cohm. Kolitis
limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yg ditutupi sel-sel
lingfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia aibat radiasi dengan
barium enema yg merusak lapisan mukosa kolon, dikenal denga kolitis kemikal.

B. Faktor Resiko

Faktor resiko yg mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori blum dibedakan
menjadi 4 faktor, yaitu : faktor biologi, falktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor perilaku.

 Faktor biologi : jenis kelamin : wanita beresiko lebih besar dibandig laki-laki. Usia :
15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun, genetik/familial : riwayat keluarga dengan
kolotis
 Faktor lingkungan : lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yg kurang baik. Nutrisi
yg buruk
 Faktor perilaku : kegemukan (obesitas). Merokok. Stress atau emosi. Pemakaian
laksatif yg berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol,
kafein, kacang, popcorn, makan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini.
Keterlambatan dalam mencari pengobatan, tidak melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan.
 Faktor pelayanan ksehatan : minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya
sarana dan prasarana yg memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi.
Kekeliuran dalam diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yg adekuat dalam
proses skrining awal penyakit.

C. Etiologi

Kolitis bisa menjalar kebelakang sehingga menyebabkan proktis. Penyebab dari kolitis ada
beberapa macam antara lain :
Infeksi trichuris fulpis, ancylostoma sp. Entamoeba histolytica, balantidium coli, giardia spp,
trichomonas spp, salmonella spp, klostridium spp, campylobacter spp, yersinia enterolitica,
escherichia coli, prototheca, histoplasma capsulatum, dan phycomycosis.

a. Faktor familial/genetik

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan
orang cina, dan insidensinya meningkt ( 3-6 kali lipat) pada orang yahudi dibandingkan
dengan orang non-yahudi. Hal ini menunjukan bahwa ada predisposisi genetik terhadap
perkembangan penyakit ini

Trauma : benda asing, material yg bersifat abrasif.

Alergi : protein dari pakan atau bisa juga dari protein bakteri.

Polyps rektokolon

Intususepsi ileokolon

Inflamasi : lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic

Neoplasia : lymphosarcoma, adenocarcinoma

Syndrom iritasi usus besar (irritablebowel syndrom)

b. Klasifikasi

Berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebgaia berikut :

Kolitis infeksi, misalnya: shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis


pseudomenbran, kolitis karena virus/bakteri/parasit

Kolitis non-infeksi misalnya : kolitis ulseratif, penyakit crohn’s kolitis radiasi, kolitis
iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).

c. Patofisiologi

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yg lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memili
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinjah yang
berdarah dan berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoit,tinja mungkin normal atau
kering dan keras tetapi selama atau di antara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir
yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih.
Gejala umum berupa demam,di saringan atau malah tidak muncul jika penyakit menyebar ke
usus besar, lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.

Penderita sering mengalami keram perut yang berat,kejang pada rektum yang terasa
nyerih, di sertai keinginan untuk buang air besar yang sangat.pada malam haripun gejala ini
tidak berkurang.tinja tampak encer dan mengandung nanah,darah dan lendir. Yang paling
sering di temukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

Penderita bisa demam,nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.

Tinja tampak encer dan mengandung nanah,darah dan lendi. Yang paling sering di temukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

Penderita bisa demam,nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.

Tinja tampak encer dan mengandung nanah,darah dan lendi. Yang paling sering di temukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

Penderita bisa demam,nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.


Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan kolon dan
rektum penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia,termasuk orang keturunan yahudi.
Puncak insidens adalah pada usia 30-50thn. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius,di sertai
dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi, akhirnya 10% sampai 15%
pasien mengalami karsinomakolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan di karakter ristikan


dengan adanya ulserasi multipel,inflamasi menyebar,dan deskuamasi atau pengelupasan
epitelium kolonik perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi.

d. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala kolitis ulserativa pada awalnya adalah berubapa buang air besar yang
lebih sering gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare
berdarah.pasien juga dapa mengalami:

 Anemia
 Fatigue/kelelahan
 Berat badan menurun
 Hilangnya napsu makan
 Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
 Lesi kulit dan mata
 Nyeri sendi
 Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
 Buang air besar beberapa kali dalam sehari(10-20 kali sehari)
 Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
 Perdarahan rektum (anus)
 Rasa tidak enak di bagian perut
 Mendadak perut terasa mulas
 Kram perut
 Sakit pada persendihan
 Rasa sakit yang hilang timbul pada rektum
 Anoreksia
 Hipokalsemia

Pemeriksaa Penunjang

 Gambaran radiolodi
 Foto polos abdomen
 Barium enema
 Ultrasonografi (USG)
 CT-scan dan MRI
 Pemeriksaan endoskopi

Pemeriksaan Diagnostik

o Contoh feses (pemeriksaan dilakukan dalam diagnosa awal dan selama penyakit) :
terutama mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme khususnya entomoeba
histolytica.
o Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hipermia, dan inflamasi ( akibat
infeksi sekunder mukosa dan submukosa) area itu menurun fungsinya dan perdarahan
karena nekrosis dan ulkus terjadi pda 35% bagian ini.
o Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma.
Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yg disebut
abses lpisan bawah.
o Enema bartum,dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun
jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi
eksasorbasi.
o Kolonoskopi : mengindentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan
obstruksi usus.
o Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah. Masa protomlain: memanjang
pada kasus berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan kekurangan vitamin K
o ESR: meningkat karena beratnya penyakit trombosit dapat terjadi karena proses
penyakir inflamasi
o Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat
Komplikasi

Perdarahan, merupakan komplikasi yg sering menyebabkan anemia karena


kekurangan zat besi. Pada 10% penderita. Seangan pertama sering menjadi berat. Dengan
perdarahan yg hebat, perforasi atau penyebaran infeksi.

Kolitis toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus. Kerusakan ini
menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti, sehinggan isi usus
tidak terdorong di dalam salurannya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan
ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran.

Kanker konlon (kanker usus besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang
menderita kolitis ulserativ yg lama dan berat :

1. Fistula dan fisura abses rectal


2. Dialatasi toksik atau mengkolon
3. Perforasi usus
4. Karsinoma kolon

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KOLITIS


PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA

1. DATA BIOGRAFI

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN :

ALAMAT :

PEKERJAAN :

DATA DASAR PENGKAJIAN KLIEN

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala :

Kelemahan, kelelahan, malaise,cepat lelah

Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare

Merasa gelisah dan ansietas

Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit

2. Sirkulasi

Tanda :

Takikardia crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.

Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)

TD : hipotensi, termasuk postural

Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah, (dehidrasi/malnutrisi)

3. Integritas Ego

Gejala :

Ansietas, ketakutan, emosi, kesal,misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan

Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan, dan pengobatan yg


mahal
Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi yahudi

Tanda :

Menolak, perhatian menyempit, depresi

4. Eliminasi

gejala :

Tekstur feses berfariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair

Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30x defekasi/hari)

Perasaan dorongan/kram (temosmus) , defekasi berdarah atau pus/mukosa dengan atau tanpa
keluar feses

 Perdarahan per rectal


 Riwayat batu ginjal (dehidrasi)

Tanda :

Menurunnya bising usus tak ada peristoltik atau adaya peristoltik yg dapat dilihat.

Hemosoit, fisural anal (25%), fisura perianal

Oliguria

5. Makanan atau Cairan

Gejala :

Anoreksia, mual atau muntah

Penurunan berat badan

Tidak toleran yerhadap diet atau sensitif misalnya buah segar/sayur

Produk susu atau makanan berlemak

Tanda :

Penurunan lemak subkutan/massa otot

Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk

Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut


6. Higiene

Tanda :

Ketidak mampuan mempertahankan perawata diri

Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin

Bau badan

7. Nyeri/Kenyamanan

Gejala :

Nyeri/tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi

Titik nyeri berpindah,nyeri tekan (arthritis)

Nyeri mata, fotopobhia (iritis)

Tanda :

Nyeri tekan abdomen/distensi

8. Keamanan

Gejala :

Riwayat luus eritomatous, anemia hemolitik, vaskulitik

Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)

Peningkatan usus 39,6 – 400c (eksoserbasi akut)

Penglihatan kabur

Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan


mempunyai efek inflamasi)

Tanda :

Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritoma nodusum ( meningkat ), nyeri,kemerahan dan
membengkak pada tangan, muka , plodeima ganggripnosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan
batas keunguan)

Ankilosa spondilitis

Uveitis,kongjutifitis atau iritis

9. Seksualitas
Gejala : frekuensi menurun atau menghindari aktifitas seksual

10. interaksi sosial

Gejala :

Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi

Ketidakmampuan aktif daam sosial

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare,kram abdomen, respons pembedahan.


2. Risiki ketidak seimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.
3. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
intake makanan yg kurang adekuat

C. INTERVENSI DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit,


respons pembedahan.

Tujuan : dalam waktu 3x24jam pasca beda , nyeri berkurang atau beradaptasi

Kriteria evaluasi : - secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi.

-skala nyeri 0-1 (0-4)

-TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan dan nonfarmakologi lainnya telah
nonninvasif menunjukkan keefetifan dalam mengurangi
nyeri titik

Lakukan manajemen nyeri keperawatan, Pendekatan PQRST dapat secara


meliputi : komprefensif menggali kondisi nyeri pasien.
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST P : penyebab nyeri dapat diakibatkan oleh
respons diare, kram abdomen, dan sembelit
atau kerusakan jaringan pasca bedah.
Q : kualitas nyeri seperti tumpul, kram, dan
mules.
R : arena nyeri pada abdemoen bawah kiri
S : pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4)
T : nyeri bertambah bila tidak bisa
melakukan BAB
Pemberian oksigen dilakukan untuk
Beri oksigen nasal apabila skala nyeri ≥3 (0- memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
4) pasien mengalami nyeri pascabeda yg dapat
mengganggu kondisi hemodinamik
Istrirahat diperlukan untuk menurunkan
peristaltik usus. Istirahat secara fisiologis
Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul dan melakukan BAB ditempt tidur akan
titik biasakan pasien untuk BAB ditempat menurunkan kebutuhan oksigen yg
tidur diperlukan untuk memenuhu kebutuhan
metabolisme basal pada aktivitas dan
menurunkan keletihan pasca nyeri
Pengaturan posisi semifouler dapat
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pasca bedah sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka pasca bedah
Memberikan respons vasodilatasi. Kompres
Atur podidi fisiologis ini hanya dilakukan pada pasien tanpa
pembedahan

Meningkatkan intake oksigen sehingga akan


menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
spina.
Beri kompres hangat abdomen
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
pada saat nyeri muncul Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat
Ajarkam teknik distraksi pada saat nyeri membantu menurunkan nyeri

Pengetahuan yg akan dirasakan membantu


Lakukan manajemen sentuhan mengurangi nyerinya dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab- Analgetik diberikan untuk membantu
sebab nyeri dan menghubungkan berapa menghambat stimulus nyeri kepusat
lama nhyeri akan berlangsu persepsi dikorteks selebri sehingga nyeri
dapat berkurang
Kolaborasi dengan tim medis untuk Penurunan respons diare dapat menurunkan
pemberian : stimulus nyeri
Analgetik via intravena

Anti diare

2. Riaiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugaan dengan intake
yg kurang adekuat
Tujuan : setelah 3x24 jampada pasien non bedah dan setalah 7x24jam pascabedah intake
nutrisi dapat optimal di laksanakan.

Kriteria evaluasi :

-pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yg tepat.

-keluhan mual dan mutah berkurang.

-secara subjektif melaporkan peningkatan nafus makan.

-berat badan pada hari ke 7 pasca bedah meningkat 0,5 kg.

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat
Pemberian nutrisi pada pasien dengan
toleransi individu enteritis regional bervariasi sesuai dgn
kondisi klinik dan tingkat toleransi individu
2 Sajikan makanan dengan cara yg Membantu merangsang nafsu makan. Hal
menarik. ini dapat diberikan bila toleransi oral tidak
menjadi masalah pada pasien.
3 Fasilitas pasien memperoleh diet Diet diberikan pada pasien dengan gejala
rendah lemak. malabsorpsi akibat hilangnya fungsi
penyerapan permukaan mukosa khusus
penyerapan lemak
4 Fasilitis pasien memperoleh diet Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi
dengan kandungan serat tinggi. pasien dengan penyakit kolon karena fakta
bahwa serat diubah menjadi rantai pendek
asam lemak, yg menyediakan bahan bakar
untuk penyembuhan mukosa kolon.

5 Fasilitas pasien memperoleh diet Diet rendah serat biasanya diindikasikan


rendah serat pada gejala opdtruksi. untuk pasien dengan gejala opstruksi.
6 Fasilitas umtuk pemberian nutrisi Nutrisi parenteral total (TPN) digunakan
parenteral total. bila gejala penyakit usus inflamasi
bertambah berat. Dengan TPN, perawat
dapat mempertahankan catatan akurat
tentang intek dan output cairan, serta berat
badan pasien setiap hari.
7 Pantau intek dan output, anjurkan Berguna dalam mengukur keefektifan
untuk timbang berat badan secara nutrisi dan dukungan cairan.
periodik (sekali seminggu).
8 Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan resiko
infeksi oral.
9 Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yg akan digunakan pasien. komposisi dan jenis makanan yg akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan
individu.
3. Aktual atau resiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan dari gastrointestinal, gangguan absorpsi usus
besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.

Tujuan : dalam waktu 1x24jam tidak terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria :

-pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.

-membran mukosa lembab, turgor kulit lembab, CRT>3 detik.

-laboratorium : elektrolit normal, analisis gas darah normal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji terhadap adanya tanda kekurangan Sebagai parameter dasar untuk pemberian
volume cairan : kulit dan membran mukosa intervensi terapi cairan atau pemenuhan
kering, penurunan turgor kulit, oliguria, hidrasi.
kelelahan, penurunan suhu, peningkatan
hematokrit, peningkatan berat jenis urine,
dan hipotensi
Intervensi pemenuhan cairan : Parameter dalam menentukan intervensi
Identifikasi faktor penyebab, awitan kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan
( onset ) , spesifikasi usia dan adanya usia anak atau lanjut usia memberikan
riwayat penyakit lain . tingkat keparahan dari kondisi ketidak
seimbangan cairan dan olektrolit
Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut,
Lakukan pemasangan IVFD. maka lakukan pemasangan IVFD.
Pemberian cairan intravena disesuaikan
dengan derajat dehidrasi. Pemberian 1-2 L
cairan ringer laktat dengan tetesan cepat
sebagai konpensasi awal hidrasi cairan
diberikan untuk menvegah syok
hipovolemik
Dokumentasi dengan akurat tentang asupan Sebagai evaluasi penting dari intervensi
dan haluaran cairan. hidrasi dan mencegah terjadinya over
hidrasi.
Bantu pasien apabila muntah.
Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak
untuk membantu menurunkan respon nyeri
dari muntah.
Intervensi pada penurunan kadar elektrolit : Untuk mendeteksi adanya kondisi
Evaluasi kadar elektrolit serum. hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari
Dokumentasikan perubahan klinik dan hilangnya elektrolit dan plasma.
laporkan dengan tim medis. Perubahan klinik seperti penurunan urine
output secara akut perlu diberi tahu kepada
tim medis untuk mendapatka intervensi
selanjutnya untuk menurunkan resiko
terjadinya asdosis metabolik.
Monitor khusus ketidak seimbangan Individu dapat dengan cepat mengalami
elektrolit pada lansia. dehidrasi dan menderita kadar kalium
rendah ( hipokalemia ) sebagai akibat diare.
Individu lansia yg menggunakan digitalis
harus waspada terhadap cepatnya dehidrasi
dan hipokalemia pada diare. Individu ini
juga diinstruksian untuk mengenali tanda-
tanda hipokalemia karena kadar kalium
rendah dapat memperberat kerja digitalis, yg
dapat menimbulkan toksisitas digitalis.
Kolaborasi dengan tim medis terapi Antimikroba diberikan sesuai dengan
farmakologis. pemeriksaan feses agar pemberian
Antimikroba. antimikroba dapat rasioanal diberikan dan
mencegah terjadinya resistensi obat/

Anti diare atau motilitas . Agen ini digunakan untuk menurunkan


frekuensi diare salah satu obat yg lazim
diberikan adalah loperamide (himodium).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung
lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor
yang berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun
dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan
dalam dinding usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat
makanan dan menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus,
dan perdarahan rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-
obatan dan dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan
cairan dan psikoterapi.

B. Saran

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh harapan. Oleh karena itu, masih perlu
kritik dan saran membangun serta bimbingan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai