Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL


JENIS SUNTIK DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN
PADA AKSEPTOR KB DI KLINIK
PRATAMA NIAR MEDAN
TAHUN 2018

ATIYA PRATIWI
P07524414007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL


JENIS SUNTIK DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN
PADA AKSEPTOR KB DI KLINIK
PRATAMA NIAR MEDAN
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

ATIYA PRATIWI
P07524414007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV
SKRIPSI, 23 JULI 2018

Atiya Pratiwi

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Dengan Kejadian Keputihan


Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

ix + 43 halaman, 5 tabel, 2 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi. Dalam penggunaan metode
kontrasepsi hormonal memiliki efek samping, diantaranya : perubahan pola menstruasi,
kenaikan berat badan, mual, hipertensi, sakit kepala, payudara terasa penuh dan
keputihan. Dalam pemakaian kontasepsi hormonal, keputihan meningkat sekitar 50%
dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering
timbul dengan kadar esterogen yang lebih tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontrasepsi hormonal
jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Tahun
2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Besar sampel adalah 30
akseptor KB suntik di Klinik Pratama Niar.
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, 18 responden mengalami
keputihan dan 12 responden tidak mengalami keputihan. Hasil uji Chi Square (ρ =
0,005<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Kinik
Pratama Niar Tahun 2018.
Diharapkan bagi bidan agar lebih meningkatkan konseling mengenai penggunaan
dan efek samping dari alat kontrasepsi hormonal suntik, dan menganjurkan untuk
menjaga kebersihan alat reproduksi agar terhindar dari kejadian keputihan.

Kata Kunci : kontrasepsi hormonal suntik, kejadian keputihan


Daftar Bacaan : 15 (2012-2017)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, 23 JULY 2018

Atiya Pratiwi

The Relation of Hormonal Injection Contraception with the Prevalance of Leucorrhoea


among the Acceptors at Niar Primary Clinic Medan 2018

ix + 43 pages, 5 tables, 2 pictures, 12 attachments

ABSTRACT

Hormonal contraception is one of the most effective and reversible contraceptive


methods to prevent pregnancy. The use of hormonal contraceptives has side effects,
including: changes in menstrual patterns, weight gain, nausea, hypertension, headaches,
filled-feeling of breasts and Leucorrhoea. The use of hormonal contraceptives increases
Leucorrhoea by 50%, due to a higher levels of estrogen it gave.
This study aimed to determine the relations of hormonal injection contraception with
the incidence of Leucorrhoea among its acceptors at Niar Primary clinic in 2018. This
study was an analytic study with a cross sectional approach. About 30 injection KB
acceptors at Niar Primary Clinic were taken as samples through total sampling technique.
Through the research it was found that 18 respondents experienced Leucorrhoea
and 12 respondents did not experience it. The Chi Square test results were (ρ = 0.005
<0.05). This study concluded that there was a relationship between the use of injectable
hormonal contraception and the incidence of Leucorrhoea among its acceptors at Niar
primary clinic in 2018.
Midwives are expected to increase counseling about the use and the side effects of
hormonal injection contraceptives, and encourage mothers to maintain the cleanliness of
reproductive organs to avoid Leucorrhoea.

Keywords: injectable hormonal contraception, hemorrhagic events


Reference: 15 (2012-2017)
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Proposal Skripsi ini telah terselesaikan tepat pada
waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh
ujian akhir Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018
dengan judul yaitu “ Hubungan Pemakaian Kontrasespsi Hormonal Jenis Suntik Dengan
Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 “.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang tulus kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Program Pendidikan D-IV 0 Tahun Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan dan selaku dosen Pembimbing
Akademik saya yang sudah banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
4. Suswati, SST, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan,
kritik, dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Efendi Sianturi, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah memberikan kritikan
serta saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
kritikan serta saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Klinik Pratama Niar selaku Pembimbing Klinik yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian ini.
8. Hormat dan sembah sujud saya kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Rudi
Herawanto dan ibunda tersayang Siti Suryani yang telah membesarkan, membimbing
dan mengasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang yang selalu menjadi sumber
inspirasi dan motivasi dan juga telah memberikan dukungan moril dan material
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Saudara dan sahabat tersayang yang selalu membantu dan memberi dukungan
dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan dorongan moril terhadap pembuatan
skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari teknis
penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya skripsi ini. Semoga dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.

Medan, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
C.1 Tujuan Umum ............................................................................. 4
C.2 Tujuan Khusus............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
D.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 5
D.2 Manfaat Praktik........................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7


B. KerangkaTeori................................................................................... 28
C. Kerangka Konsep.............................................................................. 28
D. Definisi Operasional .......................................................................... 29
E. Hipotesis ........................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 31

A. Jenis dan Desain Penelitian .............................................................. 31


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 31
B.1 Lokasi Penelitian......................................................................... 31
B.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 31
C.1 Populasi...................................................................................... 31
C.2 Sampel ....................................................................................... 32
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data................................................... 32
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ........................................ 32
F. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 32
G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 33
H. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 34
H.1 Pengolahan Data ........................................................................ 34
H.2 Analisis Data............................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 36

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 36


B. Pembahasan ..................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 42

A. Kesimpulan ....................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional .................................................................... 29
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Akseptor KB Suntik
Menurut Umur dan Pekerjaan di Klinik Pratama Niar Medan
Tahun 2018 ................................................................................ 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018....................... 37
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan pada Akseptor KB
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018....................... 37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada
Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 ............. 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................ 28


Gambar 2.2 Kerangka Konsep.................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Bimbingan


Lampiran 2 Surat Survei Tempat Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Survei Tempat Penelitian
Lampiran 4 Lembar Informed Consent
Lampiran 5 Lembar Kuesioner
Lampiran 6 Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 7 Surat Balasan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 8 Ethical Clearance
Lampiran 9 Print Out Olah Data SPSS
Lampiran 10 Master Tabel Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
dengan Kejadian Keputihan di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.
Lampiran 11 Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
Lampiran 12 Pernyataan Bukan Plagiat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 21,5 % pertahun hingga 2,49


% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi). Indonesia
menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan
kelahiran 5.000.000 per tahun.(Manuaba, 2013). Pemikiran untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk sudah timbul sejak lama, Plato (427-347) mengemukakan bahwa
sebaiknya pranata sosial dan pemerintahan direncanakan keseimbangan antara
kebutuhan dan jumlah penduduknya. Malthus (1766-1834) mengeluarkan sebuah buku
yang berjudul An Eassy on the Principle of Population (1798) yang prinsipnya
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk laksana deret ukur sedangkan kemampuan
alam dalam memenuhi kebutuhan manusia laksana deret hitung. Ini menunjukkan betapa
terbatasnya sumber daya alam yang pada saatnya tidak akan dapat memenuhi
kebutuhan manusia yang pertumbuhannya sangat cepat. (Handayani, 2017).
Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara
bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana. Keluarga sebagai unit
terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga” atau zero population growth
(pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur
panjang sejak 1970 dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan
angka kelahiran dengan bermakna.(Manuaba,2013). Keluarga Berencana (KB) adalah
suatu upaya yang dilakukan manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam
keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan
keluarga. (Maritalia, 2014).
Menurut WHO (World Health Organisation), Keluarga Berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan/direncanakan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan
dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga
Berencana (KB) atau Family Planning/Planned Parenthood adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
(Maritalia, 2014).
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi. Metode kontrasepsi hormonal dibagi
menjadi 3 yaitu : metode kontrasepsi pil, metode kontrasepsi suntik, dan metode
kontrasepsi implant. (Handayani, 2017). Dalam penggunaan metode kontrasepsi
hormonal memiliki efek samping, diantaranya : perubahan pola menstruasi, kenaikan
berat badan, mual, hipertensi, sakit kepala, peyudara terasa penuh dan keputihan.
(Hapsari,dkk, 2012).
Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016,
jumlah PUS di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 48.536.690 orang. Peserta KB baru
pada tahun 2016 sebanyak 6.663.156 orang (13,73 %), dengan persentase sebagai
berikut : peserta Kondom sebanyak 318.625 orang (4,78 %), peserta Pil sebanyak
1.544.079 orang (23,17 %), peserta Suntik sebanyak 3.433.666 orang (51,53 %), peserta
IUD sebanyak 481.564 orang (7,23 % ), peserta Implan sebanyak 757.926 orang (11,37
%), peserta MOW sebanyak 115.531 orang (1,73 %) dan peserta MOP sebanyak 11.765
orang (0,18 %). Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2016, peserta KB aktif sebanyak 36.306.662 orang (74,80 %), dengan persentase
sebagai berikut : peserta Kondom sebanyak 1.171.509 orang (3,23 %), peserta Pil
sebanyak 8.280.823 orang (22,81 %), peserta Suntik sebanyak 17.414.144 orang (47,96
%), peserta IUD sebanyak 3.852.561 orang (10,61 %), peserta Implan sebanyak
4.067.699 orang (11,20 %), peserta MOW sebanyak 1.285.991 orang (3,54 %) dan
peserta MOP sebanyak 233.935 orang (0,64 %).
Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia Provinsi
Sumatera Utara tahun 2016, jumlah PUS Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016
sebanyak 2.284.821 orang. Peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak 350.481 orang
(15,34 %), dengan persentase sebagai berikut : peserta Kondom sebanyak 40.032 orang
(10,97 %), peserta Pil sebanyak 100.581 orang (27,57 %), peserta Suntik sebanyak
119.723 orang (32,81 %), peserta IUD sebanyak 19.930 orang (5,46 % ), peserta Implan
sebanyak 56.952 orang (15,61 %), peserta MOW sebanyak 11.087 orang (3,03 %) dan
peserta MOP sebanyak 2.176 orang (0,59 %). Berdasarkan Data dan Informasi
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia Provinsi Sumatera Utara tahun 2016, peserta KB
aktif sebanyak 1.636.590 orang (71,63 %), dengan persentase sebagai berikut : peserta
Kondom sebanyak 131.663 orang (8,04 %), peserta Pil sebanyak 476.069 orang (29,09
%), peserta Suntik sebanyak 502.528 orang (30,71 %), peserta IUD sebanyak 165.489
orang (10,11 %), peserta Implan sebanyak 231.586 orang (14,15 %), peserta MOW
sebanyak 113.746 orang (6,95 %) dan peserta MOP sebanyak 15.509 orang (0,95 %).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, jumlah
PUS Kota Medan pada tahun 2012 sebanyak 326.606 orang. Peserta KB baru pada
tahun 2012 sebanyak 46.751 orang (14,31 %), dengan persentase sebagai berikut :
peserta Kondom sebanyak 4.292 orang (9,18 %), peserta Pil sebanyak 13.380 orang
(28,62 %), peserta Suntik sebanyak 17.513 orang (37,46 %), peserta IUD sebanyak
3.360 orang (7,19 % ), peserta Implan sebanyak 3.122 orang (6,68 %), peserta MOW
sebanyak 2.197 orang (4,70 %) dan peserta MOP sebanyak 2887 orang (6,18 %).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, peserta KB aktif
sebanyak 221.063 orang (67,68 %), dengan persentase sebagai berikut : peserta
Kondom sebanyak 13.127 orang (5,94 %), peserta Pil sebanyak 69.404 orang (31,40 %),
peserta Suntik sebanyak 77.711 orang (35,15 %), peserta IUD sebanyak 29.245 orang
(13,2 %), peserta Implan sebanyak 16.025 orang (7,25 %), peserta MOW sebanyak
13.414 orang (6,07 %) dan peserta MOP sebanyak 2137 orang (0,97%).
Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan yang keluar dari vagina bukan merupakan
darah. (Sibagariang, dkk, 2013). Penyebab keputihan salah satunya disebabkan karena
penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam pemakaian kontasepsi
hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan bukan pemakai
kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul dengan kadar esterogen yang lebih
tinggi. Alat genetalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjadi
kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara
3,8-4,2, sebagian besar 95% adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah
bakteri patogen. Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun maka bakteri
Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan
lingkungan pada vagina asam mengakibatkan Candida albicans dapat tumbuh dengan
subur di area vagina. (Syahlani, dkk, 2013).
Penelitian Syahlani, dkk (2013), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
penggunaan kontrasepsi hormonal dan pengetahuan ibu tentang perawatan organ
reproduksi dengan kejadian keputihan, didapatkan sebagian besar responden yang
menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami keputihan sebanyak 87 orang (88,77 %).
Menurut penelitian Purbowati (2015), menyimpulkan ada pengaruh penggunaan IUD
terhadap kejadian keputihan, didapatkan 41 responden dari 54 sampel mengalami
keputihan.Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh masyarakat terutama pada wanita usia subur yang sudah menikah,
karena masing-masing dari jenis kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan praktik lapangan, penulis sering
menemukan kasus keputihan pada akseptor KB, dan akan diangkat menjadi sebuah
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ” Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama
Niar Medan Tahun 2018 “.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian
keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi
hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar
Medan Tahun 2018.

C.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian
keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.
2. Mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan
kejadian keputihan di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kejadian keputihan
dalam pemakaian alat kontrasepsi hormonal jenis suntik. Untuk peneliti selanjutnya dapat
dijadikan tambahan informasi bagi yang akan meneliti tentang pengaruh yang ditimbulkan
dari pemakaian kontrasepsi jenis hormonal.

D.2. Manfaat Praktik


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan
pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor
KB dan dapat dimanfaatkan petugas klinikuntuk meningkatkan kegiatan penyuluhan
mengenai program keluarga berencana dan pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan
aman untuk digunakan oleh masyarakat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Dengan
Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB yang hampir serupa dengan penelitian ini:
1. Ahmad Syahlani, Dwi Sogi Sri Redjeki, Rini (2013) “Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal dan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Organ Reproduksi
dengan Kejadian Keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin”.Jenis penelitian ini adalah analitik.Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik Accidental Sampling.Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan ibu tentang cara perawatan organ reproduksi
dengan kejadian keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Kota
Banjarmasin dengan tingkat keyakinan (α) 0,01 didapatkan angka ρ = 0,000 maka ρ
≤ α. Persamaan dengan penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian dan pada
variabel penelitian yaitu keputihan (variabel terikat). Perbedaan dengan penelitian
tersebut terletak pada variabel bebas, waktu penelitian, tempat penelitian dan tehnik
pengambilan sampel.
2. Mustika Ratnaningsih Purbowati, Dyah Retnani Basuki (2015) “Pengaruh
Penggunaan IUD Terhadap Penyakit Keputihan di Puskesmas Kebasan Kabupaten
Banyumas”. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random
sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh IUD terhadap
penyakit keputihan di Puskesmas Kebasan Kabupaten Banyumas dengan hasil ρ
value 0,002 < 0,05 dengan nilai r = 0,630. Persamaan dengan penelitian tersebut
terletak pada jenis penelitian. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada
variabel penelitian, tempat penelitian, waktu penelitiandan teknik pengambilan
sampel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

A.1. Keluarga Berencana

A.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee keluarga berencana


adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang sangat diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Suratun,dkk, 2013).
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Handayani, 2017).
Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga
yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga
akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi. (Suratun,dkk,
2013).
Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan,
memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif oleh karena itu, program KB memiliki posisi strategis dalam upaya
pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia
perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan ketahanan dan peningkatan
kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera, sehingga memungkinkan program dan gerakan KB diposisikan sebagai bagian
penting dari strategi pembangunan ekonomi. Apabila program KB tidak berhasil akan
berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti : pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan sektor lainnya. Program KB merupakan program yang mendunia, hal ini
sejalan dengan hasil kesepakatan Internasional Conference On Population and
Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo Mesir tahun 1994, serta hasil
kesepakatan pertemuan ICPD di Den Haag tahun 1999, yang menegaskan bahwa
program KB disepakati untuk diperluas dan dikembangkan menjadi program kesehatan
reproduksi. ICPD tahun 1994 yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi
didefinisikan sebagai keadaan sehat fisik, mental, sosial dan ekonomi baik secara
menyeluruh dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi meliputi fungsi
dan prosesnya. Tujuan yang ingin dicapai, bukan lagi hanya bertumpu pada aspek
demografis (kuantitatif), tetapi lebih ditekankan pada peningkatan kualitas hidup individu
(kualitatif). Hak-hak reproduksi sebagai bagian integral dari HAM, pencegahan kekerasan
seks, kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan, peningkatan peran
pria dalam keluarga, kesehatan reproduksi remaja, pengentasan kemiskinan, dan
keterjangkauan terhadap pelayanan yang berkualitas untuk mendapat porsi yang lebih
besar. Untuk itu pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi perlu diberikan bukan
hanya kepada kaum perempuan, tetapi juga kepada pria, remaja dan tokoh masyarakat.
(Suratun,dkk, 2013).
Di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, dan Keputusan
Presiden Nomor 103 tahun 2001, yang menyatakan bahwa sebagian kewenangan bidang
Keluarga Berencana diserahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini
memberikan konsekuensi logis terhadap pengadaan alat dan obat kontrasepsi sebagai
prasyarat kesinambungan program KB di daerah sepatutnya menjadi sebuah program
prioritas dan menjadi dasar dalam pengembangan program-program pembangunan
lainnya, mengingat program KB secara umum memiliki daya ungkit terhadap berbagai
sektor pembangunan nasional. (Suratun,dkk, 2013).

A.1.2. Sejarah Program Keluarga Berencana


Kesadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai sejak bumi
dihuni oleh ratusan juta manusia. Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan
pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil
sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766-1834) mengatakan pada zaman industri sedang berkembang manusia
jangan terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan tekhnologi mereka akan
dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur,
sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya
berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia akan sulit
untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam yang sangat terbatas.
(Handayani, 2017).
Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada
awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950
yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger, tahun 1883-1966
merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program Birth
Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan Nasional Birth Control (NBC) dan pada
tahun 1921 diadakan American NBC Conference I. Hasil konferensi tersebut yaitu
didirikannya American Birth Control League dan Margaret Sanger sebagai ketuanya.
(Suratun,dkk, 2013).
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal. Dalam
pertemuan tersebut disepakati untk menetapkan konsep Primary Health Care yang
memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya
penerimaan keluarga berencana, dan meningkatkan pelayanan rujukan. (Handayani,
2017).
Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut, tujuan,
ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap
pencegahan kelahiran. Pada tahun 50-an dan 60-an tujuan KB ialah menjarangkan
kehamilan dan pasangan mandul mendapatkan anak, masalah kependudukan tidak
disinggung. Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN (Lembaga Keluarga
Berencana Nasional) melalui logo KB yaitu 4 anak ; 2 wanita dan 2 laki-laki. Di dalam
Program Pembangunan Nasional tahap I (Pelita I, periode 1969/70-1973/74) KB
disatukan dengan program kesehatan. Target demografis cukup sederhana, yaitu
mencakup jumlah akseptor 3 juta dalam 5 tahun. Dengan asumsi 600-700 ribu kelahiran
dapat dicegah, khususnya di daerah yang padat penduduk yaitu pulau Jawa dan Bali.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong pemerintah untuk meluaskna
Program ke 10 Propinsi di Pulau Jawa, untuk itu pada Pelita II sasaran dicanangkan
menjangkau luar pulau Jawa dan Bali I. Pada Pelita III program di perluas ke seluruh
Indonesia, kelompok propinsi terakhir disebut luar Jawa Bali II. (Suratun, 2013).
Sejak Pelita III dampak demografis dari Program KB memperhatikan target penurunan
tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50% dari 44 pada
tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 1990. Sedangkan pada Pelita V Program KB Nasional
mencanangkan gerakan KB Nasional, yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan
mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan
dan membudayakan NKKBS. (Suratun, 2013).
Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang ditujukan terutama untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi oleh Undang-undang No 10 tahun
1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Ini berarti bahwa tahapan yang
akan dilaksanakan merupakan tahap pembinaan yang semakin teknis dalam mewujudkan
keluarga sejahtera dan berkualitas. Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Soeharto
mencanangkan gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga. Strategi dengan
pendekatan kemasyarakatan dan wilayah paripurna yang bersifat aktif dan offensif untuk
gerakan KB yang makin mandiri. Dengan demikian komitmen dari pemerintah dan tenag
kesehatan yang terkait dengan pelayanan kontrasepsi mengguanakan pendekatan mutu
dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan dan strategi yang digunakan selalu berupaya memuaskan pelanggan sehingga
sekarang program KB bukan semata-mata kepentingan pemerintah melainkan sudah
menjadi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dan calon akseptor sudah lebih memahami
keuntungan dan manfaat penggunaan kontrasepsi. Sistem pelayanan yang diterapkan
sekarang adalah sistem cafeteria dimana masyarakat sudah mampu memilih sendiri cara
kontrasepsi apa yang terbaik dan cocok untuknya. Petugas kesehatan memberikan KIE
(Keluarga Informasi Edukasi) atau konseling dan pengambilan keputusan adalah
pasangan suami istri. (Suratun, 2013).

A.1.3. Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang berujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, 2017).

A.2. Kontrasepsi Hormonal

A.2.1. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel sperma laki-laki mencapai
dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi) atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi
(zygot) untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Untuk dapat
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif yang disebut metode
kontrasepsi.
Kontrasepsi dapat reversible (non permanen) atau irreversible (permanen).
Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat
tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk hamil lagi.
Metode kontrasepsi permanen atau sterilisasiadalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan karena melibatkan tindakan pembedahan pada organ
reproduksi.
Berdasarkan cara kerjanya, metode kontrasepsi dapat digolongkan menjadi metode
penghalang (barrier), mekanik, hormonal dan fisiologis atau metode kontrasepsi alami.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pasangan suami istri dalam memilih metode
kontrasepsi, diantaranya : efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping,
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar, biaya,
agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, frekuensi bersenggama,
kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping dalam hal laktasi serta efek dari
kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali
abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
(Maritalia, 2014).

A.2.2. Kontrasepsi Hormonal


Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897
ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi.
Fellmer pada tahun 1912 mempelajari pengaruh korpus luteum terhadap payudara dan
uterus. Moore dan Price mengetahui fungsi kelenjar hipofisis dan estrogen serta
progesteron dapat memberikan rangsangan balik. Corquodale, Thayer dan Doisy antara
tahun 1930 dan 1936 mengisolasi estrogen dan progesteron.
Laboratorium Syntex pada tahun 1956 menemukan progesteron sintesis dengan
nama Norethisterone. Pada tahun 1960 Rock, Pincus dan Gracia mencoba progesteron
sebagai kontrasepsi oral dengan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1936, Goldzieher
membuat pil KB oral sekuensial. Pada perkembangan dan percobaan selanjutnya telah
dibuat berbagai pil KB dengan tujuan meningkatkan efektivitas, mengurangi efek
samping, dan meminimalkan keluhan peserta KB.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah mempelajari bahwa
estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses
ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
follicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikel de
Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran hormone
luteinzing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai
uterus–endometrium yang belum siap untuk meneria implantasi. (Manuaba, 2013).

A.2.3. Cara Kerja Kontrasepsi Hormonal


1. Menekan Ovulasi
Kandungan hormon dalam kontrasepsi hormonal akan menggantikan produksi
normal estrogen progesterone oleh ovarium dengan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal sehingga juga menekan releasing faktor di otak dan
FSH dan LH di hipofisis anterior. Dengan tekanan produksi FSH dan LH ini maka
tidak akan terjadi pematangan sel telur dalam ovarium atau tidak ada ovulasi. Maka
apbila tidak ada telur yang masak hamper dipastikan tidak akan terjadi konsepsi atau
pertemuan sel telur dengan sperma, bila tidak terjadi konsepsi maka dipastikan tidak
akan tejadi kehamilan.
2. Memengaruhi Transportasi Sperma di Bagian Tuba Fallopi
Di dalam tuba fallopi terjadi pengurangan kontraktilitas atau motilitas lapisan otot
tuba dan perlambatan transportasi ovum. Apabila selama menggunakan kontrasepsi
hormonal tetapi tetap tejadi ovulasi maka ovum tersebut akan mengalami gangguan
pada waktu melewati tuba fallopi untuk dapat bertemu dengan sel sperma, sehingga
tidak terjadi konsepsi yang pada akhirnya tidak terjadi kehamilan. Hal ini bias terjadi
kemungkinan disebabkan oleh semakin lama sperma untuk dapat melalui tuba
fallopi, maka akan semakin lemah sperma tersebut dan tidak mampu melakukan
konsepsi. Karena untuk dapat terjadi konsepsi dibutuhkan motilitas dan sperma yang
kuat untuk menembus ovum. Maka apabila sperma sudah lemah, kekuatannya untuk
membuahi juga berkurang.
3. Mengganggu Endometrium Sehingga Memengaruhi Implantasi
Apabila ada sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma, maka akan mengalami
gangguan dalam implantasi di endometrium karena endometrium menjadi tipis dan
tidak siap untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya hasil konsepsi. Endometrium
yang bagus untuk tumbuhnya hasil konsepsi yaitu apabila endometrium tebal dan
banyak mengandung pembuluh darah serta glikogen yang digunakan sebagai
sumber nutrisi bagi hasil konsepsi. Pada kontrasepsi hormonal ini, endometrium tipis
bahkan bisa terjadi atrofi sehingga tidak cukup bagus sebagai tempat yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan hasil konsepsi. Meskipun ada konsepsi tetapi bila
tidak cukup mendapat makanan yang baik, hasil konsepsi pun akan lemah dan
akhirnya akan dikeluarkan.
4. Mengentalkan Lendir Serviks
Dengan mengentalnya lendir serviks ini maka akan menghambat perjalanan
sperma masuk ke dalam rahim, sehingga sperma tidak mampu menembus ovum.
Karena sperma tidak mampu menembus ovum maka tidak akan terjadi konsepsi.
Manfaat lain dari mengentalnya lendir serviks ini juga mencegah bakteri penyebab
Penyakit Radang Panggul (endometritis dan pelvioperitonitis). (Winarsih, 2017)

A.3. Kontrasepsi Suntik

A.3.1. Suntik Kombinasi (1 Bulan)

1. Pengertian
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap
bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuscular sebagai usaha pencegahan
kehamilan berupa hormon progesteron dan esterogen pada wanita usia subur.
Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu
menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkemabangan dan kematangan folikel
de graaf tidak terjadi.

2. Jenis KB Suntik 1 Bulan


Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroxy Progesterone Acetate dan 5 mg
Estradiol Sipionat yang diberikan melalui injeksi IM (intramuscular) sebulan sekali
(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan melalui injeksi IM sebulan sekali.

3. Cara kerja KB Suntik 1 Bulan


a. Menekan ovulasi.
b. Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga sulit ditembus spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi.
d. Menghambat transport ovum dalam tuba fallopi.
4. Efektifitas KB Suntik 1 Bulan
KB suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.

5. Keuntungan KB Suntik 1 Bulan


a. Risiko terhadap kesehatan kecil.
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
d. Jangka panjang.
e. Efek samping sangat kecil.
f.Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Pemberian aman, efektif dan relatif mudah.

6. Kerugian KB Suntik 1 Bulan


a. Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak atau
spooting, perdarahan sampai sepuluh hari.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga.
c. Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa
mengganggu (keputihan).
d. Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan, karena pasien harus
kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang.
e. Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-
obatan epilepsi (feniton dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).
f. Dapat terjadi perubahan berat badan.
g. Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
h. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS),
hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.
i. Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah penghentian pemakaian KB
suntik 1 bulan.

7. Indikasi pemakaian KB Suntik 1 Bulan


a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak atau pun belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
e. Pescapersalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

8. Kontraindikasi pemakaian KB Suntik 1 Bulan


a. Hamil atau di duga hamil.
b. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
c. Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Penyakit hati akut (virus
hepatitis).
d. Umur > 35 tahun yang merokok.
e. Ibu mempunyai riwayat kelainan tromoboemboli atau dengan kencing manis > 20
tahun.
f. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala ringan atau migrain.
g. Keganasan pada payudara.

9. Waktu mulai menggunakan KB Suntik 1 Bulan


a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari.
c. Bila ibu tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual
selama 7 hari, atau menggunakan kondom selama 7 hari dari suntikan pertama.
d. Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal dipastikan tidak hamil.
e. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
f. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, ibu tidak boleh diberikan suntik
kombinasi.
g. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi.
h. Ibu pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan dalam waktu 7 hari.
i. Ibu yang sedang menggunakn metode kotrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi boleh diberikan tanpa
menunggu haid, asalkan kontrasepsi yang sebelumnya digunakan secara benar
dan tepat. Suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi
sebelumnya. Bila ragu ibu harus di uji kehamilannya terlebih dahulu.
j. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera
diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tanpa perlu
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode
kontrasepsi lain tidak perlu digunakan.

10. Cara Penggunaan KB Suntik 1 Bulan


Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap bulan, di suntik secara intramuscular.
Suntikan ulang dapat diberikan 2 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi
gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah
ditentukan, asalkan ibu diyakini tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari
saja.

11. Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai bagi Pengguna KB Suntik 1 Bulan


a. Nyeri dada yang hebat atau nafas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di
paru atau serangan jantung.
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi atau migrain.
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
tungkai.
d. Jika tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

A.3.2. Suntik Progestin (3 Bulan)


1. Pengertian
Suntik 3 bulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara intra
muscular setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik merupakan metode
kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas
atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif
lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana.

2. Jenis KB Suntik 3 Bulan


a. DMPA (Depo medroxy progesterone acetate) atau Depo Provera yang diberikan
tiap tiga bulan dengan dosis 150 mg yang disuntik secara IM.
b. Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200 mg Nore-tindron
Enantat.

3. Cara kerja KB Suntik 3 Bulan


a. Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing
factor dan hipotalamus.
b. Leher serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui
serviks uteri.
c. Menghambat implantasi ovum dalam endometrium.

4. Efektifitas KB Suntik 3 Bulan


Efektifitas keluarga berencana suntuk 3 bulan sangat tinggi, angka kegagalan
kurang dari 1%. World Health Organization (WHO) telah melakukan penelitian pada
DMPA (Depo medroxy progesterone acetate) dengan dosis standart dengan angka
kegagalan 0,7%, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
ditentukan.

5. Keuntungan KB Suntik 3 Bulan


a. Efiktifitas tinggi.
b. Sederhana pemakaiannya.
c. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam setahun).
d. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
e. Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan pembekuan darah dan
jantung karena tidak mengandung hormon estrogen.
f. Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta beberapa
penyebab penyakit akibat radang panggul.
6. Kekurangan KB Suntik 3 Bulan
a. Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid pada setiap
bulan selama menjadi akseptor keluarga berencana suntik 3 bulan berturut-turut.
Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor
mengikuti keluarga berencana suntik. Metroragia yaitu perdarahan yang
berlebihan di luar masa haid. Menoragia yaitu datangnya darah haid yang
berlebihan jumlahnya.
b. Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau tidak bila
digunakan dalam jangka panjang.
c. Berat badan yang bertambah 2,3 kg pada tahun pertama dan meningkat 7,5 kg
selama enam tahun.
d. Pusing dan sakit kepala.
e. Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat
perdarahan bawah kulit.
f. Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa
mengganggu (keputihan).

7. Indikasi KB Suntik 3 Bulan


a. Ibu usia reproduksi ( 20-35 tahun ).
b. Ibu pasca persalinan.
c. Ibu pasca keguguran.
d. Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
e. Nulipara dan yang telah mempunyai anak banyak serta belum bersedia untuk KB
tubektomi.
f. Ibu yang sering lupa menggunakan KB pil.
g. Anemia defisiensi besi.
h. Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi.
i. Ibu yang sedang menyusui.

8. Kontraindikasi KB Suntik 3 Bulan


a. Ibu hamil atau dicurigai hamil.
b. Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
c. Diabetes mellitus yang disertai konplikasi.
d. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

9. Waktu mulai menggunakan KB Suntik 3 Bulan


a. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid dan pasien tidak
hamil. Pasien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau
penggunaan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
c. Jika pasien pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil.
d. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberikan.
e. Ibu pasca keguguran, suntikan progestin dapat diberikan.
f. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi hormonal progestin, selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan progestin dapat
segera diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu-ragu perlu dilakukan uji
kehamilan terlebih dahulu.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebt ingin
mengganti dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
h. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat
diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tanpa
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid metode
kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya IUD dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.
Cabut segera IUD. (Siti Mulyani, 2013).

A.4. Keputihan ( Fluor Albus )

A.4.1. Definisi

Fluor Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan
darah. Cairan putih yang keluar dari vagina yang disebabkan oleh jamur atau virus dan
menyebabkan rasa gatal di sekitar vagina.

Fluor albus terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus fisiologis ( normal ) dan fluor
albus patologis ( abnormal ).
1. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan fluor albus patologis
banyak mengandung leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ
yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan
maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan progesteron
akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari 10-16 siklus
menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang mengkonsumsi obat-
obat hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan
tidak menyebabkan rasa gatal.

2. Fluor Albus Patologis


Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi
akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas.
Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida Albikan, parasite
Tricomonas, E.Coli, Staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan
Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk
ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat
mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan
sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau
panas dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina.

A.4.2. Patogenesis
Leukorea atau fluor albus merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan
dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin
wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi sampai menopause. Fluor albus
merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti
jamur, parasite, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu,
yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh
estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina basa.
Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.
A.4.3. Etiologi
Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi
baru lahir sampai umur 10 hari menegeluarkan keputihan.
2. Pengaruh esterogen yang meningkat pada saat menarche.
3. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan
secret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau
vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeleuaran
transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan
atau koitus.
4. Adanya penigkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut Rahim masa ovulasi.
5. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.

Keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh :


1. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan
serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi, yakni :
a. Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah Kandida Albikan. Penyakit ini
disebut juga Kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan
biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan
gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat
PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa factor
predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, yaitu :
1). Pemakai obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama
2). Kehamilan
3). Kontrasepsi hormonal
4). Kelainan endokrin seperti diabetes mellitus
5). Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis
6). Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak
menyerap keringat.
Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lendir
yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama
pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu
senggama. Pada pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah (eristem) dan
sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan yang berwarna
putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung melengket di dinding vagina. Pada
pria kelainan yang timbul adalah balanopostitis (radang pada glans penis dan
prepusium).

b. Bakteri
1). Gonokokus
Penyakit ini disebut dengan Generhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri
Neisseria Gonorhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang berpasangan disebut
diplokokus dalam sitoplasma sel. Gonokokus yang purulent mempunyai silia yang
dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga,
bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menimbulkan
reaksi radang. Gejala yanh ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna
kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun senggama.
2). Klamidia Trakomatis
Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit
menular seksual. Klamidia adalah organisme intraselular obligat, pada manusia
bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk
mukosa serviks. Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang
pelvis, kehamilan di luar kandungan dan infertilitas. Gejala utama yang ditemukan
adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
3). Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel
epitel vagina membentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan
diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis
yang ditimbulkan ialah fluor albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak
nyaman di perut bagian bawah.
4). Treponema Pallidum
Penyebab penyakit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina.
Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5). Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas vaginalis,
berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat.
Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan jalan
koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas
biasanya parasit ini terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah
fluor albus yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta
terasa gatal dan panas.
6). Virus
Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal.

2. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan


Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.

3. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri
dapat merangsang secret vagina berlebihan.

4. Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami
peradangan sehingga menimbulkan keputihan.

5. Kanker
Leukorea ditemukan padaneoplasma junak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat
genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada
hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk
disertai darah tak segar.

6. Fisik
Tampon, trauma dan IUD.

7. Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan
sela akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal
karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
A.4.4. Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda, yaitu :
1. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
2. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak
sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di
vagina.
3. Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul.
4. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat berhubungan sekual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
5. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh
erosi pada mulut rahim.
6. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati, kemungkinan
adanya sel-sel kanker pada serviks.

A.4.5. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan
dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazole untuk mengatsi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krim yang
dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputuhan
yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan
seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam
pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskulitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti
pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan sperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
(Sibagariang,dkk, 2013).
B. Kerangka Teori

Penyebab Keputihan :

1. Fisiologis (rangsangan saat koitus,


pengaruh estrogen yang meningkat pada
menarche, pengaruh sisa estrogen dari
plasenta)
2. Patologis (infeksi, kelainan alat kelamin,
benda asing, neoplasma jinak, kanker, fisik,
menopause)

Kontras a. KB suntik
1 Bulan Kejadian
epsi b. KB suntik
3 Bulan Keputihan
Hormonal

Jenis Suntik

Jenis-jenis
Keputihan :
: Diteliti 1. Fisiologis
2. Patologis

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

C. Kerangka Konsep

Variable Independent Variabel Dependent

Kontrasepsi Kejadian

Hormonal Jenis Suntik Keputihan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


D. Definisi Operasional
Tabel 2.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skala Ukur


Operasional Penilaian
1. Kontrasepsi Kontrasepsi Lembar 1: Nominal
hormonal suntik adalah Kuesioner Akseptor
jenis suntik salah satu KB suntik 1
(independent) metode untuk bulan.
menjarangkan
kehamilan 0:
dengan Akseptor
pemberian KB suntik 3
suntikan bulan.
secara
intramuskular
setiap satu
bulan atau
tiga bulan.
2. Kejadian Keputihan Lembar 1: Nominal
Keputihan adalah cairan Kuesioner Keputihan.
(dependent) yang keluar 0 : Tidak
dari vagina keputihan.
tetapi tidak
berbentuk
darah.
Keputihan
ada dua
macam yaitu
keputihan
fisiologis dan
keputihan
patologis.
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi
hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB suntik di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
studi cross sectional. Metode analitik adalah metode yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko (faktor yang mengakibatkan terjadinya
efek/pengaruh) maupun faktor efek (suatu akibat dari adanya faktor risiko) (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa apakah ada hubungan pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontrasepsi
hormonal jenis suntik, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian keputihan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

B.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan terhadap akseptor KB suntik di Klinik Pratama Niar Medan
Tahun 2018.

B.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juni Tahun 2018 di
Klinik Pratama Niar.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
akseptor KB suntik yang datang pada bulan Januari di Klinik Pratama Niar Medan
berjumlah 30 orang.
C.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling atau sampel
jenuh dimana keseluruhan populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 30 orang.
Kriteria inklusi :
a. Akseptor KB yang memakai KB suntik baik 1 bulan maupun 3 bulan.
b. Dapat berkomunikasi dan membaca dengan baik.
c. Bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria eksklusi :
a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
b. Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
c. Tidak berlaku untuk kunjungan pertama

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada sasaran penelitian yang berkaitan
atau berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi jenis suntik dan kejadian keputihan
pada responden. Menurut waktu pengumpulan data, maka pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara Cross Sectional, yaitu data yang diukur atau dikumpulkan secara
simultan (dalam waktu yang bersamaan). (Notoatmodjo, 2012)

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian


Alat ukur/instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
tentang identitas, pengetahuan responden tentang kontrasepsi jenis suntik dan kejadian
keputihan yang ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi jenis suntik.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas


Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan di ukur (Notoatmodjo, 2012). Reliabilitas
adalah dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengumpulan itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap masalah yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

G. Prosedur Penelitian
1. Tahap I penyajian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat penelitian yang akan dilaksanakan mulai dari survey pengambilan data.
2. Tahap II penarikan sampel
Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan yaitu akseptor KB
hormonal jenis suntik.
3. Tahap III pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data skunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan
data skunder didapat dari data di klinik tempat penelitian dilakukan. Jenis data primer
meliputi lama dan jenis penggunaan KB suntik dan keputihan. Kuesioner tersebut
disebarkan pada responden yang sebelumnya meminta kesedian calon rseponden,
kemudian menjelaskan cara mengisi kuesioner dan menunggu sampai responden
menyelesaikan pengisian kuesioner, responden boleh bertanya apabila pertanyaan
belum dipahami.
4. Tahap IV pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, kemudian di masukkan ke dalam komputer dan dianalisis
dengan menggunakan bantuan program pengolahan data pada komputer.
5. Tahap V penarikan kesimpulan
Hasil dari analisis komputer di tarik kesimpulan.

H. Pengolahan dan Analisis Data

H.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul saat dilakukan penelitian dilakuakn pengolahan data
melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Editing
Editing adalah tahap awal pengolahan data. Kegiatan pada tahap ini dalah
melakukan pengecekan terhadap kelengkapan isi jawaban kuesioner.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan. Kegunaannya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data.
3. Processing
Processing merupakan kegiatan memasukkan data ke komputer untuk analisis .
4. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di masukkan apakah salah atau
tidak.
H.2 Analisis Data
Analisis data merupakan data yang telah berkumpul telah diolah dengan bantuan
program pengolah data pada komputer.

Adapun analisis data yang di gunakan antara lain :


Analisis Univariate
Analisis univariate merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilakan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel.

Analisis Bivariate
Analisis bivariate merupakan analisis yang di lakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi yang meliputi pemakaian kontrasepsi hormonal
jenis suntik pada akseptor KB terhadap kejadian keputihan dengan menggunakan uji
statistik Chi square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dengan kriteria :
1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1. Analisis Data Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi


Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama
Niar Medan Tahun 2018” berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh diuraikan sebagai
berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Akseptor KB Suntik Menurut Umur dan
Pekerjaan di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

No Karateristik Jumlah (f) Persentase (%)


1. Umur Akseptor
< 20 tahun 5 16,6
20-35 tahun 21 70
> 35 tahun 4 13,3
Jumlah 30 100
2. Pekerjaan
Tidak Bekerja 20 66,7
Bekerja 10 33,3
Jumlah 30 100

Pada tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas berumur 20-35 tahun yaitu 21 orang (70 %). Dari tabel diatas diketahui bahwa
dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik, mayoritas tidak bekerja yaitu 20 orang
(66,7%).

KB Hormonal Suntik
Jenis KB hormonal suntik yang digunakan akseptor di Klinik Pratama Niar Medan
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

No Jenis KB Hormonal Suntik Jumlah Persentase (%)


1. 1 Bulan 19 63,3
2. 3 Bulan 11 36,7
Jumlah 30 100

Pada tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas memilih jenis KB suntik 1 bulan yaitu 19 orang (63,3%).

Kejadian Keputihan
Kejadian keputihan pada akseptor KB suntik di Klinik Pratama Niar Medan diuraikan
sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan pada Akseptor KB
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

No Kejadian Keputihan Jumlah Persentase (%)


1. Ya 18 60.0
2. Tidak 12 40.0
Jumlah 30 100

Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas mengalami keputihan yaitu 18 orang (60,0%).

A.2. Analisis Data Bivariat


Analisis data bivariat untuk mengetahui distribusi hubungan pemakaian kontrasepsi
hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama
Niar Medan Tahun 2018 diuraikan sebagai berikut :
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian
Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018

KB Kejadian Keputihan
Jumlah ρ
Hormonal Ya Tidak
Suntik N % N % N %
1 bulan 15 78,9 4 21,1 19 100,0
3 bulan 3 27,3 8 72,7 11 100,0 0.005
Jumlah 18 60,0 2 40,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari 19 orang dengan suntik hormonal 1 bulan,
mayoritas mengalami keputihan sebanyak 15 orang (78,9%). Dari 11 orang akseptor KB
suntik 3 bulan, mayoritas tidak mengalami keputihan sebanyak 8 orang (72,7%).
Hasil uji Chi-square menyatakan Ho ditolak jika probabilitas < 0,05. Hasil analisa
dengan uji Chi-square diperoleh df = 1,dan nilai p value (p = 0,005< 0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018.

B. Pembahasan

Karateristik Responden

Hasil dari pengumpulan data mengenai karateristik responden berdasarkan umur


dijelaskan bahwa kelompok umur rata-rata 20-35 tahun, sedangkan umur terendah 19
tahun dan umur tertinggi 40 tahun, menurut penelitian (Sari, 2015) dimana kelompok
umur tersebut merupakan kelompok Pasangan Usia Subur (PUS) 15-49 tahun yang
merupakan sasaran langsung untuk mewujudkan Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). Hasil penelitian Sari (2015) menyatakan bahwa ada hubungan
antara umur terhadap kejadian kandidiasis vaginalis (keputihan) dan kelompok yang
beresiko adalah kelompok umur 16-35 tahun. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi
vagina yang disebabkan oleh Candida sp. Terutama C.albicans, infeksi Candida terjadi
karena perubahan kondisi vagina, hal ini sama dengan kejadian keputihan yang
disebabkan oleh suatu kondisi dimana cairan yang berlebihan keluar dari vagina,
penyebabnya jamur candida albicans (Shadine, 2012).
Hasil dari pengumpulan data mengenai karateristik responden berdasarkan
pekerjaan, responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 20 orang (66,7 %).
Pekerjaan akseptor KB mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Hal ini terkait dengan
jumlah penghasilan yang diterima oleh akseptor setiap bulannya. Penghasilan berkaitan
dengan kemungkinan perhitungan biaya penggunaan alat kontrasepsi hormonal suntik
yang lebih murah dibandingkan dengan pemasangan kontrasepsi non hormonal. Menurut
penelitian (Sari,2015), pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, dan banyak tantangan, sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga bekerja bagi para
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Hasil dari pengumpulan data mengenai jenis KB suntik yang dipilih responden,
mayoritas memilih KB suntik 1 bulan yaitu 19 orang (63,3%), pemilihan KB ini
dikarenakan masih banyak pasangan usia muda yang ingin menambah jumlah anak dan
beberapa ada yang sedang menyusui. Perlu diketahui bahwa akseptor KB suntik 1 bulan
lebih sedikit beresiko terjadi amenorrhea dibandingkan dengan KB suntik 3 bulan,
sehingga akseptor akan tetap mengalami menstruasi dan aktivitas ovulasi di rahim
berlangsung dengan normal serta KB suntik 1 bulan aman untuk para ibu yang
memberikan ASI. (Mulyani,2013).
Hasil dari pengumpulan data mengenai kejadian keputihan pada responden akseptor
KB suntik, mayoritas mengalami keputihan yaitu 18 orang (60,0%), hal ini dikarenakan
penggunaan kontrasepsi hormonal suntik, pil dan implant dapat menyebabkan keputihan
karena kadar estrogen dan progesteron yang dikandung oleh kontrasepsi hormonal
tersebut.

Analisis Bivariat

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian


Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi.Penggunaan kontrasepsi hormonal
juga dipengaruhi oleh kecocokan atau tidak bagi tubuh ibu, sebab setiap kontrasepsi
yang dipakai tentunya mempunyai efek samping bagi setiap ibu, yang mana efek
samping tersebut dapat dirasakan akseptor baik atau tidak dengan kondisi
kesehatannya.
Hasil analisis bivariat diketahui dari 19 orang akseptor KB dengan suntik hormonal 1
bulan, paling banyak mengalami kejadian keputihan sebanyak 15 orang (78,9%) dan
paling sedikit yang tidak mengalami keputihan yaitu 4 orang (21,1%). Dari 11 orang
akseptor KB suntik 3 bulan, paling banyak tidak mengalami keputihan sebanyak 8 orang
(72,7%) dan paling sedikit yang mengalami keputihan 3 orang (27,3%).
Hasil analisa dengan uji Chi-square diketahui nilai p value (p = 0,005< 0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018. Keputihan yang terjadi pada akseptor KB suntik dapat
disebabkan karena ibu kurang menjaga kebersihan alat kelamin dan pakaian yang
digunakan, hal ini sesuai dengan pendapat BKKBN (2012) yaitu penyebab dari keputihan
adalah karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina akseptor KB, sehingga
jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
Menurut penelitian (Syahlani,dkk, 2013) penyebab keputihan salah satunya
disebabkan karena penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam
pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan
bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul dengan kadar
esterogen yang lebih tinggi. Alat genetalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa
bakteri yang menjadi kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada
vagina berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar 95% adalah jenis bakteri Lactobacillus
dan selebihnya adalah bakteri pathogen. Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun
maka bakteri Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga
menyebabkan lingkungan pada vagina asam mengakibatkan Candida albicans dapat
tumbuh dengan subur di area vagina.
Untuk mengatasi keputihan maka dapat ditanggulangi dengan menjaga kebersihan
daerah kemaluan, memotivasi agar tetap memakai alat kontrasepsi suntikan.Namun bila
keputihan dirasa gatal, ada keluar cairan yang berwarna kuning atau kehijauan atau
berbau tidak sedap, dan keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan
dihentikan sementara.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama
Niar Medan Tahun 2018” maka dapat disimpulkan :

1. Akseptor KB hormonal mayoritas memilih suntik 1 bulan yaitu 19 orang (63,3%) dan
minoritas akseptor KB hormonal memilih jenis kb suntik 3 bulan yaitu 11 orang
(36,7%).
2. Dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik, mayoritas mengalami keputihan yaitu 18
orang (60,0%) dan yang tidak mengalami keputihan yaitu 12 orang (40,0%).
3. Hasil uji Chi-square diketahui nilai p-value = 0,005 < 0,05 terdapat hubungan yang
signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian
keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan (bidan)
Diharapkan agar bidan lebih meningkatkan konseling mengenai penggunaan dan
efek samping dari alat kontrasepsi hormonal, dan menganjurkan akseptor untuk
menjaga kebersihan alat reproduksi sehingga terhindar dari kejadian keputihan.

2. Bagi Akseptor KB Hormonal Suntik


Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang efek samping dari
penggunaan KB hormonal suntik dengan cara mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan, membaca buku, mencari di media informasi internet dan media-media
informasi lain sehingga dapat menanggulangi secara dini jika terjadi efek samping
pada penggunaan KB hormonal suntik serta cara menjaga kesehatan alat
reproduksinya, agar terhindar dari kejadian keputihan.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S. 2017. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Hapsari.R, dkk. 2012. Hubungan Jenis Keluarga Berencana (KB) Suntik dengan
Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik di Bidan Praktek Swasta (BPS)
Suhartini Karanganyar Kebumen ( diunduh 16 November 2017).

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta :
Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan


Indonesia2016.file:///E:/DATA%20SKRIPSI/Data%20dan%20Informasi%20Kesehat
an%20Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202016%20%20%20smaller%20size%2
0-%20web.pdf . ( diunduh 27 November 2017 ).

Manuaba, I.A, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Maritalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mulyani, N.S. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012file:///E:/DATA%20


SKRIPSI/02ProfilKesProv.SumateraUtara2012.pdf (diunduh 28 November 2017 ).

Purbowati, M. dan Basuki, D. 2015.Pengaruh Penggunaan IUD Terhadap Penyakit


Keputihan di Puskesmas Kebasan Kabupaten Banyuma. ( diunduh 9 Januari
2018).

Sari, H.F. 2015.Hubungan Penggunaan dan Lama Penggunaan Jenis Kontrasepsi


Hormonal dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor Keluarga Berencana di
Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. (diunduh 15 Januari 2018).

Suratun.et al. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: CV. Trans Info Media.
Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka Yogyakarta.

Syahlani, A, dkk. 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Pengetahuan


Ibu Tentang Perawatan Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin. ( diunduh 29 November 2017).

Winarsih, S. 2017. Memahami Kontrasepsi Hormonal Wanita.Yogyakarta : Trans Medika.


L
A
M
P
I
R
A
N
KLINIK PRATAMA NIAR

Jl. Balai Desa Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas
Kode Pos : 20148

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Surat Balasan Survei Tempat Penelitian
Kepada Yth :

Ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan
Di
Tempat

Sehubungan dengan surat saudara tanggal 17 Januari 2018 nomor KH.03.01/00.02/0064/


2018 tentang survei tempat penelitian Prodi D-IV Kebidanan dalam rangka penyusunan
skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan mahasiswa program studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan, atas nama mahasiswa :

Nama : ATIYA PRATIWI

NIM : P07524414007

Judul Penelitian : Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik dengan


Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratam Niar
Medan Tahun 2018.

Benar telah melakukan survei tempat penelitian di Klinik Pratama Niar Jl. Balai Desa
Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas. Demikian disampaikan
atas perhatiannya terimakasih.

Medan, 15 Februari 2018

Pimpinan Klinik

Juniarsih, Am.Keb
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

’’Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Dengan Kejadian


Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018”

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya akan
menanda tangani surat persetujuan penelitian.

Medan,......................... 2018
Hormat saya sebagai responden

( ................................................. )
DAFTAR PERTANYAAN

(Hubungan pemakaian alat kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan

kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun

2018)

Instruksi = Kuesioner ini membantu anda untuk mengenal pasti apakah anda mengalami

keputihan ( Fluor albus ) akibat penggunaan alat kontrasepsi hormonal jenis suntik. Isi

pertanyaan secara tepat, jujur dan lengkap. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.

Segala informasi yang telah anda berikan adalah rahasia.

Nama =

Umur =

Alamat =

Pekerjaan =

Isilah pertanyaan berikut :

(Berikan tanda cek ( √ ) pada jawaban anda)

1. Apakah anda mengikuti keluarga berencana ?

a) Sudah

Belum

2. Jenis alat kontrasepsi suntik apakah yang anda gunakan sekarang ?

a) 1 bulan 3 bulan
3. Sudah berapa lamakah anda menggunkannya ?

a) < 1 tahun

b) > 1 tahun

4. Apakah anda mengalami keputihan ?

a) Pernah

b) Tidak pernah

5. Kapan terjadinya keputihan tersebut ?

a) Ketika memakai alat kontrasepsi

b) Ketika sebelum atau selepas menstruasi

c) Ketika selepas melakukan olahraga yang berat

d) Ketika sedang lelah atau stress

6. Bagaimana keadaan keputihan yang keluar ?

a) Banyak

b) Tebal

c) Tipis

7. Apakah warna keputihan yang keluar ?

a) Jernih keputihan seperti air

b) Kekuningan

c) Putih keabu-abuan

8. Apakah bau dari keputihan tersebut ?

a) Bau ikan / amis

b) Tidak berbau
9. Apakah anda merasa gatal pada alat kelamin ?

a) Sering

b) Tidak pernah

10. Bagaimanakah sifat dari rasa gatal tersebut?

a) Sangat gatal

b) Tidak gatal
KLINIK PRATAMA NIAR

Jl. Balai Desa Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas
Kode Pos : 20148

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Surat Balasan Izin Penelitian
Kepada Yth :

Ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan
Di
Tempat

Sehubungan dengan surat saudara tanggal 14 Mei 2018 nomor LB.02.01/00.02/621.17/


2018 tentang izin melakukan penelitian Prodi D-IV Kebidanan dalam rangka penyusunan
skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan mahasiswa program studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan, atas nama mahasiswa :

Nama : ATIYA PRATIWI

NIM : P07524414007

Judul Penelitian : Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik dengan


Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratam Niar
Medan Tahun 2018.

Benar telah diizinkan melakukan penelitian di Klinik Pratama Niar Jl. Balai Desa Pasar
XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas. Demikian disampaikan atas
perhatiannya terimakasih.

Medan, 25 Mei 2018

Pimpinan Klinik

Juniarsih, Am.Keb
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Sivitas Akademik Poltekkes Kemenkes RI Medan, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Atiya Pratiwi

NIM : P07524414007

Program Studi : D-IV

Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non Exclusive Royalti-
Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Dengan Kejadian


Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Poltekkes Kemenkes RI Medan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 27 Agustus 2018

( Atiya Pratiwi )

P07524414007
PERNYATAAN

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL JENIS


SUNTIK DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN
PADA AKSEPTOR KB DI KLINIK
PRATAMA NIAR MEDAN
TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di
tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.

Medan, 27 Agustus 2018

Atiya Pratiwi

NIM. P07524414007

Anda mungkin juga menyukai