ATIYA PRATIWI
P07524414007
ATIYA PRATIWI
P07524414007
Atiya Pratiwi
ABSTRAK
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi. Dalam penggunaan metode
kontrasepsi hormonal memiliki efek samping, diantaranya : perubahan pola menstruasi,
kenaikan berat badan, mual, hipertensi, sakit kepala, payudara terasa penuh dan
keputihan. Dalam pemakaian kontasepsi hormonal, keputihan meningkat sekitar 50%
dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering
timbul dengan kadar esterogen yang lebih tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontrasepsi hormonal
jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Tahun
2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Besar sampel adalah 30
akseptor KB suntik di Klinik Pratama Niar.
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, 18 responden mengalami
keputihan dan 12 responden tidak mengalami keputihan. Hasil uji Chi Square (ρ =
0,005<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Kinik
Pratama Niar Tahun 2018.
Diharapkan bagi bidan agar lebih meningkatkan konseling mengenai penggunaan
dan efek samping dari alat kontrasepsi hormonal suntik, dan menganjurkan untuk
menjaga kebersihan alat reproduksi agar terhindar dari kejadian keputihan.
Atiya Pratiwi
ABSTRACT
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Proposal Skripsi ini telah terselesaikan tepat pada
waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh
ujian akhir Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018
dengan judul yaitu “ Hubungan Pemakaian Kontrasespsi Hormonal Jenis Suntik Dengan
Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 “.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang tulus kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Program Pendidikan D-IV 0 Tahun Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan dan selaku dosen Pembimbing
Akademik saya yang sudah banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
4. Suswati, SST, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan,
kritik, dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Efendi Sianturi, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah memberikan kritikan
serta saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
kritikan serta saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Klinik Pratama Niar selaku Pembimbing Klinik yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian ini.
8. Hormat dan sembah sujud saya kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Rudi
Herawanto dan ibunda tersayang Siti Suryani yang telah membesarkan, membimbing
dan mengasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang yang selalu menjadi sumber
inspirasi dan motivasi dan juga telah memberikan dukungan moril dan material
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Saudara dan sahabat tersayang yang selalu membantu dan memberi dukungan
dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan dorongan moril terhadap pembuatan
skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari teknis
penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya skripsi ini. Semoga dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
A. Kesimpulan ....................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional .................................................................... 29
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Akseptor KB Suntik
Menurut Umur dan Pekerjaan di Klinik Pratama Niar Medan
Tahun 2018 ................................................................................ 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018....................... 37
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan pada Akseptor KB
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018....................... 37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada
Akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 ............. 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian
keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018 ?
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi
hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar
Medan Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kejadian keputihan
dalam pemakaian alat kontrasepsi hormonal jenis suntik. Untuk peneliti selanjutnya dapat
dijadikan tambahan informasi bagi yang akan meneliti tentang pengaruh yang ditimbulkan
dari pemakaian kontrasepsi jenis hormonal.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel sperma laki-laki mencapai
dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi) atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi
(zygot) untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Untuk dapat
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif yang disebut metode
kontrasepsi.
Kontrasepsi dapat reversible (non permanen) atau irreversible (permanen).
Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat
tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk hamil lagi.
Metode kontrasepsi permanen atau sterilisasiadalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan karena melibatkan tindakan pembedahan pada organ
reproduksi.
Berdasarkan cara kerjanya, metode kontrasepsi dapat digolongkan menjadi metode
penghalang (barrier), mekanik, hormonal dan fisiologis atau metode kontrasepsi alami.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pasangan suami istri dalam memilih metode
kontrasepsi, diantaranya : efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping,
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar, biaya,
agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, frekuensi bersenggama,
kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping dalam hal laktasi serta efek dari
kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali
abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
(Maritalia, 2014).
1. Pengertian
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap
bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuscular sebagai usaha pencegahan
kehamilan berupa hormon progesteron dan esterogen pada wanita usia subur.
Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu
menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkemabangan dan kematangan folikel
de graaf tidak terjadi.
A.4.1. Definisi
Fluor Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan
darah. Cairan putih yang keluar dari vagina yang disebabkan oleh jamur atau virus dan
menyebabkan rasa gatal di sekitar vagina.
Fluor albus terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus fisiologis ( normal ) dan fluor
albus patologis ( abnormal ).
1. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan fluor albus patologis
banyak mengandung leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ
yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan
maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan progesteron
akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari 10-16 siklus
menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang mengkonsumsi obat-
obat hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan
tidak menyebabkan rasa gatal.
A.4.2. Patogenesis
Leukorea atau fluor albus merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan
dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin
wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi sampai menopause. Fluor albus
merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti
jamur, parasite, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu,
yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh
estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina basa.
Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.
A.4.3. Etiologi
Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi
baru lahir sampai umur 10 hari menegeluarkan keputihan.
2. Pengaruh esterogen yang meningkat pada saat menarche.
3. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan
secret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau
vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeleuaran
transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan
atau koitus.
4. Adanya penigkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut Rahim masa ovulasi.
5. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
b. Bakteri
1). Gonokokus
Penyakit ini disebut dengan Generhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri
Neisseria Gonorhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang berpasangan disebut
diplokokus dalam sitoplasma sel. Gonokokus yang purulent mempunyai silia yang
dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga,
bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menimbulkan
reaksi radang. Gejala yanh ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna
kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun senggama.
2). Klamidia Trakomatis
Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit
menular seksual. Klamidia adalah organisme intraselular obligat, pada manusia
bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk
mukosa serviks. Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang
pelvis, kehamilan di luar kandungan dan infertilitas. Gejala utama yang ditemukan
adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
3). Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel
epitel vagina membentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan
diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis
yang ditimbulkan ialah fluor albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak
nyaman di perut bagian bawah.
4). Treponema Pallidum
Penyebab penyakit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina.
Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5). Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas vaginalis,
berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat.
Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan jalan
koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas
biasanya parasit ini terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah
fluor albus yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta
terasa gatal dan panas.
6). Virus
Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal.
3. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri
dapat merangsang secret vagina berlebihan.
4. Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami
peradangan sehingga menimbulkan keputihan.
5. Kanker
Leukorea ditemukan padaneoplasma junak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat
genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada
hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk
disertai darah tak segar.
6. Fisik
Tampon, trauma dan IUD.
7. Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan
sela akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal
karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
A.4.4. Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda, yaitu :
1. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
2. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak
sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di
vagina.
3. Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul.
4. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat berhubungan sekual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
5. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh
erosi pada mulut rahim.
6. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati, kemungkinan
adanya sel-sel kanker pada serviks.
A.4.5. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan
dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazole untuk mengatsi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krim yang
dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputuhan
yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan
seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam
pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskulitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti
pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan sperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
(Sibagariang,dkk, 2013).
B. Kerangka Teori
Penyebab Keputihan :
Kontras a. KB suntik
1 Bulan Kejadian
epsi b. KB suntik
3 Bulan Keputihan
Hormonal
Jenis Suntik
Jenis-jenis
Keputihan :
: Diteliti 1. Fisiologis
2. Patologis
: Tidak diteliti
C. Kerangka Konsep
Kontrasepsi Kejadian
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
studi cross sectional. Metode analitik adalah metode yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko (faktor yang mengakibatkan terjadinya
efek/pengaruh) maupun faktor efek (suatu akibat dari adanya faktor risiko) (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa apakah ada hubungan pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontrasepsi
hormonal jenis suntik, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian keputihan.
C.1. Populasi
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap I penyajian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat penelitian yang akan dilaksanakan mulai dari survey pengambilan data.
2. Tahap II penarikan sampel
Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan yaitu akseptor KB
hormonal jenis suntik.
3. Tahap III pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data skunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan
data skunder didapat dari data di klinik tempat penelitian dilakukan. Jenis data primer
meliputi lama dan jenis penggunaan KB suntik dan keputihan. Kuesioner tersebut
disebarkan pada responden yang sebelumnya meminta kesedian calon rseponden,
kemudian menjelaskan cara mengisi kuesioner dan menunggu sampai responden
menyelesaikan pengisian kuesioner, responden boleh bertanya apabila pertanyaan
belum dipahami.
4. Tahap IV pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, kemudian di masukkan ke dalam komputer dan dianalisis
dengan menggunakan bantuan program pengolahan data pada komputer.
5. Tahap V penarikan kesimpulan
Hasil dari analisis komputer di tarik kesimpulan.
Data yang telah terkumpul saat dilakukan penelitian dilakuakn pengolahan data
melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Editing
Editing adalah tahap awal pengolahan data. Kegiatan pada tahap ini dalah
melakukan pengecekan terhadap kelengkapan isi jawaban kuesioner.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan. Kegunaannya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data.
3. Processing
Processing merupakan kegiatan memasukkan data ke komputer untuk analisis .
4. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di masukkan apakah salah atau
tidak.
H.2 Analisis Data
Analisis data merupakan data yang telah berkumpul telah diolah dengan bantuan
program pengolah data pada komputer.
Analisis Bivariate
Analisis bivariate merupakan analisis yang di lakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi yang meliputi pemakaian kontrasepsi hormonal
jenis suntik pada akseptor KB terhadap kejadian keputihan dengan menggunakan uji
statistik Chi square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dengan kriteria :
1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Akseptor KB Suntik Menurut Umur dan
Pekerjaan di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018
Pada tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas berumur 20-35 tahun yaitu 21 orang (70 %). Dari tabel diatas diketahui bahwa
dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik, mayoritas tidak bekerja yaitu 20 orang
(66,7%).
KB Hormonal Suntik
Jenis KB hormonal suntik yang digunakan akseptor di Klinik Pratama Niar Medan
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018
Pada tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas memilih jenis KB suntik 1 bulan yaitu 19 orang (63,3%).
Kejadian Keputihan
Kejadian keputihan pada akseptor KB suntik di Klinik Pratama Niar Medan diuraikan
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan pada Akseptor KB
Suntik di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018
Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik,
mayoritas mengalami keputihan yaitu 18 orang (60,0%).
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik
dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018
KB Kejadian Keputihan
Jumlah ρ
Hormonal Ya Tidak
Suntik N % N % N %
1 bulan 15 78,9 4 21,1 19 100,0
3 bulan 3 27,3 8 72,7 11 100,0 0.005
Jumlah 18 60,0 2 40,0 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari 19 orang dengan suntik hormonal 1 bulan,
mayoritas mengalami keputihan sebanyak 15 orang (78,9%). Dari 11 orang akseptor KB
suntik 3 bulan, mayoritas tidak mengalami keputihan sebanyak 8 orang (72,7%).
Hasil uji Chi-square menyatakan Ho ditolak jika probabilitas < 0,05. Hasil analisa
dengan uji Chi-square diperoleh df = 1,dan nilai p value (p = 0,005< 0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018.
B. Pembahasan
Karateristik Responden
Analisis Bivariat
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi.Penggunaan kontrasepsi hormonal
juga dipengaruhi oleh kecocokan atau tidak bagi tubuh ibu, sebab setiap kontrasepsi
yang dipakai tentunya mempunyai efek samping bagi setiap ibu, yang mana efek
samping tersebut dapat dirasakan akseptor baik atau tidak dengan kondisi
kesehatannya.
Hasil analisis bivariat diketahui dari 19 orang akseptor KB dengan suntik hormonal 1
bulan, paling banyak mengalami kejadian keputihan sebanyak 15 orang (78,9%) dan
paling sedikit yang tidak mengalami keputihan yaitu 4 orang (21,1%). Dari 11 orang
akseptor KB suntik 3 bulan, paling banyak tidak mengalami keputihan sebanyak 8 orang
(72,7%) dan paling sedikit yang mengalami keputihan 3 orang (27,3%).
Hasil analisa dengan uji Chi-square diketahui nilai p value (p = 0,005< 0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik
Pratama Niar Medan Tahun 2018. Keputihan yang terjadi pada akseptor KB suntik dapat
disebabkan karena ibu kurang menjaga kebersihan alat kelamin dan pakaian yang
digunakan, hal ini sesuai dengan pendapat BKKBN (2012) yaitu penyebab dari keputihan
adalah karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina akseptor KB, sehingga
jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
Menurut penelitian (Syahlani,dkk, 2013) penyebab keputihan salah satunya
disebabkan karena penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam
pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan
bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul dengan kadar
esterogen yang lebih tinggi. Alat genetalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa
bakteri yang menjadi kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada
vagina berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar 95% adalah jenis bakteri Lactobacillus
dan selebihnya adalah bakteri pathogen. Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun
maka bakteri Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga
menyebabkan lingkungan pada vagina asam mengakibatkan Candida albicans dapat
tumbuh dengan subur di area vagina.
Untuk mengatasi keputihan maka dapat ditanggulangi dengan menjaga kebersihan
daerah kemaluan, memotivasi agar tetap memakai alat kontrasepsi suntikan.Namun bila
keputihan dirasa gatal, ada keluar cairan yang berwarna kuning atau kehijauan atau
berbau tidak sedap, dan keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan
dihentikan sementara.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB di Klinik Pratama
Niar Medan Tahun 2018” maka dapat disimpulkan :
1. Akseptor KB hormonal mayoritas memilih suntik 1 bulan yaitu 19 orang (63,3%) dan
minoritas akseptor KB hormonal memilih jenis kb suntik 3 bulan yaitu 11 orang
(36,7%).
2. Dari 30 orang akseptor KB hormonal suntik, mayoritas mengalami keputihan yaitu 18
orang (60,0%) dan yang tidak mengalami keputihan yaitu 12 orang (40,0%).
3. Hasil uji Chi-square diketahui nilai p-value = 0,005 < 0,05 terdapat hubungan yang
signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian
keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2018.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan (bidan)
Diharapkan agar bidan lebih meningkatkan konseling mengenai penggunaan dan
efek samping dari alat kontrasepsi hormonal, dan menganjurkan akseptor untuk
menjaga kebersihan alat reproduksi sehingga terhindar dari kejadian keputihan.
Hapsari.R, dkk. 2012. Hubungan Jenis Keluarga Berencana (KB) Suntik dengan
Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik di Bidan Praktek Swasta (BPS)
Suhartini Karanganyar Kebumen ( diunduh 16 November 2017).
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta :
Salemba Medika.
Manuaba, I.A, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mulyani, N.S. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Suratun.et al. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: CV. Trans Info Media.
Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka Yogyakarta.
Jl. Balai Desa Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas
Kode Pos : 20148
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Surat Balasan Survei Tempat Penelitian
Kepada Yth :
NIM : P07524414007
Benar telah melakukan survei tempat penelitian di Klinik Pratama Niar Jl. Balai Desa
Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas. Demikian disampaikan
atas perhatiannya terimakasih.
Pimpinan Klinik
Juniarsih, Am.Keb
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya akan
menanda tangani surat persetujuan penelitian.
Medan,......................... 2018
Hormat saya sebagai responden
( ................................................. )
DAFTAR PERTANYAAN
2018)
Instruksi = Kuesioner ini membantu anda untuk mengenal pasti apakah anda mengalami
keputihan ( Fluor albus ) akibat penggunaan alat kontrasepsi hormonal jenis suntik. Isi
pertanyaan secara tepat, jujur dan lengkap. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.
Nama =
Umur =
Alamat =
Pekerjaan =
a) Sudah
Belum
a) 1 bulan 3 bulan
3. Sudah berapa lamakah anda menggunkannya ?
a) < 1 tahun
b) > 1 tahun
a) Pernah
b) Tidak pernah
a) Banyak
b) Tebal
c) Tipis
b) Kekuningan
c) Putih keabu-abuan
b) Tidak berbau
9. Apakah anda merasa gatal pada alat kelamin ?
a) Sering
b) Tidak pernah
a) Sangat gatal
b) Tidak gatal
KLINIK PRATAMA NIAR
Jl. Balai Desa Pasar XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas
Kode Pos : 20148
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Surat Balasan Izin Penelitian
Kepada Yth :
NIM : P07524414007
Benar telah diizinkan melakukan penelitian di Klinik Pratama Niar Jl. Balai Desa Pasar
XII, Marindal II, Patumbak, Deli Serdang, Medan Amplas. Demikian disampaikan atas
perhatiannya terimakasih.
Pimpinan Klinik
Juniarsih, Am.Keb
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
NIM : P07524414007
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Poltekkes Kemenkes RI Medan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Medan
( Atiya Pratiwi )
P07524414007
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di
tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.
Atiya Pratiwi
NIM. P07524414007