Anda di halaman 1dari 22

EKONOMI TRANSPORTASI – RC185153

LITERATURE REVIEW: BIAYA OPERASIONAL PESAWAT


PENUMPANG TIPE LOW-COST CARRIER DAN FULL-
SERVICE CARRIER

DEA ADLINA TIARA WIBOWO


NRP. 6012201018

Dosen Pengampu
Ir. Ervina Ahyudanari, M.Eng., Ph.D.
NIP. 196902241995122001

Program Magister
Bidang Keahlian Manajemen dan Rekayasa Transportasi
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2020
Contents

ABSTRAK ....................................................................................................................................... i

I. PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1

II. KESAMAAN/ PERBEDAAN METODE ............................................................................... 3

III. HASIL DAN DISKUSI............................................................................................................ 4

3.1 Model Bisnis Penerbangan ............................................................................................... 4

3.2 Biaya Operasional Pesawat .............................................................................................. 7

3.3 Perbandingan Biaya Operasional Pesawat LCC dan FSC .............................................. 12

3.4 Diskusi ............................................................................................................................ 16

IV. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 18

V. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19


Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

ABSTRAK
Transportasi merupakan salah satu faktor penunjang keberlangsungan hidup manusia.
Salah satu jenis transportasi yang tinggi tingkat efisiensi serta efektifitas nya adalah transportasi
udara. Dalam industri penerbangan, model bisnis penerbangan diklasifikasikan berdasarkan
jenis pelayanan yang diberikan yaitu full service carrier dan low cost carrier. Perbedaan
penentuan tarif kedua model bisnis tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh biaya operasional
masing-masing pesawat.
Dalam makalah ini, akan dibahas model bisnis untuk full service carrier dan low cost
carrier dan juga akan dianalisis perbandingan biaya operasional pesawat untuk masing-masing
model bisnis yang digambarkan dengan beberapa perusahaan maskapai penerbangan di
Indonesia. Perhitungan biaya operasional pesawat ini yang nantinya akan menjadi salah satu
faktor penentuan besarnya tarif jasa angkutan udara tersebut.

Kata Kunci : Biaya operasional pesawat, Full service carrier, Low cost carrier.

i
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

I. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan salah satu faktor penunjang keberlangsungan hidup manusia.
Transportasi dapat diklasifikasikan dari sudut jalan atau permukaan jalan yang digunakan, alat
angkutan yang dipakai dan tenaga penggerak yang digunakan (Azmarani, 2016). Klasifikasi
tersebut antara lain transportasi darat, transportasi melalui air dan transportasi udara.
Transportasi udara merupakan salah satu jenis transportasi yang tingkat efektifitas, efisiensi,
kecepatan, keselamatan dan kenyamanan yang tinggi bagi masyarakat.
Guna menciptakan transportasi yang baik, efektif dan efisien perlu ditunjang dengan
perencanaan infrastruktur sarana dan prasarana transportasi yang baik pula. Salah satu tahap
awal dalam perencanaan transportasi adalah analisis ekonomi transportasi. Ekonomi
transportasi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi tentang kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan transportasi baik untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi
masyarakat (Lyod, 2002). Ekonomi transportasi meliputi prinsip-prinsip analisis dan penerapan
konsep ekonomi teknik dalam penggunaan atau pengoperasian transportasi, optimalisasi lalu
lintas serta investasi pada infrastruktur transportasi termasuk mengidentifikasi dan
mengkuantifikasi parameter-parameter biaya dan manfaat, seperti biaya investasi, biaya
operasional dan pemeliharaan, nilai waktu, biaya operasi kendaraan dan besaran ekonomi
lainnya. Maka dari itulah analisis ekonomi transportasi menjadi hal yang penting dalam
perencanaan suatu infrastruktur transportasi, tak terkecuali pada transportasi udara.
Dalam transportasi udara, efektivitas biaya adalah murni nilai ekonomi yang harus
terpenuhi (Yusmar & Pakan, 2014). Pesawat udara harus menghasilkan pendapatan yang lebih
dari biaya operasional yang dikeluarkan sehingga kemudian menunjukkan bahwa investasi
pembelian dan penggunaan pesawat udara menguntungkan.
Biaya operasional airline merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan maskapai penerbangan untuk mendukung operasi atau kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut (Putra & Basuki, 2017). Biaya operasional airline merupakan biaya
keseluruhan pengeluaran operasi yang meliputi:
1. Biaya operasi langsung (Direct Operating Cost)
2. Biaya operasi tak langsung (Indirect Operating Cost)

1
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Dalam industri penerbangan, model bisnis penerbangan diklasifikasikan berdasarkan


jenis pelayanan yang diberikan. Menurut Wiryanta (2014), penerbangan dapat diklasifikasikan
menjadi dua menurut pelayanan yang diberikan yaitu Low Cost Carrier dan Full Service
Carrier.
1. Low Cost Carrier
Adalah maskapai penerbangan yang memberikan tarif rendah, namun dengan
menghapus beberapa layanan penumpang yang biasa.
2. Full Service Carrier
Adalah maskapai penerbangan yang memberikan pelayanan secara penuh.

Maskapai penerbangan di Indonesia yang termasuk ke dalam Low cost carrier adalah
Lion Air, Air Asia dan Citilink. Sedangkan maskapai penerbangan yang merupakan Full service
carrier adalah Garuda Indonesia dan Batik Air. Adanya perbedaan tarif pada kedua tipe pesawat
diatas, dipengaruhi oleh perbedaan layanan yang diberikan. Perbedaan layanan yang diberikan
tersebut, tentunya juga akan berpengaruh kepada biaya operasional yang dikeluarkan
perusahaan maskapai penerbangan tersebut.
Dalam makalah ini, akan disajikan literature review mengenai biaya operasional airline
untuk pesawat jenis Low Cost Carrier dan Full Service Carrier. Sebelumnya, akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai model bisnis jenis pesawat-pesawat tersebut, kemudian akan
dibandingkan biaya operasional airline antar satu sama lain. Dan pada bagian akhir akan ditarik
kesimpulan untuk merangkum isi yang disampaikan pada makalah ini.

2
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

II. KESAMAAN/ PERBEDAAN METODE


Dalam makalah ini, yang menjadi titik berat pembahasan adalah metode perhitungan
biaya operasional pesawat. Yang dijadikan sebagai acuan adalah Jurnal Perhubungan Udara
Warta Ardhia dengan berjudul “Pemilihan Tipe Pesawat Udara Berdasarkan Estimasi Biaya
Operasional untuk Pesawat Udara Jarak Menengah” yang ditulis oleh Tito Yusmar dan Welly
Pakan, dari Puslitbang Perhubungan Udara, pada tahun 2014.

Dalam pembahasan jurnal tersebut diatas, perhitungan estimasi biaya operasional pesawat
menggunakan metode estimasi biaya operasional langsung dan bunga (direct operating cost
plus interest) yang dikembangkan oleh Liebeck pada bukunya yang berjudul “Advanced
Subsonic Airplane Design and Economic Studies” pada tahun 1995. Dalam jurnal tersebut,
biaya operasional tak langsung (indirect operating cost) tidak turut diperhitungkan untuk
pemilihan tipe pesawat udara berdasarkan estimasi biaya operasional.

Lain halnya dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 39


Tahun 2018 tentang “Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Biaya Operasi Penerbangan
Angkutan Umum Perintis” dan PM 20 Tahun 2019 tenteang “Tata Cara dan Formulasi
Perhitungan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal dalam Negeri” yang menjelaskan perhitungan total biaya operasional pesawat terdiri
dari komponen biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang kemudian dijadikan salah satu
acuan untuk penetapan tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.

Dari 3 referensi tersebut, terdapat pula beberapa perbedaan dalam pendefinisian


komponen-komponen biaya operasional langsung dan biaya operasional tak langsung.
Beberapa perbedaan tersebut akan lebih dirincikan lagi pada sub bab pembahasan selanjutnya.

3
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

III. HASIL DAN DISKUSI


3.1 Model Bisnis Penerbangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model bisnis penerbangan dapat
diklasifikasikan menurut jenis pelayanan yang diberikan yaitu low cost carrier dan
full service carrier. Pada bagian ini, akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai
karakter dan model bisnis dari masing-masing penerbangan tersebut.
1) Low Cost Carrier
Low cost carrier (LCC) disebut juga dengan no frills dan budget airline adalah
perusahaan penerbangan terjadwal (shcedule carrier) dengan biaya yang jauh lebih
rendah dibandingkan perusahaan maskapai lainnya. Pada penerbangan tipe LCC
ini, dapat menggeser penurunan tarif pesawat hingga separuh harga jika
dibandingkan dengan pesawat tipe full service carrier. Hal ini disebabkan karena
konsep LCC ini lebih mengedepankan volume penumpang dibanding dengan harga
(yield oriented) (Yowanda & Mawardi, 2017). Maskapai penerbangan ini
dioperasikan dengan meminimalkan biaya operasi dan tanpa beberapa layanan dan
fasilitas yang disediakan, sehingga dapat menghasilkan tarif yang lebih rendah.
Untuk mengganti pendapatan yang hilang karena penurunan harga tiket, maskapai
penerbangan mungkin mengenakan biaya tambahan, seperti untuk bagasi kabin dan
fasilitas makanan atau minuman jika penumpang menginginkan fasilitas-fasilitas
tersebut.
Dengan melakukan efisiensi biaya di semua lini, maskapai melakukan hal-hal
diluar kebiasaan maskapai pada umumnya. Jika airlines lain melakukan
penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan katering,
penyediaan newspaper atau magazine, in flight entertaiment, in flight shop, lounge,
free taxy after landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya.
Berlawanan dengan hal itu, konsep low cost carrier melakukan eliminasi pada
layanan-layanan tersebut yaitu dengan pengurangan katering, meminimalisir
reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga layanan nampak sederhana dan
bisa lebih cepat. Pelayanan dengan konsep minimalisir ini berakibat dalam hal
penurunan biaya, namun faktor keselamatan juga harus tetap dijaga untuk
menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan.

4
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Adapun ciri-ciri umum dari maskapai yang menerapkan konsep LCC antara lain:
1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas
premium atau bisnis.
2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak daripada kapasitas pesawat FSC.
3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training
(pelatihan kru) dan meminimalisir biaya maintenance dan penyediaan spare
part cadangan. Biasanya pesawatnya baru atau jam terbangnya masih
rendah sehingga hemat dalam konsumsi bahan bakar pesawat.
4. Tidak memberikan layanan katering di pesawat selama penerbangan.
5. Penerbangan dilakukan di pagi atau malam hari untuk menghindari biaya
yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk.
6. Rute yang dilalui sangat sederhana, biasanya dari poin ke poin untuk
menghindari miss connection di tempat transit dan dampak delay akibat
delayed flight sebelumnya.
7. Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat dan pesawatnya
mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
8. Maskapai memberlakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya
melalui call center atau internet untuk meminimalisir biaya distribusi. Tiket
pesawat LCC tidak dijual melalui agen perjalanan dan tidak menggunakan
global distribution system (GDS), seperti Abacus, Galileo, dll.
9. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup dengan kertas
biasa untuk mereduksi biaya cetak tiket.
10. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi secara besar-besaran.
11. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya. Seringkali pilot
dan pramugari melakukan pekerjaan sebagai cleaning service pada saat
ground handling. Disamping itu LCC juga menerapkan sistem outsourcing
dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk pekerjaan ground
handling pesawat di bandara.
12. Penggunaan bandara sekunder untuk biaya pendaratan yang lebih rendah
dan dukungan pemasaran.

5
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

2) Full Service Carrier


Menurut Dyahjatmayanti dan Anindia (2018), maskapai full service merupakan
perusahaan penerbangan yang menerapkan konsep pelayanan secara penuh dengan
melakukan penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan
fasilitas katering, penyediaan majalah atau surat kabar, in flight entertaiment, in
flight shop, exclusive frequent flier service dan lain sebagainya.
Menurut peraturan direktur jendral perhubungan udara SKEP/87/V/2010, model
bisnis maskapai full service memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Perhitungan biaya didasarkan pada total biaya operasi penerbangan
termasuk dengan biaya pelayanan pada pengguna jasa.
2. Kebijakan bagasi tercatat maksimum 20 kg tanpa dipungut biaya
3. Pelayanan dalam penerbangan tersedia secara lengkap antara lain minuman
dan makanan, majalah atau surat kabar, hiburan berupa audio atau video dan
lain-lain.
4. Menyediakan lebih dari satu kelas yaitu ada kelas ekonomi dan kelas non
ekonomi yang dapat dipisahkan secara fisik kelompok pelayanannya.
5. Penyediaan fasilitas ruang tunggu eksekutif (lounge), untuk kelas bisnin
(business class) dan kelas utama (first class).
6. Jarak tempat duduk yang lebih lebar dari maskapai LCC.

Berdasarkan penjelasan mengenai masing-masing model bisnis penerbangan dapat


diringkas secara garis besar, perbedaan low cost carrier dan full service carrier ditunjukkan
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Low Cost Carrier dan Full Service Carrier
Komponen Low Cost Carrier Full Service Carrier
Jarak antar kursi lebih rapat dan kapasitas Jarak antar kursi lebih renggang dan
Jarak antar kursi
lebih banyak. kapasitas lebih sedikit.
Melayani penerbangan jarak jauh secara
Melayani rute jarak pendek dan langsung atau bekerja sama dengan
Rute perjalanan menengah, serta tidak ada transfer maskapai lain (untuk transfer
penumpang. penumpang) untuk rute yang tidak
dilayani.
95% dari tiket LCC dijual melalui Sebagian besar tiketnya dijuat melalui
Tiket
internet. pihak ke 3 (biro perjalanan).
Memakai pesawat berbadan sedang
Pesawat yang Memakai pesawar berbadan lebar, sedang
sehingga mampu mendarat di bandara
dipakai dan kecil.
kecil.
Tidak menyediakan fasilitas hiburan dan Menawarkan berbagai fasilitas, seperti
Fasilitas setiap pemesanan makanan dan minuman makanan dan minuman, fasilitas hiburan
akan dikenakan biaya tambahan. (koran atau majalah).
Menyediakan kelas ekonomi, bisnis
Kelas penerbangan Hanya terdapat kelas ekonomi.
maupun eksekutif.

6
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

3.2 Biaya Operasional Pesawat


Menurut Biantara (2017), pada indsutri penerbangan, biaya yang mempunyai
porsi besar yaitu biaya operasional pesawat udara (Aircraft Operasional Cost / AOC),
biaya pelayanan dan lintas terbang pesawat udara (Aircraft & Traffic Servicing) dan
biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan penerbangan secara keseluruhan.
Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization) dan IATA
(International Air Transport Association) yang menaungi seluruh industri
penerbangan di dunia, biaya operasional penerbangan dibagi menjadi dua bagian
pokok yaitu:
1) Biaya Operasional Langsung (Direct Operating Cost)
Biaya operasional langsung merupakan semua biaya yang berhubungan
langsung dengan kegiatan operasional pesawat udara, yang terdiri dari:
a. Biaya total operasional (flight operations total)
b. Biaya awak pesawat (flight crew)
c. Biaya bahan bakar dan oli (fuel and oil)
d. Biaya perawatan pesawat udara (maintenance and overhaul)
e. Biaya penyusutan dan amortisasi (Depreciation and Amortization)
f. Biaya lain-lain (others)
Dalam analisis ekonomi, biaya operasional langsung (DOC) dinyatakan sebagai
biaya per kursi-mil terbang. Kursi-mil terbang adalah jumlah kursi dalam pesawat
dikalikan dengan jumlah penerbangan.
2) Biaya Operasional Tak Langsung (Indirect Operating Cost)
Biaya operasional tak langsung merupakan semua biaya yang pembebanannya
tidak langsung dikenakan kepada kegiatan operasional pesawat tersebut, yang
terdiri dari:
a. Biaya kestasiunan (user charge and station expenses)
b. Biaya pendaratan dan administrasi bandara (landing and associated charges)
c. Biaya pelayanan penumpang (passenger services)
d. Biaya penjualan, promosi dan tiket (ticketing, sales and promotion)
e. Biaya administrasi dan umum (general, administrative and others)
Biaya operasional tak langsung (IOC) tidak dapat dianalisis secara statistik
karena biaya tersebut sangat bervariasi dalam masing-masing perusahaan jasa
angkutan udara dan sangat sedikit keterkaitannya dengan desain pesawat udara.

7
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Dalam jurnalnya untuk menganalisis estimasi biaya operasional pesawat,


Yusmar & Pakan (2014) menjelaskan metode estimasi biaya operasional yang
digunakan disebut dengan DOC+I (Direct Operationg Cost plus Interest). Menurut
definisi, DOC+I memperhitungkan pengeluaran biaya awak pesawat dan awak kabin,
perawatan rangka pesawat udara, perawatan mesin pesawat udara, biaya pendaratan,
penyusutan, asuransi dan bunga. Pada bagian ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
masing-masing komponen biaya operasional pesawat seperti yang dikembangkan oleh
Liebeck.
Biaya Awak Pesawat dan Awak Kabin
Biaya awak pesawat dan awak kabin berdasarkan pada Block Hours (BH), yaitu
total waktu penggunaan pesawat udara mulai dari “blocks” roda pesawat udara dilepas
pada saat di bandar udara keberangkatan hingga dipasang kembali di bandar udara
tujuan, yang secara keseluruhan meliputi waktu taxi, waktu tunggu di darat, waktu
total misi penerbangan, waktu tunggu di udara, waktu tambahan untuk menerima dan
memenuhi instruksi dari Air Traffic Control (ATC) sebelum mendarat, dan waktu
selama menunggu gate di darat. Untuk awak pesawat, biaya yang dikeluarkan adalah
fungsi dari berat kotor take-off maksimum pesawat, sedangkan biaya awak kabin
diasumsikan pada tingkat 60 Dollar Amerika per jam.
Biaya Perawatan Rangka Pesawat Udara
Biaya perawatan rangka pesawat udara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tenaga
kerja (labor), bahan (materials) dan pembebanan (burden) atau biaya akibat
pemberhentian operasi pesawat udara. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan berdasarkan
kepada kurva historis yang dikembangkan oleh Liebeck dan bergantung pada jumlah
perjalanan per tahun, waktu perjalanan rata-rata dan berat pesawat udara.
Biaya Perawatan Mesin Pesawat Udara
Sama seperti biaya perawatan rangka pesawat udara, biaya perawatan mesin
pesawat udara juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu labor, materials dan burden.
Untuk keseluruhan biaya perawatan pesawat udara, tingkat pembayaran tenaga kerja
diasumsikan 25 Dollar Amerika per jam.
Biaya Pendaratan
Biaya pendaratan (Landing fee) berdasarkan berat kotor take-off maksimum
pesawat udara, berat bahan bakar pesawat udara dan rata-rata biaya pendaratan di
Amerika Serikat.

8
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Penyusutan, Asuransi dan Bunga


Untuk menghitung biaya penyusutan, asuransi dan bunga, harus mengetahui biaya
produksi pesawat udara yang akan ditinjau biaya operasionalnya.

Sehingga, menurut Yusmar & Pakan (2014), total biaya operasional langsung
pesawat udara adalah sebagai berikut.
DOC = Flight Crew + Cabin Crew + Airframe Maintenance + Engine Maintenance
+ Landing Fee + Depreciation + Insurance + Interest

Di Indonesia, perhitungan biaya operasional pesawat udara dijelaskan pada


Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 39 Tahun 2018 dan
PM 20 Tahun 2019. Berdasarkan peraturan menteri perhubungan tersebut, dijelaskan
bahwa besaran tarif angkutan udara ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai
hal, yaitu tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan
(surcharge). Besaran tarif jarak merupakan batas atas tarif penumpang pelayanan kelas
ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri yang diterapkan berdasarkan
kelompok pelayanan yang diberikan oleh Badan Usaha Angkutan Udara Niaga
Berjadwal. Tarif jarak merupakan hasil perkalian antara tarif dasar dengan jarak
sedangkan tarif dasar tersebut diperoleh dari hasil perhitungan biaya operasional
pesawat udara yang terdiri dari komponen biaya langsung dan biaya tidak langsung
1) Biaya Operasi Langsung
Dalam peraturan menteri perhubungan tersebut, biaya operasi langsung terdiri
dari biaya operasi langsung tetap dan biaya operasi langsung variabel.
- Biaya operasi langsung tetap adalah biaya yang terjadi atau timbul sebagai akibat
dari aktivitas pesawat udara baik yang beroperasi maupun yang tidak beroperasi,
meliputi:
a. Biaya penyusutan atau sewa pesawat
b. Biaya asuransi
c. Biaya gaji tetap crew
d. Biaya gaji tetap teknisi, dan
e. Biaya crew training
- Biaya operasi langsung variabel adalah biaya yang terjadi atau timbul sebagai
akibat dari aktivitas pengoperasian pesawat udara, meliputi:

9
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

a. Biaya pelumas
b. Biaya bahan bakar minyak
c. Biaya tunjangan crew
d. Biaya overhaul atau pemeliharaan
e. Biaya jasa kebandarudaraan
f. Biaya jasa navigasi penerbangan
g. Biaya jasa ground handling penerbangan, dan
h. Biaya katering penerbangan
Biaya Penyusutan
Dalam PM 20 tahun 2019, biaya penyusutan terdiri dari biaya penyusutan pesawat
udara, biaya penyusutan rotable spare part dan biaya penyusutan engine (mesin
pesawat). Biaya penyusutan pesawat udara per tahun dapat dihitung dengan
mengurangkan harga pesawat dengan nilai residu, kemudian dibagi dengan umur
ekonomis pesawat. Nilai residu dapat diasumsikan sebagai 10% dari harga pesawat.
Sedangkan biaya penyusutan pesawat per jam dapat dihitung dengan membagi biaya
penyusutan per tahun dengan jam terbang pesawat per tahun.
Biaya Sewa Pesawat
Biaya sewa pesawat dihitung sebagai biaya sewa per jam yaitu dengan membagi
total biaya sewa pesawat udara per tahun dengan jam terbang per tahun.
Biaya Asuransi
Biaya asuransi per jam dihitung dengan total biaya asuransi per tahun berdasarkan
atas premi yang dikeluarkan, terdiri dari asuransi pesawat, tanggung jawab terhadap
pihak ketiga dan crew, penumpang, bagasi dan kargo dibagi dengan jam terbang per
tahun.
Biaya Gaji Tetap Crew
Biaya gaji crew per tahun dihitung dengan mengalikan biaya gaji crew per bulan
dengan jumlah set crew per pesawat dan dikalikan 13. Selanjutnya menghitung biaya
gaji tetap crew per jam dengan membagi total biaya gaji crew per tahun dengan jam
terbang per tahun.
Biaya Gaji Tetap Teknisi
Perhitungan gaji tetap teknisi sama halnya dengan perhitungan gaji tetap crew.
Biaya Crew Training
Biaya crew training yang terdiri dari pilot, teknisi dan biaya training per jam.

10
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Biaya Pelumas
Biaya pelumas merupakan biaya yang dikeluaarkan untuk pemakaian liter
kebutuhan minyak pelumas (oil consumtion) per jam berdasarkan data teknis.
Biaya Bahan Bakar Minyak
Biaya pemakaian avtur/avgas per jam terbang berdasarkan data teknis.
Biaya Tunjangan Crew
Biaya tunjangan crew per tahun meliputi travel allowance / Changes cre allowance,
production allowance / Flying hours allowance, hotel accomodation, airport
transportation menuju hotel, stand by allowance, night stop allowance dan crew
meals.
Biaya Overhaul atau Pemeliharaan
Biaya overhaul atau pemeliharaan adalah total biaya yang terdiri dari overhaul
engine untuk berapa unit engine yang digunakan, overhaul propeller untuk berapa unit
propeller yang digunakan, overhaul landing gear/replace, inspeksi airframe dan biaya
pemeliharaan dan pemakaian suku cadang pesawat.
Biaya Jasa Kebandarudaraan
Biaya jasa kebandarudaraan terdiri dari biaya jasa pendaratan (landing fee), biaya
jasa penempatan dan biaya pelayanan jasa check-in counter.
Biaya Jasa Navigasi Penerbangan
Biaya jasa navigasi penerbangan terdiri dari biaya pelayanan jasa navigasi
penerbangan (PJP) berdasarkan jumlah route unit per tahun, dan biaya jasa terminal
navigation charge yang berdasarkan jumlah cycle per tahun.
Biaya Jasa Ground Handling Penerbangan
Biaya jasa groud handling penerbangan per tahun tergantung pada jumlah
pendaratan pesawat per tahun.
Biaya Katering Penerbangan
Biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas katering pada saat penerbangan.

2) Biaya Operasi Tidak Langsung


Biaya operasi tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam peraturan menteri
perhubungan tersebut merupakan biaya yang terjadi atau timbul untuk menunjang
kegiatan badan usaha angkutan udara niaga yang tidak berhubungan atau berkaitan
secara langsung dengan operasional pesawat udara, yang terdiri atas:

11
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

a. Biaya organisasi, dan


b. Biaya pemasaran atau penjualan
Biaya operasi tidak langsung ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dari biaya
operasi langsung.

Biaya Organisasi
Biaya organisasi terdiri dari biaya pegawai non-crew dan biaya umum penunjang
aktivitas produksi untuk penerbangan.
Biaya Pemasaran atau Penjualan
Biaya pemasaran atau penjualan terdiri dari komisi agen, biaya untuk pembuatan
dokumen angkutan untuk penerbangan, reservation system serta biaya promotion &
advertising.

3.3 Perbandingan Biaya Operasional Pesawat LCC dan FSC


Pada makalah ini, perbandingan biaya operasional pesawat LCC dan FSC
berdasarkan pada hasil penelitian Yusmar & Pakan (2014), yang ditentukan
berdasarkan tipe pesawat udara. Dari hasil perhitungan biaya operasional langsung
(DOC), tolok ukur nilai dan perbandingan adalah DOC/seat-nmi, yaitu biaya
operasional langsung pesawat udara per kursi setiap satu satuan nautical mile.
Sebelum itu, akan dijelaskan terlebih dahulu tipe-tipe pesawat yang sering
digunakan pada model bisnis low-cost carrier dan full-service carrier di Indonesia.
1) Low-Cost Carrier
Di Indonesia, maskapai yang terkenal dengan model bisnin low-cost carrier
adalah Lion Air, Citilink dan Air Asia. Untuk tipe armada yang digunakan untuk
masing-masing maskapai sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 2. Tipe Armada Maskapai Low-Cost Carrier
Lion Air Citilink Air Asia
Airbus A330-300 Airbus A320-200 Airbus A320-200
AirbusA330-900neo Airbus A320neo Airbus A320neo
Boeing 737-800 Airbus A330-900neo Airbus A321neo
Boeing 737-900ER ATR 72-600
Boeing 737 MAX 8 Boeing 737-300
Boeing 737 MAX 9 Boeing 737-400
Boeing 737 MAX 10 Boeing 737-500
Sumber: wikipedia, 2020

12
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

2) Full-Service Carrier
Sedangkan maskapai di Indonesia yang termasuk ke dalam full-service carrier
adalah Garuda Indonesia dan Batik Air. Untuk tipe armada yang digunakan untuk
masing-masing maskapai sebagaimana dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 3. Tipe Armada Maskapai Full-Service Carrier
Garuda Indonesia Batik Air
Airbus A330-200 Airbus A320-200
Airbus A330-300 Airbus A320neo
Airbus A330-900 neo Airbus A321neo
ATR 72-600 Boeing 737-800
Boeing 737-800 Boeing 737-900ER
Boeing 737 MAX 8 Boeing 787-9
Boeing 777-300ER
Bombardier CRJ1000
Sumber: wikipedia, 2020

Berdasarkan data diatas dan hasil penelitian yang diambil dari jurnal Yusmar &
Pakan (2014), pada makalah ini yang ditinjau sebagai tipe pesawat yang mewakili low-
cost carrier adalah Boeing 737-900ER yang dioperasikan oleh Lion Air dan Boeing
737-400 dengan kapasitas kursi sebanyak 170 kursi yang dioperasikan oleh Citilink.
Sedangkan yang tipe pesawat yang mewakili full-service carrier adalah Boeing 737-
800 yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia.

Gambar 1. Boeing 737-900ER oleh Lion Air

13
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Gambar 2. Boeing 737-400 oleh Citilink

Gambar 3. Boeing 737-800 oleh Garuda Indonesia

Dalam jurnal penelitiannya, Yusmar & Pakan (2014) mendapatkan hasil


perhitungan biaya operasional langsung pesawat untuk masing-masing tipe pesawat
adalah seperti pada tabel 4.

14
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Tabel 4. Nilai Biaya Operasional Langsung/seat-nmi


No. Tipe Pesawat Udara DOC (US$)/seat-nmi
1 Boeing 737-900ER 0,07981
2 Boeing 737-400 dengan konfigurasi 170 kursi 0,08636
3 Boeing 737-400 dengan konfigurasi 168 kursi 0,08739
4 Airbus A319 0,08893
5 Airbus A320 0,09200
6 Boeing 737-300 dengan konfigurasi 148 kursi 0,09662
7 Boeing 737-800 0,10110
8 Boeing 737-400 0,10957
9 Boeing 737-300 0,12999
10 Boeing 737-500 0,14643
Sumber: Yusmar & Pakan, 2014

Sehingga dari perhitungan diatas didapatkan hasil bahwa biaya operasional yang
paling rendah dari 3 tipe pesawat yang akan ditinjau dalam makalah ini adalah Lion
Air Boeing 737-900ER dengan DOC 0,07981 US$/seat-nmi sebagai maskapai low
cost carrier, kemudian selanjutnya ada Citilink dengan Boeing 737-400 dengan
kapasitas 170 kursi menghasilkan DOC sebesar 0,08636 US$/seat-nmi yang juga
merupakan maskapai low cost carrier. Dan untuk maskapai full service Garuda
Indonesia dengan Boeing 737-800 menghasilkan DOC 0,10110 US$/seat-nmi. Dari
hasil analisis tersebut didapatkan bahwa DOC maskapai dengan model full service
carrier lebih tinggi dibandingkan dengan maskapai dengan model low cost carrier.
Sumber lain yang menjelaskan bahwa hasil perbandingan biaya operasional
pesawat udara tipe Low Cost Carrier lebih rendah dibandingkan dengan penerbangan
Full Service Carrier adalah hasil penelitiasn dari McKinsey & Company. Hasil
perbandingan biaya operasional tersebut ditunjukkan sebagaimana pada gambar 4.

15
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

Gambar 4. Perbandingan Biaya Operasional Full-Service Carrier dan Low-Cost


Carrier

3.4 Diskusi
Dari hasil me-review literatur tentang biaya operasional pesawat udara,
didapatkan ada referensi literatur yang menghitung estimasi biaya operasional pesawat
berdasarkan biaya operasional langsung yang terdiri dari pengeluaran biaya awak
pesawat dan awak kabin, perawatan rangka pesawat udara, perawatan mesin pesawat

16
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

udara, biaya pendaratan, penyusutan, asuransi dan bunga. Pada referensi lain
dijelaskan komponen perhitungan biaya operasional pesawat yang lebih rinci yaitu
terdiri dari komponen biaya langsung dan biaya tak langsung.
Berdasarkan referensi-referensi tersebut, penulis berpendapat bahwa yang
sebaiknya digunakan untuk menghitung perbandingan biaya operasional antara
pesawat low-cost carrier dan full-service carrier adalah total dari biaya operasional
langsung dan biaya operasional tak langsung, karena ada beberapa komponen dari
biaya operasional tak langsung yang mempengaruhi perbedaan biaya antara kedua
model bisnis pesawat tersebut berdasarkan dari jenis layanan yang diberikan.

17
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi literatur diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam dunia penerbangan, model bisnis yang umum digunakan yaitu full service
carrier dan low cost carrier.
2. Full service carrier adalah maskapai penerbangan yang memberikan pelayanan secara
penuh. Sedangkan low cost carrier adalah maskapai penerbangan yang memberikan
tarif rendah, namun dengan menghapus beberapa layanan penumpang yang biasa.
3. Penentuan tarif jasa angkutan udara salah satunya dipengaruhi oleh total biaya
operasional pesawat yang terdiri dari biaya operasional langsung dan biaya operasional
tidak langsung.
4. Berdasarkan perhitungan biaya operasional untuk beberapa tipe pesawat didapatkan
bahwa biaya operasional pesawat tipe low cost carrier lebih rendah jika dibandingkan
dengan pesawat tipe full service carrier dengan rincian yaitu maskapai low cost carrier
yang diwakili Lion Air Boeing 737-900ER dengan DOC 0,07981 US$/seat-nmi,
kemudian maskapai low cost lainnya, Citilink dengan Boeing 737-400 dengan
kapasitas 170 kursi menghasilkan DOC sebesar 0,08636 US$/seat-nmi sedangkan
untuk maskapai full service Garuda Indonesia dengan Boeing 737-800 menghasilkan
DOC 0,10110 US$/seat-nmi.

18
Literature Review: Biaya Operasional Pesawat Penumpang Tipe Low Cost Carrier dan
Full Service Carrier

V. DAFTAR PUSTAKA
Azmarani, Adinda Wahyu. (2016) Analisis Kualitas Pelayanan Maskapai Penerbangan Low
Cost Carrier (Studi Deskriptif di PT. Citilink Indonesia Cabang Surabaya). Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik. Volume 4, No. 3. September-Desember

Biantara, Dheny. (2017). Analisis Pengaruh Biaya Operasional pada Perusahaan Penerbangan
Nasional. Indonesian Journal of Accounting and Governance (IJAG). Volume 1, No. 2.
Desember

Dyahjatmayanti, D. & Anindia. (2018). Strategi Maskapai Full Service dan Maskapai Low Cost
Carrier untuk Meningkatkan Tingkat Kepadatan Penumpang. Jurnal Manajemen
Dirgantara. Volume 11, No. 2. Desember

Liebeck, R. H., et. Al. (1995). Advanced Subsonic Airplane Design and Economic Studies.
NASA CR-195443.

Lyod. Wright dan Karl Fjellstrom (2002) Modul 3a: Opsi Angkutan Massal.

Putra, K.H. & W. Wardana Basuki. (2017). Evaluasi Tarif Moda Transportasi Udara Rute
Malang-Denpasar di Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Kota Malang Provinsi Jawa
Timur berdasarkan Analisis Biaya Operasional Airline (BOA). Jurnal Rekayasa Sipil dan
Lingkungan; ISSN 2548-9518. Volume 01, No. 02. Juli

Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 39 Tahun 2018


tentang Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Biaya Operasi Penerbangan Angkutan
Udara Perintis. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 20 Tahun 2019


tentang Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan
Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Sekretariat Negara.
Jakarta

Wiryanta, Iman Haryanto. (2014). Studi Kasus Perencanaan Sistem Dan Teknik Transportasi
Udara di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Yowanda, H. B. & M. Kholid Mawardi. (2017). Strategi Pemasaran Penerbangan Berkonsep


Low Cost Carrier (LCC) dan Daya Saing Perusahaan (Studi pada Maskapai Penerbangan
PT. Garuda Indonesia Citilink). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Volume 51, N0. 2.
Oktober

Yusmar, Tito. & Welly Pakan. (2014). Pemilihan Tipe Pesawat Udara berdasarkan Estimasi
Biaya Operasional untuk Pesawat Udara Jarak Menengah. Jurnal Perhubungan
Udara;Warta Ardhia. Volume 40, No. 1. Maret

19

Anda mungkin juga menyukai