BAB III
SOSIAL, BUDAYA, DAN ETIKA
eksternalisasi
3 WUJUD
objektivas 7 UNSUR
MNS i
KEB
internalisa
Sosialisasi
si
dengan definisi kebudayaan sebagai a design for living, suatu desain kehidupan,
dan sebagai a set of control mechanisms. Melalui hal itulah manusia
menghadaptasikan diri dengan lingkungannya. Di sini terlihat betapa pentingnya
peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia. Kepribadian
manusia yang sangat mempengaruhi aktion manusia. Parsons menggolangkan
aksi manusia itu menjadi dua sistem:(1) sistem-sistem kepribadian, dan (2)
sistem-sistem sosial. Di samping itu dalam kehidupan masyarakat juga ada sistem
kebudayaan, yang terdiri dari kepercayaan, nilai-nilai, lambang-lambang. Sistem
kebudayaan ini merupakan inti dari sistem kepribadian dan sistem sosial (Tilaar,
2000).
Keberadaan manusia sebagai makhluk membudaya mengandung makna
bahwa kebudayaan merupakan dimensi dalam hidup dan tingkah laku manusia.
Dalam kebudayaan tercakup hal-hal terkait dengan bagaimana persepsi manusia
terhadap dunia lingkungan serta masyarakatnya, yang menjadi landasan pokok
untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya bahkan untuk memotivir setiap
langkah yang hendak dan harus dilakukannya. Keberadaan manusia sebagai
makhluk membudaya semakin jelas dalam dimensi historis. Dalam dimensi
historis kebudayaan menunjukkan fungsi sosialnya. Karena kebudayaan pada
dasarnya merupakan usaha manusia mencapai kesempurnaannya sebagai
manusia. Oleh karena itu usaha-usaha budaya di satu pihak bertujuan
membebaskan manusia dari keterbelakangan, kemelaratan, serta ketidakadilan,
dan di lain pihak mengisi arti kebebasan manusia untuk meningkatkan taraf dan
mutu kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal itulah maka dikatakan bahwa
kebudayaan adalah proses pemanusiaan manusia.
B. Kebudayaan
Manusia adalah makhluk berbudaya. Artinya, dengan modal yang
dimiliknya, yakni tubuh dan panca indra – manusia selalu menginginkan sesuatu,
pikiran (manah), budi (buddhi), dan atman (roh, Brahman atau Tuhan yang
transendental, berimanensi dalam tubuh) mengakibatkan manusia dapat
1. Pengertian kebudayaan
Koentjaraningrat (1983: 183-184) menunjukkan secara etimologis, kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah. Kata ini merupakan
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi, kebudayaan berarti
hal-hal bersangkutan dengan akal atau pikiran. Gagasan lain menyatakan bahwa
kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti
daya dari budi. Berkenaan dengan itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Sebaliknya, kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Masinambow
(2004: 10) memberikan penjelasan tambahan, jikalau pun ingin dibedakan antara
istilah budaya dan kebudayaan maka perbedaannya “... menggunakan istilah
budaya untuk nilai-nilai dan adat kebiasaan, sedangkan istilah kebudayaan, suatu
kompleks gejala termasuk nilai-nilai dan adat kebiasaan yang memperlihatkan
kesatuan sistemiki”. Namun, pada umumnya di kalangan para antropolog tidak
membedakannya. Kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan dari kebudayaan
dengan makna yang sama (Koentjaraningrat, 1983).
Kata kebudayaan disamakan pula dengan kata culture, yakni kata Latin
colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta
tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah lingkungan. Ada pulakata
peradaban (tamaddun dalam bahasa Arab) atau sivilization. Kata ini dipakai untuk
menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan
indah, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santu pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dll. Istilah peradaban sering pula
dipakai untuk menyebut kebudayaan berwujud sistem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat
kota yang maju dan kompleks (Koentjaraningrat, 1983: 184). Sobirin (2007: 54)
menunjukkan bahwa kata peradaban bisa pula berarti produk dari kehidupan
masyarakat dalam suatu wilayah negara. Karena itu, penyebutan suatu masyarakat
beradab atau tidak beradab bukan berarti yang bersangkutan tidak berbudaya,
tetapi berbudaya, namun yang membedakannya adalah kualitasnya.
Kata kebudayaan bisa pula dimaknai secara terminologis. Menurut
Kroeber dan Kluckhohn (dalam Sobirin, 2007: 52) ada 164 definisi kebudayaan.
Hal ini bisa dimaklumi, mengingat cakupan kebudayaan amat luas dan kompleks,
ditambah lagi dengan latar belakang dan paradigma yang dipakai untuk
melihatnya bisa berbeda antara pakar yang satu dan yang lainnya. Namun, untuk
lebih mudahnya dikutip definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1983:
182) yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik dari manusia dengan belajar”.
Shiraev dan Levy (2012: 4-5) memberikan definisi tentang kebudayaan
yang sangat menarik sebagi berikut.
Kultur sebagai seperangkap sikap, perilaku, dan simbol yang dianut oleh
satu kelompok orang dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya.
Ketiga komonen kultur tersebut secara teoretis memang bisa dipilahkan, namun
secara kontekstual menyatu sehingga setiap kultur selalu memiliki ciri ekplisit
sekaligus implisit. Artinya, kultur tidak saja menyangkut penampakan, tetapi juga
ide-ide yang ada di baliknya – sikap budaya.
Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa kebudayaan adalah ciptaan
manusia, baik secara perorangan maupun dengan melibatkan beberapa orang –
secara kolektif dalam waktu yang bersamaan atau secara lintas generasi melalui
proses belajar. Setiap manusia adalah bagian dari masyarakat sehingga secara
substansial kebudayaan adalah milik masyarakat (Koentjaraningrat, 1983).
Masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama” (Koentjaraningrat, 1983).
Agama Wahyu
Teks Suci
Tradisi
Kebenaran Mutlak
Sistem budaya
Ideologi
Nilai dan norma
Agama sebagai tafsir
terhadap teks suci
Pengetahuan
- Pengetahuan
eksistensional
- Ilmu
Alat-alat produksi
Senjata
Wadah
Makanan, minuman dan kesehatan
Pakaian, perhiasan, dan hiburan
Termpat berlindung dan perumahan
Alat-alat transportasi, komunikasi, dan media
ideologisasi guna memelihara tindakan sosial agar struktur sosial terjaga secara
baik, tetapi bisa pula dipakai sebagai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan
lewat hegemoni.
3) Teknologi
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa unsur kebudayaan lain adalah
kebudayaan fisik, yakni teknologi termasuk di dalamnya artefak. Teknologi
dipakai untuk mengolah dan beradaptasi dengan lingkungan guna memenuhi
kebutuhan ekonomi sehingga tekonologi disebut pula teknoekonomi (Kaplan dan
Manners, 1999). Teknoekonomi tidak bisa dilepaskan dari demografi, terutama
peningkatan jumlah penduduk. Kependudukan merupakan faktor penting yang
menentukan kondisi ekonomi dan teknologi dalam konteks hubungan manusia
dengan lingkungannya. Penambahan jumlah penduduk selalu terkait dengan
peningkatan kebutuhan dan keinginan secara kuantitas dan kualitas sehingga
mendorong perkembangan teknologi yang sekaligus bisa berdampak terhadap
lingkungan sebagai ruang bagi aktivitas manusia. Lingkungan alam dieksploitasi
secara lebih intensif – tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan lingkungan
agar kebutuhan manusia terpenuhi (Kaplan dan Manners, 1999).
Teknologi buatan manusia bisa dipilahkan menjadi beberapa jenis,
bergantung pada kebutuhan hidup manusia. Dengan mengacu kepada Soekanto
(1996) teknologi bisa dipilahkan menjadi beberapa jenis, yakni alat-alat produksi,
senjata, wadah, makanan, minuman dan kesehatan, pakaian, perhiasan, dan
hiburan, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transportasi, komunikasi,
dan media. Aneka bentuk teknologi ini amat penting bagi pemertahanan
kehidupan manusia, baik pada sistem sosial maupun dalam konteks aktivitas
pemertahanan diri pada lingkungan alam.
4) Lingkungan hidup
Lingkungan hidup atau ruang merupakan arena beraktivitas bagi manusia,
baik secara individu maupun secara dalam sistem sosial. Dengan demikian terlihat
bahwa lingkungan hidup bukan suatu ruang yang statis, melainkan bersifat
dinamis karena di dalamnya melibatkan perilaku manusia yang ikut membentuk
Ideologi Tri Hita Karana (THK). Ideolog THK terdiri dari tiga sila, yakni
Palemahan, Pawongan dan Parhyangan (Tiga Pa). Ideologi THK menggariskan
bahwa tujuan hidup manusia adalah kesejahteraan (hita) secara lahiriah dan
batiniah. Pencapaian kesejahteraan dilakukan lewat pembentukan hubungan
harmonis antara manusia dan lingkungan alam (Palemahan); hubungan harmonis
antarmanusia (Pawongan); dan hubungan harmonis antara manusia dengan
Tuhan (Parhyangan). Ideologi THK merupakan sumber nilai-nilai luhur pada
masyarakat Dayak. Nilai-nilai luhur ini dijabarkan dalam bentuk norma-
norma antara lain adat-istiadat guna menata kehidupan orang Dayak pada suatu
komunitas, yakni desa pakraman. Unsur kebudayaan lokal lainnya adalah
kearifan lokal, yakni peta kognisi yang memberikan pedoman bertindak agar
manusia bertindak secara bijaksana dalam berhubungan dengan manusia lainnya
– disebut kearifan sosial dan atau dengan lingkungan alam – kearifan ekologis.
Tindakan yang arif atau bijaksana ditandai oleh terwujudnya hubungan harmonis
sebagaimana diamatkan dalam ideologi THK. Kebudayaan lokal Dayak yang
lainnya adalah Bahasa Dayak, kesenian, busana, dll.
2. Kebudayaan nasional
Setiap etnik tidak bisa melepaskas diri dari NKRI. NKRI memiliki
kebudayaan tersendiri, yakni kebudayaan nasional atau kebudayaan (Indonesia).
Kebudayaan nasional merupakan tata kelakuan, kelakuan dan budaya fisik yang
memberikan identitas bagi bangsa Imdonesia. Kebudayaan nasional terdiri dari
beberapa unsur, misalnya ideologi Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 beserta
berbagai perundang-undangan dan tata aturan yang berlaku pada tataran nasional,
Bahasa Idonesia, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Bendera Merah Putih,
Lambang Negara Burung Garuda, dll. Aneka bentuk kebudayaan nasional ini
tidak saja merupakan milik kolektif bangsa Indonesia, tetapi juga sebagai
identitas, yakni tanda guna membedakannya dengan bangsa-bangsa lain pada
tataran global.
3. Kebudayaan global
Setiap kelompok masyarakat di samping berkebudayaan local, dan
nasional juga berkebudayaan global. Kebudayaan global di eraglobalisasi
mengakibatkan NKRI dan berbagai etnik yang ada di dalamnya, mau tidak mau
atau suka maupun tidak suka menjadi bagian dari kampung global. Kondisi ini
mengakibatkan bangsa Indonesia dan berbagai etnik di Indonesia tidak lagi hanya
mengenal kebudayaan nasional dan kebudayaan lokal, tetapi mengenal pula
kebudayaan global. Secara kasatmata kebudayaan global yang bersemarak
digunakan oleh individu-individu dalam masyarakat adalah berwujud artefak atau
teknologi yang bermuatan ideologi. Berkenaan dengan itu maka tidak
mengherankan jika pengonsumsian suatu teknologi tidak saja berarti seseorang
menggunakan suatu barang guna memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi bisa pula
mengosumsi ideologi yang ada dibaliknya dan atau ideologi yang ditularkannya
kepada konsumen.
Artinya, orang Bali bisa berperan sebagai agen yang mampu meraih
keuntungan secara sosial, kultural dan ekonomis bagi kelangsungan sistem
sosiobudaya Bali.
pedoman atau resep bertindak bagi manusia agar berkhalak, berbudi pekerti atau
susila, tidak saja secara individual, tetapi juga secara sosiologis, yakni dalam
pergaulannya dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat maupun
bernegara. Gagasan seperti ini bisa pula dicermati pada pendapat The Liang Gie
(dalam Kumorotomo, 2011: 7) yang menyatakan bahwa itilah moral dan etika
tidak perlu dipertentangkan, mengingat bahwa keduanya mengacu kepada hal
yang sama, yakni gagasan tentang patokan manusia yang baik atau buruk.
Manusia yang bermoral atau bisa pula disebut manusia yang beretika pada
dalasnya adalah manusia yang baik, yakni baik dari segi hatinya, wataknya,
sikapnya, atau inti kepribadiannya. Kata moral selalu berkaitan dengan baik buruk
manusia sebagai manusia, bukan sebagai dosen, Satpam, pegawai, dll. Norma-
norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas (Magnis-Suseno, 1987). Walaupun
moral sangat penting, namun harus disadari bahwa dalam berperlaku yang baik
seseorang tidak selamanya mengikuti etika atau moral, melainkan bisa pula
mengikuti etiket (sopan santun bertamu, duduk, makan, minum, dll.). Etiket
memiliki tekanan moral yang rendah sehingga tidak bisa disebut norma moral.
Meskipun demikian etiket penting guna mewujudkan kedamaian bagi manusia.
Konsep lain yang tidak kalah pentingnya adalah moralitas. Moralitas
Moralitas sebagai adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku, dengan
sendirinya tidak bisa dilepaskan dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Dan norma moral selalu berkaitan dengan petokan perilaku baik-buruk sebagai
manusia, bukan atas dasar profesinya, kedudukannya atau aspek-aspek lain yang
melekat pada dirinya. Moral dan moralitas tidak bisa dipisahkan. Moralitas adalah
salah satu instrumen kemasyarakatan berupa penuntun tindakan guna
mewujudkan pola tingkah laku yang bermoral atau susila. Sanksi yang dikenakan
oleh moralitas tidak seperti norma hukum yang melibatkan paksaan fisik ataupun
ancaman, tetapi lebih bersifat internal, misalnya rasa bersalah, rasa malu, dll.
(Kumorotomo, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, I Nengah Bawa, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Singaraja: Undiksha
Bakker SJ, J.W.M. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta :
Kanisius.
Berger Peter L dan Thomas Lukman. 1990Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah
Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES
Giddens, Anthony. 2003. The Constitution Of Society, Teori Strukturasi untuk
Analisis Sosial. Pasuruan: Pedati.
Gie, The Liang, 1977. Suatu Konsepsi Kearah Penertiban tentang Filsafat,
Yogyakarta: Karya Kencana.
Hariwardoyo, Purwo, 1985. Hakekat Pembangunan Memadukan Kualitas-
Kualitas manusia, dalam Dialog Manusia, Filsafat, Budaya dan
Pembangunan.Surabaya: Usaha Nasional
Mudana, I Wayan. 2009. Buku Ajar Ilmu Budaya Dasar. Singaraja: Undiksha.
Nugroho, St. 2009. “Latar Belakang Kebersamaan Sebagai Bangsa Dalam
Tantangan Sosial Dewasa Ini”. Dalam Multikulturalisme, Belajar Hidup
Bersama dalam Perbedaan. Jakarta : Indeks.
Nugroho, St. 2009. “Multikulturalisme”. Dalam Multikulturalisme, Belajar Hidup
Bersama dalam Perbedaan. Jakarta : Indeks.
Sabri, Mohammad. 1999. Keberagamaan Yang Saling Menyapa, Perspektif
Filsafat Perennial. Yogyakarta: ITTAQA Press.
Sanderson,S.K.1993. Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan Terhadap realitas
Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Sunoto, dkk, 1993. Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta:
Yayasan Lembaga Studi Filsafat Pancasila.
Suprapto, Sri. 1998. Aspek Ontologis Hakekat Manusia. Makalah. Jakarta: Dirjen
Dikti.
Tilar, HAR. 2000. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Bandung:
Remaja rosda Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Vickers, Adrian. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Insan Madani.
Wiana, I Ketut. 1996. “Aktualisasi Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-
Hari”. Denpasar: Pustaka Hindu Raditya No. 5-Tahun I. Halaman 35-41.
Widyarsono, Antonius. 2011. “Peta Permasalahan Pancasila Dewasa Ini”. Dalam
Filsafat Pancasila. Jakarta: Driyarkara.
Yan, Andreas. 2011. “Pendidikan Bagi Kepribadian Bangsa Indonesia”. Jakarta:
Majalah Filsafat Pancasila, Driyarkara Tahun XXXII. No 3 Halaman 29-
38.
Yewangoe, Andreas A. 2009. Tidak Ada Negara Agama Satu Nusa, Satu Bangsa.
Jakarta: Gunung Mulia.
2) Kedisiplinan karyawan
Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik,
berarti metode pengembangan yang dilakukan baik.tetapi jika kedisiplinan
tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
3) Absensi Karyawan
Jika absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun, berarti
metode pengembangan yang dilakukan cukup baik.tetapi jika absensi
karyawan tetap berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
4) Tingkat kerusakan produksi,alat,dan mesin-mesin
Jika tingkat kerusakan produksi, alat, dan mesin-mesin karyawan setelah
mengikuti pengembangan berkurang, berarti metode pengembangan yang
dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan
yang diterapkan kurang baik.
5) Tingkat kecelakaan karyawan
Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti
program pengembangan. Jikatidak berkurang berarti metode pengembangan
yang dilakukan kurang baik jadi perlu disempurnakan.
6) Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu
Jika tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu berkurang, berarti
metode pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap
berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
7) Tingkat Kerja Sama
Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik setelah
mereka mengikuti pengembangan.
8) Tingkat Upah Intensif Karyawan
Jika Tingkat upah intensif karyawan meningkat, berarti metode
pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti
metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
9) Prakarsa Karyawan
Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti metode pengembangan
yang dilakukan tidak meningkat atau tetap berarti metode pengembangan itu
kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta
bisa mengembangkan kreativitasnya.
10) Kepemimpinan dan Keputusan Manajer
Kepemimpinan dan keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah
mengikuti pengembangan harus semakin baik , kerja sama semakin serasi,
sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan berkurang serta kepuasan
kerja karyawan meningkat. Kalau hal di atas tercapai, berarti metode
pengembangan yang dilaksanakan baik.
2. Metode Pelatihan
Malayu Hasibuan (2000:76) memaparkan beberapa metode pelatihan
diantaranya:
1) On The Job Training
On The Job Training atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi
pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan dengan cara para pekerja atau calon
pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang riil, di bawah bimbingan
atau supervisi dari aparat desa yang telah berpengalaman atau seorang
supervisor.
2) Vestibule
Pelatihan yang dilakukan di dalam kelas menggunakan peralatan yang sama
dengan situasi sebenarnya dalam melakukan pekerjaan. Cara ini
memungkinkan adanya transfer, repetisi, dan partisipasi serta material
perusahaan bermakna dan umpan balik.
3) Demonstration and Example
Demonstration and Example adalah metode latihan yang dilakukan dengan
cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu
pekerjaan melalui contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin
dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
5) Apprenticeship
Metode ini adalah salah satu cara untuk mengembangkan keahlian
pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari
segala aspek dari pekerjaan.
6) Classroom Methods
Metode pertemuan dalam kelas yang meliputi pengajaran, rapat, program
instruksi, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode
seminar.
3. Metode pendidikan
1) Training methods or classroom methods
Training methods merupakan latihan di dalam kelas yang juga dapat
digunakan sebagai metode pendidikan karena manajer adalah juga karyawan.
2) Under Study
Adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung bagi
seseorang yang dipersiapkan untuk menggantikan jabatan atasannya.
3) Job Rotation and Planned Progression
Tujuannya memberikan karyawan pengetahuan yang luas terhadap semua
melalui pengelaman yang diperoleh dari lingkungan diri sendiri dan atau
pengelaman orang lain sebagai berikut:
1) fleksibilitas dalam berpikir ;
2) keberanian mengambil resiko ;
3) kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan ;
4) seni kepemimpinan.
Kata kunci dalam usaha memanfaatkan potensi SDM yang unggul terletak pada
kemampuan untuk mengorganisir kekuatan dalam “kerja tim“ dan pelaksanaan
dari pelatihan yang berkelanjutan di pedesaan.
Membangun kerja tim di pedesaan, bukan sekedar untuk mengelompokkan
orang-orang berada dalam satu tim, melainkan adanya kesiapan diri dari setiap
anggota tim atas potensi yang dapat diberikannya untuk menjalankan peran dalam
tim sebagai peran driver (mengembangkan gagasan, memberi arah, menemukan
hal-hal baru); planner (menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja,
menyusun jadwal); enable (ahli memecahkan masalah, mengelola sarana atau
sumber daya, menyebarkan gagasan, melakukan negosiasi); exec (mau bekerja
menghasilkan output, mengkoordinir dan memelihara tim) controller (membuat
catatan, mengaudit dan mengevaluasi kemajuan tim). Pelatihan merupakan
investasi pelatihan dan pendidikan yang berkesinambungan bagi staf dan
manajemen yang harus direncanakan secara menyeluruh dan sistimatis sebagai
usaha peningkatan potensi SDM yang unggul masa keni dan masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Unggulan
Kompetitif. BPFE. Yogyakarta.
Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nickson, Dennis. 2007. Human Resources Management for The Hspitality and
Tourism Industries. Elsevier. Burlington.
Ryllatt, Alastair, et.al, 1995. Creating Training Miracles. AIM. Australia.
Spencer, N.Lyle and Spencer, M. Signe. 1993. Competence at Work : Models for
Superrior Performance. John Wily & Son,Inc. Mew York.
BAB V
EKONOMI KERAKYATAN
A. Pendahuluan
Perekonomian Indonesia memiliki beberapa masalah yang mendasar.
Masalah tersebut adalah; 1) pendapatan yang relatif masih rendah jika
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat negara maju, 2) tingkat
pengangguran yang relatif masih tinggi 3) produktivitas pekerja yang masih
rendah, 4) dualitas ekonomi antara sektor formal dan sektor nonformal, dan 5)
masih menjadikan bahan mentah sebagai unsur penting pendapatan nasional
(Yustika, 2014).
Dalam perspektif ekonomi pembangunan, permasalahan yang dialami oleh
Indonesia dapat diselesaikan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan produktivitas melalui pendikan dan pelatihan, mendorong sektor
informal untuk dapat menjadi pelaku ekonomi sektor formal, dan menciptakan
industrialisasi sehingga bahan baku yang dimiliki dapat diolah menjadi barang
yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Namun demikian, penyelesaian permasalahan yang berdimensi makro
tersebut tidak dengan serta merta mampu menyelesaikan permasalahan yang
dialami oleh Indonesia di bidang ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Yustika
(2014) membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak senantiasa sejalan
dengan pertumbuhan lapangan kerja. Pada tahun 2011 ketika Indonesia
mengalami peningkatan pertumbuhan dari semula 6,1% di tahun 2010 menjadi
6,4%, penciptaan lapangan kerja malah merosot dari semula 3,3 juta lapangan
kerja di tahun 2010 menjadi 1,4 juta lapangan kerja di tahun 2011. Kemerosotan
ini juga terjadi pada tahun 2012 ketika pertumbuhan ekonomi menjadi 6,7%
pertambahan lapangan kerja malah merosot menjadi 1,1 juta lapangan kerja.
Selain tidak berdampak langsung pada penciptaan lapangan pekerjaan,
Yustika (2014) juga berpendapat bahwa penitikberatan pada pertumbuhan
ekonomi mengakibatkan Indonesia menganut pola perekonomian yang bersifat
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 64
top down dan mengalami liberalisasi ekonomi yang ditandai dengan mengalir
derasnya investasi asing masuk ke Indonesia. Pada awalnya, liberalisasi ekonomi
ini mendatangkan dampak positif yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia,
namun pada tahun 1998, liberalisasi ekonomi ini pulalah yang mendorong
Indonesia masuk ke jurang krisis ekonomi yang pada akhirnya berakhir dengan
krisis multidimensi yang dampaknya sebagian masih terasa hingga saat ini.
“Pemberhalaan” pertumbuhan ekonomi berbasis liberalisasi ekonomi
secara empirik mengakibatkan dampak negatif berupa 1) terjadinya disparsitas
pendapatan antara si kaya dan si miskin yang semakin tinggi, 2) kesenjangan
antara sektor formal dan sektor informal, 3) terlemparnya sebagian orang dari
akses ekonomi, dan 4) manfaat pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh kreditur
asing dan penanam modal (Stiglitzt, 2006). Kondisi ini menimbulkan kesadaran
bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh utang dan penanaman modal
asing tidak menimbulkan manfaat yang maksimal bagi sebagian besar masyarakat
yang seharusnya menjadi pusat perhatian melainkan hanya menguntungkan
segelintir pemilik modal di dalam bahkan di luar negeri.
Kurangnya manfaat pertumbuhan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat
merupakan gejala yang memperihatinkan dan perlu diperbaiki. Selain merugikan
secara ekonomi, pola pembangunan yang bersifat top down juga mengakibatkan
daya kreatif masyarakat dalam mempergunakan sumber daya lokal menjadi jauh
berkurang. Masyarakat cenderung menunggu dan mengikuti arahan dari
pemerintah dibandingkan dengan berupaya untuk memperkuat sumber daya
kolektif dalam meningkatkan kesejahteraan. Hal ini misalnya terlihat ketika
pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian alokasi pendanaan ke desa-desa
yang lebih dikenal dengan kebijakan Dana Desa. Banyak desa yang kesulitan
untuk membuat kegiatan ekonomi produktif dengan melihat potensi desanya
karena telah terbiasa menunggu komando dari pemerintah di atasnya.
Kondisi seperti ini tentunya tidak boleh dibiarkan terus menurus.
Diperlukan perubahan pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan
perekonomian di Indonesia. Tentu saja upaya untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi dan pendekatan pembangunan yang bersifat makro tidak boleh
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 65
B. Ekonomi Kerakyatan
Sistem ekonomi kerakyatan adalah “sistem ekonomi rasional yang disusun
sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan azas kekeluargaan, dimana produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat (rakyat) dalam
mengendalikan jalannya perekonomian” (Baswir, dalam Awang, 2014:2). Di
Indonesia, sistem ekonomi kerakyatan ini memiliki landasan konstitusional
sebagaimana yang dikemukakan oleh Limbong (2015) berikut ini;
1) Pancasila pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2) Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
3) Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tertulis dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang
4) Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi, “1) perekonomian disusun atas usaha
bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan, 2) cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, 3)
bumi air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 66
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 67
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 68
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 69
citakan. Perubahan ini dapat berupa perbaikan tingkat ekonomi masyarakat seperti
dengan terciptanya sumber pendapatan yang baru, perubahan politik di
masyarakat dalam konteks pengambilan keputusan yang lebih demokratis,
penggunaan sumber daya lokal yang lebih lebih besar daripada pemanfaatan
sumber daya di luar masyarakat, dan lain sebagainya.
Pengembangan masyarakat juga dapat dipandang sebagai sebuah metode.
Dalam perspektif ini, pengembangan masyarakat dipandang sebagai serangkaian
cara dalam mencapai tujuan. Terdapat beberapa metode yang dapat dimanfaatkan
dalam melaksanakan pengembangan masyarakat. Metode-metode tersebut
diantaranya adalah; 1) Environmental Scanning, 2) Logical Framework, 3)
Participatory Impact Monitoring, 4) Focus Group Discussion, dan 5)
Zielobjectiev Orientierte Project Planning.
Pemanfaatan sebuah metode dalam kegiatan pengembangan masyarakat
dapat berwujud pada dilaksanakannya sebuah program. Program dapat berupa
serangkaian prosedur yang berisikan daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.
Program-program ini dapat merujuk pada sebuah subyek yang khas seperti
program kesehatan, pendidikan, pertanian, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
pengembangan masyarakat jika dilihat dalam perspektif program dapat diartikan
sebagai rangkaian prosedur kegiatan yang secara spesifik dapat dimanfaatkan
secara aplikatif dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Makna terakhir dari pengembangan masyarakat adalah sebuah gerakan.
Perspektif pengembangan masyarakat sebagai sebuah gerakan menyatakan bahwa
pengembangan masyarakat merupakan perjuangan dari segenap pihak yang
terlibat. Dengan demikian, segala aspek pengembangan masyarakat tidak semata-
mata menekankan hasil secara kuantitatif berupa peningkatan kualitas hidup
masyarakat secara material semata namun juga berupaya mengubah masyarakat
dalam aspek kultural dan sosial.
Untuk dapat menghasilkan perubahan sesuai yang diharapkan maka
pengembangan masyarakat hendaknya mengikuti azas, prinsip, dan strategi
sebagai berikut (Ife, 1995):
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 70
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 71
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 72
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 73
manusia, dll. Tujuan pemanfaatan sumber daya lokal tersebut selain untuk
dapat menghemat sumber daya juga agar keberlanjutan sebuah program dapat
terjamin.
9) Ketidaktergantungan pada pemerintah
Bantuan pemerintah dalam program pemberdayaan bukanlah hal yang
terlarang. Namun hendaknya bantuan tersebut hanyalah dipergunakan sebagai
pemicu semata untuk mendorong swadaya kolektif masyarakat. Bantuan dari
pemerintah yang terlalu berlebihan malah dapat melemahkan swadaya
kolektif dan mendorong masyarakat untuk senantiasa tergantung pada
pemerintah.
10) Tujuan dan visi
Dalam menerapkan metode maupun program pengembangan masyarakat
diperlukan sebuah visi yang jelas. Visi yang jelas akan memberikan kejelasan
pada misi serta tujuan program tersebut. Hal ini akan mengurangi benturan
yang mungkin terjadi antara personal maupun komponen-komponen program.
11) Bersifat organik
Pengembangan masyarakat hendaknya memanfaatkan struktur yang sudah
ada di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah
menerima dan tidak perlu lagi beradaptasi dengan struktur yang baru.
Memang tidak dapat dipungkiri adanya kemungkinan struktur yang tidak
kompatibel dengan program yang dilaksanakan. Dalam kondisi seperti ini
lebih baik dilaksanakan modifikasi dibandingkan dengan membangun sebuah
struktur yang baru.
12) Kecepatan gerak
Seorang fasilitator dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat hendaknya
tidak terlalu berfokus kepada seberapa cepat program tersebut dapat
dilaksanakan. Tingkat kecepatan pelaksanaan program hendaknya disesuikan
dengan dinamika yang terjadi pada masyarakat. Perubahan yang terburu-buru
ketika masyarakat belum siap hanya akan menimbulkan kegagalan pada
program tersebut.
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 74
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 75
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 76
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 77
1. Analisis masalah
Dalam tahapan ini ditelaah permasalahan yang dialami oleh sebuah
masyarakat. Penelaahan ini dilakukan dengan:
1) Memastikan semua orang yang terkait dilibatkan dalam analisis masalah
2) Menuliskan rumusan singkat mengenai „permasalahan inti‟ yang dituliskan
dalam sebuah kartu yang ditempelkan di papan. Rumuskan masalah
lainnya/kondisi negatif yang menyebabkan „permasalahan inti‟ dan letakkan
kartu-kartu tersebut di atas kartu „permasalahan inti‟
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 78
Permasalahan Inti:
Tingginya angka kematian ibu melahirkan
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 79
Analisis Tujuan atau kondisi yang diinginkan tergambar pada Gambar 5.2.
Kondisi di Masyarakat
- Perempuan mendapatkan perhatian yang layak dalam keluarga
- Meskipun menyadari bahwa kematian adalah kuasa Tuhan namun
manusia wajib mengupayakan agar terhindar dari kematian
- Pelayanan kesehatan yang memadai
- Kebijakan pemerintah yang mendukung
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 80
4. Analisis peran
Analisis yang dilakukan untuk memetakan peran dari semua orang,
kelompok, organisasi, lembaga yang berhubungan/berkepentingan dengan suatu
program. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kartu yang berisi
nama, hubungan/kepentingan dengan program, keinginan dan harapan mereka,
potensi serta kelemahannya, dan konsekuensi mereka terhadap program. Contoh
kartu peran dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 81
E. Simpulan
Keberhasilan pembangunan di Indonesia selama ini seringkali
diindikasikan dengan keberhasilan dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Namun, data empirik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidak secara langsung berkorelasi dengan terjawabnya permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Kondisi seperti ini terjadi karena pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengandalkan kepada utang dan penanaman modal asing
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 82
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 83
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, A.T. 2011. Penyertaan Modal Sosial dalam Struktur Pengendalian Intern
LPD (Studi Kasus pada LPD Desa Pakraman Penglatan, Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika Vol. 1, No. 1 Desember 2011.
Awang, S.A. 2014. Konsep Ekonomi Kerakyatan dan Aplikasinya pada Sektor
Kehutanan. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017 di
www.ekonomirakyat.ugm.ac.id
Forse, Michel. 2004. “Hubungan Sosial Sebagai Sumber Daya”. Dalam Philippe
Cabin dan Jean François Dortier, ed. Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya. [Penerjemah: Ninik Rochani Sjams]. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Fukuyama, Fransis. 2002. Trust. Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
[Penerjemah: Ruslani]. Yogyakarta: CV. Qalam.
Giddens, Anthony. 2003. Jalan Ketiga & Kritik-kritiknya. [Penerjemah: Imam
Khoiri, Yogyakarta: IRCiSod.
Ife, J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision,
Analysis and Parctice. Melbourne: Longman.
Irawan dan M. Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE
Kenny, S. 1994. Developing Communities for The Future: Community
Development in Australia. Melbourne: Thomas Nelson.
Limbong, B. 2015. Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi. Jakarta:
Pustaka Margaretha.
Nasdian, F. T. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Soetomo. 2012. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stiglitzt, J. 2006. Making Globalization Work. New York: WW Norton &
Company.
van Beers dan L.A. Colley. 1972. Survey of Community Development Java
Indonesia. Ontario: University of Gulph.
Theresia, A, K.S Andini, P.G.P. Nugraha, dan T. Mardika. 2014. Pembangunan
Berbasis Masyarakat Bandung: Alfabeta.
Yustika, AE. 2014. “Ilusi Pertumbuhan Ekonomi” Kompas 21 Maret 204.
Halaman: 4 .
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 84
BAB VI
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar serta Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
(TUPM).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta untuk
memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan, seperti pembangunan sarana
sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan
pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi
masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi
penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani
secara lintas sektor. Selain pembangunan infrastruktur berupa sarana sanitasi
dasar, selanjutnya diharapkan adanya pembangunan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan lingkungan sehingga akan dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
1) Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat
kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu
0
100 C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati.
2) Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat zat-zat yang
diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidak tercemar oleh zat-zat
yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat carbondioksida).
3) Keadaan tanah
Tanah yang sehat adalah tanah yang baik untuk penanaman suatu tumbuhan,
dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
4) Suara/kebisingan
Yaitu keadaan dimana suatu lingkungan yang kondisinya tidak bising yang
dapat mengganggu aktifitas/alat pendengaran manusia.
untuk sumur pompa sebagi berikut; buatlah larutan kaporit sebanyak 20 liter air
dengan 2 sendok makan kaporit.
Permasalahan yang sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun air
sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum
yang sehat bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk diminum. Air yang layak
diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis,
kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika
ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak
untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas
tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat
maupun tidak langsung dan secara perlahan.
Gambar 6.1 Pencemaran Air dan Tanah di Permukiman Padat Penduduk Bantaran
Kali di Jakarta
Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
1) Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang
diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur
dan sebagainya.
1) Penyimpanan
Penyimpanan sampah untuk setiap rumah cukup 1 m³. Tempat sampah
sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
Tempat sampah supaya ditutup rapat sehingga tidak menarik perhatian
serangga atau tikus.
2) Pengumpulan
Pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara perorangan, oleh
pemerintah, atau oleh swasta.
3) Pembuangan
Pembuangan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
Land Fill; Sampah dibuang pada tanah yang rendah.
Individual Incineration (dibakar); Sampah dari rumah dikumpulkan
sendiri, kemudian dibakar sendiri.
Incineration dengan incinerator khusus; Cara ini dikerjakan oleh
pemerintah.
Pulverization (digiling); Cara pulverization ialah semua sampah baik
garbage maupun rubbish digiling (dihaluskan) dengan alat khusus
kemudian setelah halus dibuang ke laut.
Composting (dibuat pupuk); Sampah dikumpulkan kemudian digunakan
sebagai pupuk untuk penyubur tanaman di sawah.
Recycling, yaitu sebagian sampah-sampah yang masih dapat dipakai,
diambil, dan digunakan lagi dibuat menjadi baru.
Hog feeding; Hog feeding dapat sebagai makanan ternak sisa-sisa sayuran
atau ampas tahu atau pembuatan tapioka ini dapat untuk makanan ternak.
3) Sistem riool (Sewerage); Sistem riool ini merupakan cara pembuangan air
limbah di kota-kota dan selalu harus termasuk rencana pembangunan kota.
Semua air limbah baik dari rumah-rumah penduduk dan dari perusahaan-
perusahaan dialirkan ke system riool. Riool yang dipakai juga untuk
menampung air hujan ini yang disebut dengan Combined system, tetapi bila
yang menampung air hujan itu dipisahkan disebut Separated system. Supaya
tidak merugikan aliran di bawah maka di ujung kota dibuat pengolahan
dahulu. Proses pengolahan tersebut ialah:
Penyaringan (Screening),
Pengendapan (Sedimentation),
Proses Biologis,
Disaring dengan pasir (Sand Filter),
Dengan Disenfeksi, dan
Pengenceran.
4. Perumahan Sehat
Rumah untuk tempat tinggal maupun rumah yang dipakai untuk kantor
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Karena keadaan rumah atau perumahan
merupakan salah satu faktor yang menentukan hygienic dan sanitasi/kesehatan
lingkungan. Lebih-lebih jamban dan WC di mana tempat tersebut jika tidak
dijaga kebersihannya akan merupakan tempat atau sumber vektor yaitu
tempat/benda yang dapat menimbulkan suatu penyakit.
Menurut Winslow rumah yang sehat harus memenuhi syarat:
1) Dapat memenuhi kebutuhan fisiologi,
Suhu ruangan sekitar 25˚ C pada rumah-rumah yang modern suhu ruangan
ini diatur dengan air conditioning.
Cukup pergantian udara/ventilasi.
Harus cukup penerangan baik siang maupun malam hari, kalau malam
yang ideal adalah penerangan listrik.
2) Dapat memenuhi kebutuhan psikologis,
Kebutuhan ini ialah keadaan rumah dan sekitarnya diatur sedemikian rupa
sehingga memenuhi rasa keindahan (aesthetis) sehingga penghuni rumah
ini merasa senang tinggal di rumah.
Juga adanya kebebasan di rumah bagi setiap keluarga yang tinggal di
rumah.
Anak-anak yang sudah dewasa supaya mempunyai kamar sendiri-sendiri
sehingga privacynya harus tidak terganggu.
Harus mempunyai ruang duduk sekeluarga bila pada saat-saat tertentu
berkumpul.
Mempunyai ruang tamu sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan
baik.
3) Dapat menghindari terjadinya kecelakaan, dan
Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat dan tidak mudah
roboh.
Menghindari kecelakaan di kamar mandi atau sumur karena lantainya
licin.
Bahan jangan mudah terbakar.
Disediakan alat pemadam kebakaran.
4) Dapat menghindari terjadinya penyakit.
Adanya sumber air yang sehat, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pembuangan kotoran, air limbah, sampah yang baik.
Mencegah berkembangbiaknya vektor penyakit sejenis nyamuk, lalat,
tikus, kecoak dan lain-lainnya.
Cukup luas kamar dan ruang-ruang yang lain.
maka bahan-bahan setempat yang murah, misal bambu, kayu atap rumbai dan
sebagainya adalah merupakan bahan pokok pembuatan rumah.
3) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Pada dewasa ini teknologi
perumahan sudah begitu maju dan sudah begitu modern. Akan tetapi
teknologi modern itu sangat mahal dan kadang-kadang tidak dimengerti oleh
masyarakat.
Syarat rumah sehat adalah sebagai berikut, ditinjau dari segi :
1) Bahan bangunan
Lantai: dapat berupa ubin/semen/kayu. Syarat yang penting disini adalah
tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan
Dinding : dapat berupa tembok atau papan.
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun
pedesaaan. Disamping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Atap seng dan asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas dalam rumah.
Lain-lain
Kayu atau bambu untuk tiang yang dapat tahan lama.
2) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam ruangan tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Fungsi kedua dari ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
Ventilasi alamiah, dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding dan sebagainya.
Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap
udara.
3) Sumber cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, seperti baksil TBC.
Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup.
Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
2
menyediakan 2,5 – 3 m untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5) Fasilitas Pendukung
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
Peyediaan air bersih yang cukup,
pembuangan tinja,
pembuangn air limbah
pembuangan sampah,
fasilitas dapur, dan
Ruang berkumpul keluarga.
Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa
akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup air dalam tangki
tersebut. Dalam proses biologis ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas
abkteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic
dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair
lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.
6. Lingkungan Sekolah
Masalah lingkungan lain yang juga sering menjadi permasalahan adalah
lingkungan sekolah. Dengan terciptanya lingkungan sekolah yang rapi, bersih,
sehat, dan aman, kita mengharapkan, bahwa; (1). Proses belajar dan mengajar
akan dapat berjalan dengan lebih sempurna, (2). Murid dan guru akan merasa
tentram berada di lingkungan sekolah, (3). Murid dan guru akan mempunyai rasa
turut memiliki (sense of belonging) atas lingkungan sekolah, dan (4). Dalam diri
murid-murid akan tumbuh sikap positif berupa rasa senang dan cinta akan
lingkungan yang bersih.
Upaya pemeliharaan dan pembinaan lingkungan yang dapat dimasukkan ke
dalam program pendidikan kebersihan antara lain: (a). Pembersihan dan
pemeliharaan kebersihan ruang kelas, yang meliputi lantai, dinding, prabot, hiasan
dinding, dan lemari buku, (b). Pembersihan dan pemeliharaan kebersihan halaman
sekolah, tempat penampungan sampah, ruang tempat bermain, lapangan olahraga,
dan taman bunga, (c). pembersihan dan pemeliharaan kebersihan kamar mandi
kakus, sumber air bersih (sumur) dan (d). Pembersihan dan pemeliharaan taman
dan kebun sekolah.
Dalam upaya pemeliharaan dan pembinaan lingkungan sekolah, perlu pula
memperhatikan sarana dan prasarana yang memenuhi standar kesehatan, yaitu:
1) Ruang Kelas
2
Rasio minimal luas ruang kelas 2 m /siswa. Untuk rombongan belajar dengan
2
peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimal ruang kelas 30 m dengan
lebar minimal 5 m. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan
minimal 2,5 m dan jarak papan tulis dengan meja paling belakang minimal 9
m. Kapasitas maksimal ruang kelas 28 siswa. Tersedia tempat cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan sabun. Minimal satu tempat cuci tangan
untuk dua kelas. Di setiap kelas disediakan tempat sampah bertutup.
2) Sanitasi
Sekolah memiliki sarana sanitasi dasar berupa sarana air bersih, saluran
pembuangan air limbah, dan jamban (WC). Sarana air bersih dapat berupa
sumur gali, sumur pompa tangan, atau sumur bor. Jamban di sekolah minimal
berbentuk leher angsa dan dilengkapi septic-tank kedap air serta saluran
peresapan. Rasio kamar mandi/WC dan urinoir adalah perbandingan antara
jumlah peserta didik dengan banyaknya kamar mandi/WC dan urinoir yang
tersedia. Untuk peserta didik rasionya adalah 1:60; sedangkan untuk siswi
rasionya adalah 1:50. Kamar mandi/WC dan urinoir peserta didik/siswi
terpisah dengan kamar mandi/WC dan urinoir guru dan pegawai. Ukuran
2
kamar mandi/WC tidak kurang dari 2 m . Dinding berwarna terang. Lantai
memiliki perkerasan tidak licin, air tidak menggenang, memiliki kemiringan
minimal 1%. Closet memiliki ketinggian 30 cm dari lantai baik closet untuk
guru maupun untuk peserta didik. Ruangan memiliki lubang penghawaan dan
pencahayaan yang cukup, bebas dari jentik nyamuk, memiliki alat kebersihan
(sikat, sabun, karbol), dan tempat sampah tertutup. Sekolah memiliki sarana
air bersih yang mencukupi untuk warga sekolah, memenuhi kualitas air bersih
secara fisik, kimia, dan bakteriologis. Jarak antara sarana air bersih dan
septic-tank minimal 10 m.
D. Simpulan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat sehingga kesehatan lingkungan tersebut
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Peran pemerintah dan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan lingkungan sehingga dapat
memenuhi syarat-syarat kesehatan, utamanya dalam hal penyediaan air bersih,
pembuangan sampah dan air limbah, mencegah polusi udara, perumahan sehat,
pembuangan kotoran manusia, dan kesehatan lingkungan sekolah.
1. TTG-1 Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik (fermentasi) oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen
(anaerob). Komponen biogas terdiri dari sekitar 60 % CH4, 38 % CO2, 2%
N2, O2, H2, H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas
dapat digunakan sebaga pembangkit listrik, sehingga dapat dijadikan sumber
energi alternatif yang rmah lingkungan dan terbarukan. Salah satu biogas yang
memungkinkan untuk dikembangkan yakni biogas skala rumah tangga. Berikut
spesifikasi teknis biogas skala rumah tangga terdiri dari: 1) volume reaktor
(plastik) : 2) 4.000 liter; 3) Volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter; 4)
kompor Biogas : 1 buah; 5) drum pengaduk bahan : 1 buah, 6) pengaman gas : 1
buah; 7) selang saluran gas : +10 m; 8) kebutuhan bahan baku : kotoran ternak
3
dari 2-3 ekor sapi/kerbau, atau 6 ekor babi; dan 9) biogas yang dhasilkan : 4 m
per hari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah). Reaktor biogas skala rumah
tangga, seperti ditunjukkan pada gambar 7.3.
2. TTG-2 Bio-Fertilizer
Bio-fertilizer atau pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari
bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Bahan dalam
pembuatan kompos terdiri dari: 1) jerami yang dipotong sepanjang 5-10 cm (20
bagian); 2) dedak (1 bagian); 3) sekam (20 bagian); 4) gula pasir (5 sendok
makan); 6) EM4 (5 sendok makan); dan 7) air (20 liter). Langkah-langkah
pembuatan pupuk organik yakni: 1) larutkan EM4 dan gula ke dalam air; 2)
Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata; 3) Siram adonan dengan larutan
EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal, air
tidak menetes dari adonan dan bila kepalan dilepas adonan akan merekah; 4)
Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian
ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari; 5) Suhu adonan dicek setiap 5 jam
o o
sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 C, bila suhu lebih dari 50 C karung
penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik, kemudian ditutup kembali; dan 6)
Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.
kemudian maukkan potongan kelapa pada lubang masukan, tampung hasil parutan
pada penampung yang sudah disediakan; dan (4) selesai bekerja, alat dibersihkan
agar tahan lama.
7. Kompor Surya
Kompor surya adalah perangkat masak yang menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi. Berhubung kompor jenis ini tidak
menggunakan bahan bakar konvensional dan biaya operasinya rendah, organisasi
kemanusiaan mempromosikan penggunaannya ke seluruh dunia untuk
mengurangi penggundulan hutan dan penggurunan, yang disebabkan oleh
penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak. Alat ini terdiri
dari payung dan aluminium foil yang digunakan sebagai alat utama untuk
membuat alat ini. Teknik pembuatan alat ini: Susunlah payung dengan reflector
menyerupai parabola, jika tidak mempunyai payung dengan warna silver, dapat
digunakan payung biasa dengan melapisi aluminium foil pada bagian dalam
payung. Guntinglah aluminium foil dan tempelkanlah ke bagian dalam payung
sehingga keseluruhan bagian dalam payung dapat tertutupi oleh aluminium foil.
8. Listrik matahari
Pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik.
Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem
lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan
energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor. Adapun alat dan
bahan yang digunakan untuk membuat listrik sel surya sebagai berikut. 8 cell
panel surya 0.5v 200 mA (banyak dijual di toko-toko elektronik), Capacitor 100
uF, Capacitor 10 uF, Transistor TIP 31 atau yang sejenis, Resistor 1 K, Dioda BY
207 (Diada 5 Ampere) atau yang sejenis , Accu Motor, Kurang lebih 3 meter
kawat email diameter 0.25 mm, dan Batang Ferite yang biasa di pakai di radio-
radio AM.
bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi gerak menjadi energi
listrik dengan teori medan elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang
dengan material ferromagnetik permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat
stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk
loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks
pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan
tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini
disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh
masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa
AC (alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih
sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum
dapat dimanfaatkan.
21. Internet
Secara teknis Internet (international networking) merupakan dua komputer
atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan komputer hingga
meliputi jutaan komputer di dunia(international), yang saling berinteraksi dan
bertukar informasi. Internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang di
dalamnya terdapat jutaan, bahkan milyaran informasi/ data yang dapat berupa
teks, grafik, audio maupun animasi dan lain-lain. Berikut tiga macam contoh
fasilitas internet yakni: (1) world wide web (www), (2) elektronik mail, dan (3)
telnet.
Wolrd wide web adalah bagian yang paling menarik dari internet , melalui
web kita bisa mengakses informasi-informasi tidak hanya berupa teks, tapi juga
gambar-gambar, suara, film dan lain-lain. Elektronik Mail adalah surat elektronik
yang dikirim dan dibaca lewat internet. Telnet adalah fasilitas internet yang
membuat kita bisa menggunakan komputer untuk berhubungan dengan komputer
orang lain dan mencari atau mengambil informasi-informasi yang ada di komputer
tersebut.
B. Simpulan
Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan teknologi yang dikembangkan
secara tradisional dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan
lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat setempat. Sebelum
menggunakan TTG secara luas, terlebih dahulu dilakukan penerapan dari TTG
secara terbatas kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini diharapkan
masyarakat bisa berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan mampu
memfungsikan TTG dengan baik, sehingga bermanfaat bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat..