Anda di halaman 1dari 92

Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 27

BAB III
SOSIAL, BUDAYA, DAN ETIKA

A. Manusia dan Kebudayaan


Perkembangan alam pikiran manusia telah memunculkan berbagai
pandangan tentang manusia. Kelompok materialisma memandang manusia
semuanya berasal dari materi/ benda yang tak berbeda dengan benda-benda lain di
dunia. Kelompok spiritualis memandang bahwa manusia tidak hanya benda /
materi tetapi juga jiwa. Freud memandang manusia sebagai makhluk dengan
naluri ekonomi. Nietzhe memandang manusia yang selalu berkehendak untuk
berkuasa. Cassier mengajukan pandangan bahwa manusia adalah mahkluk yang
mampu membuat dan menggunakan simbol, maka manusia disebut sebagai
animal symbolicum (Soeprapto,1998). Berbagai pandangan tersebut lebih lanjut
memposisikan keberadaan manusia sebagai makhluk multidimensional atau
sebagai makhluk monopluralistik.
Keberadaan manusia sebagai makhluk multidimensional juga terkait
dengan susunan kodrat manusia terdiri dari aspek kejasmanian, kejiwaan, rasa dan
karsa. Melalui hal itulah manusia melakukan proses transformasi diri dan
adaptasi. Dalam berspektif personalistik, dinyatakan bahwa dalam diri manusia
terdapat empat struktur dasar yang sangat menentukan corak keberadaan dan
perilakunya sebagai pribadi, yaitu: 1) manusia sebagai makhluk jasamani-
rohaniah; 2) manusia sebagai makhluk individual – sosial; 3) manusia sebagai
makhluk yang bebas; 4) manusia sebagai makhluk yang menyejarah (Sindunata,
2000). Sedangkan Notonagoro menyatakan bahwa manusia pada hakekatnya
adalah sebagai mahkluk monopluralis yang tersusun dari unsur-unsur susunan
kodrati, sifat kodrati, dan kedudukan kodrati manusia. Keberadaan manusia yang
multidimensional dalam konteks manusia Indonesia menurut Sunoto (1983)
paling tidak memiliki empat dimensi utama yaitu: dimensi Transendentalia,
Dimensi Idealita, Dimensi Sosialita, dan Dimensi Materialita . Keempat dimensi

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 28

manusia Indonesia tersebut secara integral memberi inspirasi dan aspirasi


kehidupan, terhadap manusia baik dalam kapasitas manusia sebagai kata benda
maupun dalam kapasitasnya sebagai kata kerja. Sebagai kata benda manusia salah
satu makhluk ciptaan Tuhan yang tunduk pada hukum alam.Sebagai kata kerja
manusia dipandang sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai
kelengkapan, terutama akal budi. Dengan akal budinya manusia aktif memilih
dan menghasilkan sistem perlengkapan hidup, sistem nilai, dan sistem sosial.
Dengan kata lain manusia menghasilkan kebudayaan dalam berbagai dimensinya,
manusia membudaya. Hal ini sekaligus mempresentasikan keberadaan manusia
sebagai makhluk biokultur.
Sebagai makhluk membudaya, manusia menyadari adanya potensi jiwa
dan raga. Potensi ini dikembangkannya ke arah yang lebih baik, dan bermanfaat.
Dalam tatanan kehidupannya bermasyarakat manusia mengenal adanya norma dan
nilai yang berasal dari prinsip-prinsip kehidupan yang diyakininya. Norma dan
nilai itu dikembangkannya, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi
berikutnya, melalui berbagai proses pembudayaan. Keempat dimensi manusia itu
terwujudkan/ terintegrasikan dalam kebudayaan Indonesia. Melalui hal itu
kebudayaan yang terwujudkan oleh masyarakat Indonesia benar-benar akan dapat
berfungsi dalam meningkatkan mutu hidup manusia/ masyarakat Indonesia dan
menjadi landasan dalam menata hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan alam, dan manusia dengan manusia. Khusus mengenai hubungan antara
manusia dengan manusia, kebudayaan memberikan pengisian tentang keadilan,
cinta kasih, kejujuran, penghargaan sesama manusia, tenggang rasa, dan
kerukunan, sebagai semangat yang mendasari hubungan antarmanusia yang lebih
manusiawi. Dalam konteks inilah dinyatakan manusia sebagai makhluk
membudaya.
Keberadaan manusia sebagai makhluk budaya merupakan suatu fakta
historis. Dalam keberadaannya sebagai makhluk membudaya inilah manusia
diposisikan di satu sisi sebagai pembentuk kebudayaan di sisi yang lain dibentuk
oleh kebudayaan. Dalam dinamika siosialnya manusia dan kebudayaan saling

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 29

pengaruh mempengaruhi. Hal inilah yang dinyatakan sebagai suatu hubungan


yang bersifat dialektis. Artinya ada interaksi kreatif antara manusia dan
kebudayaan. Dialektika fundamental tersebut dalam konteks teori konstruksi
sosial dinyatakan terdiri dari tiga tahap, yaitu: eksternalisasi, adalah proses
pencurahan diri manusia secara terus menerus ke dalam dunia melalui aktivitas
fisik dan mentalnya dalam rangka penciptaan kebudayaan. Objektivasi, adalah
tahap di mana aktivitas manusia menghasilkan suatu realitas objektif yang berada
di luar diri manusia. jadi manusia sudah menghasilkan produk-produk tertentu,
baik dalam berbagai wujud budayanya. internalisasi ialah tahap di mana realitas
objektif hasil ciptaan manusia kembali diserap oleh manusia (Berger dan
Luckmann,1990). Dengan kata lain, struktur dunia objektif, hasil karya,
ditransformasikan kembali ke struktur kesadaran subjektifnya. Jadi realitas
eksternal kembali menjadi realitas internal ( Maran,2000). Untuk lebih jelasnya
hubungan dialektikan tersebut dapat disimak pada Gambar 3.1.

KEBERADAAN KEBUDAYAAN TERKAIT DENGAN KEBERADAAN


MANUSIA
SBG
MEMBUDAYA

• KEBUDAYAAN DGN MNS/MASY MEMILIKI HUB YG BERSIFAT


DIALEKTIKA

eksternalisasi
3 WUJUD
objektivas 7 UNSUR
MNS i
KEB

internalisa
Sosialisasi
si

Gambar 3.1 Hubungan Dialektika Manusia dan Kebudayaan


(Diadaptasikan dari Berger dan Luckmann,1990)

Proses dialektika kebudayaan tentu tidak dapat dilepaskan dengan potensi


diri dari manusia itu sendiri, hal mana lebih jauh akan mewarnai karakter
kepribadian dan karakter kebudayaan yang dikembangkannya. Hal ini sejalan

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 30

dengan definisi kebudayaan sebagai a design for living, suatu desain kehidupan,
dan sebagai a set of control mechanisms. Melalui hal itulah manusia
menghadaptasikan diri dengan lingkungannya. Di sini terlihat betapa pentingnya
peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia. Kepribadian
manusia yang sangat mempengaruhi aktion manusia. Parsons menggolangkan
aksi manusia itu menjadi dua sistem:(1) sistem-sistem kepribadian, dan (2)
sistem-sistem sosial. Di samping itu dalam kehidupan masyarakat juga ada sistem
kebudayaan, yang terdiri dari kepercayaan, nilai-nilai, lambang-lambang. Sistem
kebudayaan ini merupakan inti dari sistem kepribadian dan sistem sosial (Tilaar,
2000).
Keberadaan manusia sebagai makhluk membudaya mengandung makna
bahwa kebudayaan merupakan dimensi dalam hidup dan tingkah laku manusia.
Dalam kebudayaan tercakup hal-hal terkait dengan bagaimana persepsi manusia
terhadap dunia lingkungan serta masyarakatnya, yang menjadi landasan pokok
untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya bahkan untuk memotivir setiap
langkah yang hendak dan harus dilakukannya. Keberadaan manusia sebagai
makhluk membudaya semakin jelas dalam dimensi historis. Dalam dimensi
historis kebudayaan menunjukkan fungsi sosialnya. Karena kebudayaan pada
dasarnya merupakan usaha manusia mencapai kesempurnaannya sebagai
manusia. Oleh karena itu usaha-usaha budaya di satu pihak bertujuan
membebaskan manusia dari keterbelakangan, kemelaratan, serta ketidakadilan,
dan di lain pihak mengisi arti kebebasan manusia untuk meningkatkan taraf dan
mutu kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal itulah maka dikatakan bahwa
kebudayaan adalah proses pemanusiaan manusia.

B. Kebudayaan
Manusia adalah makhluk berbudaya. Artinya, dengan modal yang
dimiliknya, yakni tubuh dan panca indra – manusia selalu menginginkan sesuatu,
pikiran (manah), budi (buddhi), dan atman (roh, Brahman atau Tuhan yang
transendental, berimanensi dalam tubuh) mengakibatkan manusia dapat

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 31

menciptakan kebudayaan. Kebudayaan bisa dilihat dari pengertian kata dan


wujudnya atau substansinya.

1. Pengertian kebudayaan
Koentjaraningrat (1983: 183-184) menunjukkan secara etimologis, kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah. Kata ini merupakan
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi, kebudayaan berarti
hal-hal bersangkutan dengan akal atau pikiran. Gagasan lain menyatakan bahwa
kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti
daya dari budi. Berkenaan dengan itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Sebaliknya, kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Masinambow
(2004: 10) memberikan penjelasan tambahan, jikalau pun ingin dibedakan antara
istilah budaya dan kebudayaan maka perbedaannya “... menggunakan istilah
budaya untuk nilai-nilai dan adat kebiasaan, sedangkan istilah kebudayaan, suatu
kompleks gejala termasuk nilai-nilai dan adat kebiasaan yang memperlihatkan
kesatuan sistemiki”. Namun, pada umumnya di kalangan para antropolog tidak
membedakannya. Kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan dari kebudayaan
dengan makna yang sama (Koentjaraningrat, 1983).
Kata kebudayaan disamakan pula dengan kata culture, yakni kata Latin
colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta
tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah lingkungan. Ada pulakata
peradaban (tamaddun dalam bahasa Arab) atau sivilization. Kata ini dipakai untuk
menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan
indah, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santu pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dll. Istilah peradaban sering pula
dipakai untuk menyebut kebudayaan berwujud sistem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat
kota yang maju dan kompleks (Koentjaraningrat, 1983: 184). Sobirin (2007: 54)

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 32

menunjukkan bahwa kata peradaban bisa pula berarti produk dari kehidupan
masyarakat dalam suatu wilayah negara. Karena itu, penyebutan suatu masyarakat
beradab atau tidak beradab bukan berarti yang bersangkutan tidak berbudaya,
tetapi berbudaya, namun yang membedakannya adalah kualitasnya.
Kata kebudayaan bisa pula dimaknai secara terminologis. Menurut
Kroeber dan Kluckhohn (dalam Sobirin, 2007: 52) ada 164 definisi kebudayaan.
Hal ini bisa dimaklumi, mengingat cakupan kebudayaan amat luas dan kompleks,
ditambah lagi dengan latar belakang dan paradigma yang dipakai untuk
melihatnya bisa berbeda antara pakar yang satu dan yang lainnya. Namun, untuk
lebih mudahnya dikutip definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1983:
182) yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik dari manusia dengan belajar”.
Shiraev dan Levy (2012: 4-5) memberikan definisi tentang kebudayaan
yang sangat menarik sebagi berikut.
Kultur sebagai seperangkap sikap, perilaku, dan simbol yang dianut oleh
satu kelompok orang dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya.
Ketiga komonen kultur tersebut secara teoretis memang bisa dipilahkan, namun
secara kontekstual menyatu sehingga setiap kultur selalu memiliki ciri ekplisit
sekaligus implisit. Artinya, kultur tidak saja menyangkut penampakan, tetapi juga
ide-ide yang ada di baliknya – sikap budaya.
Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa kebudayaan adalah ciptaan
manusia, baik secara perorangan maupun dengan melibatkan beberapa orang –
secara kolektif dalam waktu yang bersamaan atau secara lintas generasi melalui
proses belajar. Setiap manusia adalah bagian dari masyarakat sehingga secara
substansial kebudayaan adalah milik masyarakat (Koentjaraningrat, 1983).
Masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama” (Koentjaraningrat, 1983).

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 33

2. Wujud dan Unsur Kebudayaan


Koentjaraningrat (1983) membuat rincian tentang tiga wujud kebudayaan,
yakni: pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud kebudayaan seperti
ini bisa disebut sistem budaya (culture system) atau adat-istiadat. Kedua, wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari interaksi
manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan seperti ini disebut sistem sosial
(social system). Ketiga, kebudayaan berwujud kebudayaan fisik. Wujud fisik
mengacu kepada benda-benda ciptaan manusia atau secara umum disebut artefak.
Secara konsepsual ketiganya memang bisa dipisahkan, namun realitasnya yang
satu selalu berkaitan dengan yang lainnya. Kebudayaan secara universal juga
terdiri dari tujuh unsur, yaitu: perlengkapan hidup, mata pencaharian,
kemasyarakatan, bahasa, kesenial, penegtahuan, dan relegi

3. Manusia dalam Konteks Sistem Sosiobudaya


Konsep lain yang tidak kalah pentingnya adalah sistem sosiokultural
(sosiobudaya). Sanderson (1983) membagi sistem sosiokultural menjadi tiga
komponen dasar, yakni superstruktur ideologi, struktur sosial, dan infrastruktur
material. Jika pembagian ini dibandingkan dengan gagasan Koentjaraningrat
(1983) tentang tiga wujud kebudayaan, maka sistem budaya dapat disetarakan
dengan superstruktur ideologi, sistem sosial dapat disetarakan dengan struktur
sosial, dan kebudayaan fisik dapat disetarakan dengan infrastruktur material.
Manusia sebagai makhluk berbudaya tidak bisa melepaskan diri dari ruang
(lingkungan alam) dan waktu. Begitu pula manusia sebagai makhluk beragama
atau homo religious tidak bisa melepaskan diri dari agama. Berkenaan dengan itu
maka berbicara tentang sistem sosiokultural tidak saja menyangkut aspek
superstrukrur ideologi (sistem budaya), sistem sosial (struktur sosial) dan artefak
(infrastruktur meterial), tetapi harus pula memperhatikan ruang dan waktu dan
agama sebagai pedoman hidup bagi manusia. Hubungan antara komponen-
komponen ini dapat dicermati pada Gambar 3.2.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 34

Agama Wahyu

 Teks Suci
 Tradisi
 Kebenaran Mutlak

Sistem budaya

 Ideologi
 Nilai dan norma
 Agama sebagai tafsir
terhadap teks suci
 Pengetahuan
- Pengetahuan
eksistensional
- Ilmu

Sistem sosial Lingkungan hidup (ekologi)

 Manusia sebagai makhluk  Penampakan


individu - Lingkungan fisikal
 Masyarakat - Lingkungan biologikal
 Komunitas  Bentuk hubungan
 Kelompok sosial - Diterminisme lingkungan
 Institusi sosial - Possibilisme lingkungan
- Institusi keluarga - Probabilisme lingkungan
- Institusi pendidikan - Behavioralisme kognitif
- Institusi agama (cognitice behavioralism)
- Institusi ekonomi - Free-will
- Institusi politik enveronmentalism
 Struktur sosial

Kebudayaan fisik (teknologi, artefak)

 Alat-alat produksi
 Senjata
 Wadah
 Makanan, minuman dan kesehatan
 Pakaian, perhiasan, dan hiburan
 Termpat berlindung dan perumahan
 Alat-alat transportasi, komunikasi, dan media

Gambar 3.2 Hubungan antara Sistem Budaya, Sistem Sosial, Teknologi,


Lingkungan Alam, Waktu dan Agama

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 35

1) Sistem Budaya Atau Superstruktur Ideologi


Sistem budaya terdiri dari beberapa unsur antara lain ideologi. Magnis-
Suseno (1992: 230) menyatakan bahwa ideologi adalah keseluruhan sistem
berpikir, nilai-nilai, dan sikap-sikap dasar rohani sebuah gerakan, kelompok sosial
atau kebudayaan. Hunt (1987: 402) memberikan pemaknaan bahwa ideologi
adalah “suatu sistem pemikiran yang mendukung serangkaian norma”. Dengan
demikian, ideologi merupakan gagasan ideal fundamental yang diyakini
kebenarannnya sehingga dipakai sebagai pedoman bertindak dalam bentuk nilai
dan norma guna mewujudkan tataran dunia yang koheren sebagaimana adanya,
tetapi juga dunia sebagaimana seharusnya.
Dengan berpegang pada makna ideologi, begitu pula seperti terlihat pada
Gambar 3.2 komponen sistem budaya lainnya adalah nilai dan norma. Nilai
adalah patokan-patokan, anggapan-anggapan, keyakinan-keyakinan yang dianut
oleh banyak orang dalam suatu kebudayaan tertentu mengenai apa yang benar,
pantas, luhur, dan baik untuk dikerjakan, dilakukan atau diperhatikan (Polak,
1982: 31). Norma, adalah cara perbuatan dan kelakuan yang dibenarkan untuk
mewujudkan suatu nilai (Polak, 1982: 31). Dengan demikian, jelas terlihat bahwa
antara ideologi, nilai dan norma memiliki kaitan. Norma diciptakan manusia guna
melindungi nilai agar tidak diabaikan oleh manusia. Kesemuanya ini tidak bisa
dilepaskan dari ideologi, mengingat bahwa ideologi tidak saja merupakan sumber
nilai dan norma, tetapi juga melegitimasinya sehingga keberadaan dan perjalanan
ke depan suatu masyarakat menjadi jelas arahnya.
Norma yang berlaku dalam masyarakat bisa dibedakan menjadi beberapa
bentuk, dilihat dari kekuatan mengikatnya, yakni cara (usage), kebiasaan
(folkways), tata kelakuan (mores), dan adat-istiadat (custom). Misalnya, cara
minum dan cara makan termasuk cara. Pelanggaran terhadap suatu cara sanksinya
amat lemah, misalnya celaan. Kondisi ini berbeda dengan folkways dan mores.
Adat-istiadat merupakan tata kelakuan paling kuat sanksinya jika dibandingkan
dengan folkways dan mores (Soekanto, 1996). Sebagaimana yang berlaku di Bali,
seseorang yang melanggar adat-istiadat bisa dikenai sanksi adat, misalnya denda,

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 36

pengucilan (kasepekang) bahkan bisa pula diusir dari desa pakraman.


Sistem budaya juga mencakup agama sebagai tafsir atas teks suci atau
kitab suci suatu agama. Hal ini bisa dimasukkan ke dalam sistem budaya, sebab
tafsir kitab suci adalah karya manusia yang memuat gagasan ideal tentang suatu
agama. Tafsir atas teks suci pada masyarakat Bali antara lain berwujud lontar dan
tradisi-tradisi lisan yang hidup dan berkemabang dalam suatu masyarakat. Unsur
lain dari sistem budaya adalah pengetahuan, yakni pengetahuan sehari-hari atau
pengetahuan eksistensial – pengetahuan yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat dan pengetahuan ilmiah – antara lain dikembangkan di perguruan
tinggi yang ditularkan pula ke dalam masyarakat. Namun apa pun bentuk sistem
budaya, yakni ideologi, nilai, norma, tafsir atas teks suci suatu agama, dan
pengetahuan, secara substansial berbentuk sekumpulan ide yang terkait satu sama
lainnya membentuk suatu struktur sehingga tidak mengherankan jika sistem
budaya disebut pula struktur ideasional (Hara, 2011) atau struktur (Giddens,
2011). Ada pula yang menyebutnya dengan istilah “budaya sebagai suatu sistem
pemikiran” (Keesing, 1992: 68).
2) Sistem sosial atau struktur sosial
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk individu dan
juga sebagai makhluk sosial, selalu terikat pada sistem sosial. Sistem sosial bisa
berwujud masyarakat dan komunitas. Menurut Soekanto (1983) istilah sistem
sosial acap kali disamakan dengan masyarakat. Sedangkan istilah masyarakat
lazim pula disamakan dengan istilah komunitas – masyarakat desa dan kota atau
komunitas desa dan kota. Sistem sosial lainnya adalah kelompok sosial, yakni
hubungan timbal baik antarindividu, mereka sadar bahwa dirinya berkedudukan
sebagai anggota, terbentuk karena kepentingan yang sama, berstruktur, dan
berkaidah sehingga menunjukkan adanya perilaku yang berpola, bersistem dan
berproses (Soekanto, 1996).
Manusia mengenal pula sistem sosial berbentuk institusi, yakni struktur
status dan peran yang dilengkapi dengan seperangkat norma yang dilembagakan
dalam suatu organisasi guna memenuhi kebutuhan dasar anggotanya. Gambar 3.2

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 37

menunjukkan beberapa contoh institusi, yakni: pertama, institusi keluarga


memiliki fungsi fungsi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, afeksi,
penentuan status, perlindungan, dan ekonomis Kedua, institusi pendidikan
berfungsi sebagai agen pembudayaan, sosialisasi, dan ideologisasi berwujud
penanaman sistem nilai, norma, pengetahuan dan ideologi dominan dalam
masyarakat. Ketiga, institusi agama berfungsi untuk menjadikan manusia sebagai
homo religious, tidak saja berbakti pada Tuhan tetapi juga menaati ajarannya.
Keempat, institusi ekonomi berfungsi untuk memenuhi aneka kebutuhan manusia
sebagai makhluk menubuh dan meroh lewat produksi, konsumsi dan distribusi
barang dan atau jasa antara lain melalui pasar. Kelima, institusi politik, tidak saja
berfungsi untuk memenuhi hasrat manusia akan kekuasaan seperti dikemukakan
Nietzsche (dalam Sunardi, 2006), tetapi berguna pula untuk mewujudkan
keteraturan sosial sebagai konsekuensi dari ketaatan manusia terhadap sistem
budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat (Sunarto, 2000; Hunt, 1984).
Dengan mengacu kepada Gambar 3.2, sistem sosial berbentuk masyarakat,
komunitas, kelompok sosial atau institusi, selalu terikat pada struktur sosial, yakni
hubungan antarindividu berwujud tindakan yang berpola. Hubungan mereka
terikat pada struktur, yakni interaksi sosial yang di dalamnya melibatkan orang-
orang yang memiliki status dan peran berbeda, namun berkomplementer dengan
mengikuti tata aturan. Individu dalam sistem sosial, baik pada masyarakat,
komunitas maupun institusi tidak bersifat egaliter, tetapi berdiferensiasi bahkan
berhierarki. Sistem sosial bisa pula berdimensi kekuasaan atau terikat pada sistem
kepolitikan. Artinya, dalam sistem sosial selalu ada pihak yang menguasai. Pada
umumnya pihak yang berada pada strata atas sekaligus merupakan pihak yang
berkuasa. Gagasan ini terkait dengan penguasaan aneka modal, seperti modal
ekonomi, sosial, intelektual, kultur, dan simbolik (Bourdieu, 2009, 2010).
Tata aturan yang menyetruktur merupakan hasil hubungan antarindividu
dalam sistem sosial, begitu pula sistem kepolitikan yang menyertainya harus
dilembagakan agar berkelanggengan. Dalam konteks inilah sistem pendidikan
amat penting, idak saja berfungsi sebagai agen sosialisasi, pembudayaan, dan

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 38

ideologisasi guna memelihara tindakan sosial agar struktur sosial terjaga secara
baik, tetapi bisa pula dipakai sebagai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan
lewat hegemoni.
3) Teknologi
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa unsur kebudayaan lain adalah
kebudayaan fisik, yakni teknologi termasuk di dalamnya artefak. Teknologi
dipakai untuk mengolah dan beradaptasi dengan lingkungan guna memenuhi
kebutuhan ekonomi sehingga tekonologi disebut pula teknoekonomi (Kaplan dan
Manners, 1999). Teknoekonomi tidak bisa dilepaskan dari demografi, terutama
peningkatan jumlah penduduk. Kependudukan merupakan faktor penting yang
menentukan kondisi ekonomi dan teknologi dalam konteks hubungan manusia
dengan lingkungannya. Penambahan jumlah penduduk selalu terkait dengan
peningkatan kebutuhan dan keinginan secara kuantitas dan kualitas sehingga
mendorong perkembangan teknologi yang sekaligus bisa berdampak terhadap
lingkungan sebagai ruang bagi aktivitas manusia. Lingkungan alam dieksploitasi
secara lebih intensif – tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan lingkungan
agar kebutuhan manusia terpenuhi (Kaplan dan Manners, 1999).
Teknologi buatan manusia bisa dipilahkan menjadi beberapa jenis,
bergantung pada kebutuhan hidup manusia. Dengan mengacu kepada Soekanto
(1996) teknologi bisa dipilahkan menjadi beberapa jenis, yakni alat-alat produksi,
senjata, wadah, makanan, minuman dan kesehatan, pakaian, perhiasan, dan
hiburan, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transportasi, komunikasi,
dan media. Aneka bentuk teknologi ini amat penting bagi pemertahanan
kehidupan manusia, baik pada sistem sosial maupun dalam konteks aktivitas
pemertahanan diri pada lingkungan alam.
4) Lingkungan hidup
Lingkungan hidup atau ruang merupakan arena beraktivitas bagi manusia,
baik secara individu maupun secara dalam sistem sosial. Dengan demikian terlihat
bahwa lingkungan hidup bukan suatu ruang yang statis, melainkan bersifat
dinamis karena di dalamnya melibatkan perilaku manusia yang ikut membentuk

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 39

lingkungan alam sesuai dengan kepentingannya.


Gambar 3.2 menunjukkan bahwa lingkungan hidup secara
penampakannya, terdiri dari lingkungan fisikal (the physical environment) dan
lingkungan biologik (the biological environment). Dalam persepsi orang Timur,
misalnya Jawa dan Bali lingkungan biologik, tidak saja berbentuk tumbuhan dan
hewan, tetapi diyakini pula ada aneka makhluk superalamiah. Misalnya,
masyarakat Bali mengenal makhluk superalamiah, yakni bhuta kala, memedi,
tonya, dll. Makhluk supernatural bersifat niskala, namun kehadirannya tidak kalah
pentingnya daripada makhluk biologik yang bersifat sekala (Atmadja, 2010).
Manusia merupakan agen yang berkedudukan paling penting jika
dibandingkan dengan berbagai makhuluk hidup lain penghuni lingkungan hidup.
Secara ketubuhan manusia memang amat lemah, namun berkat kemampuannya
menciptakan kebudayaan, yakni teknologi manusia menjadi sangat perkasa.
Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup seperti dijelaskan oleh Sprout dan
Sprout (dalam Hara, 2011: 81-82) dan Kaplan dan Manners (1999) ada beberapa
tipe, yakni: pertama, environmental determinisms (diterminisme lingkungan).
Lingkungan mutlak berpengaruh terhadap manusia – termasuk kebudayaan yang
mereka ciptakan. Kedua, environmental possibilism (posibilisme lingkungan)
yang menekankan bahwa “... ciri-ciri alami bukan sebagai penyandang peran
penentu melainkan peran pemberi kemungkinan atau pemberi batas. Ciri habitat
alami memberikan peluang terbuka untuk menempuh arah-arah tertentu sambil
„melarang‟ arah lain” (Kaplan dan Manners, 1999: 105). Keterbatasan teknologi,
misalnya, membuat sedikit pilihan, tetapi jika terjadi pengembangan teknologi
maka pilihan lebih banyak. Ketiga, environmental probabilism (probalisme
lingkungan) menekankan pada asumsi bahwa tindakan manusia dalam suatu ruang
berdasarkan pada hipotesa tentang kesesuaian antara kemungkinan adanya suatu
tindakan dengan norma yang berlaku. Misalnya, ketika lampu pengatur lalu lintas
berwarna hijau menyala, maka seseorang akan menyeberang, karena ada asumsi
normatif bahwa mobil akan berhenti – dimana pun berada karena aturan universal.
Keempat, behavioralisme kognitif. Manusia bereaksi terhadap lingkungan

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 40

sebagaimana yang bersangkutan mempersepsikan dan menginterpretasikannya.


Kelima, free-will enviromental. Lingkungan alam memiliki pengaruh kuat
terhadap manusia. Jika terjadi suatu masalah maka lingkungan menunjukkan suatu
tanda-tanda alam kepada manusia. Manusia memiliki kebebasan memaknai tanda-
tanda alam. Manusia yang bijaksana sangat peka dalam memaknai tanda-tanda
alam dan bisa bertindak secara tepat agar tidak menimbulkan kerugian.
Manusia tidak saja hidup dalam suatu lingkungan hidup atau ruang (desa) ,
tetapi terikat pula waktu (kala). Waktu memberikan makna bagi kehidupan
manusia termasuk di dalamnya kebudayaan yang mereka ciptakan dan atau yang
mereka gunakan pada saat berinteraksi sosial. Misalnya, orang Bali membedakan
waktu menjadi dua, yakni waktu sakral – terkait dengan ritual agama di pura dan
waktu profan – tidak terkait dengan ritual agama di pura. Berkenaan dengan
dengan itu maka tindakan sosial dan artefak yang mereka gunakan bisa berbeda.
Waktu yang tergolong suci – tentu terkait pula dengan ruang mengharuskan
seseorang untuk bertindak secara sakral. Gejala ini dikuatkan dengan simbol-
simbol artefaktual yang mereka gunakan, misalnya pakaian – ruang dan waktu
sembahyang memakai baju dan udeng putih sebagai simbol kesucian.
5) Agama sebagai Wahyu
Keempat komponen sistem sosiokultural seperti pada Gambar 3.2 terkait
dengan agama. Agama berfungsi sebagai teks ideal guna mempedomani tindakan
manusia dalam sistem sosiokultural. Agama yang dimaksud pada Gambar 3.2
terutama adalah agama wahyu. Agama wahyu secara historis tidak bisa
dimasukkan ke dalam sistem budaya, sebab dia merupakan teks suci dari Tuhan
yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi. Agar agama sebagai teks suci
bisa berkontekstual dengan manusia yang hidup secara meruang dan mewaktu
yang terus berdinamika maka agama wahyu harus ditafsirkan secara terus-
menerus. Dengan demikian agama bisa dibedakan menjadi dua, yakni agama
sebagai teks suci berwujud wahyu dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia
melalui Nabi, dan agama sebagai tafsir atas teks suci yang dibuat oleh manusia
yang mumpuni dalam bidangnya.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 41

Agama sebagai Kebenaran diwariskan secara menggenerasi sehingga bisa


pula disebut Tradisi. Gejala yang sama berlaku untuk kebenaran tafsir atas teks
suci, yakni juga diwariskan secara lintas generasi sehingga terbentuk tradisi.
Untuk membedakannya, maka Kebenaran yang ditradisikan disebut Tradisi (T –
huruf besar), sedangkan gagasan yang muncul sebagai tafsir terhadap teks suci
wahyu Tuhan yang secara substansial juga ditradisikan secara lintas generasi,
disebut tradisi (t – huruf kecil). Pendek kata, dalam kehidupannya, baik sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia mengenal dua tataran agama,
yakni: pertama, Agama, Kebenaran, dan Tradisi – semuanya diawali dengan
huruf besar sebagai simbol bahwa yang dimaksud adalah ajaran dalam arti wahyu
sehingga bukan produk budaya – pada Gambar 3.2 diposisikan di luar sistem
budaya. Kedua, agama, kebenaran, dan tradisi – semuanya diawali dengan huruf
kecil sebagai simbol bahwa gagasan yang tercakup di dalamnya adalah produk
budaya – hasil daya cipta, rasa, dan karsa manusia – pada Gambar 3.2
digabungkan ke dalam sistem budaya atau superstruktur ideologi.

C. Kebudayaan Lokal, Nasional dan Global


Manusia sebagai makhluk berbudayaan dalam konteks NKRI yang
bercorak multikultural, pluralistik atau bhineka tunggal ika mengenal dua
lingkungan kebudayaan atau sosiobudaya, yakni lingkungan kebudayaan lokal,
daerah atau etnik dan lingkungan kebudayaan nasional. Globalisasi sebagai suatu
keniscayaan menimbulkan implikasi bahwa kebudayaan etnik dan kebudayaan
nasional tidak bisa melepaskan diri dari kebudayaan global. Dengan demikian
berbicara tentang manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lagi hanya
berdimensi lokal – manusia keberbudayaan Bali, tetapi juga berdimensi nasional –
manusia berkebudayaan Indonesia dan global – manusia berkebudayaan global.
1. Kebudayaan Lokal
Dalam kapasitas manusia sebagai makhluk membudaya setiap kelompok
masyarakat berkebudayaan lokal, misalnya etnik Dayak tidak saja
memiliki lokalitas tersendiri, yakni Pulau Kalimantan, tetapi memiliki pula
ideologi lokal, yakni

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 42

Ideologi Tri Hita Karana (THK). Ideolog THK terdiri dari tiga sila, yakni
Palemahan, Pawongan dan Parhyangan (Tiga Pa). Ideologi THK menggariskan
bahwa tujuan hidup manusia adalah kesejahteraan (hita) secara lahiriah dan
batiniah. Pencapaian kesejahteraan dilakukan lewat pembentukan hubungan
harmonis antara manusia dan lingkungan alam (Palemahan); hubungan harmonis
antarmanusia (Pawongan); dan hubungan harmonis antara manusia dengan
Tuhan (Parhyangan). Ideologi THK merupakan sumber nilai-nilai luhur pada
masyarakat Dayak. Nilai-nilai luhur ini dijabarkan dalam bentuk norma-
norma antara lain adat-istiadat guna menata kehidupan orang Dayak pada suatu
komunitas, yakni desa pakraman. Unsur kebudayaan lokal lainnya adalah
kearifan lokal, yakni peta kognisi yang memberikan pedoman bertindak agar
manusia bertindak secara bijaksana dalam berhubungan dengan manusia lainnya
– disebut kearifan sosial dan atau dengan lingkungan alam – kearifan ekologis.
Tindakan yang arif atau bijaksana ditandai oleh terwujudnya hubungan harmonis
sebagaimana diamatkan dalam ideologi THK. Kebudayaan lokal Dayak yang
lainnya adalah Bahasa Dayak, kesenian, busana, dll.

2. Kebudayaan nasional
Setiap etnik tidak bisa melepaskas diri dari NKRI. NKRI memiliki
kebudayaan tersendiri, yakni kebudayaan nasional atau kebudayaan (Indonesia).
Kebudayaan nasional merupakan tata kelakuan, kelakuan dan budaya fisik yang
memberikan identitas bagi bangsa Imdonesia. Kebudayaan nasional terdiri dari
beberapa unsur, misalnya ideologi Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 beserta
berbagai perundang-undangan dan tata aturan yang berlaku pada tataran nasional,
Bahasa Idonesia, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Bendera Merah Putih,
Lambang Negara Burung Garuda, dll. Aneka bentuk kebudayaan nasional ini
tidak saja merupakan milik kolektif bangsa Indonesia, tetapi juga sebagai
identitas, yakni tanda guna membedakannya dengan bangsa-bangsa lain pada
tataran global.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 43

Kebudayaan nasional secara faktual lebih mudah terlihat pada tata


kehidupan yang bersifat formal dalam konteks kehidupan negara. Misalnya, setiap
kantor pemerintah lazim memasang simbol kebudayaan nasional, yakni Bendera
Merah Putih, Lambang Negara Burung Garuda, dll. Pertemuan-pertemuan formal,
misalnya seminar di perguruan tinggi diwajibkan memakai kebudayaan nasional,
yakni menyanyikan Lagu Indonesia Raya – mengawali acara dan menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahkan yang tidak kalah pentingnya
ada situasi-situasi tertentu yang secara sengaja digunakan sebagai arena untuk
memamerkan dan sekaligus memupuk kecintaan terhadap kebudayaan nasional –
meningkatkan nasionalisme, misalnya upacara bendera dalam rangka
memperingati hari-hari bersejarah – paling meriah adalah Hari Ulang Tahun
(HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada peristiwa-peristiwa seperti ini
tidak saja dilakukan pengibaran Bendera Merah Putih, tetapi disertai pula dengan
kegiatan lain, yakni menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 yang keseluruhannya memakai bahasa Indonesia.

3. Kebudayaan global
Setiap kelompok masyarakat di samping berkebudayaan local, dan
nasional juga berkebudayaan global. Kebudayaan global di eraglobalisasi
mengakibatkan NKRI dan berbagai etnik yang ada di dalamnya, mau tidak mau
atau suka maupun tidak suka menjadi bagian dari kampung global. Kondisi ini
mengakibatkan bangsa Indonesia dan berbagai etnik di Indonesia tidak lagi hanya
mengenal kebudayaan nasional dan kebudayaan lokal, tetapi mengenal pula
kebudayaan global. Secara kasatmata kebudayaan global yang bersemarak
digunakan oleh individu-individu dalam masyarakat adalah berwujud artefak atau
teknologi yang bermuatan ideologi. Berkenaan dengan itu maka tidak
mengherankan jika pengonsumsian suatu teknologi tidak saja berarti seseorang
menggunakan suatu barang guna memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi bisa pula
mengosumsi ideologi yang ada dibaliknya dan atau ideologi yang ditularkannya
kepada konsumen.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 44

Aspek kebudayaan global lain yang tidak kalah menariknya adalah


pemakaian bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan unsur kebudayaan global
yang “didewakan” oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi Bali
sebagai daerah tujuan wisata yang sangat terkenal pada lingkungan global maka
kegunaan bahasa Inggris sangat penting. Terlepas dari kemanfaatannya, maka
tidak bisa dipungkiri hal ini mencerminkan bahwa globalisasi kebudayaan
menjadi bagian intergral bagi kehidupan manusia Indonesia.
Bertolak dari paparan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk berbudaya tidak saja berarti manusia menciptakan
kebudayaan dengan menggunakan daya cipta, rasa dan karsanya, tetapi bisa pula
berarti manusia memakai kebudayaan ciptaan orang lain guna memenuhi
kebutuhannya. Kebudayaan yang mereka ciptakan dan atau gunakan bisa bercorak
kebudayaan etnik, bisa pula bercorak kebudayaan tataran nasional. Hal ini tidak
dilepaskan dari realitas kultural yang berlaku, yakni etnik Bali misalnya, sekaligus
juga sebagai anak bangsa Indonesia. Bahkan yang tidak kalah pentingnya,
globalisasi mengakibatkan hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya menjadi
lebih luas ruang lingkupnya, yakni mencakup pula kebudayaan global.
Globalisasi mengakibatkan batas batas negara sepertinya telah lenyap.
Dengan adanya kenyataan ini terjadi penyeragaman kebudayaan secara
menggelobal, sebagaimana terlihat pada pengosumsian minuman Coca-Cola,
McDonald’s, dll. Pendek kata, berbicara tentang hakikat manusia sebagai
makhluk berkebudayaan dalam konteks Indonesia dan Bali, mengharuskan bahwa
manusia berkebudayaan mejemuk. Dalam konteks ini mereka tidak saja
berkebudayaan Indonesia – implikasi sebagai orang Indonesia, tetapi juga
berkebudayaan lokal Bali – implikasi sebagai etnik Bali. Bahkan yang tidak kalah
pentingnya, mereka harus pula berkebudayaan global sebagai implikasi dari
adanya globalisasi.
Pengembangan sektor pariwisata merupakan arena sosial yang sangat
penting bagi pengembangan industri kreatif. Melalui pariwisata, pengembangan
industri kreatif tidak hanya memperkuat citra nasional pada tataran global, tetapi

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 45

juga memberikan ruang bagi berkembangnya kreativitas anak bangsa dalam


konteks meningkatkan kesejahteraan rakyat (Pangestu, 2011: 8). Ada 12
komponen budaya lokal yang bisa diposisikan sebagai modal kultural bagi
pemgembangan industri kreatif atau industri budaya guna menunjang industri
pariwisata, yakni kerajinan, bahasa, tradisi, gastronomi, seni musik (termasuk
konser, lukisan, dan patung), sejarah destinasi (termasuk visual), jenis pekerjaan
dan teknologi yang digunakan, arsitektur, agama, dan sistem pendidikan
(Hermantoro, 2011: 185-186). Modal kultural ini disertai dengan kreativitas
merupakan masukan yang amat penting bagi pengembangan industri budaya
dalam konteks menambah daya tarik suatu daerah tujuan wisata. Bersamaan
dengan globalisasi maka pertumbuhan perdagangan barang dan jasa budaya
tumbuh dengan pesat. Dengan demikian tidak mengherankan jika globalisasi pada
dasarnya menawarkan tantangan dan peluang baru bagi perkembangan industri
kreatif.
Bertolak dari gagasan di atas maka Bali sebagai daerah tujuan wisata yang
menggelobal tidak hanya menjadi objek, tetapi sebaiknya mampu menjadi subjek,
yakni agen yang bisa menarik manfaat dari pariwisata. Untuk itu, masyarakat
Bali dituntut kemampuan untuk mengembangkan industri budaya. Pengembangan
industri budaya sangat memungkinkan mengingat masyarakat Bali sangat kaya
akan modal kultural. Unsur-unsur budaya lokal sebagaimana dikemukakan
Hermantoro (2011) yang bisa dikembangkan sebagai barang budaya, sangat
banyak dijumpai pada masyarakat Bali. Bahkan yang tidak kalah pentingnya
masyarakat Bali, misalnya mereka yang berada desa-desa pakraman pada
kawasan wisata Ubud sangat terkenal memiliki kreativitas yang sangat tinggi
untuk menghasilkan barang budaya. Misalnya, mereka menghasilkan aneka
barang kerajinan tangan untuk cenderamata bagi wisatawan yang berkunjung ke
Bali. Jika hal ini bisa dikembangkan maka akan terbentuk apa yang disebut
pariwisata berbasis kreativitas. Hal ini ditandai oleh terbentuknya berbagai barang
budaya yang bisa dikonsumsi oleh wisatawan sehingga orang Bali tidak hanya
sebagai objek pariwisata, melainkan secara kreatif bisa berperan sebagai subjek.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 46

Artinya, orang Bali bisa berperan sebagai agen yang mampu meraih
keuntungan secara sosial, kultural dan ekonomis bagi kelangsungan sistem
sosiobudaya Bali.

D. Moral dan Etika


Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian kata moral sangat lazim. Kata
moral berasal dari bahasa Latin, yakni mos (bentuk jamaknya mores), yang
berarti kurang lebih sama dengan kata ethos dalam bahasa Yunani, yakni adat
kebiasaan. Kata Latin mos (mores) menurunkan kata moral (Inggris) yang dalam
bahasa Indonesia disebut juga moral (Gea dan Wulandari, 2006). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1995: 665) moral berarti ajaran baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dll. Moral bisa pula
disamakan dengan akhlak, budi pekerti atau susila. Ada pula yang mengatakan
bahwa moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan
yang baik sebagai kewajiban atau norma. Moral juga dapat diartikan sebagai
sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia – patokannya adalah
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat (Kumorotomo, 2011: 9).
Kata lain yang lazim pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
etika. Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni ethos (bentuk jamaknya ta
etha) yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, cara
bertindak. Dari kata Yunani ini lehir kata ethics (Inggris) dan etika (Indonesia).
Dengan mengacu kepada gagasan Bertens (2000) etika bisa memiliki beberapa
makna, yakni: pertama, etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompoknya dalam
mengatur tingkah lakunya. Kedua, kata etika berarti juga kumpulan asas atau nilai
moral yang dirumuskan secara tertulis, singkat dan padat, yang biasa disebut kode
etik. Ketiga, kata etika bisa pula berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk.
Berdasarkan paparan di atas maka kata etika dan moral memiliki makna
yang tidak jauh berbeda. Artinya, baik etika maupun moral mengacu kepada
gagasan yang sama, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang memberikan

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 47

pedoman atau resep bertindak bagi manusia agar berkhalak, berbudi pekerti atau
susila, tidak saja secara individual, tetapi juga secara sosiologis, yakni dalam
pergaulannya dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat maupun
bernegara. Gagasan seperti ini bisa pula dicermati pada pendapat The Liang Gie
(dalam Kumorotomo, 2011: 7) yang menyatakan bahwa itilah moral dan etika
tidak perlu dipertentangkan, mengingat bahwa keduanya mengacu kepada hal
yang sama, yakni gagasan tentang patokan manusia yang baik atau buruk.
Manusia yang bermoral atau bisa pula disebut manusia yang beretika pada
dalasnya adalah manusia yang baik, yakni baik dari segi hatinya, wataknya,
sikapnya, atau inti kepribadiannya. Kata moral selalu berkaitan dengan baik buruk
manusia sebagai manusia, bukan sebagai dosen, Satpam, pegawai, dll. Norma-
norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas (Magnis-Suseno, 1987). Walaupun
moral sangat penting, namun harus disadari bahwa dalam berperlaku yang baik
seseorang tidak selamanya mengikuti etika atau moral, melainkan bisa pula
mengikuti etiket (sopan santun bertamu, duduk, makan, minum, dll.). Etiket
memiliki tekanan moral yang rendah sehingga tidak bisa disebut norma moral.
Meskipun demikian etiket penting guna mewujudkan kedamaian bagi manusia.
Konsep lain yang tidak kalah pentingnya adalah moralitas. Moralitas
Moralitas sebagai adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku, dengan
sendirinya tidak bisa dilepaskan dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Dan norma moral selalu berkaitan dengan petokan perilaku baik-buruk sebagai
manusia, bukan atas dasar profesinya, kedudukannya atau aspek-aspek lain yang
melekat pada dirinya. Moral dan moralitas tidak bisa dipisahkan. Moralitas adalah
salah satu instrumen kemasyarakatan berupa penuntun tindakan guna
mewujudkan pola tingkah laku yang bermoral atau susila. Sanksi yang dikenakan
oleh moralitas tidak seperti norma hukum yang melibatkan paksaan fisik ataupun
ancaman, tetapi lebih bersifat internal, misalnya rasa bersalah, rasa malu, dll.
(Kumorotomo, 2011).

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL Undiksha 2018 48

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, I Nengah Bawa, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Singaraja: Undiksha
Bakker SJ, J.W.M. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta :
Kanisius.
Berger Peter L dan Thomas Lukman. 1990Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah
Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES
Giddens, Anthony. 2003. The Constitution Of Society, Teori Strukturasi untuk
Analisis Sosial. Pasuruan: Pedati.
Gie, The Liang, 1977. Suatu Konsepsi Kearah Penertiban tentang Filsafat,
Yogyakarta: Karya Kencana.
Hariwardoyo, Purwo, 1985. Hakekat Pembangunan Memadukan Kualitas-
Kualitas manusia, dalam Dialog Manusia, Filsafat, Budaya dan
Pembangunan.Surabaya: Usaha Nasional
Mudana, I Wayan. 2009. Buku Ajar Ilmu Budaya Dasar. Singaraja: Undiksha.
Nugroho, St. 2009. “Latar Belakang Kebersamaan Sebagai Bangsa Dalam
Tantangan Sosial Dewasa Ini”. Dalam Multikulturalisme, Belajar Hidup
Bersama dalam Perbedaan. Jakarta : Indeks.
Nugroho, St. 2009. “Multikulturalisme”. Dalam Multikulturalisme, Belajar Hidup
Bersama dalam Perbedaan. Jakarta : Indeks.
Sabri, Mohammad. 1999. Keberagamaan Yang Saling Menyapa, Perspektif
Filsafat Perennial. Yogyakarta: ITTAQA Press.
Sanderson,S.K.1993. Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan Terhadap realitas
Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Sunoto, dkk, 1993. Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta:
Yayasan Lembaga Studi Filsafat Pancasila.
Suprapto, Sri. 1998. Aspek Ontologis Hakekat Manusia. Makalah. Jakarta: Dirjen
Dikti.
Tilar, HAR. 2000. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Bandung:
Remaja rosda Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Vickers, Adrian. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Insan Madani.
Wiana, I Ketut. 1996. “Aktualisasi Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-
Hari”. Denpasar: Pustaka Hindu Raditya No. 5-Tahun I. Halaman 35-41.
Widyarsono, Antonius. 2011. “Peta Permasalahan Pancasila Dewasa Ini”. Dalam
Filsafat Pancasila. Jakarta: Driyarkara.
Yan, Andreas. 2011. “Pendidikan Bagi Kepribadian Bangsa Indonesia”. Jakarta:
Majalah Filsafat Pancasila, Driyarkara Tahun XXXII. No 3 Halaman 29-
38.
Yewangoe, Andreas A. 2009. Tidak Ada Negara Agama Satu Nusa, Satu Bangsa.
Jakarta: Gunung Mulia.

Sistem Sosial Budaya dan Etika


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 49
BAB III
PERKEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DESA

A. Pengertian Sumber Daya Manusia


Secara sederhana (secara objektif) sumber daya diartikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan, atau kemampuan untuk memperoleh keuntungan.
Sedangakan secara subjektif , sumber daya dapat diartikan segala sesuatu baik
berupa benda maupun bukan benda yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Secara sederhana sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai seluruh penduduk yang berada di suatu wilayah atau tempat dengan ciri-
ciri demografis dan sosial ekonomis. Sumber daya manusia adalah semua potensi
yang berhubungan dengan data kependudukan yang dimiliki oleh suatu daerah
atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa atau
negara. Sumber daya manusia harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas
maupun kualitas. Segi kuantitas bersangkut paut dengan jumlah, kepadatan, dan
mobilitas penduduk. Sedangkan kualitas terutama terutama dilihat dari beberapa
aspek, seperti tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kualitas tenaga kerja
yang tersedia.

B. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia


Menurut Chris Rowley dan Keith Jackson (2012:88) pengembangan
sumber daya manusia adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan pekerja, demikian juga
dengan kompetensi-kompetensi yang dikembangkan melalui pelatihan dan
pengembangan, pembelajaran organisasi, manajemen kepemimpinan, dan
manajemen pengetahuan untuk kepentingan peningkatan kinerja. Tantangan untuk
membangun dan melestarikan keunggulan kompetitif bukanlah tantangan jangka
pendek, tetapi merupakan tantangan jangka panjang yang berkelanjutan. Oleh
karena itu, menjadi penting bagi manajemen untuk menganggap bahwa program
pengembangan dan pelatihan merupakan program yang sama jangka panjang dan
berkesinambungnya dengan tantangan tersebut. Karena itu pula, maka falsafah

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 50
dan paradigma pengembangan dan pelatihan perlu dengan segera beradaptasi
dengan tantangan tersebut, yakni tantangan jangka panjang dan strategis
(Komaruddin Sastradipoera, 2006:137).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber


Daya
Manusia
Veithzal Rivai (2004:240) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan dan pengembangan.
1) Cost-effectiveness (efektivitas biaya).
2) Materi program yang dibutuhkan.
3) Prinsip-prinsip pembelajaran.
4) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas.
5) Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan.
6) Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.
Menurut Hasan, (dalam Jusmaliani 2011:100) untuk memajukan kualitas
sumber daya insani ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Dimensi Kepribadian. Dimensi kepribadian menyangkut kemampuan untuk
menjaga integritas, termasuk sikap, tingkah laku, etika, dan moralitas.
2) Dimensi Produktivitas. Dimensi ini menyangkut apa yang dihasilkan oleh
manusia tadi dalam hal jumlah lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.
3) Dimensi Kreativitas. Dimensi ini menyangkut pada kemampuan seseorang
untuk berpikir dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan masyarakatnya.

D. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Menurut Veithzal Rivai (2004:229) tujuan dari pelatihan dan
pengembangan adalah:

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 51

1) Untuk meningkatkan kuantitas output;


2) Untuk meningkatkan kualitas output;
3) Untuk menurunkan biaya limbah dan perawatan;
4) Untuk menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan;
5) Untuk menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan
kepuasan kerja;
6) Untuk mencegah timbulnya antipati karyawan.

Sedangkan menurut Komarrudin (2006:134) tujuan utama pengembangan


sumber daya manusia itu adalah melaksanakan kegiatan pendidikan bagi sumber
daya manusia yang bekerja dan akan bekerja pada lingkungan industri sehingga
merekaberkualitas dalam arti dapat mengembangkan industri tempat mereka
bekerja, mengembangkan diri mereka masing-masing, dan mengembangkan
lingkungan masyarakat sekitarnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
antara lain termanifestasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dedikasi,
loyalitas, disiplin, sikap, perilaku, kesadaran, aktivitas, kreativitas, produktivitas,
profesi, hubungan insani, akuntabilitas, semangat korps, dan karier.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan dan pengembangan pada dasarnya
dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang
mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud di sini adalah dapat
berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap
dan perilaku.
Menurut Malayu Hasibuan (2000:82) indikator yang diukur dari metode
pengembangan yang diterapkan antara lain sebagai berikut:
1) Prestasi kerja karyawan
Apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti
pengembangan,baik kualitas maupun kuantiitas kerjanya meningkat , maka
berarti metode pengembangan yang dilakukan baik. tapi jika prestasi kerjanya
tetap, berarti metode pengembangan yang dilakukan kurang baik, jadi perlu
diadakan perbaikan.

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 52

2) Kedisiplinan karyawan
Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik,
berarti metode pengembangan yang dilakukan baik.tetapi jika kedisiplinan
tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
3) Absensi Karyawan
Jika absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun, berarti
metode pengembangan yang dilakukan cukup baik.tetapi jika absensi
karyawan tetap berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
4) Tingkat kerusakan produksi,alat,dan mesin-mesin
Jika tingkat kerusakan produksi, alat, dan mesin-mesin karyawan setelah
mengikuti pengembangan berkurang, berarti metode pengembangan yang
dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan
yang diterapkan kurang baik.
5) Tingkat kecelakaan karyawan
Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti
program pengembangan. Jikatidak berkurang berarti metode pengembangan
yang dilakukan kurang baik jadi perlu disempurnakan.
6) Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu
Jika tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu berkurang, berarti
metode pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap
berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
7) Tingkat Kerja Sama
Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik setelah
mereka mengikuti pengembangan.
8) Tingkat Upah Intensif Karyawan
Jika Tingkat upah intensif karyawan meningkat, berarti metode
pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti
metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
9) Prakarsa Karyawan
Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti metode pengembangan

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 53

yang dilakukan tidak meningkat atau tetap berarti metode pengembangan itu
kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta
bisa mengembangkan kreativitasnya.
10) Kepemimpinan dan Keputusan Manajer
Kepemimpinan dan keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah
mengikuti pengembangan harus semakin baik , kerja sama semakin serasi,
sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan berkurang serta kepuasan
kerja karyawan meningkat. Kalau hal di atas tercapai, berarti metode
pengembangan yang dilaksanakan baik.

E. Metode Pengembangan Sumber Daya Manusia


Untuk mencapai tujuan dari program pengembangan dan pelatihan maka
metode pengembangan harus dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan karyawan perusahaan dan dapat dikembangkan oleh perusahaan.

1. Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan kecakapan
manajer memimpin para bawahannya secara efektif (Hasibuan, 2000:80).
Sedangkan pelatihan menurut Gary Dessler (2006:280) adalah metode yang
digunakan untuk memberikan karyawan baru atau yang ada saat ini dengan
keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan.

2. Metode Pelatihan
Malayu Hasibuan (2000:76) memaparkan beberapa metode pelatihan
diantaranya:
1) On The Job Training
On The Job Training atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi
pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan dengan cara para pekerja atau calon
pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang riil, di bawah bimbingan
atau supervisi dari aparat desa yang telah berpengalaman atau seorang
supervisor.

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 54

2) Vestibule
Pelatihan yang dilakukan di dalam kelas menggunakan peralatan yang sama
dengan situasi sebenarnya dalam melakukan pekerjaan. Cara ini
memungkinkan adanya transfer, repetisi, dan partisipasi serta material
perusahaan bermakna dan umpan balik.
3) Demonstration and Example
Demonstration and Example adalah metode latihan yang dilakukan dengan
cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu
pekerjaan melalui contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin
dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
5) Apprenticeship
Metode ini adalah salah satu cara untuk mengembangkan keahlian
pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari
segala aspek dari pekerjaan.
6) Classroom Methods
Metode pertemuan dalam kelas yang meliputi pengajaran, rapat, program
instruksi, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode
seminar.

3. Metode pendidikan
1) Training methods or classroom methods
Training methods merupakan latihan di dalam kelas yang juga dapat
digunakan sebagai metode pendidikan karena manajer adalah juga karyawan.
2) Under Study
Adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung bagi
seseorang yang dipersiapkan untuk menggantikan jabatan atasannya.
3) Job Rotation and Planned Progression
Tujuannya memberikan karyawan pengetahuan yang luas terhadap semua

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 55

bagian pada perusahaan, sehingga tidak canggung dalam kepemimpinannya.


4) Coaching and Counseling
Metode pendidikan dengan cara atasan mengajarkan dan mendiskusikan
keahlian dan keterampilan kerja kepada bawahannya.
5) Junior Board of Executive or Multiple Management
Merupakan suatu komite penasihat tetap yang terdiri dari calon-calon manajer
yang ikut memikirkan atau memecahkan masalah-masalah perusahaan untuk
kemudian direkomendasikan kepada manajer lini.
6) Committee Assignment
Yaitu komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan,
menganalisis, dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan.
7) Business Games
Merupakan pengembangan yang dilakukan dengan diadu untuk bersaing
memecahkan masalah tertentu.

F. Keberadaan SDM di Pedesaan


Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan di samping faktor lain seperti modal. Oleh karena
itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan
manajemen sumber daya manusia (MSDM). MSDM tersebut dilakukan baik di
daerah pedesaann maupun daerah perkotaan. Namun, fokus utama makalah ini
adalah mengenai pengembangan SDM di pedesaan. Dimana pedesaan merupakan
penopang ekonomi perkotaan. Jika SDM di pedesaan dibangun dan diorganisasi
serta diberi pendidikan dan pelatihan yang baik, bukan tidak mungkin akan
berkembang seperti SDM yang berada di perkotaan dimana mereka dapat
menguasai teknologi. Sehingga diharapkan jika SDM baik di perkotaan maupun
pedesaan dapat berkembang dengan pesat dan baik, maka Negara Indonesia yang
termasuk dalam lima besar negara berpenduduk terbesar di dunia akan maju dan
menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 56

Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur yang tak kalah


penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia
merupakan aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa.
Perusahaan-perusahaan dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari
karyawan (sumber daya manusia) yang berkualitas. Salah satu syarat untuk
menjadikan SDM berkualitas adalah mendapatkan Pendidikan dan Pelatihan
untuk memperoleh keterampilan dan keahlian.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah Kabupaten (Wijaya, 2002:65). Rumusan definisi Desa secara
lengkap terdapat dalam UU No.22/1999 adalah sebagai berikut: “Desa atau yang
disebut dengan nama lain sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa
sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945. Landasan
pemikiran dalam pengaturan Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat” (UU
Otonomi Daerah, 1999:47).
Dengan adanya pengaturan desa dalam bab XI tersebut diharapkan
Pemerintah Desa bersama masyarakat secara bersama-sama menciptakan
kemandirian desa. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari kewenangan yang
diberikan yang tertuang dalam pasal 206, yang menyebutkan bahwa desa
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
Menurut Peter Sange (1994), dalam bukunya yang terkenal “The Fifth
Discipline“, diungkapkan bahwa agar organisasi mampu menyikapi perubahan
diperlukan adanyan revitalisasi dan merubah pola pikir dari anggota atau
organisasi untuk menguasai 5 disiplin yang di persyaratkan, yaitu:
1) Personal mastery, yaitu kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar
memperbaiki wawasan agar obyektif dalam melihat realita dengan pemusatan

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 57

energi kepada hal-hal yang strategis.


2) System of thinking, yaitu kemampuan untuk memiliki suatu fondasi berpikir
yang dinamis untuk realita dan proses interelasinya secara holistik sehingga
tidak terjebak pada kemapanan atau melihat permasalahan secara linier dan
symptomatis.
3) Mental model, yaitu memiliki suatu framework dan asumsi-asumsi dasar
untuk menyikapi realita yang membuatnya mampu untuk bertindak secara
tepat.
4) Building shared version, yaitu komitmen untuk menggali visi bersama
tentang masa depan secara murni tanpa paksaan.
5) Team learning, yaitu kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif,
Kelima disiplin tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan
dihayati oleh setiap anggota masyarakat dan diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari. Penyiapan sumber daya manusia atau SDM merupakan kunci
keberhasilan pengembangan pedesaan baik dari segi ekonomi maupun sosial
budaya.

Masyarakat pedesaan kurang mempunyai kemampuan untuk memperoleh


akses terhadap layanan-layanan dari pemerintah maupun swasta yang masyoritas
berada pada pusat-pusat kota. Untuk itulah, Pemerintah perlu memprioritaskan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah pedesaan atau
pedalaman. Masyarakat dari komunitas pedesaan atau pedalaman yang diharapkan
menjadi pelaku utama untuk pembangunan komunitasnya secara berkelanjutan
akan menjadi tanda tanya bagi kita semua. Pertanyaannya mampukah masyarakat
pedesaan atau pedalaman tersebut bisa menjadi pelaku utama pembangunan jika
tidak didukung oleh SDM yang memadai?
Pengembangan SDM di wilayah pedesaan atau pedalaman merupakan hal
yang sangat prioritas dan merupakan kewajiban pemerintah. Namun, dalam
pengembangan itu perlu disesuaikan dengan kondisi suatu masyarakat. Kekayaan
sumber daya alam, dukungan infrastruktur, kecanggihan kemajuan teknologi,

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 58

kemampuan pembiayaan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan


masyarakat tidak akan bisa maksimal apabila tidak didukung oleh kemampuan
SDM itu, elemen pendidikan dan kesehatan menjadi intrumen yang sangat
strategis yang harus dikembangkan untuk terwujudnya SDM yang memadai.

G. Pengembangan SDM di Pedesaan


SDM yang unggul harus dapat dipertahankan secara berkelanjutan, untuk
itu diperlukan suatu kebiajakan dalam pemberdayaan budaya sebagai aktualisasi
kemampuan mengembangkan setiap individu secara mandiri artinya dengan
budaya perusahaan yang melahirkan kebersamaan pola pikir mendorong
kebiasaan SDM yang ungul memiliki komitmen dalam menjalankan peran yang
ditugaskan kepadanya.
Jadi pemberdayaan haruslah dipandang sebagai suatu cara yang amat
praktis dan produktif untuk mendapatkan yang terbaik dari SDM itu sendiri dan
pengikut yang selalu siap dan komitmen atas keinginannya sendiri, sehingga ia
tidak merasa diikat oleh organisasi birokratis.
Untuk menjamin kualitas SDM, dilakukan spesifikasi – spesifikasi SDM
yang hendak dikembangkan harus ditentukan oleh kecenderungan (trend)
kebutuhan indutri agar kompetitif secara global. Penekanan pembinaan SDM
ditujukan pada dua jalur: tenaga kerja inovatif (yang padat pengetahuan) dan
tenaga kerja efisien (yang bersertifikasi). Serta untuk menjamin aspek kuantitas,
pembinaan SDM harus memanfaatkan teknologi sejak dini.
Penyaluran SDM perlu diarahkan kepada kualitas tenaga kerja global.
Yang diharapkan tingkat pengangguran Agar dapat terlaksananya pemanfaatan
potensi SDM dalam kebiasaan produktif, perlu dipikirkan selain selain
penguasaan ilmu dari informasi, pengetahuan dari pengalaman menjadi
keterampilan, tetapi juga yang terkait dengan keinginan bersandarkan jati diri
yang bersangkutan sebagai daya dorong, yang dalam hal ini diperlukan
seperangkat keahlian yang perlu dikembangkan secara berkesinambungan yaitu
menyangkut peningkatan keterampilan yang harus di tumbuh kembangkan

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 59

melalui pengelaman yang diperoleh dari lingkungan diri sendiri dan atau
pengelaman orang lain sebagai berikut:
1) fleksibilitas dalam berpikir ;
2) keberanian mengambil resiko ;
3) kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan ;
4) seni kepemimpinan.

Kata kunci dalam usaha memanfaatkan potensi SDM yang unggul terletak pada
kemampuan untuk mengorganisir kekuatan dalam “kerja tim“ dan pelaksanaan
dari pelatihan yang berkelanjutan di pedesaan.
Membangun kerja tim di pedesaan, bukan sekedar untuk mengelompokkan
orang-orang berada dalam satu tim, melainkan adanya kesiapan diri dari setiap
anggota tim atas potensi yang dapat diberikannya untuk menjalankan peran dalam
tim sebagai peran driver (mengembangkan gagasan, memberi arah, menemukan
hal-hal baru); planner (menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja,
menyusun jadwal); enable (ahli memecahkan masalah, mengelola sarana atau
sumber daya, menyebarkan gagasan, melakukan negosiasi); exec (mau bekerja
menghasilkan output, mengkoordinir dan memelihara tim) controller (membuat
catatan, mengaudit dan mengevaluasi kemajuan tim). Pelatihan merupakan
investasi pelatihan dan pendidikan yang berkesinambungan bagi staf dan
manajemen yang harus direncanakan secara menyeluruh dan sistimatis sebagai
usaha peningkatan potensi SDM yang unggul masa keni dan masa depan.

H. Program Pelatihan Dan Pengembangan Aparat Desa


Pelatihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang
terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan aparat desa. Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep
yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan. Tetapi apabila dilihat dari sasarannya, pelatihan lebih ditekankan
pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 60

ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk


melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui
pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Terdapat beberapa keuntungan dengan dilakukannya pelatihan dan
pengembangan bagi aparat desa yang pada akhirnya akan membawa keuntungan
bagi organisasi diantaranya :

1) Mendorong pencapaian pengembangan diri aparat desa


2) Memberikan kesempatan bagi aparat desa untuk berkembang dan memiliki
pandangan tentang masa depan kariernya.
3) Membantu aparat desa dalam menangani konflik dan ketegangan.
4) Meningkatkan kepuasan kerja dan prestasi kerja
5) Menjadi jalan untuk perbaikan keterampilan dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi.
6) Membantu menghilangkan ketakutan dalam mencoba hal-hal baru dalam
pekerjaan
7) Menggerakkan aparat desa untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi

Berdasarkan hal-hal di atas maka pelatihan dan pengembangan sumber


daya manusia memberikan dampak yang baik terhadap kinerja aparat desa
tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan membawa peningkatan terhadap
kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan aparat desa dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan. Pengembangan SDM dirasakan sangat
penting karena tuntutan pekerjaan yang sangat kompleks akibat kemajuan
teknologi dan kompetisi diantara berbagai organisasi, sangat membutuhkan
pengembangan aparat desa yang baik.
Beberapa tujuan dari pengembangan aparat desa diantaranya :
1) Meningkatkan produktivitas kerja
2) Meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya
mesin-mesin

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI 2021 61

3) Mengurangi tingkat kecelakaan aparat desa


4) Meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan untuk konsumen
perusahaan dan atau organisasi
5) Menjaga moral aparat desa yang baik
6) Meningkatkan karier aparat desa
7) Meningkatkan kecakapan manajerial aparat desa

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 62

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Unggulan
Kompetitif. BPFE. Yogyakarta.
Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nickson, Dennis. 2007. Human Resources Management for The Hspitality and
Tourism Industries. Elsevier. Burlington.
Ryllatt, Alastair, et.al, 1995. Creating Training Miracles. AIM. Australia.
Spencer, N.Lyle and Spencer, M. Signe. 1993. Competence at Work : Models for
Superrior Performance. John Wily & Son,Inc. Mew York.

Perkembangan SDM Desa


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 63

BAB V
EKONOMI KERAKYATAN

A. Pendahuluan
Perekonomian Indonesia memiliki beberapa masalah yang mendasar.
Masalah tersebut adalah; 1) pendapatan yang relatif masih rendah jika
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat negara maju, 2) tingkat
pengangguran yang relatif masih tinggi 3) produktivitas pekerja yang masih
rendah, 4) dualitas ekonomi antara sektor formal dan sektor nonformal, dan 5)
masih menjadikan bahan mentah sebagai unsur penting pendapatan nasional
(Yustika, 2014).
Dalam perspektif ekonomi pembangunan, permasalahan yang dialami oleh
Indonesia dapat diselesaikan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan produktivitas melalui pendikan dan pelatihan, mendorong sektor
informal untuk dapat menjadi pelaku ekonomi sektor formal, dan menciptakan
industrialisasi sehingga bahan baku yang dimiliki dapat diolah menjadi barang
yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Namun demikian, penyelesaian permasalahan yang berdimensi makro
tersebut tidak dengan serta merta mampu menyelesaikan permasalahan yang
dialami oleh Indonesia di bidang ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Yustika
(2014) membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak senantiasa sejalan
dengan pertumbuhan lapangan kerja. Pada tahun 2011 ketika Indonesia
mengalami peningkatan pertumbuhan dari semula 6,1% di tahun 2010 menjadi
6,4%, penciptaan lapangan kerja malah merosot dari semula 3,3 juta lapangan
kerja di tahun 2010 menjadi 1,4 juta lapangan kerja di tahun 2011. Kemerosotan
ini juga terjadi pada tahun 2012 ketika pertumbuhan ekonomi menjadi 6,7%
pertambahan lapangan kerja malah merosot menjadi 1,1 juta lapangan kerja.
Selain tidak berdampak langsung pada penciptaan lapangan pekerjaan,
Yustika (2014) juga berpendapat bahwa penitikberatan pada pertumbuhan
ekonomi mengakibatkan Indonesia menganut pola perekonomian yang bersifat

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 64

top down dan mengalami liberalisasi ekonomi yang ditandai dengan mengalir
derasnya investasi asing masuk ke Indonesia. Pada awalnya, liberalisasi ekonomi
ini mendatangkan dampak positif yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia,
namun pada tahun 1998, liberalisasi ekonomi ini pulalah yang mendorong
Indonesia masuk ke jurang krisis ekonomi yang pada akhirnya berakhir dengan
krisis multidimensi yang dampaknya sebagian masih terasa hingga saat ini.
“Pemberhalaan” pertumbuhan ekonomi berbasis liberalisasi ekonomi
secara empirik mengakibatkan dampak negatif berupa 1) terjadinya disparsitas
pendapatan antara si kaya dan si miskin yang semakin tinggi, 2) kesenjangan
antara sektor formal dan sektor informal, 3) terlemparnya sebagian orang dari
akses ekonomi, dan 4) manfaat pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh kreditur
asing dan penanam modal (Stiglitzt, 2006). Kondisi ini menimbulkan kesadaran
bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh utang dan penanaman modal
asing tidak menimbulkan manfaat yang maksimal bagi sebagian besar masyarakat
yang seharusnya menjadi pusat perhatian melainkan hanya menguntungkan
segelintir pemilik modal di dalam bahkan di luar negeri.
Kurangnya manfaat pertumbuhan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat
merupakan gejala yang memperihatinkan dan perlu diperbaiki. Selain merugikan
secara ekonomi, pola pembangunan yang bersifat top down juga mengakibatkan
daya kreatif masyarakat dalam mempergunakan sumber daya lokal menjadi jauh
berkurang. Masyarakat cenderung menunggu dan mengikuti arahan dari
pemerintah dibandingkan dengan berupaya untuk memperkuat sumber daya
kolektif dalam meningkatkan kesejahteraan. Hal ini misalnya terlihat ketika
pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian alokasi pendanaan ke desa-desa
yang lebih dikenal dengan kebijakan Dana Desa. Banyak desa yang kesulitan
untuk membuat kegiatan ekonomi produktif dengan melihat potensi desanya
karena telah terbiasa menunggu komando dari pemerintah di atasnya.
Kondisi seperti ini tentunya tidak boleh dibiarkan terus menurus.
Diperlukan perubahan pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan
perekonomian di Indonesia. Tentu saja upaya untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi dan pendekatan pembangunan yang bersifat makro tidak boleh

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 65

ditinggalkan. Namun diperlukan juga upaya untuk mengembangkan potensi


masyarakat sehingga pola pembangunan yang mempergunakan sumber daya
kolektif dan berdimensi pemberdayaan dapat pula dilaksanakan. Dalam
penerapannya, praktik pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan merupakan
antitesa pertumbuhan ekonomi berbasis kepemilikan modal dan dilandasi oleh
sistem ekonomi kerakyatan yang juga merupakan antitesa dari sistem ekonomi
liberal (Limbong, 2015).

B. Ekonomi Kerakyatan
Sistem ekonomi kerakyatan adalah “sistem ekonomi rasional yang disusun
sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan azas kekeluargaan, dimana produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat (rakyat) dalam
mengendalikan jalannya perekonomian” (Baswir, dalam Awang, 2014:2). Di
Indonesia, sistem ekonomi kerakyatan ini memiliki landasan konstitusional
sebagaimana yang dikemukakan oleh Limbong (2015) berikut ini;
1) Pancasila pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2) Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
3) Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tertulis dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang
4) Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi, “1) perekonomian disusun atas usaha
bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan, 2) cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, 3)
bumi air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 66

Landasan konstitusional yang telah disampaikan di atas merupakan dasar


penerapan sistem ekonomi kerakyatan dalam tataran makro. Tentu saja pada
tataran mikro sistem ekonomi kerakyatan wajib dimaknai secara lebih aplikatif
lagi dengan mewujudkan 1) partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam
kegiatan ekonomi, dan 2) peluang seluruh anggota masyarakat dalam menikmati
hasil dari kegiatan ekonomi. Hal ini menjadikan sistem ekonomi kerakyatan harus
dapat menjadikan kegiatan ekonomi berlangsung dari, oleh dan untuk masyarakat.

3. Pengembangan Masyarakat sebagai Perwujudan Ekonomi Kerakyatan


Substansi utama sistem ekonomi kerakyatan adalah menciptakan
kemandirian ekonomi masyarakat sehingga sedapat mungkin masyarakat dapat
melaksanakan kegiatan ekonomi yang berlangsung, dari oleh dan untuk
masyarakat (Limbong, 2015). Untuk mencapai tujuan ini, masyarakat seringkali
tidak dapat melakukannya sendiri. Mereka memerlukan bantuan dari pihak ketiga
untuk mengidentifikasi kebutuhan, mendapatkan sumber daya serta melaksanakan
pemberdayaan (Kenny, 1994). Pihak ketiga ini diantaranya adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, mahasiswa, dll yang melakukan berbagai
program pengembangan masyarakat (Sutomo, 2012; Zubaedi, 2013; Theresia,
dkk, 2014; Nasdian, 2014).
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan sebuah
gerakan sosial yang memiliki sejarah yang panjang. Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) merupakan lembaga yang menjadikan pengembangan masyarakat sebagai
sebuah gerakan sosial yang menjadikan pembangunan desa-desa di negara dunia
ketiga sebagai fokus utama. Dari inisiasi inilah pengembangan masyarakat
menjadi sebuah gerakan sosial yang berdimensi internasional. Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) (Nasdian, 2014: 31) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai berikut ;
“community development is the processes by which the effort of the people
themselves are united with those of governmental authorities to improve the
economics, social and cultural condition of communities, to integrate the
communities into the life of the nation, and to enhance the contribute fully to
national progress”

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 67

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pengembangan masyarakat


merupakan sebuah proses dengan memanfaatkan upaya masyarakat dengan
bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik
suatu masyarakat. van Beers dan Colley (1972) memandang pengembangan
masyarakat tidak semata sebagai sebah proses namun sekaligus merupakan
filosofi, program, metode dan gerakan yang berpusat pada upaya membantu
masyarakat agar dapat “membantu dirinya sendiri” untuk mencapai peningkatan
standard dan kualitas hidup.
Filosofi pengembangan masyarakat adalah people centered development
yang menggeser filosofi sebelumnya yakni production center development
(Nasdian, 2014). Perbedaan antara kedua filosofi ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Perbedaan Filosofi Production Center Development dan People


Center Development
Production Centered Development People Centered Development
 Sentralisasi  Desentralisasi
 Mobilisasi  Partisipasi
 Penaklukan  Pemberdayaan
 Eksploitasi  Pelestarian
 Hubungan fungsional  Jejaring sosial
 Nasional  Teritorial
 Ekonomi konvensional  Keswadayaan lokal
 Unsustainable  Sustainable

Filosofi people center development bercirikan adanya desentralisasi,


partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, pemanfaatan jejering sosial, berfokus
territorial, memanfaatkan swadaya lokal serta mengupayakan pembangunan
berkelanjutan (suistanable). Prinsip desentralisasi memberikan peluang kepada
masyarakat untuk mengambil keputusan sendiri tanpa campur tangan yang terlalu
besar dari pihak yang memiliki otoritas. Dengan kata lain, pengembangan
masyarakat dapat diarahkan kepada wilayah atau teritori yang menjadi lokasi

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 68

pengembangan masyarakat. Perhatian kepada teritori utamanya dilakukan karena


masing-masing teritori memiliki karakteristik yang berbeda dengan teritori lain
sehingga pengembangan masyarakat harus disesuaikan dengan kondisi masing-
masing teritori.
Agar dapat mendatangkan keberhasilan maka setiap pengembangan
masyarakat membutuhkan partisipasi seluruh anggota masyarakat. Partisipasi ini
diperlukan dalam menemukenali masalah, mengidentifikasi serta mempergunakan
sumber daya yang dimiliki (swadaya lokal) dan mengevaluasi aktivitas yang
dilakukan. Segala aktivitas harus dilakukan dalam semangat pemberdayaan yang
berarti menempatkan masyarakat sasaran sebagai fokus utama dalam
meningkatkan kapasitasnya. Dalam melaksanakan aktivitas pengembangan
masyarakat, para pelaku diharapkan dapat memperhatikan kelestarian berbagai
sumber daya yang dimiliki masyarakat sehingga tercipta sebuah keberlanjutan
atau suistainability. Prinsip keberlanjutan ini perlu ditekankan sehingga
pengembangan masyarakat dapat terus berlangsung dan tidak berhenti pada suatu
masa karena kehilangan sumber daya.
Sumber daya yang dipergunakan dalam pengembangan masyarakat dapat
berupa sumber daya material (sumber daya alam, finansial, asset, dll) maupun
sumber daya nonmaterial berupa modal sosial yang terdiri dari nilai, norma,
jaringan sosial, dll (Fukuyama, 2002; Giddens, 2003; Forse, 2004). Sebagai salah
satu unsur modal sosial, jaringan sosial ini dapat berupa hubungan persaudaraan,
klen patrilinieal, hubungan utang budi, dll (Atmadja, 2011). Jaringan sosial ini
dapat dimanfaatkan demi menunjang upaya pengembangan masyarakat karena
setiap jaringan sosial dilandasi pada ketaatan pada norma sosial yang dapat
menciptakan keteraturan, kejujuran, solidaritas maupun perilaku kooperatif
(Fukuyama, 2002).
Sebagai sebuah proses, pengembangan masyarakat berarti perubahan yang
terjadi dari kondisi yang semula terjadi kepada kondisi yang diharapkan terjadi.
Perubahan itu dapat berwujud perubahan yang bergerak dari satu tahapan ke
tahapan yang lain, dari suatu kondisi ke kondisi yang lain. Tentu saja perubahan
tersebut bergerak dari kondisi yang ingin diubah menjadi kondisi yang dicita-

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 69

citakan. Perubahan ini dapat berupa perbaikan tingkat ekonomi masyarakat seperti
dengan terciptanya sumber pendapatan yang baru, perubahan politik di
masyarakat dalam konteks pengambilan keputusan yang lebih demokratis,
penggunaan sumber daya lokal yang lebih lebih besar daripada pemanfaatan
sumber daya di luar masyarakat, dan lain sebagainya.
Pengembangan masyarakat juga dapat dipandang sebagai sebuah metode.
Dalam perspektif ini, pengembangan masyarakat dipandang sebagai serangkaian
cara dalam mencapai tujuan. Terdapat beberapa metode yang dapat dimanfaatkan
dalam melaksanakan pengembangan masyarakat. Metode-metode tersebut
diantaranya adalah; 1) Environmental Scanning, 2) Logical Framework, 3)
Participatory Impact Monitoring, 4) Focus Group Discussion, dan 5)
Zielobjectiev Orientierte Project Planning.
Pemanfaatan sebuah metode dalam kegiatan pengembangan masyarakat
dapat berwujud pada dilaksanakannya sebuah program. Program dapat berupa
serangkaian prosedur yang berisikan daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.
Program-program ini dapat merujuk pada sebuah subyek yang khas seperti
program kesehatan, pendidikan, pertanian, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
pengembangan masyarakat jika dilihat dalam perspektif program dapat diartikan
sebagai rangkaian prosedur kegiatan yang secara spesifik dapat dimanfaatkan
secara aplikatif dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Makna terakhir dari pengembangan masyarakat adalah sebuah gerakan.
Perspektif pengembangan masyarakat sebagai sebuah gerakan menyatakan bahwa
pengembangan masyarakat merupakan perjuangan dari segenap pihak yang
terlibat. Dengan demikian, segala aspek pengembangan masyarakat tidak semata-
mata menekankan hasil secara kuantitatif berupa peningkatan kualitas hidup
masyarakat secara material semata namun juga berupaya mengubah masyarakat
dalam aspek kultural dan sosial.
Untuk dapat menghasilkan perubahan sesuai yang diharapkan maka
pengembangan masyarakat hendaknya mengikuti azas, prinsip, dan strategi
sebagai berikut (Ife, 1995):

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 70

1. Azas Pengembangan Masyarakat


1) Pelibatan seluruh masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Pelibatan seluruh komponen masyarakat wajib dilakukan karena seringkali
dalam masyarakat berlaku sebuah kondisi yang membatasi berbagai
kelompok seperti perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas untuk ikut
serta dalam proses pengambilan keputusan.
2) Sinergi strategi secara komprehensif antara pemerintah dan pihak-pihak
terkait
Pola pengembangan yang berdimensi bottom up mensyaratkan terjadinya
sinergi antara pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dalam
melaksanakan program yang sudah diterapkan. Pemerintah bukanlah lagi
otoritas yang memegang kekuasaan mutlak melainkan memerlukan sinergi
dengan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, elite masyarakat,
kelompok di masyarakat, dll.
3) Membuka akses warga atas bantuan professional, teknis, fasilitas serta
insentif lainnya
Masyarakat tidak dapat mencapai potensi terbaiknya seringkali disebabkan
oleh kelemahan struktural yang dimilikinya. Untuk mengatasinya diperlukan
bantuan dari professional (misalnya dokter, insinyur, akuntan, guru, dll) untuk
memberikan pendampingan. Selain itu, diperlukan pula bantuan teknis
ataupun fasilitas lain seperti teknologi tepat guna, peralatan pertanian,
peralatan kesehatan dll yang dapat mendorong terselenggaranya program
dengan baik. Jika diperlukan masyarakat dapat pula diberikan insentif dalam
bentuk materi untuk mesukseskan sebuah program. Misalnya dengan
membeli sampah dari masyarakat untuk mendorong orang mengumpulkan
sampah, memberi program makanan tambahan kepada anak-anak yang
mengikuti pendidikan, memberi uang transport bagi perserta pelatihan, dll.
4) Mengubah perilaku professional agar lebih peka kepada kebutuhan, perhatian,
dan gagasan warga masyarakat
Filosofi people centered development ini menjadikan perubahan yang terjadi
haruslah dari, oleh dan untuk masyarakat. Kehadiran professional hanyalah

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 71

untuk memberikan bantuan untuk memfasilitasi pelaksanaan program,. Untuk


itu, kaum professional yang datang dan memberikan bantuan hendaknya lebih
peka terhadap kondisi di lapangan dalam mempraktekkan kemampuan
profesionalnya ketika memberikan bantuan.

2. Prinsip Pengembangan Masyarakat


1) Terpadu
Tujuan pengembangan masyarakat tidak dapat difokuskan pada suatu aspek
secara pasrial namun haruslah mencakup seluruh aspek sesuai kondisi
masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan, lingkungan, dan personal. Keenam aspek tersebut pada
umumnya saling terkait sehingga ketika hanya menyelesaikan satu atau
sebagian aspek akan diperoleh ketidakseimbangan dalam program
pengembangan
2) Konfrontasi dengan kebatilan struktural
Masyarakat sering kali menyimpan berbagai kebatilan struktural yang
berwujud ketimpangan gender, kelas, SARA, dll. Seorang pelaksana program
pengembangan masyarakat hendaknya memberikan perhatian lebih kepada
mereka yang berada pada struktur yang lebih rendah. Dengan demikian,
pihak-pihak seperti ini dapat menemukan kesetaraan sehingga dapat terlibat
serta merasakan manfaat program sebagaimana pihak yang berada pada
struktur lebih tinggi.
3) Hak azasi manusia
Setiap metode maupun program pengembangan harus memperhatikan hak
azasi seluruh anggota masyarakat. Beberapa hak azasi yang wajib
diperhatikan adalah: hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak
untuk ikut serta dalam kehidupan kultural serta hak untuk memperoleh
perlindungan keluarga.
4) Keberlanjutan
Program yang dilakukan harus memperhatikan sumber daya alam yang
dimanfaatkan dengan mempergunakan sumber daya alam yang tidak dapat

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 72

diperbaharui dengan jumlah seminimal mungkin. Prinsip ini berimplikasi


pada penggunaan berbagai peralatan, mode transportasi, gaya hidup, dll yang
lebih ramah lingkungan.
5) Pemberdayaan
Prinsip pemberdayaan haruslah dilakukan secara konsekuen dan tidak sekedar
jargon. Seluruh potensi masyarakat hendaknya dapat dimanfaatkan dengan
baik sehingga peranan pihak luar hanyalah memberi bantuan berupa sumber
daya, keahlian, dan pengetahuan sehingga kapasitas masyarakat dalam
memanfaatkan potensinya meningkat.
6) Pribadi dan politik
Dikotomi antara pribadi dan politik, individu dan struktur, masalah pribadi
dan masalah umum hendaknya dihilangkan. Penghilangan ini diperlukan
karena dikotomi cenderung membuat kita memberi perhatian lebih kepada hal
yang bersifat politis dengan mengabaikan aspek pribadi, lebih memperhatikan
struktur dibanding individu dan lebih menitikberatkan pada permasalahan
umum alih-alih permasalahan pribadi. Secara sekilas apa yang bersifat umum
serta lebih besar dan berlaku di ranah publik memang lebih penting untuk
diselesaikan. Namun, dengan mengabaikan oposisi binernya, niscaya sebuah
permasalahan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.
7) Kepemilikan masyarakat
Setiap hasil dari program pengembangan masyarakat hendaknya dijadikan
sebagai hak milik masyarakat. Kepemilikan seperti ini akan meningkatkan
keterlibatan anggota masyarakat karena meyakini bahwa hasil dari program
yang mereka laksanakan akan menjadi milik mereka. Demikian pula jika
program tersebut mengalami kegagalan maka masyarakat sendirilah yang
akan mengalami kerugian dengan kehilangan sumber daya yang dikeluarkan
untuk membiayai program tersebut.
8) Kemadirian
Sedapat mungkin setiap program pengembangan masyarakat dilaksanakan
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Sumber daya tersebut dapat meliputi sumber daya finansial, teknik, alam,

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 73

manusia, dll. Tujuan pemanfaatan sumber daya lokal tersebut selain untuk
dapat menghemat sumber daya juga agar keberlanjutan sebuah program dapat
terjamin.
9) Ketidaktergantungan pada pemerintah
Bantuan pemerintah dalam program pemberdayaan bukanlah hal yang
terlarang. Namun hendaknya bantuan tersebut hanyalah dipergunakan sebagai
pemicu semata untuk mendorong swadaya kolektif masyarakat. Bantuan dari
pemerintah yang terlalu berlebihan malah dapat melemahkan swadaya
kolektif dan mendorong masyarakat untuk senantiasa tergantung pada
pemerintah.
10) Tujuan dan visi
Dalam menerapkan metode maupun program pengembangan masyarakat
diperlukan sebuah visi yang jelas. Visi yang jelas akan memberikan kejelasan
pada misi serta tujuan program tersebut. Hal ini akan mengurangi benturan
yang mungkin terjadi antara personal maupun komponen-komponen program.
11) Bersifat organik
Pengembangan masyarakat hendaknya memanfaatkan struktur yang sudah
ada di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah
menerima dan tidak perlu lagi beradaptasi dengan struktur yang baru.
Memang tidak dapat dipungkiri adanya kemungkinan struktur yang tidak
kompatibel dengan program yang dilaksanakan. Dalam kondisi seperti ini
lebih baik dilaksanakan modifikasi dibandingkan dengan membangun sebuah
struktur yang baru.
12) Kecepatan gerak
Seorang fasilitator dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat hendaknya
tidak terlalu berfokus kepada seberapa cepat program tersebut dapat
dilaksanakan. Tingkat kecepatan pelaksanaan program hendaknya disesuikan
dengan dinamika yang terjadi pada masyarakat. Perubahan yang terburu-buru
ketika masyarakat belum siap hanya akan menimbulkan kegagalan pada
program tersebut.

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 74

13) Keahlian dan pengalaman pihak luar


Seringkali dalam setiap program pengembangan masyarakat membutuhkan
keahlian dan pengalaman pihak luar. Namun, keahlian dan pengalaman di
satu tempat tidaklah dengan serta merta dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan masyarakat di tempat lain. Oleh sebab itu, penyesuaian
dengan situasi spesifik sebuah masyarakat sangatlah diperlukan sehingga
keahlian dan pengalaman pihak luar tersebut dapat bermanfaat bagi program
pengembangan masyarakat dan tidak malah memberikan dampak yang
negatif.
14) Kebersamaan
Pengembangan masyarakat harus mencakup berbagai interaksi sosial di
tingkat masyarakat sehingga akan menciptakan sebuah kebersamaan.
Kebersamaan inilah yang akan sangat bermanfaat ketika membangun dialog
dan pemahaman yang bermuara pada tindakan sosial yang interaktif secara
formal maupun nonformal.
15) Proses dan hasil
Pembangunan seringkali mengutamakan hasil dibandingkan dengan proses.
Sepanjang indikator-indikator perekonomian makro dapat tercapai maka
pembangunan bisa dikatakan berhasil. Berbeda halnya dengan pengembangan
masyarakat yang senantiasa menghubungkan antara hasil dengan proses yang
telah dilalui. Dengan kata lain, proses dan hasil bagaikan dua sisi mata uang
yang saling melengkapi dan sama pentingnya.
16) Tanpa kekerasan
Pelaksanaan program pengembangan masyarakat harus dilaksanakan tanpa
mempergunakan kekerasan fisik seperti: paksaan, hukuman, militerisme, dll.
Kekerasan yang bersifat laten dalam bentuk cemooh, teguran yang
menyinggung perasaan, gunjingan, dll juga harus dihindarkan.
17) Inklusif
Program pengembangan masyarakat tidak boleh meninggalkan seseorang atau
kelompok tertentu. Hal ini rentan terjadi pada pihak-pihak di masyarakat
lemah secara struktural misalnya kaum perempuan, anak-anak, penyandang

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 75

disabilitas, dll. Program pengembangan masyarakat perlu memberikan


perhatian yang lebih kepada pihak-pihak ini agar ikut merasakan manfaat
program yang dilaksanakan.
18) Konsensus
Dalam sebuah program pengembangan masyarakat tidak dapat dipungkiri
akan ada kemungkinan pihak-pihak yang menolak. Terhadap merek
hendaknya diupayakan munculnya sebuah konsensus yang dilandasi dengan
semangat tanpa kekerasan dan inklusivitas. Pendekatan konsensus hanya
dapat bekerja dengan persetujuan dan melahirkan solusi yang akan menjadi
milik bersama. Seringkali konsensus tidak dapat dicapai dengan cara yang
mudah dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian, pencapaian konsensus
harus terus diupayakan secara maksimal.
19) Kerja sama
Kerjasama merupakan prinsip yang harus dikedepankan dalam program
pengembangan masyarakat. Kerjasama dapat didorong dengan menciptakan
skenario agar pihak-pihak yang berkepentingan bersedia bekerja sama. Jika
diperlukan, dapat diberikan imbalan kepada berbagai pihak yang bersedia
melakukan kerjasama. Dalam jangka panjang, kerjasama akan mendorong
pihak-pihak yang berkepentingan untuk “sharing” perasaan dan permasalahan
sekaligus berupaya secara bersama-sama menyelesaikan permasalah yang
sedang dihadapi.
20) Partisipasi
Partisipasi dari seluruh anggota masyarakat sangat diperlukan. Setiap orang
diyakini memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan
program pengembangan masyarakat. Dengan partisipasi seluruh anggota
masyarakat permasalahan akan semakin mudah untuk diselesaikan.
21) Mendefinisikan kebutuhan
Dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai pihak, definisi kebutuhan bisa
sangat bervariasi. Kesulitan yang kemudian muncul adalah penentuan mana
yang merupakan kebutuhan masyarakat dan mana yang merupakan kebutuhan
yang bersifat pribadi. Untuk dapat menentukan kebutuhan mana yang

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 76

merupakan kebutuhan masyarakat maka diperlukan sebuah dialog antara


semua pihak yang berkepentingan.

3. Strategi Pengembangan Masyarakat


Dalam melaksanakan pengembangan masyarakat terdapat 3 strategi yang
dapat dilaksanakan secara terpisah ataupun bersama-sama. Strategi tersebut
adalah:
1) Modifikasi pola sikap dan perilaku dengan pendidikan
Pendidikan mampu mengubah sikap dan prilaku seseorang. Pendidikan dapat
diberikan secara formal maupun nonformal. Pendidikan formal dilakukan di
sekolah-sekolah formal pada berbagai jenjang pendidikan sedangkan
pendidikan nonformal dapat dilakukan di keluarga, masyarakat, perkumpulan,
dan sebagainya.
2) Mengubah kondisi sosial dengan mengubah kebijakan-kebijakan organisasi
formal
Upaya ini dapat dilakukan dengan ikut serta dalam proses pengembilan
keputusan dalam organsasi formal. Hal ini dapat diilustrasikan ketika pihak-
pihak yang berkepentingan dengan sebuah program pengembangan
masyarakat mengikuti proses penyusunan anggaran di pemerintahan desa,
kecamatan, kabupaten, dst. Dalam proses penganggaran ini, diupayakan agar
program yang diselenggarakan mendapatkan pendanaan sebagai pemicu
terselenggaranya sebuah program pengembangan masyarakat.
3) Reformasi peraturan dan sistem fungsional di masyarakat
Tidak dapat dipungkiri salah satu penyebab kegagalan sebuah pengembangan
masyarakat adalah adanya tata aturan yang menghambat pelaksanaan
program. Peraturan ini dapat berupa aturan yang bersifat formal maupun nilai
dan norma yang hidup di masyarakat. Sebagaimana contoh dalam sebuah
masyarakat adanya hambatan bagi seorang perempuan untuk menjadi
pemimpin. Meskipun merupakan aturan nonformal dan tidak tertulis namun
hal ini tentu saja menyulitkan ketika program pengembangan masyarakat
dilakukan untuk kaum perempuan. Dalam kondisi seperti ini perlu dilakukan

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 77

penyadaran sehingga perempuan dapat diterima untuk menjadi pemimpin.


Meskipun tidak mudah, upaya perubahan perlu dilakukan dengan
mengadakan dialog kepada semua pihak yang dapat mempengaruhi
perubahan tata aturan informal tersebut.

D. Metode Perencanaan Partisipasi Aktif


Dalam dimensi praksis, pengembangan masyarakat membutuhkan metode
penerapannya. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, metode-metode
tersebut diantaranya adalah; 1) Environmental Scanning, 2) Logical
Framework,
3) Participatory Impact Monitoring, 4) Focus Group Discussion, dan 5)
Zielobjectiev Orientierte Project Planning. Sebagaimana yang dikemukan
Nasdian (2014) Zielobjectiev Orientierte Project Planning atau yang dikenal pula
dengan Metode Perencanaan Partisipasi Aktif merupakan metode yang paling
populer di Indonesia dikarenakan berbagai keunggulan yang dimilikinya.
Keunggulan tersebut adalah: 1) kemampuannya untuk menjamin konsistensi
berpikir dengan prosedur yang teratur dan praktis sehingga dapat menghasilkan
sebuah kerangka kerja yang logis, 2) mampu memberikan indikator kinerja
dengan baik dan 3) menekankan konsensus melalui dialog antara pihak-pihak
yang berkepentingan.
Berikut ini akan disajikan tahapan yang dapat dilakukan ketika
Perencanaan Partisipasi Aktif dipilih sebagai metode pengembangan masyarakat
berikut sebuah ilustrasi sederhana.

1. Analisis masalah
Dalam tahapan ini ditelaah permasalahan yang dialami oleh sebuah
masyarakat. Penelaahan ini dilakukan dengan:
1) Memastikan semua orang yang terkait dilibatkan dalam analisis masalah
2) Menuliskan rumusan singkat mengenai „permasalahan inti‟ yang dituliskan
dalam sebuah kartu yang ditempelkan di papan. Rumuskan masalah
lainnya/kondisi negatif yang menyebabkan „permasalahan inti‟ dan letakkan
kartu-kartu tersebut di atas kartu „permasalahan inti‟
Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 78

3) Rumuskan masalah lainnya/kondisi negatif yang disebabkan oleh


„permasalahan inti‟ dan letakkan kartu- kartu tersebut di bawah kartu
„permasalahan inti‟
4) Tunjukkan hubungan sebab-akibat dalam kartu-kartu tersebut dengan tanda
panah
5) Periksa secara keseluruhan dan lakukan perluasan untuk menjamin keabsahan
dan kesempurnaan analisis.
Rangkaian Analisis masalah dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Penyebab permasalahan inti:


- Perempuan belum diutamakan dalam keluarga
- Adanya sikap fatalistik yang berwujud keyakinan bahwa kematian
ditentukan oleh Tuhan
- Pelayanan kesehatan yang tidak memadai
- Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung

Permasalahan Inti:
Tingginya angka kematian ibu melahirkan

Akibat permasalahan inti:


- Kesejahteraan keluarga merosot
- Rentan menimbulkan kerawanan sosial di masyarakat

Gambar 5.1 Hubungan Masalah Inti dengan Penyebab serta Akibatnya

2. Tahapan Analisis Tujuan


Dalam tahapan ini ditentukan tujuan yang ingin dicapai sebagai akibat dari
upaya pemecahan masalah. Tahapannya adalah:
1) Gantilah kata-kata negatif yang menyebabkan atau disebabkan oleh
„permasalahan inti‟ ke dalam pernyataan positif
2) Teliti semua tujuan dan hubungan „permasalahan inti‟ dan penyebab serta
akibatnya. Pastikan semuanya layak dan beralasan

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 79

Analisis Tujuan atau kondisi yang diinginkan tergambar pada Gambar 5.2.

Kondisi di Masyarakat
- Perempuan mendapatkan perhatian yang layak dalam keluarga
- Meskipun menyadari bahwa kematian adalah kuasa Tuhan namun
manusia wajib mengupayakan agar terhindar dari kematian
- Pelayanan kesehatan yang memadai
- Kebijakan pemerintah yang mendukung

Rendahnya angka kematian ibu melahirkan

- Kesejahteraan keluarga lebih terjaga


- Potensi kerawanan sosial dapat dihindari

Gambar 5.2 Kondisi yang Diingankan

3. Tahapan Analisis Alternatif


Berdasarkan analisis tujuan, langkah selanjutnya adalah memilih beberapa
alternatif tindakan yang dapat dipilih. Tahapan ini dilakukan dengan:
1) Mempelajari hubungan penyebab dan akibat dalam „permasalahan inti‟
2) Menilai kelayakan proyek yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan
sasaran, jangka waktu, peluang, dampak lingkungan, dana, biaya, dan
sebagainya.
Dari ilustrasi yang diberikan terdapat beberapa alternatif program bisa
dipilih yaitu 1) mengadakan edukasi dan dialog agar masyarakat dapat
memposisikan perempuan secara lebih baik sehingga kepentingan perempuan
utamanya ibu hamil dapat lebih diperhatikan, 2) menyelenggarakan edukasi dan
dialog sehingga masyarakat dapat memahami bahwa meskipun kematian ibu
melahirkan adalah sebuah takdir namun manusia wajib melakukan pencegahan
secara maksimal, 3) menyediakan jasa layanan kesehatan yang memadai, 4)
mendesak pemerintah agar menciptakan program beserta anggaran yang memadai
untuk mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan.

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 80

Dari berbagai alternatif program ini, dengan memperhatikan segenap


sumber daya yang dimiliki serta kondisi yang dihadapi, maka diilustrasikan
bahwa program yang dipilih adalah memberikan edukasi kepada masyarakat
tentang pentingnya memposisikan perempuan secara layak dalam keluarga
sekaligus menumbuhkan kesadaran bahwa meskipun kematian adalah kuasa
Tuhan namun manusia tidak dapat bersikap fatalistis dan harus melakukan
berbagai upaya untuk menjaga kesehatan sehingga terhindar dari kematian.

4. Analisis peran
Analisis yang dilakukan untuk memetakan peran dari semua orang,
kelompok, organisasi, lembaga yang berhubungan/berkepentingan dengan suatu
program. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kartu yang berisi
nama, hubungan/kepentingan dengan program, keinginan dan harapan mereka,
potensi serta kelemahannya, dan konsekuensi mereka terhadap program. Contoh
kartu peran dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Kartu Analisis Peran


Nama : Tuan A (Kepala Desa)
Kepentingan: Berkepentingan terhadap peningkatan kesejahteraan warga
yang salah satu indkatornya adalah rendahnya tingkat
kematian ibu melahirkan
Potensi : Memiliki kekuasaan yang dapat memaksa warga masyarakat
untuk mengikuti program edukasi
Konsekuensi: Pihak yang dapat dimintai bantuan memobilisasi masyarakat
untuk mengikuti program edukasi dengan baik.

Kartu Analisis Peran


Nama : Tuan B (Tokoh masyarakat)
Kepentingan: Mempertahankan budaya yang memposisikan laki-laki/anak
laki-laki sebagai pewaris keluarga sehingga wajar jika
menerima sumber daya yang lebih baik dan perempuan
sebaliknya
Hambatan : Memiliki pengaruh untuk mengurangi minat masyarakat
dalam mengikuti program edukasi
Konsekuensi: Pihak yang harus diajak berdialog sehingga hambatan yang
ditimbulkan dapat berubah menjadi dukungan

Gambar 5.3 Form Kartu Peran

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 81

Dalam prakteknya, Kartu Analisis Peran ini tentunya harus dipersiapkan


untuk semua pihak yang berperan bagi keberhasilan ataupun kegagalan program
yang bersangkutan.

5. Menyusun Matriks Perencanaan Partisipasi Aktif


Langkah terakhir sebelum pelaksanaan program adalah menyusun MPPA
yang terdiri dari beberapa kolom sebagaimana yang diilustrasikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Ilustrasi Matriks Perencanaan Partisipasi Aktif


No Nama Latar Luaran Pihak yang Indikator Sumber
Program Belakang Proyek berpenga- Keber- data
Pelaksana ruh hasilan inidikator
-an keber-
hasilan
1 Edukasi Tingginya Timbulnya 1) Kepala 1) Adanya Survey,
untuk angka kesadaran desa, perhatian notulen
Mencipta- kematian akan 2) tokoh kepada diskusi,
masyara
kan ibu pentingnya -kat, kesehatan observasi
Kesadaran melahir- menjaga 3) tenaga perem-
atas kan kesehatan medis, puan
Kesehatan perempuan 4) suami, khusus-
Perempuan dan 5) kelurah- nya ibu
an
dan menghindar hamil
6) sekolah
Menghi- -kan sifat 2) Hilang-
langkan fatalistik nya sifat
sifat fatalistik
Fatalistik di
masyara-
kat

E. Simpulan
Keberhasilan pembangunan di Indonesia selama ini seringkali
diindikasikan dengan keberhasilan dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Namun, data empirik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidak secara langsung berkorelasi dengan terjawabnya permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Kondisi seperti ini terjadi karena pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengandalkan kepada utang dan penanaman modal asing

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 82

sehingga pertumbuhan ekonomi sebagian besar dinikmati oleh pemilik modal


bukannya masyarakat Indonesia pada umumnya.
Liberalisasi ekonomi yang dilakukan dengan membuka penanaman modal
asing dan menerima utang luar negeri haruslah mendapatkan tandingannya.
Sistem ekonomi kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang dapat menjadi
tandingan karena sistem ini berpusat kepada rakyat dengan kredo “dari, oleh dan
untuk rakyat”. Dalam tataran mikro, kredo ini salah satunya dapat diterapkan
dengan pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat.
Pengembangan masyarakat haruslah dilakukan dengan filosofi people
centered development yang menitikberatkan pada manusia sebagai pelaku selaku
pihak yang menikmati hasilnya. Oleh sebab itu, segenap swadaya kolektif
masyarakat sangatlah ditonjolkan dengan peran pihak luar sebagai fasilitator.
Dengan melaksanakan program-program pengembangan masyarakat, diharapkan
berbagai pihak dapat turut serta membantu menyelesaikan berbagai permasalahan
yang terjadi di masyarakat.

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 83

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, A.T. 2011. Penyertaan Modal Sosial dalam Struktur Pengendalian Intern
LPD (Studi Kasus pada LPD Desa Pakraman Penglatan, Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika Vol. 1, No. 1 Desember 2011.
Awang, S.A. 2014. Konsep Ekonomi Kerakyatan dan Aplikasinya pada Sektor
Kehutanan. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017 di
www.ekonomirakyat.ugm.ac.id
Forse, Michel. 2004. “Hubungan Sosial Sebagai Sumber Daya”. Dalam Philippe
Cabin dan Jean François Dortier, ed. Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya. [Penerjemah: Ninik Rochani Sjams]. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Fukuyama, Fransis. 2002. Trust. Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
[Penerjemah: Ruslani]. Yogyakarta: CV. Qalam.
Giddens, Anthony. 2003. Jalan Ketiga & Kritik-kritiknya. [Penerjemah: Imam
Khoiri, Yogyakarta: IRCiSod.
Ife, J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision,
Analysis and Parctice. Melbourne: Longman.
Irawan dan M. Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE
Kenny, S. 1994. Developing Communities for The Future: Community
Development in Australia. Melbourne: Thomas Nelson.
Limbong, B. 2015. Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi. Jakarta:
Pustaka Margaretha.
Nasdian, F. T. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Soetomo. 2012. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stiglitzt, J. 2006. Making Globalization Work. New York: WW Norton &
Company.
van Beers dan L.A. Colley. 1972. Survey of Community Development Java
Indonesia. Ontario: University of Gulph.
Theresia, A, K.S Andini, P.G.P. Nugraha, dan T. Mardika. 2014. Pembangunan
Berbasis Masyarakat Bandung: Alfabeta.
Yustika, AE. 2014. “Ilusi Pertumbuhan Ekonomi” Kompas 21 Maret 204.
Halaman: 4 .

Ekonomi Kerakyatan
Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 84

BAB VI
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. Menurut UU Kesehatan


RI No. 9 Th 1960 dan UU No. 23 Th 1992, kesehatan ialah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. World Health Organization (WHO) mendefinisikan ”a
complete state of physicall, mental and social not merelly the absence of disease
and infirmity. ” Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah, dan swasta secara bersama-sama.
Kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Menurut H.L Blumm terdapat empat faktor yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor perilaku, faktor
lingkungan, faktor keturunan dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor diatas
sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Dari berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan tersebut, faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kesehatan, sehingga
kesehatan lingkungan perlu mendapat perhatian khusus
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyadiaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. Kontribusi lingkungan dalam
mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah
perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Pentingnya
lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan-
penyelidikan di seluruh dunia. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut dapat

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 85

ditemukan angka kematian (mortality) dan angka perbandingan orang sakit


(morbidity) yang tinggi, serta sering terjadinya endemi di tempat-tempat atau
daerah yang higiene dan sanitasi lingkungannya jelek.
Menurut WHO yang telah melakukan penyelidikan-penyelidikan di
negara-negara yang sedang berkembang terdapat banyak penyakit kronis endemis,
sering terjadi epidemi, masa hidup yang pendek serta angka kematian bayi dan
anak-anak yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek yaitu:
1) Persediaan air untuk rumah tangga yang kotor
2) Infeksi karena banyaknya kotoran-kotoran misalnya kontak langsung maupun
tidak langsung dengan kotoran manusia
3) Infeksi karena karena anthropoda yaitu sebangsa kelabang, luwing, binatang
melata lainnya serta vektor-vektor yang lain
4) Pengotoran makanan dan minuman
5) Perumahan penduduk yang jelek dan sempit serta berdesak-desakan
6) Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.
Akibat kemajuan teknologi dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup sering menimbulkan polusi ataupun pencemaran lingkungan,
misalnya pencemaran air, udara dan tanah sehingga menyebabkan merosotnya
kualitas air, udara, dan tanah. Hal tersebut tentu akan dapat mengganggu
kesehatan. Berbagai permasalahan kesehatan lingkungan, saat ini banyak
ditemukan di Indonesia, antara lain penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran/tinja, kesehatan pemukiman, pembuangan sampah, serangga dan binatang
pengganggu serta penyediaan makanan dan minuman. Berdasarkan atas hal-hal
tersebut di atas maka usaha dalam higiene dan sanitasi lingkungan di Indonesia
ditekankan pada:
1) Penyediaan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas dan kuantitas,
2) Pembuangan sampah dan air limbah yang teratur,
3) Mendirikan perumahan yang sehat, dan
4) Pembasmian binatang penyebar penyakit.
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 86

keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar serta Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
(TUPM).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta untuk
memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan, seperti pembangunan sarana
sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan
pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi
masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi
penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani
secara lintas sektor. Selain pembangunan infrastruktur berupa sarana sanitasi
dasar, selanjutnya diharapkan adanya pembangunan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan lingkungan sehingga akan dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

A. Pengertian Kesehatan Lingkungan


Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO adalah “Those aspects of
human health and disease that are determined by factors in the environment. It
also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the
environment that can potentially affect health.” Atau bila disimpulkan “Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.”
Pengertian kesehatan lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia), yaitu “Suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia.” Sedangkan yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).
Beberapa indikator dapat kita perhatikan untuk mengetahui lingkungan
yang sehat, antara lain:

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 87

1) Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat
kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu
0
100 C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati.
2) Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat zat-zat yang
diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidak tercemar oleh zat-zat
yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat carbondioksida).
3) Keadaan tanah
Tanah yang sehat adalah tanah yang baik untuk penanaman suatu tumbuhan,
dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
4) Suara/kebisingan
Yaitu keadaan dimana suatu lingkungan yang kondisinya tidak bising yang
dapat mengganggu aktifitas/alat pendengaran manusia.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam
pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992, ruang lingkup kesehatan lingkungan ada
8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan limbah padat/sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia


Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk
lebih dari 200 juta jiwa, menyebabkan masalah kesehatan lingkungan di Indonesia

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 88

menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan,


antara lain:
1) Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke
kota. Terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa
berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan. Mereka yang
datang ke kota tidak dibekali dengan keterampilan yang memadai sehingga
sebagian besar mereka bekerja sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah
tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis
dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial
dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh
dimana-mana.
2) Pembuangan sampah
Sampah sering dibuang tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas dan juga
menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air. Selain hal tersebut,
lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit
menular.
3) Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk
Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk
perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Sumber
air selain PDAM tersebut belum sering tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit di masyarakat.
4) Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas
normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor.
Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan
sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 89

5) Pembuangan limbah industri dan rumah tangga


Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri
dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut,
ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di
bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila
digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6) Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi
di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah
banyak permasalahan kesehatan
7) Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan
masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat
permukinan, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi
kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya
banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta untuk


memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan, seperti pembangunan sarana
sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan
pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi
masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi
penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani
secara lintas sektor. Selanjutnya pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran
lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat
secara keseluruhan harus disiapkan untuk dapat memiliki kesadaran lingkungan
yang lebih baik. Pada saat ini kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang
lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih
baik. Dengan demikian dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan
adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 90

metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh


adanya pembangunan, serta berbagai teknologi dalam memperbaiki dan menjaga
lingkungan yang sehat. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut.

1. Penyediaan Air Bersih


Pada umumnya semua air telah terkontaminasi atau terkena oleh kotoran,
baik kotoran yang mengalir di permukaan tanah, di sungai, di danau maupun air
yang telah meresap ke dalam tanah. Di kota-kota besar yang telah ada saluran air
minum, air bersih tidak menjadi masalah. Akan tetapi di perdesaan air minum
masih merupakan masalah dalam kesehatan.
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnya telah memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
Adapun syarat-syarat air minum yang sehat antara lain:
1) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening ( tak berwarna ),
tidak berasa, suhu dibawah suhu udara luarnya,
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri patogen.
3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah
yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam
air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sumber-Sumber Air Minum:
1) Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan
ini tidak mengandung kalsium.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 91

2) Air sungai dan air danau


Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau juga dari air hujan
yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungi atau danau ini. Air ini
sudah terkontamininasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, oleh
karena itu bila akan dijadakan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3) Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari tanah yang muncul
secara alamiah. Oleh karena itu, air mata air ini bila belum tercemar oleh
kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung.
4) Air sumur dangkal
Air ini keluar dari tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan
air di dalam tanah yang dangkal.
5) Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya permukaan
tanah biasanya di atas 15 meter.

Sumber air yang paling banyak digunakan di masyarakat Indonesia adalah


air dalam tanah dalam bentuk air sumur. Kurang lebih 45% masyarakat Indonesia
masih menggunakan sumur sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Agar
sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air untuk keperluan rumah tangga,
maka air sumur harus dijaga kebersihannya atau dilindungi dari pengotoran.
Adapun sumur yang baik harus memenuhi syarat-syarat kesehatan lokasi
dan konstruksi. Yang perlu diperhatikan agar sumur tidak tercemar atau terhindar
dari pengotoran ialah jarak sumur dengan WC (Septik Tank), lubang galian
sampah, lubang galian untuk pembuangan air limbah (cesspool) dan sumber-
sumber pengotoran lainnya.
Meskipun sumur sudah dibuat menurut aturan-aturan kesehatan tetapi
kemungkinan pengotoran pada saat pembuatannya dan saat pemakaiannya selalu
ada. Maka air sumur perlu didesinfeksi. Bahan yang dipakai untuk desinfeksi
(desifektan) yang dipergunakan adalah kaporit. Buatlah campuran kaporit dengan
air. Perbandingannya 20 liter air dengan ½ sendok makan kaporit. Sedangkan

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 92

untuk sumur pompa sebagi berikut; buatlah larutan kaporit sebanyak 20 liter air
dengan 2 sendok makan kaporit.
Permasalahan yang sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun air
sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum
yang sehat bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk diminum. Air yang layak
diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis,
kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika
ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak
untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas
tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat
maupun tidak langsung dan secara perlahan.

Gambar 6.1 Pencemaran Air dan Tanah di Permukiman Padat Penduduk Bantaran
Kali di Jakarta

Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
1) Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang
diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur
dan sebagainya.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 93

2) Pengolahan Air dengan Menyaring


Penyaringan ini secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan
pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan
tenologi tinggi dilakukan oleh P.A.M ( Perusahaan Air Minum ).
3) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia
yang berfungsi untuk kongulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (
misalnya tawas ).

2. Pembuangan Sampah dan Limbah Cair


Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak
terpakai lagi baik yang berasal dari rumah-rumah maupun sisa dari proses
industri. Jenis-jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industry, sampah pertanian, sampah
perkebunan, sampah peternakan, sampah perkantoran, sekolah dan sebagainya.
Berdasarkan asal atau sifat kimia sampah padat dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
1) Sampah organik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-
bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba. Sampah ini dengan mudah
dapat diuraikan melalui prose salami, misalnya sayuran, daun, ranting, buah-
buahan, dll
2) Sampah nonorganik. Sampah non organik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik ini sebagian besar
tidak dapat diuraikan oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan,
sementara sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama,
Contohnya: botol plastik, botol gelas, tas plastik dan kaleng, dan lain-lain.

Agar sampah tidak mengganggu kesehatan manusia maka pembuangan


sampah perlu diatur sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan
mengganggu kesehatan. Untuk itu maka perlu mendapat perhatian tentang :

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 94

1) Penyimpanan
Penyimpanan sampah untuk setiap rumah cukup 1 m³. Tempat sampah
sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
Tempat sampah supaya ditutup rapat sehingga tidak menarik perhatian
serangga atau tikus.
2) Pengumpulan
Pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara perorangan, oleh
pemerintah, atau oleh swasta.
3) Pembuangan
Pembuangan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
 Land Fill; Sampah dibuang pada tanah yang rendah.
 Individual Incineration (dibakar); Sampah dari rumah dikumpulkan
sendiri, kemudian dibakar sendiri.
 Incineration dengan incinerator khusus; Cara ini dikerjakan oleh
pemerintah.
 Pulverization (digiling); Cara pulverization ialah semua sampah baik
garbage maupun rubbish digiling (dihaluskan) dengan alat khusus
kemudian setelah halus dibuang ke laut.
 Composting (dibuat pupuk); Sampah dikumpulkan kemudian digunakan
sebagai pupuk untuk penyubur tanaman di sawah.
 Recycling, yaitu sebagian sampah-sampah yang masih dapat dipakai,
diambil, dan digunakan lagi dibuat menjadi baru.
 Hog feeding; Hog feeding dapat sebagai makanan ternak sisa-sisa sayuran
atau ampas tahu atau pembuatan tapioka ini dapat untuk makanan ternak.

Pembuangan air limbah.


Untuk air limbah, terdapat beberapa cara pembuangannya, yaitu:
1) Dengan cara pengenceran. Caranya ialah air limbah dibuang ke laut, ke
danau, atau ke sungai yang airnya mengalir begitu besar.
2) Dengan cara Cesspool; Ceespool ini menyerupai sumur tetapi hanya
dipergunakan untuk menampung air limbah saja.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 95

3) Sistem riool (Sewerage); Sistem riool ini merupakan cara pembuangan air
limbah di kota-kota dan selalu harus termasuk rencana pembangunan kota.
Semua air limbah baik dari rumah-rumah penduduk dan dari perusahaan-
perusahaan dialirkan ke system riool. Riool yang dipakai juga untuk
menampung air hujan ini yang disebut dengan Combined system, tetapi bila
yang menampung air hujan itu dipisahkan disebut Separated system. Supaya
tidak merugikan aliran di bawah maka di ujung kota dibuat pengolahan
dahulu. Proses pengolahan tersebut ialah:
 Penyaringan (Screening),
 Pengendapan (Sedimentation),
 Proses Biologis,
 Disaring dengan pasir (Sand Filter),
 Dengan Disenfeksi, dan
 Pengenceran.

Gambar 6.2 Pencemaran Air Akibat Pembuangan Limbah Industri

3. Pengotoran Udara (Air Pollution)


Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan kita. Sebaliknya udara
yang kotor akan mengganggu terhadap kesehatan bahkan dapat berakibat buruk
terhadap kesehatan. Sebetulnya pengotoran udara sudah lama menjadi masalah

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 96

terhadap kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara industri atau kota


besar dimana banyak terdapat pabrik-pabrik dan banyak kendaraan bermotor
tanpa adanya pohon yang rindang.

Gambar 6.3 Polusi udara akibat kepulan asap kendaraan bermotor.

Namun dewasa ini di kota kota besar telah dilaksanakan adanya


penghijauan selain untuk keindahan juga untuk kebersihan udara yang penuh
dengan berbagai macam pengotoran diantaranya adalah asap dari kendaraan
bermotor yang berupa CO2.
Pengotoran udara dapat terjadi karena: (1) proses pembakaran dari pabrik-
pabrik, kendaraan, dari rumah tangga dan sebagainya, (2) juga dari debu-debu
tanah yang berterbangan karena tertiup angina, (3) virus dan bakteri dari
pernafasan penderita penyakit, (4) dari tepung sari dan spora tumbuh-tumbuhan,
dan (5) dan lain-lain kotoran.
Zat-zat yang berada di udara yang dapat membahayakan antara lain ialah:
(1) CO, CO2, H2S, HCl, NO, NO2, O3, SO2, (2) debu-debu logam seperti; seng,
arsen, timah silica, (3) debu dari kapas, asbest, tepung sari bunga dari segala
macam tumbuhan, dan (4) makhluk hidup seperti; virus, bakteri dan lain-lain. Zat-
zat tersebut diatas apabila kadarnya melebihi standar yang ditetapkan akan dapat
membahayakan kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Sumber dari karbon monoksida (CO) berasal dari kebakaran hutan dan
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (bensin, solar). Zat ini

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 97

apabila terhirup oleh manusia akan mudah berikatan dengan Hb dibandingkan


oksigen sehingga dapat memicu penyakit jantung, nyeri dada, dll. Nitrogen
dioksida (NO2) juga berasal dari pembakaran kendaraan bermotor, industri,dll.
Apabila terhirup manusia bisa mengakibatkan penyakit paru-paru serta kerentanan
terhadap infeksi saluran pernafasan. Karbondioksida (CO2) berasal dari
pembakaran kendaraan bermotor dan juga dari sumber alami. Zat ini dapat
menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan panas bumi meningkat
sehingga es di kutub akan mencair. Sulfur dioksida merupakan senyawa yang
berasal dari pembakaran industri minyak bumi, batubara atau letusan gunung
berapi. Zat ini apabila terhirup akan menyebabkan radang paru-paru dan
tenggorokan akibat terbentuknya asam sulfit.

4. Perumahan Sehat
Rumah untuk tempat tinggal maupun rumah yang dipakai untuk kantor
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Karena keadaan rumah atau perumahan
merupakan salah satu faktor yang menentukan hygienic dan sanitasi/kesehatan
lingkungan. Lebih-lebih jamban dan WC di mana tempat tersebut jika tidak
dijaga kebersihannya akan merupakan tempat atau sumber vektor yaitu
tempat/benda yang dapat menimbulkan suatu penyakit.
Menurut Winslow rumah yang sehat harus memenuhi syarat:
1) Dapat memenuhi kebutuhan fisiologi,
 Suhu ruangan sekitar 25˚ C pada rumah-rumah yang modern suhu ruangan
ini diatur dengan air conditioning.
 Cukup pergantian udara/ventilasi.
 Harus cukup penerangan baik siang maupun malam hari, kalau malam
yang ideal adalah penerangan listrik.
2) Dapat memenuhi kebutuhan psikologis,
 Kebutuhan ini ialah keadaan rumah dan sekitarnya diatur sedemikian rupa
sehingga memenuhi rasa keindahan (aesthetis) sehingga penghuni rumah
ini merasa senang tinggal di rumah.
 Juga adanya kebebasan di rumah bagi setiap keluarga yang tinggal di

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 98

rumah.
 Anak-anak yang sudah dewasa supaya mempunyai kamar sendiri-sendiri
sehingga privacynya harus tidak terganggu.
 Harus mempunyai ruang duduk sekeluarga bila pada saat-saat tertentu
berkumpul.
 Mempunyai ruang tamu sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan
baik.
3) Dapat menghindari terjadinya kecelakaan, dan
 Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat dan tidak mudah
roboh.
 Menghindari kecelakaan di kamar mandi atau sumur karena lantainya
licin.
 Bahan jangan mudah terbakar.
 Disediakan alat pemadam kebakaran.
4) Dapat menghindari terjadinya penyakit.
 Adanya sumber air yang sehat, baik kualitas maupun kuantitasnya.
 Pembuangan kotoran, air limbah, sampah yang baik.
 Mencegah berkembangbiaknya vektor penyakit sejenis nyamuk, lalat,
tikus, kecoak dan lain-lainnya.
 Cukup luas kamar dan ruang-ruang yang lain.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah


antara lain :
1) Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan
sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat
dimana rumah itu didirikan. Misal, rumah didaerah pedesaan sudah barang
tentu disesuaikan dengan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya,
bentuknya, menghadapnya, dan lain sabagainya.
2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya. Untukm itu

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 99

maka bahan-bahan setempat yang murah, misal bambu, kayu atap rumbai dan
sebagainya adalah merupakan bahan pokok pembuatan rumah.
3) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Pada dewasa ini teknologi
perumahan sudah begitu maju dan sudah begitu modern. Akan tetapi
teknologi modern itu sangat mahal dan kadang-kadang tidak dimengerti oleh
masyarakat.
Syarat rumah sehat adalah sebagai berikut, ditinjau dari segi :
1) Bahan bangunan
 Lantai: dapat berupa ubin/semen/kayu. Syarat yang penting disini adalah
tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan
 Dinding : dapat berupa tembok atau papan.
 Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun
pedesaaan. Disamping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Atap seng dan asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas dalam rumah.
 Lain-lain
Kayu atau bambu untuk tiang yang dapat tahan lama.
2) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam ruangan tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Fungsi kedua dari ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
 Ventilasi alamiah, dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding dan sebagainya.
 Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap
udara.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 100

3) Sumber cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
 Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, seperti baksil TBC.
Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup.
 Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
2
menyediakan 2,5 – 3 m untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5) Fasilitas Pendukung
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
 Peyediaan air bersih yang cukup,
 pembuangan tinja,
 pembuangn air limbah
 pembuangan sampah,
 fasilitas dapur, dan
 Ruang berkumpul keluarga.

5. Pembuangan Kotoran Manusia


Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO 2 sebagai
hasil dalam proses pernapasan.
1) Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 101

maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban


yang sehat.suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
 Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut,
 Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
 Tidak mengotori air tanah di sekitarnya,
 Tidak menimbulkan bau
 Mudah digunakan dan dipelihara.
2) Teknologi Pembuangan Kotoran Manusia Secara Sederhana
 Jamban Cemplung, Kakus ( Pit Latrine )
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa.
Tetapi sering kita jumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misal
tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk ,
dan bau tidak bisa dihindari. Dalamnya pilatrine berkisar antara 1,5-3
meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut
dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa maupun daun
padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
 Jambang Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Vit Latrine =VIP
Latrine ).
Jambang ini hampir sama dengan jambang cemplung, bedanya lebih
lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedeaan pipa
ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
 Septic Tank
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi syarat,
oleh sebab itu,cara penbuangan tinja semacam ini yang di anjurkan. Septic
tank terdiri dari tangki sidementasi yang kedap air, dimana tinja dan air
buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Didalam tangki ini tinja
akan berada dalam beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan
mengalami 2 proses, yakni proses kimiawi dan proses biologis. Proses
kimiawi, akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (
60-70 % ) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai “sluage“.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 102

Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa
akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup air dalam tangki
tersebut. Dalam proses biologis ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas
abkteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic
dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair
lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.

6. Lingkungan Sekolah
Masalah lingkungan lain yang juga sering menjadi permasalahan adalah
lingkungan sekolah. Dengan terciptanya lingkungan sekolah yang rapi, bersih,
sehat, dan aman, kita mengharapkan, bahwa; (1). Proses belajar dan mengajar
akan dapat berjalan dengan lebih sempurna, (2). Murid dan guru akan merasa
tentram berada di lingkungan sekolah, (3). Murid dan guru akan mempunyai rasa
turut memiliki (sense of belonging) atas lingkungan sekolah, dan (4). Dalam diri
murid-murid akan tumbuh sikap positif berupa rasa senang dan cinta akan
lingkungan yang bersih.
Upaya pemeliharaan dan pembinaan lingkungan yang dapat dimasukkan ke
dalam program pendidikan kebersihan antara lain: (a). Pembersihan dan
pemeliharaan kebersihan ruang kelas, yang meliputi lantai, dinding, prabot, hiasan
dinding, dan lemari buku, (b). Pembersihan dan pemeliharaan kebersihan halaman
sekolah, tempat penampungan sampah, ruang tempat bermain, lapangan olahraga,
dan taman bunga, (c). pembersihan dan pemeliharaan kebersihan kamar mandi
kakus, sumber air bersih (sumur) dan (d). Pembersihan dan pemeliharaan taman
dan kebun sekolah.
Dalam upaya pemeliharaan dan pembinaan lingkungan sekolah, perlu pula
memperhatikan sarana dan prasarana yang memenuhi standar kesehatan, yaitu:

1) Ruang Kelas
2
Rasio minimal luas ruang kelas 2 m /siswa. Untuk rombongan belajar dengan
2
peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimal ruang kelas 30 m dengan

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 103

lebar minimal 5 m. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan
minimal 2,5 m dan jarak papan tulis dengan meja paling belakang minimal 9
m. Kapasitas maksimal ruang kelas 28 siswa. Tersedia tempat cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan sabun. Minimal satu tempat cuci tangan
untuk dua kelas. Di setiap kelas disediakan tempat sampah bertutup.
2) Sanitasi
Sekolah memiliki sarana sanitasi dasar berupa sarana air bersih, saluran
pembuangan air limbah, dan jamban (WC). Sarana air bersih dapat berupa
sumur gali, sumur pompa tangan, atau sumur bor. Jamban di sekolah minimal
berbentuk leher angsa dan dilengkapi septic-tank kedap air serta saluran
peresapan. Rasio kamar mandi/WC dan urinoir adalah perbandingan antara
jumlah peserta didik dengan banyaknya kamar mandi/WC dan urinoir yang
tersedia. Untuk peserta didik rasionya adalah 1:60; sedangkan untuk siswi
rasionya adalah 1:50. Kamar mandi/WC dan urinoir peserta didik/siswi
terpisah dengan kamar mandi/WC dan urinoir guru dan pegawai. Ukuran
2
kamar mandi/WC tidak kurang dari 2 m . Dinding berwarna terang. Lantai
memiliki perkerasan tidak licin, air tidak menggenang, memiliki kemiringan
minimal 1%. Closet memiliki ketinggian 30 cm dari lantai baik closet untuk
guru maupun untuk peserta didik. Ruangan memiliki lubang penghawaan dan
pencahayaan yang cukup, bebas dari jentik nyamuk, memiliki alat kebersihan
(sikat, sabun, karbol), dan tempat sampah tertutup. Sekolah memiliki sarana
air bersih yang mencukupi untuk warga sekolah, memenuhi kualitas air bersih
secara fisik, kimia, dan bakteriologis. Jarak antara sarana air bersih dan
septic-tank minimal 10 m.

Prinsip-prinsip manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian dan


pengawasan seyogyanya diterapkan dalam pemeliharaan dan pengembangan
lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan aman. Cara ini dapat dipandang
sebagai upaya pendidikan, yang disamping mempunyai nilai praktis ditinjau dari
segi kebersihan lingkungan, juga mempunyai nilai mental yang tinggi bagi
pembentukan rasa kekeluargaan kerja sama dan semangat gotong royong. Untuk

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 104

meningkatkan gairah anak didik dalam usaha pemeliharaan dan pembersihan


sekolah dan lingkungannya dapat pula diadakan lomba kebersihan bulanan,
kwartalan dan tahunan.
Untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat, ada
baiknya dalam program pendidikan kebersihan dan kesehatan dimasukkan acara
peninjauan ke taman-taman yang terpelihara, atau ketempat-tempat yang
keadaannya kotor dan tidak terpelihara. Dengan cara demikian murid-murid akan
mendapatkan gambaran yang jelas dan perbandingan yang nyata tentang yang
bersih dan yang tidak bersih. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
ditinjau dari konsep 5 K, yaitu: (1) Keamanan, (2) Ketertiban, (3) Kebersihan, (4)
Keindahan, dan (5) Kekeluargaan.

D. Simpulan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat sehingga kesehatan lingkungan tersebut
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Peran pemerintah dan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan lingkungan sehingga dapat
memenuhi syarat-syarat kesehatan, utamanya dalam hal penyediaan air bersih,
pembuangan sampah dan air limbah, mencegah polusi udara, perumahan sehat,
pembuangan kotoran manusia, dan kesehatan lingkungan sekolah.

Kesehatan dan Lingkungan


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 105

BAB VII TEKNOLOGI


TEPAT GUNA

A. Teknologi Tepat Guna (TTG)


Pada dasarnya teknologi tepat guna (TTG) adalah teknologi yang
memberikan tingkat pelayanan yang paling dapat diterima, baik itu secara teknis,
sosial dan lingkungan, dengan tingkat biaya yang paling murah. Namun perlu
disesuaikan dengan kondisi setempat, adakalanya diperlukan teknologi yang tidak
murah bila memang sesuai dengan kondisi setempat. Teknologi tepat guna
merupakan pilihan yang tepat untuk memberikan kesempatan yang merata kepada
masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam tersebut, karenanya
perlu ada upaya yang maksimal agar masyarakat dapat mengetahui,
menguasai, dan memanfaatkan teknologi tepat guna dalam kegiatan produktifnya
sehari hari.
Gelar teknologi tepat guna Nasional merupakan salah satu upaya strategi
dalam penyebaran dan pemerataan informasi teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak
lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta
menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup.
Mahasiswa hendaknya mampu berpikir dengan menganalisis masalah yang ada di
lokasi sehingga dapat dioptimalisasikan dirancang teknologi tepat guna (TTG)
dalam menjawab kebutuhan masyarakat dalam aspek pembangunan . Kerangka
berpikir teknologi tepat guna (TTG) disajikan pada Gambar 7.1.

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 106
Gambar 7.1. Kerangka Berpikir Teknologi Tepat Guna

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 107

Dari tujuan yang dihendaki, teknologi tepat guna (TTG) haruslah


menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak
polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada
umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan. Secara garis besar
teknologi tepat guna (TTG) juga harus bisa membantu meningkatkan kualitas
kehidupan, selain itu membantu masyarakat untuk menjaga tanah serta
lingkungannya demi perkembangan masa depan yang berkelanjutan. Ini juga akan
meningkatkan kualitas lingkungan dunia. Tujuan penerapan teknologi tepat guna
(TTG) adalah memberdayakan masyarakat, membina unit usaha kecil, mikro dan
menengah untuk meningkatkan produksinya.
Teknologi diciptakan sebaiknya bisa langsung diaplikasikan untuk
menunjang kerja manusia, sedangkan yang dimaksud tepat guna adalah produk
teknologi yang berguna sesuai dengan kebutuhan pengguna. Adapun persyaratan
teknologi tepat guna adalah: (1) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat;
(2) merupakan hasil rekayasa praktis yang mudah diterapkan; efektif dan efisien;
ekonomis dan pemeliharaannya mudah; (3) memanfaatkan sumber daya yang ada;
mudah dioperasikan oleh pemakai; dibuat sesuai kebutuhan; dan mudah
dikembangkan. Berikut beberapa poin yang menjadi syarat teknologi tepat guna,
yakni (1) menggunakan keahlian setempat; (2) dirawat dan diperbaiki oleh
keahlian setempat, (3) tidak mencemari lingkungan, (4) tidak mengurangi sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, (5) dimengerti dan dirawat oleh
masyarakat pengguna, (6) harga terjangkau, (7) hemat energi-listrik, tenaga, bahan
bakar cair, kayu bakar, dan lainnya, dan (8) sebisa mungkin menggunakan energi
alami yang dapat diperbaharui. Beberapa jenis TTG yang berkembang di
masyarakat seperti ditunjukkan pada Gambar 7.2.

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 108

Biogas Pupuk organik VCO

Penyaring Air Pemarut Kelapa Kulkas

Kompor Matahari Listrik Matahari Alat Press

Perajang Singkong Pompa Hidran Ekstraktor Buah

ICT Tungku Api Pemarut Kelapa

Pencabut Bulu Ayam Microhidro Listrik Bayu (Angin)


Gambar 7.2 Jenis TTG yang Berkembang di Masyarakat

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 109

1. TTG-1 Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik (fermentasi) oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen
(anaerob). Komponen biogas terdiri dari sekitar 60 % CH4, 38 % CO2, 2%
N2, O2, H2, H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas
dapat digunakan sebaga pembangkit listrik, sehingga dapat dijadikan sumber
energi alternatif yang rmah lingkungan dan terbarukan. Salah satu biogas yang
memungkinkan untuk dikembangkan yakni biogas skala rumah tangga. Berikut
spesifikasi teknis biogas skala rumah tangga terdiri dari: 1) volume reaktor
(plastik) : 2) 4.000 liter; 3) Volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter; 4)
kompor Biogas : 1 buah; 5) drum pengaduk bahan : 1 buah, 6) pengaman gas : 1
buah; 7) selang saluran gas : +10 m; 8) kebutuhan bahan baku : kotoran ternak
3
dari 2-3 ekor sapi/kerbau, atau 6 ekor babi; dan 9) biogas yang dhasilkan : 4 m
per hari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah). Reaktor biogas skala rumah
tangga, seperti ditunjukkan pada gambar 7.3.

Gambar 7.3 Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

2. TTG-2 Bio-Fertilizer
Bio-fertilizer atau pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari
bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Bahan dalam
pembuatan kompos terdiri dari: 1) jerami yang dipotong sepanjang 5-10 cm (20
bagian); 2) dedak (1 bagian); 3) sekam (20 bagian); 4) gula pasir (5 sendok
makan); 6) EM4 (5 sendok makan); dan 7) air (20 liter). Langkah-langkah
pembuatan pupuk organik yakni: 1) larutkan EM4 dan gula ke dalam air; 2)

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 110

Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata; 3) Siram adonan dengan larutan
EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal, air
tidak menetes dari adonan dan bila kepalan dilepas adonan akan merekah; 4)
Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian
ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari; 5) Suhu adonan dicek setiap 5 jam
o o
sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 C, bila suhu lebih dari 50 C karung
penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik, kemudian ditutup kembali; dan 6)
Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.

3. TTG-3 VCO-1: Produksi minyak tanpa kalor


Berikut langkah-langkah virgin coconut oil (VCO): (1) buah kelapa segar
11-12 bulan; (2) pembuatan santan; (3) pemisahan krim dengan cara didiamkan
selam 3 jam maka akan terbentuk 3 lapisan dan ambil lapisan krim yang paling
0
atas karena kaya minyak; (4) pemanasan krim santa 80-100 C selama 3 jam
sampai terbentuk blondo; (5) pengepresan blondo; (6) pemanasan minyak yang
0
belum matang dipanaskan kembali 80-100 C hingga berwarna bening; (7)
penyaringan minyak dengan kertas saring; dan (8) pengemasan.

4. TTG-4 Penyaring Air


Fungsi dari penyaring air adalah menyaring air dari sumber air guna
menjaadi air yang bisa untuk diminum. Salah satu cara menyaring air adalah
menggunakan bak penyaringan. Bahan yang diperlukan anatar lain: batu kali, ijuk,
pasir halus, arang tempurung kelapa, kerikil, dan batu.Apabila masalah air keruh
begitu parah, dapa ditambahkan batu zeolit untuk menyaring air yang sangat
kotor.

5. TTG-5 Pemarut Kelapa Sistem Pedal


Fungsi dari pemarut kelapa sistem pedal adalah memarut kelapa yang
sudah dikupas, sehingga menjadi kelapa yang siap diambil santannya. Cara kerja
pemamrut kelapa sistem pedal yakni: (1) kelapa kupasan disiapkan di dalam bak
penampung; (2) gerakkan silinder pemarut dengan cara mengayun pedalnya; (3)

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 111

kemudian maukkan potongan kelapa pada lubang masukan, tampung hasil parutan
pada penampung yang sudah disediakan; dan (4) selesai bekerja, alat dibersihkan
agar tahan lama.

6. TTG-6 Pendingin sederhana


Pendingin sederhana merupakan suatu Teknologi Tepat Guna (TTG)
dengan memanfaatkan alat-alat yang sederhana. Manfaat dari alat ini ialah untuk
mendingin bahan-bahan makanan agar lebih segar, alat ini jauh lebih efisien dari
alat teknologi yang modern (kulkas), dilihat dari segi ukuran yang lebih hemat
tempat, alat dan bahannya ramah lingkungan, dan cocok digunakan pada tempat
yang tidak ada sumber energi listriknya. Alat ini terdiri dari 2 buah pot (yang satu
harus bisa masuk ke yang lain), pasir, dan kain. Cara menyiapkannya, cukup
dengan memasukkan pot yang lebih kecil ke pot yang besar, mengisi celah
diantara kedua pot dengan pasir, kemudian menyiram air ke dalam pasir sehingga
pasir menjadi basah. Kita tinggal memasukkan apapun yang kita mau kedalam pot
yang kecil, kemudian menutup pot kecil dengan kain basah. Saat air dalam pasir
menguap, air itu akan membawa panas dari pot yang kecil.

7. Kompor Surya
Kompor surya adalah perangkat masak yang menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi. Berhubung kompor jenis ini tidak
menggunakan bahan bakar konvensional dan biaya operasinya rendah, organisasi
kemanusiaan mempromosikan penggunaannya ke seluruh dunia untuk
mengurangi penggundulan hutan dan penggurunan, yang disebabkan oleh
penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak. Alat ini terdiri
dari payung dan aluminium foil yang digunakan sebagai alat utama untuk
membuat alat ini. Teknik pembuatan alat ini: Susunlah payung dengan reflector
menyerupai parabola, jika tidak mempunyai payung dengan warna silver, dapat
digunakan payung biasa dengan melapisi aluminium foil pada bagian dalam
payung. Guntinglah aluminium foil dan tempelkanlah ke bagian dalam payung
sehingga keseluruhan bagian dalam payung dapat tertutupi oleh aluminium foil.

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 112

Hadapkan payung yang telah dilengkapi reflector ke arah sinar matahari,


kemudian susunlah penopang bahan yang akan dimasak (dalam hal ini air)
sehingga panci yang akan digunakan tepat berada pada titik fokus parabola (fokus
parabola dapat diketahui dengan merasakan panas di depan payung, pilihlah titik
terpanas untuk menempatkan panci)

8. Listrik matahari
Pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik.
Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem
lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan
energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor. Adapun alat dan
bahan yang digunakan untuk membuat listrik sel surya sebagai berikut. 8 cell
panel surya 0.5v 200 mA (banyak dijual di toko-toko elektronik), Capacitor 100
uF, Capacitor 10 uF, Transistor TIP 31 atau yang sejenis, Resistor 1 K, Dioda BY
207 (Diada 5 Ampere) atau yang sejenis , Accu Motor, Kurang lebih 3 meter
kawat email diameter 0.25 mm, dan Batang Ferite yang biasa di pakai di radio-
radio AM.

9. Pengepres Serba Guna


Pengepres serba guna adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan zat
cair dari suatu bahan makanan. Adapun fungsi dari alat ini ialah: 1) Agro industri
pengguna adalah industri kecil tepung ikan, kacang tanah rendah minyak, minyak
kelapa, dan sari buah. 2) Mengepres bahan berair atau berminyak agar cairan
tersebut terpisah dari bahan. Dipakai di antaranya untuk pengolahan: santan,
kelapa, tepung ikan, tepung gaplek. Fungsi mesin: mengepresss bahan dengan
tekanan tinggi sehingga cairannya keluar dari dalam jaringan. Prinsip kerja alat ini
ialah bahan dimasukkan ke dalam selinder pres. Tekanan diberikan ke atas bahan
oleh plat press yang diturunkan dengan putaran ulir.

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 113

10. Perajang Singkong


Perajang singkong ialah alat yang digunakan untuk membuat keripik
singkong. Fungsi dari alat ini ialah merajang singkong yang sudah dikupas,
sehingga menjadi tipis-tipis dan siap diolah atau digoreng menjadi keripik. Tahap
kerjanya. 1) siapkan bahan yang akan dirajang. 2) asah dan bersihkan pisau
perajang sebelum dipakai. 3) posisi pisau disetel sesuai dengan ketebalan yang
diinginkan. 4) motor dihidupkan. 5) Kemudian bahan yang akan dirajang
diletakkan pada pisau perajang sambil didorong pelan-pelan, sehingga bahan
terajang semuanya. 6) selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.

11. Pompa Hidran


Pompa hidran adalah suatu alat pemindah air dengar memanfaatkan energi
potensial. Fungsi alat ini ialah pemindahan sejumlah air dari suatu tempat yang
lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi (masimal 150 m) dengan penggerak dari
energi potensial. Prinsip kerja alat yaitu, 1) Air dari bak penampung dialirkan ke
dalam tabung pompa hidram melalui dua klep antar dan klep limbah. 2) Dengan
aliran tersebut, terjadi tekanan udara yang akan mendorong air dalam tabung naik
ke permukaan atas. 3) Alat ini bekerja terus menerus tanpa bahan bakar.

12. Ekstraktor Buah-buahan


Alat sebagai teknologi tepat guna yang berfungsi menghancurkan buah-
buahan sekaligus memisahkannya dengan biji. Tahap kerja dari alat ini ialah 1)
Bahan dimasukkan ke dalam corong penampungan. 2) Nyalakan motor listrik
dengan menekan tombol ON. 3) Motor akan berputar danmemisahkan antara biji
dan buah. 4) Setelah bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.

13. Perejang Bawang


Alat sebagai teknologi tepat guna yang berfungsi sebagai merajang
bawang yang sudah dikupas, sehingga menjadi tipis-tipis dan siap digoreng.tahap
kerja dari alat ini adalah. 1) siapkan bahan yang diperlukan, yaitu bawang yang
sudah dikupas kulitnya. 2) letakkan bawang yang akan dirajang pada pisau

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 114

perajang. 3) kemudian engkol diputar sehingga bawang terajang menjadi


rajangan tipis-tipis yang siap untuk digoreng. 4) selesai bekerja, alat dibersihkan
supaya tahan lama.

14. Tungku Sekam


Alat teknologi tepat guna yang berfungsi agroindustri pengguna adalah
industri pengolah tahu, tempe, minyak atsiri, dll. Bahan bakar yang digunakan
adalah sekam padi. Prinsip kerja dari alat ini adalah sekam kering dijatuhkan
melalui sekat-sekat berupa tangga dan akan terbakar selama menuruni sekat.
Sekam yang habis terbakar menjadi abu dan digantikan oleh sekam baru yang
jatuh oleh kombinasi tenaga gravitasi. Asap pembakaran dikeluarkan melalui
cerobong asap.

15. Pemarut Kelapa dengan Motor Listrik


Alat teknologi tepat guna yang berfungsi memarut kelapa yang sudah
dikupas, sehingga menjadi kelapa yang siap diambil santannya. Tahap alat kerj
adalah sebagai berikut. 1) Kelapa kupasan disiapkan di dalam bak penampung. 2)
Masin (motor) dihidupkan. 3) Kemudian masukkan potongan kelapa pada lubang
masukan, tampung hasil parutan pada penampung yang sudah disediakan. 4)
Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.

16. Penjacabut Bulu Ayam


Alat ini berfungsi untuk melepaskan bulu ayam dari tubuhnya. Tahap kerja
dari alat ini ialah. 1) Ayam direndam dalam air hangat terlebih dahulu. 2)
Hidupkan motor. 3) Masukkan ayam kedalam alat selama 15 menit. 4) Selesai
bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.

17. Perajang Jahe


Teknologi tepat guna yang berfungsi untuk merajang jahe atau kunyit
menjadi tipis-tipis dan siap dijemur (dikeringkan). Tahap kerja dari alat ini ialah.
1) Siapkan bahan yang diperlukan, yaitu jahe atau kunyit yang sudah dikupas

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 115

pada pisau perajang. 2) Engkol diputar sehingga jahe/kuniyt terajang tipis-tipis


dan siap untuk diproses lanjut. 3) Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan
lama.

18. Perajang Singkong Manual (system Engkol)


Alat yang berfungsi merajang singkong yang sudah dikupas, sehingga
menjadi tipis-tipis dan siap diolah atau digoreng menjadi keripik. Tahap kerja dari
alat ini ialah. 1) Siapkan bahan yang akan dirajang. 2) Asah dan bersihkan pisau
perajang sebelum dipakai. 3) Posisi pisau disetel sesuai dengan ketebalan yang
diinginkan. 4) Kemudian bahan yang akan dirajang diletakkan pada pisau
perajang sambil didorong pelan-pelan, sehingga bahan terajang semuanya. 5)
Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.

19. Tungku Pengerajinan


Teknologi tepat guna yang berfungsi agroindustri pengguna adalah
industri pengolahan getah daun gambir, tahu, tempe, gula aren, dll. Prinsip kerja
alat ini kayu dibakar diruang yang terisolasi dengan baik dengan pasokan udara
yang lancar, dan tempat pembuangan gas hasil pembakaran melalui cerobong
asap. Panas yang terbuang melalui dindidng tungku ditekan serendah mungkin.

20. Listrik Angin


Listrik angin merupakan suatu pembangkit listrik yang menggunakan
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini
dapat mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan
turbin angin atau kincir angin. Sistem pembangkitan listrik menggunakan angin
sebagai sumber energi merupakan sistem alternatif yang sangat berkembang pesat,
mengingat angin merupakan salah satu energi yang tidak terbatas di alam. Cara
kerja alat ini, energi angin memutar turbin angin. Turbin angin bekerja
berkebalikan dengan kipas angin (bukan menggunakan listrik untuk menghasilkan
listrik, namun menggunakan angin untuk menghasilkan listrik). Kemudian angin
akan memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator di

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 116

bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi gerak menjadi energi
listrik dengan teori medan elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang
dengan material ferromagnetik permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat
stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk
loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks
pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan
tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini
disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh
masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa
AC (alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih
sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum
dapat dimanfaatkan.

21. Internet
Secara teknis Internet (international networking) merupakan dua komputer
atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan komputer hingga
meliputi jutaan komputer di dunia(international), yang saling berinteraksi dan
bertukar informasi. Internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang di
dalamnya terdapat jutaan, bahkan milyaran informasi/ data yang dapat berupa
teks, grafik, audio maupun animasi dan lain-lain. Berikut tiga macam contoh
fasilitas internet yakni: (1) world wide web (www), (2) elektronik mail, dan (3)
telnet.
Wolrd wide web adalah bagian yang paling menarik dari internet , melalui
web kita bisa mengakses informasi-informasi tidak hanya berupa teks, tapi juga
gambar-gambar, suara, film dan lain-lain. Elektronik Mail adalah surat elektronik
yang dikirim dan dibaca lewat internet. Telnet adalah fasilitas internet yang
membuat kita bisa menggunakan komputer untuk berhubungan dengan komputer
orang lain dan mencari atau mengambil informasi-informasi yang ada di komputer
tersebut.

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 117

B. Simpulan
Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan teknologi yang dikembangkan
secara tradisional dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan
lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat setempat. Sebelum
menggunakan TTG secara luas, terlebih dahulu dilakukan penerapan dari TTG
secara terbatas kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini diharapkan
masyarakat bisa berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan mampu
memfungsikan TTG dengan baik, sehingga bermanfaat bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat..

Teknologi Tepat Guna


Materi Pembekalan KKL STAI K. Kapuas 2021 118

Teknologi Tepat Guna

Anda mungkin juga menyukai