Anda di halaman 1dari 7

Nama : Syifa Anggita Ahimsa Putri

NPM : 10040020061
Kelas : F

Sebutkan dan jelaskan lembaga-lembaga negara sebelum dan sesudah Indonesia merdeka sampai
sekarang!

1. Indische Staats Regeling (IS)


- Gouverneur Generaal / Luitenant Gouverneur Generaal (Presiden/Wkl)
- Volksraad (DPR)
- Raad van Nederlands (DPA)
- Algemene Rekenkamer (BPK)
- Het Hooggrecht-shof (MA)
2. UUD 1945
- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sebelum amandemen, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) merupakan lembaga
tertinggi negara yang diberikan kekuasaan tak terbatas. Pada saat itu MPR memiliki
wewenang untuk :
a. Membuat putusan yang tidak dapat ditentang oleh lembaga negara lain, termasuk
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pelaksanaaanya
dimandatkan kepada Presiden.
b. Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
c. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden mengenai pelaksanaan GBHN.
d. Memberhentikan presiden bila yang bersangkutan melanggar GBHN
e. Mengubah Undang-Undang Dasar.
f. Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari dan oleh anggota MPR.
g. Memberikan keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah anggota MPR
h. Menetapkan peraturan tata tertib Majelis
- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga perwakilan rakyat yang tidak dapat
dibubarkan oleh Presiden. Anggota DPR adalah Anggota Partai Politik peserta pemilu
yang dipilih oleh rakyat. DPR tidak bertanggung jawab terhadap Presiden. Sebelum
diadakannya amandemen, tugas dan wewenang DPR adalah:
a. Mengajukan rancangan undang-undang
b. Memberikan persetujuan atas Peraturan Perundang-undangan (Perpu)
c. Memberikan persetujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
d. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa.
- Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan. Di Indonesia, presiden menjabat sebagai kepala negara dan juga kepala
pemerintahan. Sebelum amandemen dilakukan Presiden diangkat oleh MPR dan
bertanggung jawab kepada MPR. Selain itu sebelum amandemen juga tidak dijelaskan
adanya aturan mengenai batasan periode jabatan seorang presiden dan mekanisme yang
jelas mengenai pemberhentian presiden dalam masa jabat. Selain itu pada masa
sebelum amandemen, Presiden memiliki hak prerogatif yang besar. Adapun wewenang
Presiden antara lain:
a. Memegang posisi dominan sebagai mandatori MPR
b. Memegang kekuasaan eksekutif, kuasaan legislatif dan yudikatif.
c. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK
d. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dalam situasi yang
memaksa
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah
f. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri
- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Sebelum amandemen tidak banyak dijelaskan menenai BPK. BPK bertugas untuk
memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil dari pemeriksaan keuangan
tersebut kemudian dilaporkan kepada DPR.
- Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
DPA memiliki kewajiban untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan Presiden. DPA
juga serta berhak untuk mengajukan usulan kepada pemerintah. Sama Seperti BPK,
UUD 1945 tidak banyak menjelaskan tentang DPA.
- Mahkamah Agung (MA)
Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan
hanya oleh mahkamah agung. Lembaga mahkamah agung bersifat mandiri dan tidak
boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang kekuasaan lainnya. Wewenang
sebelum amandemen :
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi
b. Menguji peraturan perundang-undangan
c. Mengajukan tiga orang hakim konstitusi
d. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk memberikan grasi dan
rehabilitasi.
3. Konstitusi RIS 1949
Konstitusi RIS 1949 Bab III secara eksplisit menyebut alat-alat perlengkapan negara RIS :
- Presiden
Presiden ialah kepala Negara yang tidak dapat diganggu gugat. Presiden dan menteri-
menteri bersama-sama merupakan pemerintah. Presiden berkedudukan di tempat
kedudukan pemerintah. Jika Presiden berhalangan, maka beliau memerintahkan
perdana menteri menjalankan pekerjan jabatan sehari-hari (pasal 27 (1) Konstitusi
RIS).
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah
sistem parlementer, sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat 1 dan 2 Konstitusi RIS.
Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat diganggu gugat'. Artinya presiden
tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena
presiden adalah kepala negara, bukan kepala pemerintahan.
- Menteri
Menurut pasal 73 Konstitusi RIS, yang dapat diangkat menjadi menteri ialah orang
yang telah berusia 25 tahun dan bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam
atau menjalankan hak pilih ataupun orang yang telah dicabut haknya untuk dipilih.
Kabinet atau dewan Menteri mempunyai tugas eksekutif, yaitu menjalankan
pemerintahan. Menteri ini bertanggung jawab atas kebijaksanaannya, terutama dalam
lapangan pemerintahan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam sistem parlementer RIS, Kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR),
artinya kalau pertanggungan jawab Kabinet itu tidak dapat diterima baik oleh DPR
(pertanggungan jawab politis), maka DPR dapat menyatakan tidak percaya (mosi tidak
percaya) terhadap kebijaksanaan kkabinet; dan sebagai akibat dari pertanggungan
jawab politis tadi, Kabinet harus mengundurkan diri. Tetapi jika ada keragu-raguan dari
pihak Kabinet yang menganggap bahwa DPR tidak lagi bersifat representatif, maka
Kabinet mempunyai kekuasaan untuk membubarkan DPR yang tidak representatif itu
(Soehino, 1992:69).
- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan yang masing-masing
mewakili seluruh rakyat Indonesia dan terdiri dari 150 anggota (pasal 98 Konstitusi
RIS) dan yang mewakili daerah-daerah bagian (pasal 80 ayat (1) konstitusi RIS
DPR-RIS berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan presiden tidak dapat
diganggu gugat, tetapi para menteri bertanggung jawab kepada DPR atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-
masing untuk bagiannya sendiri.
Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan menyelidik. Dalam masa
kerjanya selama enam bulan, DPR-RIS berhasil mengesahkan tujuh undang-
undang.Ketua Dewan Perwakilan rakyat saat itu adalah Mr Sartono, dengan Wakil
Ketua I Mr M Tambunan dan Wakil Ketua II Arudji Kartawinata.
- Senat
Senat mewakili Negara-negara bagian, setiap negara bagian mempunyai dua anggota
dalam Senat. Setiap anggota Senat mengeluarkan satu suara. Jadi dengan demikian,
Senat adalah suatu badan perwakilan negara bagian, yang anggota-anggotanya ditunjuk
oleh masing-masing pemerintah negara bagian masing-masing (Innu Kencana, 2005:
38)
Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32 orang, yaitu masing-masing dua anggota dari
tiap negara/negara bagian. Secara keseluruhan, cara kerja Senat RIS diatur dalam Tata
Tertib Senat RIS. Senat RIS diketuai oleh M A Pellaupessy, sedangkan Wakil Ketua
Senat RIS adalah Mr Teuku Hasan.
- Dewan Pengawas Keuangan (DPK)
Organ dari Dewan Pengawas Keuangan dapat dipecat atau diberhentikan menurut cara
dan dalam hal ditentukan dengan undang-undang federal. Mereka dapat juga
diberhentikan oleh Presiden atas permintaannya.
- Mahkamah Agung (MA)
Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden setelah
mendengarkan Senat. Pengangkatan itu adalah untuk seumur hidup. Mereka
diberhentikan apabila mencapai usia tertentu dan dapat diberhentikan oleh Presiden
atas permintaan sendiri
4. UUD Sementara 1950
UUDS 1950 Pasal 4 juga menegaskan bahwa alat-alat perlengkapan negara mencakup :
- Presiden / Wakil
Presiden yang berkedudukan sebagai kepala negara, dibantu oleh wakil
presiden,sedangkan mentri sebagai eksekutif pelaksana pemerintahan. Berdasarkan
Pasal 51 UUDS 1950, Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang pembentuk
kabinet setelah itu sesuai dengan anjuran pembentuk kabinet presiden mengangkat
seorang menjadi perdana mentri dan
Mengangkat mentri-mentri yang lain
- Menteri
Menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-
sendiri. Sebagai kepala negara berdasarkan Pasal 84 Presiden berhak untuk
membubarkan DPR. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat mewakili seluruh rakyat Indonesia dan terdiri sejumlah
anggota yang besarnya ditetapkan berdasarkan atas perhitungan setiap 300.000 jiwa
penduduk WNI mempunyai seorang wakil (Pasal 56 UUDS 1950). Dewan Perwakilan
Rakyat dipilih untuk masa 4 tahun. Dan keanggotan DPR tidak dapat dirangkap oleh
lembaga lainnya, hal ini agar tidak tumpang tindih dalam pembagian kekuasaan.
Seorang anggota DPR yang merangkap dalam lembaga lainnya tidak boleh
mempergunakan hak dan kewajiban sebagai anggota badan tersebut selama ia
memangku jabatan ganda. Dalam wewenangnya DPR berhak untuk mengajukan usul
Undang-undang kepada pemerintah dan berhak mengadakan perubahan-perubahan
dalam usul Undang-undang yang diajukan oleh pemerintah kepada DPR. Apabila akan
mengusulkan Undang-undang maka mengirimkan usul itu untuk disahkan oleh
pemerintah kepada presiden
- Dewan Pengawas Keuangan (DPK)
- Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi (Pasal 105 Ayat 1 UUDS 1950).
Sebagai lembaga yudikatif atau pengawas dari pelaksanaan UUDS, pengangkatan
Mahkamah Agung adalah untuk seumur hidup. Mahkamah Agung dapat dipecat atau
diberhentikan menurut cara dan ditentukan oleh undang-undang (Pasal 79 Ayat (3)
UUDS 1950), selain itu diatur pada pasal yang sama ayat berbeda yaitu ayat (4)
disebutkan bahwa ”Mahkamah Agung dapat diberhentikan oleh Presiden atas
permintaan sendiri”. Selain sebagai pengawas atas perbuatan pengadilan-pengadilan
yang lain, Mahkamah Agung juga memberi nasehat kepada Presiden dalam pemutusan
pemberian hak grasi oleh presiden. Dari berbagai uraian diatas, dapat diketahui bahwa
dalam UUDS terdapat hubungan antar lembaga negara maupun lembaga negara
dengan rakyat sendiri.
5. UUD 1945 (Sesudah Amandemen)
- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Terdapat dua perubahan mendasar pada MPR setelah perubahan UUD, yaitu perubahan
susunan keanggotaan serta perubahan kewenangan MPR, yang berimplikasi pada
perubahan dalam tata hubungannya dengan lembaga-lembaga negara yang lainya.
Pertama, secara keanggotaan, kini keanggotaan MPR terdiri dari anggota DPR dan
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.
Kedua, implikasi pada kewenang. Filosofi kewenangan MPR, sebagimana tercermin
dalam perubahan Pasal 1 ayat 2, yaitu “kedaulatan di tangan rakyat dan dijalankan
menurut Undang-Undang Dasar”. Artinya, kewenangan MPR bukan lagi sebagai
pelaksaan rakyat sepenuhnya karena kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut UUD
1945 melalui lembaga-lembaga Negara.
Kewenangan MPR dipertegas, yaitu pada ranah mengubah dan menetapkan UUD,
melantik Presiden dan wakil Presiden, memberhentikan Presiden dan/atau wakil
Presiden dalam masa jabatanya menurut UUD. MPR berwenang juga memilih wakil
presiden dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya.
- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Perubahan ketiga UUD 1945 telah menetapkan DPR dalam posisi sebagai lembaga
negara lebih spesifik selain juga memiliki beberapa kewenangan. Dalam hal
keanggotaan, anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum dengan susunan yang
diatur melalui UU. Hal tersebut menunjukan keanggotaan DPR mutlak melalui
pemilihan dan tidak ada lagi yang melalui pengangkatan. Selain itu, DPR harus
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. Dalam kewenangnya, DPR memiliki
kewenangan legislatif, yakni memegang kekuasaan membetuk UU.
- Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD memiliki kedudukan yang sama dengan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Perbedaanya pada penekanan posisi anggota DPD sebagai wakil dan representasi dari
daerah (propvinsi). Pembentukan DPD sebagai salah satu institusi Negara bertujuan
member kesempatan kepada orang-orang daerah untuk ikut serta mengabil kebijakan
dalam tingkat nasional, khususnya yang terkait dengan kepentingan daerah. Dalam
Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 telah mengatur dengan jelas bahwa anggota DPD
berjumlah empat orang dari setiap provinsi.
- Presiden
UUD 1945 yang cukup signifikan dan mendasar bagi penyelenggaraan demokrasi yaitu
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyak melalui mekanisme pemilu. Pemilihan secara
langsung presiden dan wakil presiden akan memperkuat legitimasi seorang presiden
sehingga presiden diharapkan tidak mudah dihentikan ditengah jalan tanpa dasar
memadai, yang bisa mempengaruhi stabilitas politik dan pemerintahan secara aktual.)
- Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman.
Kedudukan MA sebagai pemegang kekuasaan kehakiman ditegaskan dalam UUD 1945
pasal 24 dan pasal 24A serta UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung membawahi
beberapa peradilan di Indonesia, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer dan peradilan tata usaha negara.
- Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi secara khusus diatur dalam UUD 1945 Pasal 24C, UU No. 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan UU No. 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
- Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Pendapat Para Ahli HTN
- Prof. Bagir Manan
a. MPR
b. DPR
c. DPD
d. Presiden/Wkl
e. BPK
f. MA
g. MK
- Prof. Sri Soemantri
a. MPR
b. DPR
c. DPD
d. Presiden/Wkl
e. BPK
f. MA
g. MK
h. KY
- Prof. Jimly Ashshiddiqie
a. MPR
b. DPR
c. DPD
d. Presiden/Wkl
e. BPK
f. MA
g. MK
h. KY
i. Pemda Prov/Kab/Kota
j. Bank sentral
k. KPU
l. Dewan Pertimbangan Presiden.
m. TNI & POLRI
- Prof. Rukmana Amanwinata
a. MPR
b. DPR
c. DPD
d. Presiden/Wkl
e. BPK
f. MA
g. MK
h. KY
i. Kejaksaan / Kepolisian Negara / Ombudsman
j. Dewan Penasehat Presiden

Anda mungkin juga menyukai