Anda di halaman 1dari 15

Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 153

Nanang Kristanto

DESAIN KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN KOMPUTER


(APLIKASI PERKANTORAN) PADA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR
(SKB) UNTUK MENINGKATKAN MUTU LULUSAN
DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Oleh : Nanang Kristanto


Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat Papua / Sps UPI
nanang.kristanto@kemdikbud.go.id

Rusman
Kaprodi Pengembangan Kurikulum Sps UPI
rusman821971@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan atas masalah dan keresahan yang muncul pada kursus
dan pelatihan komputer pada sanggar kegiatan belajar. Dengan beralih fungsinya SKB menjadi
satuan pendidikan maka menjadi tantangan baru dalam dunia pendidikan Non-formal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kursus dan pelatihan di SKB serta mencari solusinya.
Dalam kegiatan penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode Research and
Development (R & D). Prosedur pada penelitian mengacu pada perdirjen PAUD dan Dikmas .
Dalam penelitian ini ditempuh tiga langkah yaitu 1).studi pendahuluan,2).pengembangan
desain,3).validasi. Dari hasil studi pendahuluan didapat bahwa lulusan kursus dan pelatihan
komputer (aplikasi perkantoran) mutu lulusannya rendah, hal tersebut dibuktikan dengan
sedikitnya kepemilikan sertifikat kompetensi yang terakreditasi. Data menujukan hanya sebesar
1,21% dari total peserta kursus yang mengikuti ujian kompetensi/profesi. Fakta tersebut diperkuat
dengan keterserapan lulusan pada dunia usaha dan dunia industri yang rendah. Data nasional
menunjukkan bahwa kursus dan pelatihan komputer menempati urutan pertama dengan jumlah
terbayak lulusan yang masih menunggu penempatan/mengggur. Belum terakreditasinya sanggar
kegiatan belajar serta perubahan alih fungsi SKB menjadi satuan pendidiakan menjadi
permasalahan selanjutnya yang mengkibatkan rendahnya mutu lulusan. untuk itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengembangan desain kurikulum kursus dan pelatihan komputer
(aplikasi perkantoran) untuk meningkatkan mutu lulusan pada sanggar kegiatan belajar di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya pengembangan desain kurikulum Penelitian ini hanya
mengembangkan produk berupa desain kurikulum pelatihan secara teoritis saja, tidak sampai pada
uji coba empirik.

Kata kunci : Desain, kurikulum, kursus dan pelatihan,mutu lulusan, SKB

PENDAHULUAN
Pergeseran kebutuhan pendidikan berganti serta globalisasi di segala bidang
dari kebutuhan akan pengetahuan menjadi termasuk bidang pendidikan mengakibatkan
kebutuhan akan ketrampilan, menjadi awal hasil pendidikan yang diperoleh disekolah
baru dalam dunia pendidikan. Perubahan (pendidikan formal) menjadi tidak sesuai
pola pendidikan yang begitu cepat dan silih lagi dengan tuntutan baru kebutuhan dunia
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 154
Nanang Kristanto

kerja, dunia industri, karna pada dasarnya dilaksanakan oleh pemerintah melalui
seseorang menempuh pendidikan untuk lembaga pemerintah dan swasta. Pada
mendapatkan pekerjaan yang layak atau lembaga pemerintah terutama
membagun wirausaha. Kebutuhan diselenggarakan oleh sanggar kegiatan
masyarakat akan ketrampilan tidak belajar (SKB) dan lembaga swasta
didapatkan disekolah, melainkan di luar diselenggarakan oleh lembaga kursus dan
sekolah. Pendidikan luar sekolah atau yang pelatihan (LKP) atau satuan pendidikan non-
kita kenal dengan Pedidikan Non-formal dan formal yang lainnya.
Infomal (PNF) mampu memberikan layanan Berdasarkan Surat Edaran Dirjen
pendidikan ketrampilan bagi semua orang PAUD dan Dikmas kepada seluruh Kepala
tanpa mengenal batas usia dan status sosial. Daerah dengan surat nomor :
Pendidikan non-formal adalah jalur 1086/C.C4.I/PR/2015 tertanggal 3 Juli 2015,
pendidikan di luar pendidikan formal yang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan meminta kepada seluruh Kepala Daerah
berjenjang. Hasil pendidikan non-formal untuk mengubah fungsi sanggar kegiatan
dapat dihargai setara dengan hasil program belajar (SKB) menjadi satuan pendidikan
pendidikan formal setelah melalui proses non-formal sejenis. Yang kemudian diikuti
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang dengan di tandatanganinya Permendikbud
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah No 4 Tahun 2016 tentang pedoman alih
Daerah dengan mengacu pada standar ungsi sanggar kegiatan belajar menjadi
nasional pendidikan. satuan pendidikan non-formal oleh Menteri
Salah satu bentuk layanan PNF sesuai Pendidikan dan Kebudayaan, status SKB
dengan undang undang sisdiknas adalah menjadi sama dengan LKP atau satuan
Pendidikan Kursus dan pelatihan. UU NO 20 pendidikan non-formal lainya, yaitu sama-
Th 2003, Pasal 26 disebutkan bahwa kursus sama menjadi satuan pendidikan non-formal.
dan pelatihan diselenggarakan bagi Yang membedakan antara SKB dengan
masyarakat yang memerlukan bekal satuan pendidikan non-formal lainya adalah
pengetahuan, keterampilan, kecakapan SKB merupakan satuan pendidikan non-
hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, formal Negeri. Salah satu fungsi SKB alih
mengembangkan profesi, bekerja, usaha fungsi menjadi satuan pendidikan adalah
mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke menjadi penyelenggaraan program
jenjang yang lebih tinggi. Dalam percontohan pendidikan non-formal. Maka
pelaksanaannya kursus dan pelatihan diharapkan SKB menjadi contoh bagi satuan
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 155
Nanang Kristanto

pendidikan yang lain nya dalam rangkaian penelitian yang akan dilakukan
menyelengarakan program-program oleh penulis. Rangkaian penelitian yang
pendidikan, salah satunya program kursus dimaksud penulis adalah metode yang
dan pelatihan. digunakan dalam penelitian ini. Dalam
Dengan adanya perubahan alih penelitian ini pendekatan yang digunakan
fungsi SKB sesuai Permendikbud nomor 4 adalah kualitatif, dengan motode penelitian
Tahun 2016 menjadi satuan pendidikan non- dan pengembangan (Research and
formal sejenis memiliki tugas dan fungsi Development). Metode penelitian dan
pengelolaan dan penyelenggaraan program pengembangan (Research and
pendidikan non-formal. Sesuai dengan pasal Development) didasarkan pada konsep yang
1 bahwa SKB adalah unit pelaksana teknis dikemukakan oleh Van den Akker (2006: 3-
dinas yang menangani urusan pendidikan 5). Namun pada pelaksanaanya penelitian
pada kabupaten/kota yang berbentuk satuan metode R&D mengikuti konsep yang
pendidikan non-formal sejenis yang dielaskan oleh Borg & Gall, sedangkan
menyelenggarakan program pendidikan non- prosedur penelitian mengacu pada
formal. Dimana Program PNF adalah Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
layanan pendidikan yang diselenggarakan Anak Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat
untuk memberdayakan masyarakat melalui : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
1) pendidikan kecakapan hidup, 2) no 2 tahun 2016 tentang petunjuk teknis
pendidikan anak usia dini, 3) pendidikan pengembangan model pendidikan anak usia
kepemudaan, 4) pendidikan pemberdayaan dini dan pendidikan masyarakat.
perempuan, 5) pendidikan keaksaraan, 6)
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
7) pendidikan kesetaraan, 8) pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Salah satu bentuk
pendidikan yang deselengarakan oleh SKB
adalah kursus dan pelatihan. menjadi
menarik ketika sekarang SKB beralih fungsi
menjadi satuan pendidikan non-formal.

METODE
Artikel ini adalah bagian dari
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 156
Nanang Kristanto

Terdapat empat langkah dalam prosedur sejenis memiliki tugas dan fungsi
penelitian dan pengembangan (Research and pengelolaan dan penyelenggaraan program
Development). Namun dalam artikel ini pendidikan non-formal. Sesuai dengan pasal
merupakan bagian dari analisi awal. Yang 1 bahwa SKB adalah unit pelaksana teknis
dalam bagan tersebut diatas merupakan dinas yang menangani urusan pendidikan
langkah pertama. Langkah pertama yang pada kabupaten/kota yang berbentuk satuan
dimaksud adalah studi pendahuluan untuk pendidikan non-formal sejenis yang
mengkaji kondisi dan permasalahn yang menyelenggarakan program pendidikan non-
sebenarnya dilapangan terkait dengan kursus formal. Dimana Program PNF adalah
komputer aplikasi perkantoran. Sehingga layanan pendidikan yang diselenggarakan
hasil akhir akan dikembangkan roduk yang untuk memberdayakan masyarakat melalui
tepat berdasarkan dari hasil studi : 1) pendidikan kecakapan hidup, 2)
pendahuluan ini. Dalam proses nya studi pendidikan anak usia dini, 3) pendidikan
pendahuluan ini mengunakan metode FGD kepemudaan, 4) pendidikan pemberdayaan
serta studi kepustakaan. perempuan, 5) pendidikan keaksaraan, 6)
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

HASIL DAN PEMBAHASAN 7) pendidikan kesetaraan, 8) pendidikan lain

Dengan adanya perubahan alih fungsi yang ditujukan untuk mengembangkan

SKB sesuai Permendikbud nomor 4 Tahun kemampuan peserta didik.

2016 menjadi satuan pendidikan non-formal Selama ini kursus dan pelatihan
banyak diselengarakan oleh LKP sedangkan
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 157
Nanang Kristanto

SKB sebelum alih fungsi menjadi satuan 2015 Sebanyak 17.776 Lembaga Kursus dan
pendidikan non-fomal lebih banyak Pelatihan (LKP) yang ada di Indonesia baru
menyelenggarakan program dari pemerintah berjumlah delapan persen saja yang telah
sesuai dengan bentuk bantuan yang didapat, mendapatkan akreditas dari pemeritah. Jika
walaupun dalam perencanaannya juga dihitung jumlahnya sekitar 1.200-an LKP
berdasarkan kebutuhan dilapangan. yang mendapatkan akreditasi. 17.776 LKP
Perkembangan kursus dan pelatihan tersebut terdiri dari 24 ribu macam kursus
berkaitan erat dengan perkembangan LKP, dari 97 jenis kursus.
Perkembangan keberadaan LKP di Indonesia Fungsi LKP harusnya mampu
sangat luar biasa, berdasarkan data dari memberikan pendampingan kepada peserta
Direktorat Pembinanaan Kursus dan didik agar memiliki kompetensi, bersertifikat
Pelatihan bahwa data LKP tahun 2007 dan masuk dunia kerja atau berwirausaha.
sebanyak 9.642 lembaga, sedangkan data Sayangnya kualitas layanan yang diberikan
tahun 2010 meningkat tajam menjadi 14.315, oleh LKP tidak sesuai dengan apa yang
tahun 2015 menjadi 17.776 dan tahu ini diharapkan, Berdasarkan data dari Direktorat
menjadi 19.794. artinya dalam kurun waktu Pembinaan Kursus dan Pelatihan yang
hanya 5 tahun meningkat sebesar 56,5%, ditulis Ginting dalam Info Kursus, hasil
dengan beraneka ragam keterampilan, saat penilaian kinerja tahun 2009 dan 2010
ini ada 224 jenis keterampilan dan dari 224 berkinerja A (1,7%), B (20,3%), C (35,7%)
tersebut 76 jenis keterampilan sudah dan D (42,3%). Dari data tersebut di atas
dibakukan. berarti bahwa keberadaan kursus yang
Fenomena peningkatanya jumlah kurang memenuhi standar atau berkinerja D
lembaga kursus ini sayangnya belum diiringi masih lebih banyak, sementara berkinerja
dengan peningkatan mutu kursus dan sangat baik atau A ternyata masih sangat
pelatihan yang ditandai dengan penyediaan sedikit. Pada Tahun 2016 hasil penilaian
sarana prasarana yang memadai, tenaga kinerja dari 749 lembaga yang dinilai
pendidik dan kependidikan yang kompeten, kinerjanya, yang berkinerja A (2,1%), B
kurikulum yang sesuai dengan (22,6 %), C (34,8%) dan D (40,5%).
perkembangangan zaman serta sesuai Penilaian kinerja bagi LKP merupakan salah
dengan standar minimal yang telah satu upaya pemerintah untuk memetakan
ditentukan oleh pemerintah. (Dirjen PAUD serta dapat fokus membina secara
dan Dikmas: Saatnya Lembaga Kursus berkesinambungan pada LKP sesuai
Berbenah, 2015) Pada Tahun
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 158
Nanang Kristanto

dengan kebutuhan berdasarkan penilaian Mutu lulusan juga dapat dilihat dari jumlah
kinerja yang peserta didik yang lulus. Berdasarkan data

diperolehnya, sehingga akan berdampak informasi eksekutif dalam

pada kualitas layanan kursus dan www.infokursus.net berikut merupakan

pelatihan yang diselenggarakan. rekapitulasi status lulusan LKP

.
Tabel 1. Rekapitulasi Status Kelulusan program Kursus di LKP

Status Jumlah

Proses Pendidikan & Pelatihan 20.182 13.11 %


Bekerja 70.338 45.68 %
Usaha Mandiri 14.283 9.28 %
Menunggu Penempatan / Menganggur 49.168 31.93 %
Total 153.971 100 %

Sumber: www.infokursus.net (diakses 28/03/17)


Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 159
Nanang Kristanto

Kondisi status lulusan tersebut dapat atau (8,91%) dan ujian internasional
diartikan bahwa masih banyak lulusan sebanyak 8.398 atau (0,95%).
kursus dan pelatihan yang menunnggu Berdasarkan data tersebut terlihat
penempatan/menganggur. Banyaknya bahwa proses evaluasi dalam program
lulusan kursus yang menunggu penempatan kursus dan pelatihan dilalui melalui tahap
/ menganggur mengidikasikan bahwa ujian di tingkat lokal, nasional maupun
lulusan kursus belum memenuhi standart internasional. Untuk mengejar standar mutu,
kompetensi. Berkompeten atau tidak nya uji kompetensi bagi peserta didik sangat
lulusan kursus dan pelatihan dibuktikan penting, sebagai tanda penghargaan atas
dengan lulus tidaknya peserta kursus kemampuan yang dimilikinya. Seperti
mengikuti ujian. Secara legal formal dijelaskan di dalam UU No 20, Tahun
perserta kursus akan mendapatkan sertifikat 2003, pasal 61 ayat 3: Sertifikasi
atau ijazah baik itu di akui oleh Lokal, kompetensi diberikan oleh penyelenggara
Nasional dan Internasional. Jika pendidikan dan lembaga pelatihan kepada
disimpulkan dari data lulusan, terutama peserta didik dan warga masyarakat sebagai
terkait dengan kompetensi lulusan kursus pengakuan terhadap kompetensi untuk
dan pelatihan, dapat dinyatakan bahwa melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus
kompetensi lulusan kursus dan pelatihan itu uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
rendah. satuan pendidikan yang terakreditasi atau
Rendah nya kompetensi lulusan lembaga sertifikasi.
kursus dan pelatihan juga dapat dilihat dari Sayangnya masih sedikit peserta
berapa banyak peserta didik kursus dan kursus yang mengikuti uji kompetensi. Uji
pelatihan yang mengikuti ujian kompetensi . kompetensi adalah proses pengujian dan
Data yang diperoleh dari Infokursus pada penilaian yang dilakukan oleh penguji
tahun 2007 menyatakan bahwa untuk mengukur tingkat pencapaian
Penyelenggaraan ujian kursus dapat kompetensi hasil belajar peserta didik pada
dibedakan menjadi (4) empat macam yaitu suatu jenis dan tingkat pendidikan tertentu.
ujian lokal/lembaga (79,50%), ujian Uji kompetensi diselenggarakan oleh
nasional (17,50%), ujian internasional lembaga sertifikasi kompetensi (LSK) sejak
(1,79%) dan ujian kompetensi atau profesi tahun 2009. LSK adalah lembaga mandiri
(1,21%). Dari keempat jenis ujian tersebut yang dibentuk oleh organisasi atau asosiasi
berhasil meluluskan sebanyak 798.845 profesi yang diakui Pemerintah. Tempat uji
atau (90,14%), ujian nasional 78.942
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 160
Nanang Kristanto

kompetensi (TUK) adalah lembaga kursus


dan/atau satuan pendidikan non-formal lain
atau lembaga yang telah dinilai,
diverifikasi, dan ditetapkan oleh lembaga
sertifikasi kompetensi (LSK) untuk
menyelenggakan uji kompetensi. Untuk
dapat mengikuti uji kompetensi satuan
pendidikan mendaftarkan peserta kursus
yang sudah menyelesaikan pendidikan &
pelatihanya kepada LSK. Alur tersebut
tergambar seperti berikut :
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 161
Nanang Kristanto

Bagan 1. Prosedur Uji Kompetensi


Sumber: www.infokursus.net (diakses 28/03/17)

Terbatasnya TUK menjadi kendala 7,02 Juta Orang,2016) - Kepala Badan


bagi peserta didik untuk dapat mengikuti Pusat Statistik (BPS) Suryamin
uji komptensi. Berdasarkan data dari sistim mengatakan tingkat pengangguran terbuka
informasi ekslusif Direktorat Binsuslat pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta
hanya terdapat 1146 TUK yang tersebar di orang atau 5,5 persen. SKB Sebagai salah
seluruh indonesia. Sedikitnya lulusan satu satuan pendidikan non- formal yang
kursus dan pelatihan yang mempunyai salah satu fungsinya menyiapkan tenaga
sertifikat kompetensi membuat lulusan kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan
tidak mampu bersaing untuk mendapatkan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia
pekerjaan. Akhirnya lulusan kursus dan kerja. Dunia kerja membutuhkan tenaga
pelatihan hanya mampu menyumbang kerja yang memiliki kompetensi sesuai
angka pengangguran di indonesia. (BPS: dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya
Pengangguran Terbuka di Indonesia Capai adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 162
Nanang Kristanto

dasar itu, SKB harus menyuguhkan layanan Kurikulum mempuyai kedudukan


pembelajaran yang berkualitas. selama ini yang sentral dalam seluruh proses
SKB maupun satuan pendidikan non- pendidikan, begitu juga dalam proses kursus
formal lainya dalam menyelengarakan dan pelatihan pada LKP. Kurikulum
kegiatan kursus dan pelatihan megarahkan segala bentuk aktivitas
mengunakan kurikulum yang telah disusun pendidikan demi tercapianya tujuan
oleh direktorat Pembinaan Kursus dan pendidikan. Menurut Mauritz jhonson
pelatihan. Kurikulum yang selama ini (1967, hal.130) kurikulum “prescribe (or at
disusun oleh direktorat adalah kurikulum last anticipates) the result of instruction.
berbasis kompetensi (KBK). Seperti yang Kurikulum juga merupakan suatu rencana
tertuang dalam UU sisdiknas Pasal 6 ayat 3 pendidikan memberikan pedoman dan
“satuan pendidikan non-formal dalam pegangan tentang jenis lingkup dan urutan
bentuk kursus dan lembaga pelatihan isi serta proses pendidikan. Kurikulum yang
menggunakan kurikulum berbasis sudah disyahkan oleh pemerintah
kompetensi yang memuat kecakapan hidup sayangnya tidak semuanya mampu
dan ketrampilan”. Pada dasarnya kurikulum mengimbangi perkembagan perubahan
yang ada disetiap jenis kursus bersifat kebutuhan, hal tersebut yang membuat
nasional. Namun sampai tahun 2017 baru lulusan kurus dan pelatihan tidak mampu
76 jenis kursus dengan berbagai jenjang bersaing.
baru disyahkan dan dibuat oleh Mengingat jenis kursus sangat
pemerintah. Hal tersebut membuat satuan bervariasi, maka dalam penelitian ini akan
pendidikan non-formal mengalami mengambil jenis kursus berdasarkan
kesulitan dalam menyelengarakan kursus banyaknya lulusan yang masih menunggun
yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha penempatan. Berikut data 10 jenis kursus
dan dunia industri apabila belum ada bersadarkan kelulusannya.
kurikulum yang dibuat atau sesuai dengan
yang dibutuhkan. Dari peryantaan tersebut
dapat dicari solusi tentang bagaimana
mengembangakan LKP yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan
dunia industri, khususnya melalui
kurikulum.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 163
Nanang Kristanto

Tabel 2. 10 Jenis Kursus Berdasarkan Kelulusannya

Berwirausah Menunggu
Jenis Proses Diklat Bekerja
No a Penempatan Jumlah
Ketrampilan
L P L P L P L P
1 Komputer 4183 4919 12472 13803 1952 1524 13351 18207 70411
2 Mengemudi 282 196 1666 827 228 121 3121 2237 8678

Bahasa
3 1216 1574 1143 1185 131 92 2269 3000 10610
Inggris
4 Menjahit 36 675 858 7002 218 4367 121 1603 14880
5 Otomotif 367 2 2151 11 801 5 1333 36 4706
6 Akuntansi 146 531 401 1488 6 34 171 520 3297
7 Perhotelan 853 626 1539 1051 32 11 187 112 4411
8 Elektronika 32 3 253 33 436 52 201 23 1033
Tata
9 Kecantikan 6 130 33 753 44 999 28 189 2182
Rambut
10 Spa 13 284 135 1274 7 216 16 292 2237
(data diolah dari infokursus.net)
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 164
Nanang Kristanto

Berdasarkan data diatas menunjukan sertifikat kompetensi dari lembaga


bahwa kursus dan pelatihan komputer sertifikasi kompetensi, agar menjadi contoh
menjadi jenis ketrampilan dengan jumlah lembaga pendidikan non-formal lainnya.
peserta didik terbanyak yang sedang
menunggu penempatan. Sehingga jenis PENUTUP
kursus yang akan menjadi fokus penelitian Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini
ini adalah kursus dan pelatihan komputer. maka dirumuskanlah solusi untuk mengatasi
Banyaknya lulusan kursus dan permasalahn tingginya angka pengangguran
pelatihan komputer yang menunggu lulusan kursus komputer (aplikasi
penempatan menunjukan lulusan kurus dan perkantoran), dari hasil studi pendahuluan
pelatihan komputer belum memenuhi didapatkan masukan masukan yang
standar kompetensi yang dibutuhkan, serta selanjutnya menjadi bahan kajian pada
banyaknya lulusan yang tidak mengikuti uji langkah ke dua dalam penelitian dan
kompetensi melalui TUK, sehingga lulusan pengembangan (R&D). dari hasil kajian
tidak mempunyai sertifikat kompetensi diatas maka perlu dikembangkan desain
yang diakui secara nasional menyebabkan kurikulum kursus dan pelatihan komputer
lulusan kursus tidak mampu bersaing untuk (aplikasi perkantoran) pada sanggar kegiatan
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan belajar (skb) untuk meningkatkan mutu
kompetensinya. Selama ini lulusan kursus lulusan di provinsi daerah istimewa
banyak berasal dari LKP, yang pada Yogyakarta.
kenyataanya mereka lulus mengikuti ujian
pada tingkat lokal, yaitu ujian yang DAFTAR PUSTAKA
diselengarakan oleh lembaga, namun
mereka tidak mengikuti uji kompetensi di Aan Komariah dan Djam'an Satori. (2012).
tempat TUK. Dalam hal ini LKP sudah
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
gagal mengantarkan peserta didik lulus
Alfabeta. Abdulhak, I (2000). Metodologi
berkompeten serta mempunyai sertifikat
kompetensi. Dengan adanya SKB menjadi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung:

satuan pendidikan non-formal yang baru, Indira Alma Buchori.


Maka peneliti ingin membuat desain
Akker, J Van Den. (2006). Chapter 1:
kurikulum yang mampu meningkatkan Principles and Methods of Development
Research dalam
mutu lulusan kursus dan pelatihan , sehingga
Educational Design Research,
mereka berkompeten serta mempunyai Arizona: Rotledge.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 165
Nanang Kristanto

roots and implications for


Andrew E. Sikula (1981). Pelatihan dan curriculum planning. In E. W. E.
E. Vallance (Ed.), Conflicting
pengembangan tenaga kerja. Jakarta : bina Conceptions of Curriculum (pp. 1-
18). Berkley, PA: McCutchan
pustaka. Borg Walter R., Meredith Damien
Publishing.
Gall. 1983. Educational Research an Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar
pengembangan kurikulum. Bandung: PT
Introduction. New York: Remaja Rosdakarya
Longman Inc. Offset.
Borg, W.R.&Gall, M.D. (1989). Educational
Research: An Introduction (5
London: Longman, Inc.Ed). New Hamalik, Oemar. (1993). Dasar-Dasar
York &BPS: Pengangguran Terbuka Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
di Indonesia Capai 7,02 Juta Remaja
Orang.(2016, Mei). Kompas Rabu, 4 Rosdakarya.
Mei 2016 18:49 WIB, from :
https://nasional.tempo.co Hugh Barr.(2000). Designing and
Developing a Constructivist
Deming, W. Edwards. 1982. Guide to National Social Studies Curriculum:
Quality Control. Cambirdge: An Example from New Zealand.
Massachussetts Institute Of Children's Social And Economics
Technology. Education Vol. 4, No. 1.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Juran, J.M. (1992). Juran Quality By


Pedoman Penyelenggaraan Program Design, New York: Free Press
Kecakapan
Hidup (Life Skill) Pendidikan Non Kementerian Pendidikan dan
Formal. Jakarta: Dirjen Diklusepa. Kebudayaan.(2013). Analisis Mutu
Kursus Disusun oleh: Bidang
Direktorat Kursus dan kelembagaan(2010). Pendayagunaan dan Pelayanan Data
From : www.infokursus.net dan Statistik Pendidikan. –
Jakarta: Pusat Data dan Statistik
Dirjen PAUD dan DIKMAS.(2015).Saatnya Pendidikan, Kemdikbud, 2013
Lembaga Kursus Berbenah.(2015, Mei).
Harian sore Keputusan Menteri Pendidikan dan
Sinar Harapan, 22 Mei 2015, from: Kebudayaan Republik Indonesia
http://scholae.co. Nomor : 0206/ O/ 1978 tanggal 23
Juni 1978 tentang Susunan
Edward Sallis, 2006. Total Quality Organisasi dan Tata Kerja Sanggar
Management in Education. Kegiatan Belajar.
Jogjakarta:IRCiSoD
McNeil, J.D. (2006). Contemporary
Edward Sallis. 2008. Total Quality Curriculum In Thought and Action – Sixth
Management In Education (alih Bahasa Edition. New
Ahmad Ali Riyadi). Jersey: Willey Jossey-Bass
Jogjakarta : IRCiSoD. Education.

Eisner, E. W., Vallance, E. (1974). Five Munthe, B. ( 2009). Desain Pembelajaran.


conceptions of curriculum: Their Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 166
Nanang Kristanto

Alfabeta.
Ornstein, Allan C. & Francis P. Hunkins.
(2009) Curriculum: Foundations, principles, Sanjaya, Wina. Kurikulum Pembelajaran,
and Issues. Teori dan Praktek Pengembangan
Edisi ke-5. New Jersey: Pearson Kurikulum Tingkat
Education, Inc. Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada
Peraturan Dirjen PAUD dan Dimas No 2 Media Group, cet, 3, 2008.
Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis
Pengembangan Saylor J. Glan; Alexander, William M; dan
Model Pendidikan Anak Usia Dini Lewis, Artur J. (1981). Curriculum Planing
Dan Pendidikan Masyarakat. for batter
Teaching and Learning, New York,
Peraturan Dirjen PAUD dan Dimas Nomor
Rinehartand Wiston.
1453 tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis
Satuan Schuler. Randall S. (1987). Personel and
Pendidikan Nonformal Sanggar Human Resource Management, Third
Kegiatan Belajar. edition, New
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional York: West Publishing Company.
Nomor 70 Tahun 2008 tentang Uji
Kompetensi Bagi Peserta Didik Schuller, Randall. (1997). Manajemen
Kursus dan Pelatihan Dari Satuan Sumber Daya Manusia Menghadapi
Pendidikan Nonformal atau Warga Abad ke 21. Jakarta: Erlangga.
Masyarakat yang Belajar Mandiri.
Soetomo, S. et al. (1988).
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Pengembangan Kursus. Kerjasama
tentang Standar Nasional Universitas Terbuka dengan
Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah, Pemuda dan Olah Raga.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2015, Perubahan Kedua Atas Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Guru SD. Lampung: Lemlit UNILA.
Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Suhardan, D., Riduwan, & Enas. 2012.
Ekonomi dan Pembiayaan
Permendikbud No 131 tahun 2014 tentang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
standar kompetensi lulusan kursus
dan pelatihan. Permendikbud No 4 Sukmadinata, Nana, 2010,
Tahun 2016 tentang Pedoman Alih Pengembangan kurikulum teori
Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar dan peraktek. Bandung: Kusuma
menjadi Satuan Pendidikan Karya
Nonformal.
Threfall, Mike. Planning Across the
Ravi, V. (2016). Curriculum Development. Curriculum. dalam Kate Ashcroft
Slapur: Laxmi Book Publication and David Palacio.Implementing
the Primary Curriculum, A
Riduwan dan Kuncoro. 2007. Cara Teachers Guide. Washington DC:
Menggunakan dan Memaknai Analisis The Falmer Press, 1997.
Jalur (Path Analysis). Bandung:
Undang-Undang No 22 Tahun 1999.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 167
Nanang Kristanto

Tentang Pemeritah Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor


20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Sinar Grafika.

Wills, Mike. (1993), Managing the


Training Process: Putting the
Basies Into Practice, London: Mc.
Graw Hill Book company Europe.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum:


Principles and Foundations. New York:
Harper & Row. Publisher.

Anda mungkin juga menyukai