Anda di halaman 1dari 15

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
PANDEMI DULU & SEKARANG
DALAM RATANA SUTTA
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
MAKALAH AGAMA BUDDHA

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
9/6/2021

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
OLEH : EHIVADA CANDIKA HARIJAYA
NIM : 211011050040

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MIPA
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO - SULUT
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
KATA PENGANTAR

Namo Buddhaya
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, yang telah mencapai Penerangan Sempurna.

Berkat kerja keras dan juga adanya dukungan karma baik, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Agama Buddha.

Makalah ini juga dapat selesai dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini berisi tentang bagian dari Tripitaka yang berisikan nasehat dan kisah tentang situasi
wabah (pandemi) di zaman Sang Buddha Gautama dan dihubungkan juga dengan pandemi pada
masa sekarang ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang nantinya dapat bergunan dalam penyempurnaan makalah
ini.

Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang dalam menghadapi
situasi pandemi COVID -19 sekarang ini.

Sadhu…… Sadhu…… Sadhu……

Manado, 6 September 2021


Penulis,

Ehivada Candika Harijaya

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………. 2

Daftar isi……………………………………………………………………………………... 3

Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..…………… 4
B. Rumusan Masalah…………………………………..………………………. 4
C. Tujuan Pembahasan……………………………………..………………….. 4

Bab II : Pembahasan
A. Konsep Dasar Agama Buddha……………………………………………… 5
B. Apa itu Ratana Sutta………………………………………………………… 6
C. Isi Ratana Sutta………………………………………………………………. 7
D. Ratana Sutta (Versi Bahasa Indonesia)……………………………………… 7
E. Ratana Sutta (Versi Bahasa Pali)……………………………………………. 9
F. Kilas Balik Kisah Ratana Sutta (Kisah Pandemi Pada Zaman Sang Buddha
Gautama……………………………………………………………………... 11
G. Kisah Dari Ratana Sutta Yang Penting Untuk Pandemi Covid-19 Di Masa
Kini…………………………………………………………………………... 12
H. Tantangan di Tengah Pandemi Covid-19……………………………………. 13
I. Solusi………………………………………………………………………… 14

Bab III : Penutup


A. Kesimpulan……………….…………………………………………………… 12
B. Saran………….…………….…………………………………………………. 12

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………… 13

3
BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi yang disebabkan oleh SARS – CoV-2 (Virus
Corona) dan infeksinya yang disebut COVID-19.
Pandemi ini menyebabkan ketidakpastian, kebingungan dan keadaan darurat, sehingga
menyebabkan stress bagi banyak orang. Stress dan bingung memikirkan nasib mereka
untuk mempertahankan kehidupannya.

Lalu bagaimana dengan kita sebagai Umat Buddha? Tentulah ada juga kecemasan,
ketakutan, kebingungan dan rasa tidak aman yang kita rasakan bersama. Bingung
memikirkan kehidupan kehidupan kita dalam pandemi ini, yang masih saja terus
berkelanjutan walaupun kita telah mengikuti anjuran pemerintah sebagai upaya untuk
memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19.

Untuk itulah maka penulis akan berusaha untuk menguraikan masalah pandemi pada zaman
Sang Buddha Gautama dan pada masa sekarang dalam hubungannya dengan Tripitaka (Di
sini penulis akan membahas salah satu bagian dari Tripitaka, yaitu Ratana Sutta)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Ratana Sutta?
2. Kisah apa dibalik Ratana Sutta?
3. Bagaimana Ratana Sutta di tengah pandemi?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah supaya kita menjadi kuat dalam menghadapi
kehidupan saat pandemi COVID-19. Hidup dalam kedamaian dan dapat saling membantu
sesama menghadapi pandemi yang masih terus berkelanjutan.

4
BAB II : PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR AGAMA BUDDHA


Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia atau Empat Kebenaran
Ariya (Cattari Ariya Saccani), yang merupakan aspek yang sangat penting dari ajaran
Buddha. Sang Buddha telah berkata bahwa karena kita tidak memahami Empat Kebenaran
Ariya, maka kita terus menerus mengitari siklus kelahiran dan kematian. Pada ceramah
pertama Sang Buddha, Dhammacakka Sutta, yang Ia sampaikan kepada lima orang bhikkhu
di Taman Rusa di Sarnath, adalah mengenai Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya
Beruas Delapan.

Empat Kebenaran Ariya tersebut adalah :

 Kebenaran Ariya tentang Dukkha (Dukkha Ariya Sacca)


Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan,
ketidakpuasan, beban. Dukkha menjelaskan bahwa ada lima kemelekatan kepada dunia
yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati,
disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.
 Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha (Dukkha Samudaya Ariya Sacca)
Samudaya adalah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya: yang
menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah adanya keinginan kepada hidup.
 Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca)
Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan
menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan
tersebut.
 Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha (Dukkha Nirodha
Ariya Sacca)
Marga adalah jalan pelepasan. Jalan pelepasan merupakan cara-cara yang harus
ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan.
Jalan Menuju Terhentinya Dukkha dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
 Kebijaksanaan (Panna), terdiri dari Pengertian Benar (sammä-ditthi) dan Pikiran
Benar (sammä-sankappa)
 Kemoralan (Sila), terdiri dari Ucapan Benar (sammä-väcä), Perbuatan Benar
(sammä-kammanta), dan Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
 Konsentrasi (Samädhi), terdiri dari Daya-upaya Benar (sammä-väyäma), Perhatian
Benar (sammä-sati), dan Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)

Empat Kebenaran Mulia tidak dapat dipisahkan antara Kebenaran yang satu dengan
Kebenaran yang lainnya. Empat Kebenaran Mulia bukanlah ajaran yang bersifat
pesimis yang mengajarkan hal-hal yang serba suram dan serba menderita. Dan juga

5
bukan bersifat optimis yang hanya mengajarkan hal-hal yang penuh harapan, tetapi
merupakan ajaran yang realitis, ajaran yang berdasarkan analisis yang diambil dari
kehidupan di sekitar kita.

B. APA ITU RATANA SUTTA

Umat Buddha tentu tidak asing lagi dengan yang namanya Ratana Sutta, yaitu pujian
terhadap permata Buddha, Dhamma dan Sangha. Walaupun Sutta ini jarang sekali
terdengar ketika kebaktian rutin mingguan, tetapi pada masa pandemi seperti sekarang ini,
Ratana Sutta menjadi Trending Topic di kalangan Umat Buddha.

Apakah Ratana Sutta itu?

Ratana Sutta adalah sebuah sutta dalam Kanon Pali yang terdiri dari tujuh belas ayat yang
isinya adalah mengenai pujian terhadap sifat tiga ratana dalam ajaran Buddha, yaitu
Buddha, Dhamma dan Sangha.

Ratana Sutta dapat dijumpai pada Suttanipata (Snp 2.1) dan Khuddakapatha (Khp 7) dari
Khuddaka Nikaya dari Sutta Pitaka (kumpulan khotbah – khotbah Sang Buddha), yaitu
salah satu bagian dari kitab suci Tripitaka.

Dalam Kitab Khuddakapatha termuat 9 Sutta (khotbah), yaitu Saranattaya, Dasasikkhapada


(10 sila), Dvattimsakara (32 unsur tubuh), Kumarapanha, Mangala Sutta, Ratana Sutta,
Tirokudda Sutta, Nidhikanoa Sutta dan Metta Sutta.

6
C. ISI RATANA SUTTA

Ratana Sutta berisi tentang pujian dan pembenaran kepada Tiga Permata, yaitu :
1. Sang Buddha, yang dipuji akan keunikannya karena tiada apapun di alam semesta
yang menyamainya (seperti bunyi ayat ke-3, Na no samam atthi Tathagatena)
2. Dhamma, yang merupakan ajaran yang mengajak kepada kebajikan dan menuntun
kepada Nibbana (seperti bunyi ayat ke-12, Tathupamam dhammavaram adesayi,
nibbana-gamim paramam hitaya)
3. Sangha, yang merupakan tempat penyadar makhluk akan Empat Kesunyataan Mulia
(seperti dalam ayat ke-8, Tathupamam sappurisam vadami, yo ariya-saccani avecca
passati)

D. RATANA SUTTA (VERSI BAHASA INDONESIA)

1. Makhluk apapun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari ruang
angkasa, semoga semua makhluk itu bahagia. Dengarkanlah dengan seksama kata –
kata yang Saya sabdakan.
2. Duhai para makhluk, perhatikanlah. Tunjukkanlah kasih sayang kepada umat
manusia yang mempersembahkan kepadamu siang dan malam. Karenanya,
lindungilah mereka dengan tekun.
3. Harta apapun juga yang terdapat di sini atau di alam lain; Atau permata tak ternilai
apa pun juga di alam surga. Tiada yang menyamai Sang Tathagata. Sesungguhnya,
dalam Sang Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga
semua makhluk berbahagia.
4. Sang Bijaksana Sakyamuni menemukan lenyapnya dukkha, terlepasnya keinginan,
pembebasan dari kematian, yang luhur; Tiada apa pun yang dapat menyamai
keagunagannya. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini.
Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
5. Kesucian yang dipuja oleh Sang Buddha, dinamakan Samadhi dengan hasil segera ---
tiada satu pun yang dapat menyamai tingkat Samadhi ini. Sesungguhnya dalam

7
Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua
makhluk berbahagia.
6. Delapan orang yang dipuja oleh sang Budiman, keempat pasang ini adalah pengikut
yang pantas mendapatkan pahala dari Sang Buddha --- Pahala yang berbuah berkah
berlimpah. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi
kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
7. Dengan tekad teguh mereka melaksanakan ajaran Gautama, tiada nafsu, mereka
menuai hasilnya; terbebas dari kematian, mereka menikmati kedamaian abadi.
Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini,
semoga semua makhluk berbahagia.
8. Bagai tertanam kokoh di dalam tanah, tak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru;
demikianlah orang bijaksana; Saya namakan, orang bijaksana yang telah memahami
Kesunyataan Mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini.
Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
9. Mereka yang telah memahami Kesunyataan Mulia yang dibabarkan dengan jelas
olehNya dengan kebijaksanaan hakiki. Sekalipun mereka lalai, mereka tidak akan
terlahir di delapan alam utama. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak
ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
10. Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan
serentak, --- Sakkya – ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu –
raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhayul) ---. Terbebaskan dari empat
alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya,
dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua
makhluk berbahagia.
11. Walaupun Ia bisa melakukan beberapa kesalahan dengan perbuatan, perkataan dan
pikiran, Ia tak dapat menyembunyikannya; Adalah keniscayaan bagi seseorang yang
telah memahami jalan mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak
ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
12. Bagaikan hutan belukar bermekaran bunga pada awal musim panas, demikian
agunglah Dhamma menuju Nibbana yang Ia ajarkan, suatu kebajikan sejati.

8
Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini,
semoga semua makhluk berbahagia.
13. Ia, Yang Maha Agung, Maha Tahu, Maha Pemberi, Pembawa Keagungan, yang
mengajarkan Keagungan Dhamma. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata
tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk berbahagia.
14. Karma mereka sirna, tiada muncul karma baru, pikiran mereka telah terbebaskan dari
kelahiran kembali, benih – benih lampau dimusnahkan. Keinginan tiada timbul
kembali, kebijaksanaan muncul bagaikan terang pelita ini. Sesungguhnya, dalam
Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua makhluk
berbahagia.
15. Makhluk apapun juga yang berada di sini, baik dari dunia maupun ruang angkasa.
Marilah bersama – sama kita menghormati Sang Buddha, yang dipuja dan dipuji oleh
para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.
16. Makhluk apapun juga yang berada di sini, baik dari dunia maupun ruang angka.
Marilah bersama – sama kita menghormati Dhamma, yang dipuja dan dipuji oleh para
Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.
17. Makhluk apapun juga yang berada di sini, baik dari dunia maupun ruang angkasa.
Marilah bersama – sama kita menghormati Sangha, yang dipuja dan dipuji oleh para
Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.

E. RATANA SUTTA (VERSI BAHASA PALI)

1. Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antalikkhe; sabbe va bhuta


sumana bhavantu. Athopi sakkacca sunantu bhasitam.
2. Tasma hi bhuta nisametha sabbe, metta karotha manusiya pajaya; diva ca ratto ca
haranti ye balim, tasma hi ne rakkhata appamatta.
3. Yam kinci vittam idha va huram va, saggesu va yam ratanam panitam; na no samam
atthi Tathagatena, idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.
4. Khayam viragam amatam panitam, yad – ajjhaga Sakyamuni samahito; na tena satthi
kinci, idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

9
5. Yem Buddhasettho parivannayi sucim, samadhim – anantarikannam – ahu, samadhim
tena samo na vijjati; idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.
6. Ye puggala attha satam pasattha, cattari etani yugani honti, te dakkhineyya Sugatassa
savaka, etesu dinnani mahapplani; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena
suvatthi hotu.
7. Ye suppayutta manasa dalhena, nikkamino Gotamasasanamhi; te pattipatta amatam
vigayha, laddha mudha nibbutim bhujamana: idampe Sanghe ratanam panitam, etena
saccena suvatthi hotu.
8. Yathindakhilo pathavissito siya, catubbhi vatehi asampakampiyo; Tathupaman
sappurisam vadami, yo ariyasaccani avecca passati; idampi Sanghe ratanam panitam,
etena saccena suvatthi hotu.
9. Ye ariyasaccani vibhavayanti, gambhirapannena sudesitani; kincapi te honti bhusam
pamatta, n ate bhavam atthamam – adiyanti; idampi Sanghe ratanam panitam, etena
saccena suvatthi hontu.
10. Saha – vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti; Sakkaya – ditthi
vicikicchitanca, silabbatam va pi yad – atthi kinci; Catuh – apayehi ca vippamutto,
chaccabhithanani abhabba katum, idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena
suvathi hotu.
11. Kincapi so kammam karoti papakam, kayena vaca uda cetasa va; Abhabbo so tassa
paticchadaya, abhhabbata ditthapadassa vutta, Idampi Sanghe ratanam paqnitam,
etena saccena suvathi hotu.
12. Vanappagumbe yatha phussitagge, gimhina mise pathamasmim gimhe; Tathupamam
dhammavaram adesayi, nibbinagamim paramam hitaya; idampe Buddhe ratanam
panitam, etena saccena suvatthi hotu.
13. Varo varranu varado varaharo, anuttaro dhammavaram adesayi; idampi Budhhe
ratanam panitam, etena saccena suvathi hotu.
14. Khinam puranam, nava n’atthi sambhavam, virattacitta – yatike bhavasmim, te
kninabija avirulnichanda nibbanti dnira yatnayam padipo; idampi Sanghe ratanam
panitam, etena saccena suvatthi hotu.
15. Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva –
manussa pujitam, Buddham namassama suvatthi hotu.

10
16. Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva –
manussa pujitam, Dhamma namassama suvatthi hotu.
17. Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva –
manussa pujitam, Sangham namassama suvatthi hotu.

F. KILAS BALIK KISAH RATANA SUTTA (KISAH PANDEMI PADA ZAMAN


SANG BUDDHA GAUTAMA)

Pada masa kehidupan Sang Buddha Gautama, dikisahkan terjadi kelaparan di kota Vesali
yang menewaskan ribuah orang dari keluarga miskin. Oleh karena itu, terdapat begitu
banyak mayat – mayat yang membusuk di sana, setan – setan pun mulai bermunculan dan
menghantui kota tersebut, dan menyebabkan banyak wabah lain bermunculan, yaitu
kelaparan, setan – setan jahat dan wabah penyakit. Para penduduk Vesali meminta
pertolongan dari Sang Buddha yang pada saat itu sedang berdiam di Rajagaha.

Tergerak oleh rasa cinta kasihNya kepada semua makhluk, Sang Buddha pun pergi
mengunjungi kota Vesali diikuti dengan ratusan bhikkhu termasuk Bhikkhu Ananda. Tidak
lama setelah Sang Buddha tiba di sana, hujan lebat turun membasahi kota Vesali dan
membawa pergi serta mayat – mayat yang tak terurus. Jadi kota itu telah bersih dari
gelimpangan mayat – mayat yang membusuk dan udara pun mulai segar kembali.
Kemudian Buddha membabarkan Ratana Sutta kepada Bhikkhu Ananda dan memintanya
melafalkan kembali khotbah tersebut sambil mengelilingi kota Vesali sebagai sarana untuk
melindungi para penduduk Vesali.

Bhikkhu Ananda mematuhi perintah tersebut dan sembari memercikkan air suci dari
mangkuk dana milik Sang Buddha, melafalkan kembali khotbah tersebut mengelilingi kota.
Dan akhirnya wabah penyakit pun lenyap.

11
G. KISAH DARI RATANA SUTTA YANG PENTING UNTUK PANDEMI COVID-19
DI MASA KINI

1. Pola hidup yang sehat dan bersih akan meminimalisir wabah penyakit
Ketika Sang Buddha Gautama tiba di kota Vesali, hujan deras turun membersihkan
mayat – mayat yang tak terurus dan menjadi salah satu sumber penyakit. Seandainya
mayat – mayat itu tetap dibiarkan dan kota tidak dibersihkan, mungkin wabah
penyakit menjadi semakin parah. Selaras dengan pandemi COVID-19, kita dihimbau
untuk melakukan pola hidup sehat dan melaksanakan protokol kesehatan dengan
baik.
2. Sang Buddha Gautama tidak mengajarkan muridnya untuk menjauhi atau
membiarkan orang sakit
Sang Buddha Gautama tidak datang sendirian, bahkan mengajak ratusan muridnya. Ia
memberikan contoh langsung bahwa menolong orang tanpa pilih kasih. Pada saan
pandemi COVID-19 ini, kita harus saling membantu satu sama lain yang
membutuhkan, agar kita bersama – sama bisa cepat terbebas dari pandemi ini.
3. Bhikkhu Ananda, agen dari Sang Buddha Gautama yang membawa kedamaian.
Sebagai salah satu siswa utama dari Sang Buddha Gautama, Bhikkhu Ananda dipilih
untuk menyampaikan pujian tentang permata Buddha, Dhamma dan Sangha (Ratana
Sutta) yang dibabarkan oleh Sang Buddha Gautama. Ia memberikan bimbingan dan
penyuluhan secara langsung sesuai arahan dari Sang Buddha Gautama untuk
mengelilingi seluruh kota Vesali dengan penuh kedamaian. Intinya adalah saling
menolong dengan cinta kasih, melatih konsentrasi dan bermoral. Bayangkan saja
mayat – mayat yang menumpuk tak terurus di kota Vesali. Jika masyarakat kota
Vesali saling peduli, penuh cinta kasih, saling bahu – membahu, mungkin saja tidak
ada tumpukan mayat yang sudah bau dan membusuk, yang menjadi sumber berbagai
penyakit. Semoga kita tidak acuh untuk mengikuti himbauan dari pemerintah
sehingga mata rantai penyebaran COVID-19 dapat terputus. Dan Umat Buddha
khususnya harus menjadi agen pembawa kedamaian, tidak menyebar hoax, namun
harus saling bahu membahu untuk memutuskan penyebaran COVID-19.

12
H. Tantangan di tengah Pandemi Covid-19
Dikarenakan pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini, baik pemerintah hingga
masyarakat telah mengalami begitu banyak tantangan. Tantangan tersebut berasal dari
segi ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, dan bahkan tantangan dalam melaksanakan
ibadah.
Tantangan dalam segi ekonomi misalnya. Ada begitu banyak karyawan yang di PHK,
banyak usaha yang terpaksa harus gulung tikar, dll.
Dampak pandemi juga terlihat dengan sangat jelas pada kegiatan keagamaan. Umat
beragama dilarang untuk memasuki tempat ibadah masing-masing, dan diharuskan untuk
melaksanakan kegiatan ibadah dari rumah saja, contohnya saat hari raya Waisak.

I. Solusi
Meski banyak tantangan dan masalah yang disebabkan oleh pandemi, hal tersebut tidak
boleh menjadi halangan untuk terus melakukan aktivitas sehari-hari. Kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan secara online via Zoom, perdagangan melalui online shop,
kampanye mengenai protokol disebarkan di berbagai media sosial, bahkan ibadah juga
dapat dilaksanakan secara online via Zoom. Sehingga, kecanggihan teknologi dapat
dikatakan telah menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Untuk solusi kesehatan,
pemerintah telah menganjurkan penmberlakuan protokol Kesehatan seperti memakai
masker, jaga jarak, cuci tangan/gunakan hand sanitizer, mengurangi mobilitas, dan
menjauhi kerumunan. Menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat dapat
meminimalisir kemungkinan terjangkit virus.

13
BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sepintas apa yang sedang kita hadapi sekarang ini, yaitu merebaknya wabah COVID-19
mirip dengan cerita latar belakang munculnya Ratana Sutta. Oleh karena itu, wajarlah bila
terdapat anjuran bagi Umat Buddha untuk melafalkan Sutta ini. Meskipun demikian,
sebaiknya Umat Buddha mempunyai pemahaman yang benar ketika melakukannya, yaitu :

1. Melafalkan Ratana Sutta dapat dilakukan kapan saja (tidak hanya pada saat wabah
atau pandemi terjadi). Melafalkan Sutta lain pun dianjurkan.
2. Hanya dengan melafalkan Ratana Sutta tidak berarti bahwa wabah akan lenyap.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk berbuahnya karma buruk.
3. Anjuran membaca Ratana Sutta untuk mendamaikan pikiran kita, menjauhkan
ketakutan dan kekhawatiran.

B. SARAN

Membaca Ratana Sutta harus dengan penuh keyakinan dan pemahaman, akan
menumbuhkan permata yang ada di dalam diri kita sebagai Umat Buddha, yang dilihat dari
berbagai perbuatan yang dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan badan jasmani. Perbuatan
yang penuh dengan cinta kasih, konsentrasi dan bermoral. Untuk itu, kita harus
mengembangkan Ratana Sutta dalam kehidupan kita dengan mematuhi semua protokol
kesehatan, hidup sehat dan bersih, dan tak lupa juga untuk saling membantu sesama.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu….Sadhu….Sadhu….

14
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ratana_Sutta
2. https://www.dhammacakka.org/?channel=info&mode=detailartikel&id=1078
3. http://p2k.um-surabaya.ac.id/id1/2-3045-2942/Ratana-Sutta_107403_Portal:Wayang_p2k-
um-surabaya.html
4. https://majalah-hikmahbudhi.com/mujarabkah-ratana-sutta-di-tengah-pandemi-covid-19/
5. http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Ratana-Sutta_107403_p2k-unkris.html/
6. https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/ratana-sutta-2/
7. https://www.wikiwand.com/id/Ratana_Sutta
8. http://semuaberbahagia.blogspot.com/2019/06/ratana-sutta.html?m=1
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha

15

Anda mungkin juga menyukai