Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN DATA ANTROPOMETRI

DENGAN METODE SKALA RASIO

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki dimensi/ ukuran tubuh dan proporsi yang beragam.


Walaupun kenyataannya berbeda, dalam praktiknya, proporsi tubuh dapat
diasumsikan hampir sama untuk populasi ras dan etnis yang sama. Secara sepintas
kita melihat bahwa proporsi panjang kaki terhadap tinggi badan antara kita dan
rekan yang lain relatif sama, lebih lanjut, secara sepintas, kita pun dapat
mengestimasi panjang kaki seorang rekan jika diketahui tingginya, dengan
mengacu proporsi panjang kaki kita. Atas dasar hal tersebut, suatu model
antropometri dapat dibuat dengan mengacu pada proporsi rata-rata suatu
kelompok populasi. Metode ini disebut juga dengan pendekatan skala rasio.

Pada metode ini yang biasanya dijadikan acuan adalah tinggi tubuh chaffin et
al. (1999) menggambarkan suatu model antropometri populasi dengan skala rasio
mengacu pada tinggi tubuh (tinggi badan tegak, tbt, atau tinggi tubuh/d1) sebagai
berikut:

 tinggi mata berdiri (tmb/d2) =0,936*tbt

 tinggi bahu berdiri (tbb/d3) = 0,818*tbt

 tinggi siku berdiri (tsb/d4) = 0,630*tbt

 tinggi lutut berdiri (tlb) = 0,285*tbt

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk memahami bagaimana


menggunakan metode skala rasio dalam pengolahan data antropometri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata “antro”=manusia dan


“metri”=ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri
adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang
relevan dengan desain tentang sesuatu yang diapakai manusia (Sanders dan
McCormick). Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomi
dalam suatu proses rancang bangun fasilitas merupakan faktor yang penting dalam
menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.

2.2 Jenis-Jenis Antropometri

Antropometri dapat dibagi menjadi:

 Antripometri Statis Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan


karakteristik tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah
ditentukan atau standar. Contoh: Tinggi Badan, Lebar bahu.

 Antropometri Dinamis Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau


karakteristik tubuh dalam keadaan bergerak, atau memperhatikan
gerakangerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatan. Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.

2.3 Data yang Diukur pada Ergonomi

a. Antropometri Posisi Berdiri

 Tinggi badan

 Tinggi bahu

 Tinggi pinggul

 Tinggi siku

 Depa

 Panjang lengan
b. Antropometri Posisi Kepala

 Jarak antara vertek dengan dagu

 Jarak antara mata dengan dagu

 Jarak antara hidung dengan dagu

 Jarak antara mulut dengan dagu

 Jarak antara ujung hidung dengan lekukan lubang hidung

 Jarak antar ujung hidung dengan kepala belakang

 Jarak antarai dengan dengan belakang kepala

 Jarak antara vertek denga lekukan diantara kedua alis

 Jarak antara vertek dengan daun telinga atas

c. Antropometri Duduk

 Tinggi lutut

 Lipat lutut pinggung

 Tinggi duduk

 Lipat lutut telapak kaki

 Panjang legan bawah dengan lengan

d. Antropometri Tangan

 Panjang tangan

 Panjang telapak tangan

 Lebar tangan sampai ibu jari

 Lebar tangan sampai matakarpal

 Ketebalan tangan sampai matakarpal

 Lingkar tangan sampai telunjuk

 Lingkar tangan sampai ibu jari


e. Antropometri Kaki

 Panjang kaki

 Lebar kaki

 Jarak antara tumit dengan telapak kaki yang lebar

 Lebar tumit

 Lingkar telapak kaki

 Lingkar kaki membujur


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Hari, Tanggal : Rabu, 10 November 2021


Waktu : 13.00-14.40 WITA
Tempat : Praktikum dilakukan di kediaman masing-masing secara
mandiri dan daring

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Laptop

 Data antropometri

 Meteran panjang

3.3 Prosedur Praktikum

 Lakukan pengukuran terhadap anda dan rekan anda. Ukurlah tbt (d1), tmb
(d2), tbd (d3), tsb (d4), dan tlb (d37).

 Hitunglah d2, d3, d4, d37 dengan model chaffin et.al (1999).

 Bandingkan hasil pengukuran d2, d3, d4, d37 menggunakan meteran


panjang, dengan hasil perhitungan d2, d3, d4, d37 yang anda peroleh
dengan model chaffin et.al. (1999).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil pengukuran dengan menggunakan meteran panjang

NO NAMA D1 D2 D3 D4 D37
1 Akhyar Febrian Rahmatsyah 176 165 148 113 49
2 Wiwin Rastika Gunadi 168 160 148 106 53
3 Krisna Bernadeth Siahaan 152 142 129 100 45
4 Nurul Eka Pratiwi Sapitri 152 139 125 94 45
5 Aprinius Migael Pabita 177 168 151 110 50
6 Ezri Nainggolan 165 160 152 102 50
7 Yusri 164 152 135 104 48
8 Miftah Khair 167 157 140 110 48
9 Soni Arta Silitonga 166 162 153 103 51
10 M.Aqsal Pasya 160 146 139 93 45
11 Nunut EP. Sianturi 163 158 150 100 47

2. Hasil pengukuran dengan menggunakan model chaffin et.al. (1999)

NO NAMA D1 D2 D3 D4 D37
1 Akhyar Febrian Rahmatsyah 176 165 144 111 50
2 Wiwin Rastika Gunadi 168 157 137 106 48
3 Krisna Bernadeth Siahaan 152 142 124 96 43
4 Nurul Eka Pratiwi Sapitri 152 142 124 96 43
5 Aprinius Migael Pabita 177 166 145 112 50
6 Ezri Nainggolan 165 154 135 104 47
7 Yusri 164 154 134 103 47
8 Miftah Khair 167 156 137 105 48
9 Soni Arta Silitonga 166 155 136 105 47
10 M.Aqsal Pasya 160 150 131 101 46
11 Nunut EP. Sianturi 163 153 133 103 46

4.2 Pembahasan
Dari kegiatan pengukuran antropometri yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan meteran panjang dan dengan menggunakan metode Chaffin et al.
(1999) yang mengacu pada tinggi tubuh manusia didapatkan bahwa dari kedua
metode tersebut memiliki hasil pengukuran yang hampir sama, namun ada juga
hasil pengukuran yang berbeda, misalnya pada pengukuran antropometri Wiwin
Rastika Gunadi yang memiliki tinggi tubuh (D1) 168 cm, dimana ketika dilakukan
pengukuran dengan meteran panjang didapatkan hasil pengukuran tinggi lutut
berdiri (D37) 53 cm. Sedangkan pengukuran dengan menggunakan metode
Chaffin et al. (1999) didapatkan hasil 48 cm.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan


meteran panjang lebih akurat dibandingkan dengan metode Chaffin et al. (1999).
Hal tersebut dikarenakan setiap manusia memiliki panjang ruas tubuh yang
berbeda, ada yang memiliki tulang lutut berdiri yang panjang dan ada juga yang
pendek, begitu juga bagian tubuh lainnya. Jadi ketika kita ingin merancang
perangkat kerja, sebaiknya kita melakukan pengukuran secara manual yaitu
dengan menggunakan meteran panjang.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

 Pengukuran antropometri dengan menggunakan meteran panjang lebih


akurat dibandingkan dengan menggunakan metode Chaffin et al. (1999).

 Setiap manusia memiliki ukuran ruas tubuh yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Rr. Chusnu Syarifa D.K, M.Si, 2001.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/197912032015042001/pendidikan/
PERTEMUAN%202.%20ANTROPOMETRI.pdf

Anda mungkin juga menyukai