Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka (MENGGUNAKAN SPASI 2, MIN 10 HALAMAN)

1. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthropos yang berarti manusia
dan metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri
mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995).
Sedangkan Pulat (1992) mendefi nisikan antropometri sebagai studi dari
dimensi tubuh manusia. Lebih lanjut Tayyari and Smith (1997) menjelaskan
bahwa antropometri merupakan studi yang berkaitan erat dengan dimensi
dan karakteristik fi sik tertentu dari tubuh manusia seperti berat, volume,
pusat gravitasi, sifat-sifat inersia segmen tubuh, dan kekuatan kelompok
otot. Sanders and Mc.Cormick (1987) menyatakan bahwa antropometri
adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fi sik tubuh lainnya
yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Dengan
mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan peralatan
kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja
sehingga dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja.
1. Aplikasi data Antropometri.
Terdapat prosedur yang dapat diikuti dalam penerapaan data
antropometri pada proses perancangan, yaitu :
1. Tentukan populasi pengguna rancangan produk atau stasiun kerja.
Orang yang berbeda pada kelompok umur akan berbeda
karakteristik fi sik dan kebutuhannya. Begitu juga untuk kelompok
gender, ras, kelompok etnis, penduduk sipil atau militer.
2. Tentukan dimensi tubuh yang diperkirakan penting dalam
perancangan (Sebagai contoh tinggi mata duduk, tinggi jari kaki,
lebar pinggul, tinggi popliteal dan sebagainya). Misalnya untuk
perancangan pintu masuk harus dipertimbangkan tinggi badan dan
lebar bahu maksimal dari pengguna. Sedangkan rancangan tempat
duduk harus mengakomodasikan lebar pinggul pengguna.
3. Pilihlah persentase populasi untuk diakomodasikan dalam
perancangan. Hal yang tidak mungkin bahwa suatu rancangan dapat
mengakomodasi 100% populasi pengguna, karena variasi fi nansial
dan ekonomi serta keterbatasan dalam perancangan.
4. Untuk masing-masing dimensi tubuh tentukan nilai persentil yang
relevan dengan melihat tabel antropometri. Jika nilai persentil pada
tabel tidak tersedia maka gunakan nilai rerata (mean) dan simpang
baku (standard deviation) dimensi dari data antropometri.
5. Berikan kelonggaran pada data yang ada jika diperlukan. Pakaian
merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
membuat kelonggaran. Kelonggaran perlu juga dilakukan untuk
perlengkapan seperti sepatu, sarung tangan, masker dan penutup
kepala.
6. Gunakan mock-ups atau simulators untuk melakukan uji rancangan.
Para perancang perlu untuk mengevaluasi apakah rancangan sesuai
dengan kebutuhan atau tidak. Untuk itu dapat menggunakan mock-
ups atau simulators dalam menguji rancangan dengan mengambil
sampel pengguna untuk melakukan simulasi.
2. Langkah-Langkah Pengujian Hipotesis (DIGANTI DAN DISESUAIKAN
DENGAN MATERINYA)
Dalam analisis statistik, distribusi normal paling banyak digunakan.
Distribusi normal disebut Gauss atau disebut juga sebagai kurva lonceng,
karena bentuk grafi k di lihat dari fungsi kepekatan probabilitas seperti
bentuk lonceng. Dalam banyak pengujian hipotesis sering kali
mengasumsikan data berdistribusi normal. Begitu juga dalam analisis
statistik penggunaan data antropometri mengasumsikan bahwa bahwa data
berdistribusi normal adalah sebagai berikut:
1. Dua parameter kunci distribusi normal adalah nilai rerata dan simpang
baku. Dimana nilai rerata dihitung dari jumlah ukuran dimensi tubuh
dibagi dengan jumlah responden. Rumus nilai rerata adalah

X=
∑ xi
N
Dimana:
Xi = Dimensi tubuh yang diukur
N = Jumlah responden Sedangkan simpang baku adalah akar kuadrat
variansi yang merupakan bilangan tak-negatif.
Simpang baku merupakan variasi sebaran data. Jika nilai simpang baku
kecil maka dinyatakan bahwa variasi data mendekati sama. Begitu juga
sebaliknya jika simpang baku besar maka data semakin bervariasi. Data
yang sama atau tidak bervariasi mempunyai simpang baku sama dengan
nol (0). Simpang baku diformulasikan sebagai berikut:

SB=
√ ∑ ( xi−x ) 2
N −1
Dimana: SB = Simpang baku (Standar deviasi)
Xi = Dimensi tubuh yang diukur
N = Jumlah responden.
Tingkat Ketelitian = 5% = 0.05
Tingkat Keyakinan = 95% = 0.95
1-0.95 = 0.05 dan α = 0.05/2 = 0.02
5
Zhitung = 0.95 + 0.025= 0.98 Ztabe
l
2. Perancangan dalam ergonomi sering digunakan nilai Persentil dari
sejumlah pengukuran data antropometri. Perhitungan persentil dapat
dilakukan dengan cara sederhana dan dapat dilakukan dengan statistic.
Tabel 2.1
No Kela fi Frek.
s Kumulatif
1 45 - 47 4 4
2 48 - 50 3 7
3 51 - 53 10 17
4 54 - 56 5 22
5 57 - 59 4 26
6 60 - 62 4 30
7 63 - 65 10 40
40
Sumber: Pengolahan Data

B. Kerangka Berpikir (SEMUANYA DIBUAT NARASI KECUALI

PENGOLAHAN DATA)
Identifikasi Masalah (DISESUAIKAN
KEMBALI DENGAN BAB I)
1. Belum diketahuinya hasil perhitungan
data antropometri pria.
2. Belum diketahuinya hasil perhitungan
data antropometri wanita
3. Belum diketahuinya hasil perhitungan
data antropometri dengan distribusi
frekuensi. Data (SEBUTKAN JUMLAH
DATA & DIMENSINYA)
Data Antropometri Pria dan data
C. Penelitian yang relavan (SPASI 2, UNTUK JURNAL KEDUA DIPISAH
HALAMANNYA)
1. Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi (PSKE)
Universitas Sebelas Maret Surakarta merupakan laboratorium yang
mempunyai dua kursi antropometri untuk kegiatan praktikum dan penelitian
yaitu kursi antropometri kayu dan kursi antropometri besi. Setiap semester
gasal dilaksanakan praktikum yang melakukan pengukuran dimensi tubuh
menggunakan kursi antropometri. Dalam proses pengukuran kedua kursi
antropometri mempunyai cara yang berbeda sehingga waktu yang dihasilkan
juga berbeda. Untuk mengetahui prosentase perbandingan waktu pengukuran
maka dihitung waktu baku yang menggunakan metode perhitungan jam
henti.Dari hasil perhitungan waktu baku maka diketahui bahwa kursi
antropometri besi memerlukan waktu pengukuran 60% lebih lama
dibandingkan dengan kursi antropometri kayu. Hal ini karena ada proses
mengangkat kursi antropometri besi waktu lebih lama karena berat dan harus
memutar sekrup untuk mengencangkan agar tidak mencederai mahasiswa
yang sedang diukur.
2. Pemanenan manggis saat ini dilakukan secara manual dengan cara
memanjat pohon atau menggunakan alat panen sederhana yang terbuat dari
bambu. Guna meningkatkan produktivitas, perlu didesain alat panen manggis
dengan mengacu pada antropometri pemanen. Data antropometri
dikumpulkan dari 30 (tiga puluh) pemanen manggis yang meliputi tinggi
badan, tinggi bahu, tinggi lutut, panjang lengan, jangkauan tangan keatas
menggenggam, jangkauan tangan kedepan menggenggam, panjang telapak
tangan, diameter ibu jari ke jari telunjuk, dan diameter ibu jari ke jari tengah.
Pembuatan alat mengacu pada data persentil ke-5 untuk mendapatkan dimensi
alat yang maksimal untuk petani yang memiliki tubuh pendek dan nyaman
untuk yang memiliki tubuh tinggi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
tinggi badan pemanen adalah 150 cm, tinggi bahu 125 cm, tinggi lutut 37,92
cm, panjang lengan 47,62 cm, jangkauan tangan keatas menggenggam 177,54
cm, jangkauan tangan kedepan terbuka 65,67 cm, jangkauan tangan kedepan
menggenggam 59,45 cm, diameter genggaman ibu jari ke jari telunjuk 37,70
mm, dan diameter genggaman ibu jari ke jari tengah adalah 44,17 mm.
Berdasarkan data antropometri tersebut didapatkan desain alat panen
menggunakan sistem teleskopik dengan panjang 3 m yang dapat dipendekkan
menjadi 1,5 m, diameter galah 3,2 cm, dan bentuk penampung buah manggis
menyerupai huruf “V” dengan konstruksi terbuat dari plat aluminium.

Anda mungkin juga menyukai