Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan

Dosen pengampu: Umar Faizi M.pdi

Disusun oleh ;

Walid Syahrul Agung

Siti Maimuna Rahman

Nabila Putri Aprillia

Siti Masulatun Nida'

Hisnil Mubarok

Hoksi Ardila

Tasya Putri

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN PARE

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,taufiq,serta inayahnya kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW,yang telah memberi risalah yang penuh ilmu dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya dan
semoga kita selaku umatnya mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak,tak lupa
terimakasih juga kami sampaikan kepada Bpk Umar Faizi M.pdi selaku dosen
mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan.

Alhamdulillah suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi kami dapat


menyelesaikan makalah ini,disusun dan dibuat berdasarkan sumber referensi dan
buku-buku,jurnal atau website serta artikel untuk memperlancar menyelesaikan
makalah ini.Namun terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan oleh karna itu dengan lapang dada memberi
kesempatan kepada ibu dosen ataupun kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran untuk makalah ini.

Sebagai penutup kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya dan menambah keberkahan bagi kita semua,besar harapan kami agar
para pembaca memberikan kritik dan saran agar kami dapat memberikan yang
lebih baik lagi untuk makalah kami selanjutnya.

Kediri, 22 Desember
2021
DAFTAR ISI

Kata pengantar ......................................................................... I


Daftar isi .................................................................................. II

BAB l. ...................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................... 2

BAB ll. ..................................................................................... 3

PEMBAHASAN ...................................................................... 3

A. Pengertian pendidikan karakter bangsa ................... 3


B. Sumber-sumber pendidikan karakter bangsa ............ 4
C. Tantangan pendidikan karakter bangsa .................... 10

BAB lll. .................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................. 12
B. Daftar pustaka ......................................................... 13
BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang
berkualitas. Untuk memenuhi hal tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Akan tetapi, dampak globalisasi yang terjadi saat ini
membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter merupakan suatu pondasi bangsa dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
anak-anak. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all
dimensions of school life to foster optimal character development yaitu usaha kita
secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, sopan santun dan
berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan (hard skill) saja, tetapi
lebih oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-
orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sumber pendidikan karakter agar
sesuai untuk diterapkan didalam kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud pendidikan karakter hangsa?

2. Apa saja sumber-sumber pendidikan karakter bangsa?

3. Apa saja tantangan pendidikan karakter bangsa?

C TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pendidikan karakter bangsa
2. Untuk mengetahuu apa saja sumber sumber pendidikan karakter bangsa.
3. Untuk mengetahui tantangan pendidikan karakter bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan
karakter. Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu banyak versi yang
menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman
Siswa yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh
dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
Sedangkan istilah karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
“Charassein” yang mempunyai arti “mengukir”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia karakter merupakan tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Definisi lainnya dikemukakan
oleh Simon Philips dalam bukunya Refleksi Karakter Bangsa (2008:235),
karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Imam Ghozali
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia
dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak dipikirkan lagi. Sementara itu, Koesoema A (2007:80)
menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Dari berbagai pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, jadi
orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki kualitas moral positif. Maka
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai  perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan,  perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive),  perasaan (feeling), dan tindakan (action).

B. SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Berikut adalah sumber-sumber pendidikan karakter yang ditetapkan oleh


kementrian pendidikan nasional (kemendiknas, 2010:7-9):

- Agama

- Pancasila

- Budaya

- Media

- Pendidikan

1. Agama
Dalam kehidupan, sudah tentu kita mempunyai agama yang sesuai dengan
keyakinan kita masing-masing. Agama merupakan kunci utama dalam
pembentukan karakter manusia, karna agama merupakan tuntunan untuk
kehidupan kita agar kita dapat bersikap, berucap, dan memiliki karakter yang
sesuai dengan norma dan etika, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat
atau sosial, serta bangsa harus selalu didasari pada ajaran-ajaran agama. Dalam
devinisi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak
atau perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad Saw, yaitu sidik,
amanah, tablig, fatonah. Selain itu Nabi Muhammad Saw juga terkenal dengan
karakter kesabaranya, ketangguhanya, dan berbagai karakter lain. Dengan
demikian karakter beliau patut kita contoh dan kita implementasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka
nilai-nilai pendidikan karakter harus di dasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang
berasal dari agama. Terdapat beberapa fungsi agama, antara lain:

• Edukatif (Pendidikan), berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang agar pribadi


penganutnya menjadi baik dan benar.

• Penyelamat, berfungsi memberikan keselamatan meliputi kehidupan dunia dan


akhirat karena manusia selalu menginginkan dirinya selamat.

• Perdamaian, berfungsi melalui tuntunan agama seorang yang bersalah atau


berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama,
semesta dan Allah melalui proses taubat.

• Kontrol sosial, agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah


sosial, misalnya kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, dll.

• Pemupukan rasa solidaritas, persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak


menjadi pilar “Civil Society” (kehidupan masyarakat) yang memukau.

• Pembaharuan agama menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

• Kreatif, sebagai fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja


produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

• Sublimatif, bersifat perubahan emosi. Usaha manusia selama tidak bertentangan


dengan norma-norma agama, bisa dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk
Allah, itu adalah ibadah.

2. Pancasila

Untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral dan berkualitas tentunya


memerlukan beberapa proses dalam penciptaannya. Salah satunya dengan
membekali mereka dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila
sebab Pancasila merupakan Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa dalam
menjalankan kehidupannya. Mereka harus memahami, memaknai dan
mengamalkan keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila karena nilai-
nilai itu dapat menjadi fondasi dan benteng bagi mereka dari berbagai pengaruh
yang dapat merusak moral mereka. Dengan penerapan nilai-nilai pancasila dalam
pendidikan karakter maka sikap dan perilaku yang menyimpang akan menjadi
lebih baik. Dan bentuk penyimpangan-penyimpangan tidak akan terjadi pada
individu yang memiliki karakter dan jiwa yang nasionalis dan patriotis.Berikut
pentingnya penerapan nilai pancasila pada kehidupan: Menumbuhkan rasa cinta
kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Menumbuhkan rasa cinta kepada
anggota keluarga. Menumbuhkan rasa cinta dan hormat kepada orang tua dan
orang yang lebih tua.. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menumbuhkan rasa dan sikap toleransi. Menumbuhkan rasa dan sikap gotong
royong dan bekerja sama. Menumbuhkan sikap tenggang rasa. Menumbuhkan
rasa cinta kepada setiap manusia dan tidak membeda-bedakan. Menumbuhkan
rasa cinta bermusyawarah untuk mufakat. Menumbuhkan rasa cinta dan suka
membantu orang lain yang susah..Meningkatkan rasa persaudaraan. Berorientasi
ke masa depan dan menghargai perubahan dan kemajuan (the change and
progres). Demokratis dan mewujudkan “civil society”. Mampu menjauhkan
segala bentuk tindakan kekerasan dan pemaksaan. Memiliki kemandirian,
kedaulatan, dan independensi. Menghargai kualitas, dan menjauhkan tindakan
rasial dan diskriminasi. Menghargai karya, kreativitas dan produktivitas. Memiliki
daya disiplin dan kepatuhan tinggi kepada aturan dan hukum formal. Memiliki
paham nasionalisme dan patriotisme yang kokoh. Memiliki moralitas
kemasyarakatan dan kebudayaan.

3. Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya merupakan suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Terdapat
unsur-unsur kebudayaan, yaitu:

a. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian
yang kompleks.

b. Sistem peralatan dan teknologi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan
manusia dengan makhluk hidup yang lain.

c. Sistem organisasi masyarakat

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan


sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan
kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi
dan bersatu.

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan mudah
membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

e. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi


Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan
manusia dengam makhluk hidup yang lain.

f. Sistem pengetahuan

Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang
berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula,
sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.

g. Sistem kepercayaan

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.

Sehingga suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat
yang tidak didasari oleh nilai-nilai. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat tersebut. Budaya yang demikian sangat penting dalam kehidupan
masyarakat yang mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.

4. Media massa

Media massa berfungsi sebagai penyalur upaya pembangunan karakter yang


Perlu pula ditambahkan sebagai suatu kekuatan pembentuk perilaku umum
(common opinion) sekaligus saluran informasi yang dalam banyak hal dapat
memperluas pendidikan karakter. Tetapi di sisi lain juga dapat menjadi saluran
penetrasi budaya asing.

Media masa, baik media cetak maupun elektronik, harus sadar bahwa yang di
tampilkan selalu menjadi perhatian publik. Oleh karena itu, berita yang di
tampilkan harus melalui seleksi yang ketat ditinjau dari efek negatif bagi publik.
Tayangan televisi dalam bentuk sinetron, hiburan, dan acara lain yang tidak
mendidik publik harus dihindari, sehingga tidak berdampak negative bagi
pemirsanya terutama kalangan anak anak. Adapun fungsi media masa:
1. Pengawasan (surveillance).
2. Penafsiran (interpretation).
3. Keterkaitan (linkage).
4. Penyebaran nilai (transmission of values).
5. Hiburan (entertainment).

5. Pendidikan

Pendidikan merupakan medium trasformasi nilai budaya, penguatan ikatan sosial


antar masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan
peradaban umat manusia. Ranah pendidikan juga merupakan sumber pendidikan
karakter yang penting bagi kehidupan manusia. Adapun sumber tersebut dapat
kita peroleh melalui pendidikan formal. Salah satu contoh pendidikan formal
adalah melalui “Sekolah”. Sekolah merupakan sarana bagi terbentuknya karakter
seseorang. Sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting yang menjadi tiang
penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan
masyarakat, untuk mewujudkan cita cita kolektif. Sekolah adalah miniature
masyarakat karena didalamnya ada stuktur, status, fungsi, peran, norma, dan nilai.
Sekolah menjadi sarana bagi setiap anak didik untuk belajar memainkan peran dan
menjalankan fungsi menurut posisi dan status dalam stuktur sekolah itu. Dalam
menjalankan peran dan fungsi, setiap anak didik juga diajarkan mengenai makna
tanggung jawab sosial. Untuk kepentingan pendidikan karakter dalam seting
sekolah, sekolah perlu mengembangkan sejumlah nilai yang di anggap penting
untuk di miliki setiap lulusanya. Dalam perspiktif Lickona (1991:43), nilai yang
di anggap penting untuk dikembangkan menjadi karakter ada dua, yaitu respect
(hormat) dan responsibility (tanggung jawab). Lickona menganggap kedua nilai
tersebut panting untuk pembangunan kesehatan pribadi seseorang, menjaga
hubungan interpersonal, sebuah masyarakat yang manusiawi serta demokratis dan
dunia yang lebih adil dan damai. Pranata pendidikan, sebetulnya tidak hanya
berada di sekolah, tetapi juga di lingkungan atau masyarakat. Lingkungan dapat
memberikan pengaruh yang mendidik atau bahkan tidak mendidik. Masyarakat
yang “sehat” turut membantu pranata pendidikan karakter dalam mendidik anak-
anak dan generasi muda.

C. TANTANGAN PEMBENTUKAN KARAKTER BUDAYA BANGSA

Sejak awal munculnya pendidikan, pendidikan dan pembentukan karakter


merupakan suatu hal yang saling berhubungan. Pembentukan karakter merupakan
tujuan umum pembelajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah. Pendidikan
karakter akan membentuk individu menjadi seseorang yang bermoral yang dapat
menjaga kebebasan sesuai dengan batasnya dan melaksanakan tanggung jawab
dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Selain itu,
dalam mengimplementasikan pendidikan karakter terdapat 4 pilar pendidikan
yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter. 4 pilar tersebut adalah:

1. Learning to know

2. Learning to do

3. Learning to be

4. Learning to live together

Dengan demikian, pembentukan karakter akan mengarahkan diri pada individu


yang bermoral, cakap dalam mengambil keputusan, selalu mempunyai perilaku
yang baik, serta mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembentukan karakter melalui jalur pendidikan di sekolah akan menghadapi


tentangan yang tidak ringan. Tantangan yang bersifat internal:

- Orientasi pendidikan yang masih mengutamakan keberhasilan pada aspek


kognitif

- Praktik pendidikan yang masih banyak mengacu filsafat rasionalisme yang


memberikan peranan yang sangat penting kepada kemampuan akal budi (otak)
manusia
- Kemampuan dan karakter guru yang belum mendukung

- Budaya dan kultur sekolah yang kurang mendukung

- Personal pendidikan maupun perangkat lunak pendidikan (mind set, kebijakan


pendidikan dan kurikulum).

- Nilai nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam


indikator yang baik. Indikator yang tidak baik tersebut menyebabkan kesulitan
dalam mencapai nilai karakter yang baik sesuai yang diharapkan.

- Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan misinya.
Umumnya sekolah menghadapi kesulitan dalam memilih nilai-nilai karakter yang
cocok dan sesuai dengan visi sekolahnya. Hal ini berdampak pada gerakan
membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak
jelas juga penilaian dan monitoringnya.

- Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum


menyeluruh. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada
semua guru dengan baik sehingga mereka belum dapat memahaminya.

- Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu. Dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter
yang harus dikembangkan oleh guru pengampu. Nilai-nilai karakter mata
pelajaran belum dapat dipelajari dengan baik untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran.

- Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintregasikan nilai-


nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah berjalan,
tetapi pelatihan masih sangat terbatas yang diikuti guru sehingga berdampak
kurang maksimalnya penanaman nilai-nilai karakter pada mata pelajaran.

- Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.
Peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara
khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai umum di
sekolah belum dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan tantangan yang
bersifat eksternal:

-Pengaruh globalisasi

-Perkembangan sosial masyarakat

-Perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma
suatu bangsa menjadi lebih terbuka

- perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah


tatanan sosial masyarakat.

Globalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi


menyebabkan informasi mudah untuk didapatkan. Tetapi informasi yang
diperoleh tidak semua positif melainkan cenderung informasi yang negatif.
Kemudian dalam film-film Indonesia yang masih memperlihatkan kekerasan,
Ketidak sopanan terhadap orangtua, artis-artis yang memakai baju yang tidak
layak pakai dapat dengan mudah diakses di televisi dan internet. Padahal kedua
media ini sering dimanfaatkan anak-anak dan remaja dalam mencari dan
mendapatkan informasi. Hasilnya, dalam kehidupan nyata sekarang ini banyak
tingkah laku anak-anak dibawah umur yang tidak pantas seperti memakai pakaian
yang mini-mini layaknya artis, pacaran usia dini, bahkan yang lebih parahnya
anak-anak sekarang ini berani membentak orang tuanya.

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan karakter sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam proses


pembentukan karakter untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Pendidikan
karakter juga sangat dibutuhkan bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan bangsa
ini menjadi lebih baik. Individu-individu yang berkarakter akan membawa bangsa
Indonesia lebih maju dan dianggap oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, dengan
pendidikan karakter usia dini maka dapat mengurangi kejahatan akibat pengaruh
budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Dari kelima sumber-sumber yang sudah dijelaskan diatas maka pelaksanaan


pendidikan karakter dapat diselenggarakan oleh masyarakat, melalui lembaga
agama dan pranata sosial-kebudayaan, serta diselenggarakan oleh pemerintah
melalui jalur pendidikan formal. Baik yang diselenggarakan oleh masyarakat
maupun pemerintah. keduanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Sumber-sumber pendidikan karakter itu menunjukkan bahwa setiap elemen
berperan sesuai fungsi sosial masing-masing. Yang dibentuk dalam tiap elemen
itu adalah manusia atau warga bangsa, sehingga ia dibentuk melalui nilai-nilai
partikular baik dalam agama maupun kebudayaan, perlu ada nilai bersama
(common value/common platform) sebagai acuan utama pengembangan
pendidikan karakter.

Pendidikan karakter melalui pendidikan di sekolah akan mengalami banyak


tantangan, tantangan internal maupun tantangan eksternal. Selain itu, gelombang
globalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
telah mengubah tata pergaulan kehidupan sosial masyarakat. Perubahan itu tidak
dapat dikendalikan dan dibatasi karena berkembangnya teknologi informasi yang
sangat cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Yohana.R.U.Sianturi & Dinie Anggraeni Dewi, Jurnal kwarganegaraan , 1 juni


2021,hal 230

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/sumber-sumber-pendidikan-
karakter-3/

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/sumber-sumber-pendidikan-
karakter-2

Muslih, Mansur. Pendidikan Karakter. Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional.  (Jakarta: Bumi Aksara). 20011

Anda mungkin juga menyukai