DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
SITTI HALFAINAH
SITTI ZAMZAM
SURIANTI
PROGRAM PASCASARJANA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan Judul Rekayasa Genetika dalam Presfektif Filsafat Ilmu. Dan kami
juga berterimah kasih kepada bapak Dr. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A. Md.
MT.,IPM. selaku Dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini
kepada kelompok kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai rekayasa genetika dalam pespektif ilmu filsafat. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan dating,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Semoga Makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya tugas yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan di hati bapak/ibu dosen dan teman-teman sekalian kami
mohon maaf.
Palopo, 31 Januari 2022
Tim Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein
berarti teman atau cinta, dan shopia shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.atau
berarti. Filsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap suatu pemikiran,
kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian ulang
dan analisis konsep dasar untuk menciptakan kebenaran, pertimbangan dan kebijaksanaan
yang lebih baik.
Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala ilmu
pengetahuan. Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan
secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam masalah-
masalah filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk mencapai pengetahuan
yang ilmiah, yang oleh beberapa pakar disebut ilmu tentang ilmu, tidak sekedar melihat
ilmu pegetahuan dari sisi ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya. Melainkan
bagaimana ilmu tersebut dapat memberikan makna atau heuristic serta menyangkut unsure
etik dalam mengawal perkembangan ilmu tersebut agar berada di jalur yang seharusnya,
yakni ilmu yang mencerahkan, ilmu itu adalahcahaya.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun
historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau Sains merupakan
komponen terbesar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan secara
sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk mencapai pengetahuan yang
ilmiah.Intinya, filsafat ilmu adalah filsafat dengan pokok bahasan ilmu sebagai inti dari apa
yang dipertanyakan mengenai kebenaran. Pembahasan filsafat sangatlah luas, tujuannya
ialah mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran
berpikir(logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian
(metafisika). Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara
benar dan salah, baik dan buruk. Namun penilaian ini hanya bisa dilakukan oleh orang lain
1
yang melihat kita. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan
tuntas, dan pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah
pengetahuan yang disebut filsafat.
Manusia memiliki peran dan fungsi yang penting dalam menjaga keseimbangan alam.
Bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama mahluk hidup ataupun memperlakukan
benda – benda lain di alam ini. Manusia dapat memperlakukan alam sekitarnya sebagai
harta yang dapat diambil dengan sebebas-bebasnya, ataupun bersinergi dengan alam.
Manusia dapat bersinergi dengan alam sekitarnya yaitu dengan mengambil hasil alam
seperlunya dan tetap menjaga kelangsungan hidup alam sekitarnya.
Manusia, hewan dan tumbuhan merupakan mahluk hidup yang memiliki keterkaitan
satu sama lain. Fenomena – fenomena alam yang terjadi belakangan seperti perubahan
cuaca yang tidak biasa, tanah longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan mahluk hidup yang berada didalamnya. Mahluk hidup
tersebut dapat menjadi sebab ataupun terkena dampak dari fenomena alam tersebut. Pada
kenyataannya, sebagian manusia sekarang kurang peduli terhadap kelestarian alam. Dalam
beberapa tahun terakhir, akibat perkembangan zaman dan semakin banyaknya Negara
berkembang dengan teknologinyaternyata hanya menambah permasalahan ini. Perilaku
manusia yang mengambil hasil alam semaunya tanpa memperhitungkan ketersediaan dan
keberlangsungannya hanya akan menimbulkan kekurangan sumber alam dan lebih jauh lagi
akan menimbulkan kepunahan. Salah satu fenomena alam yang ditimbulkan adalah
peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai, serta menyebabkan kematian
pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung, patung-patung dan peninggalan
sejarah.
Manusia telah memikirkan asal-usulnya selama ribuan tahun, melalui proses berfikir
yang rumit dan terus-menerus. Kecenderungan manusia untuk terus memikirkan sesuatu
menghasilkan muaranya yang dikenal sebagai filsafat, Filsafat bukan ilmu pasti seperti ilmu
alam, namun juga bukan pula kepercayaan yang tidak berdasar, filsafat dapat disebut sebagai
“seni perkiraan rasional” (Russel; 2002:1) Will Durant menyatakan bahwa filsafat dapat
diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan
infanteri, filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan, sedangkan
ilmu bertugas untuk merumuskan dan menyempurnakan hasil filsafat untuk menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan.
2
Kemudian Para Ahli berusaha melawan gen-gen perusak dalam inti sel dengan
berbagai cara rekayasa genetika. Upaya yang dirintis tersebut dikenal dengan istilah terapi
genetik. Terapi genetik adalah perbaikan kelainan genetik engan cara memperbaiki gen.
maka hal inilah yang melatar belakangi diciptakannya rekayasa genetik dengan berbaigai
tujuan untuk melewati proses-proses tertentu. Rekayasa genetika adalah kegiatan untuk
memanipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan
melalui penyisipan gen. Genetika juga tidak membatasi objek penelaahan sebagai target
pengambangan ilmu, manusia dijadikan sebagai objek penelitian, yang belum pernah
dilakukan sebelumnya Dalam hal ini lengkaplah sudah bahwa anggapan tersebut seolah
mendekati kebenaran; “Biologi (Genetika) adalah cabang ilmu yang memonopoli kekuasaan
Tuhan sebagai pencipta (Al-Khaliq) terhadap ciptaan (Makhluq)- Nya”.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rekayasa genetika ditinjau dari aspek ontologi?
2. Bagaimana rekayasa genetika ditinjau dari aspek epistemologi?
3. Bagaimana rekayasa genetika ditinjau dari aspek aksiologi?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui rekayasa genetika jika ditinjau dari aspek ontologi.
2. Untuk mengetahui rekayasa genetika jika ditinjau dari aspek epistemologi.
3. Untuk mengetahui rekayasa genetika jika ditinjau dari aspek aksiologi
3
BAB ll
PEMBAHASAN
4
Rekayasa genetika dilakukan dengan dua jenis tujuan yaitu membudidayakan gen
yang mengandung sifat-sifat yang menguntungkan serta membuang gen yang
membawa sifat yang merugikan. Kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk
baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA
rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-
sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya
mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan. Sangat mungkin
terjadi bahwa manusia mampu membentuk struktur manusia lain yang memiliki
kekebalan tubuh yang berbeda, kemampuan bertahan terhadap penyakit yang lebih
tinggi, dengan bentuk baru yang tidak dapat kita bayangkan sebelumnya, bahkan
dengan cara mengambil rantai DNA dan mengembang biakkannya dalam media
khusus dapat dilahirkan manusia-manusia baru dengan bentuk yang sama persis
dengan sel induknya, tanpa memerlukan perkawinan (cloning).
Perkembangan yang sangat pesat ini menimbulkan berbagai kegundahan bagi
setiap ilmuwan yang menggelutinya, dituntut tanggung jawab sosial dan moral dari
setiap ilmuwan dalam mengembangkan teori yang dimilikinya. Teknologi rekayasa
genetika tidak menjadi masalah jika hal tersebut jelas-jelas memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia dan dalam bentuk yang tidak “mengubah stabilitas ciptaan
Tuhan” akan tetapi hal tersebut akan menjadi masalah apabila teknologi tersebut
dimiliki oleh ilmuwan yang memiliki tangging jawab moral dan sosial yang rendah
3. Struktur Keilmuwan
Penggunaan teknologi rekayasa genetika saat ini sudah mencapai tingkat
rekayasa molekuler. Beberapa contoh berikut ini menunjukkan bahwa perkembangan
rekayasa genetika memiliki kemajuan dari waktu ke waktu:
a. Inseminasi Buatan
Persilangan tradisional pada hewan mensyaratkan tersedianya pasangan dan
betina yang akan menurunkan sifat genetisnya, tatkala jarak dan waktu memisahkan
keduanya, dapat diatasi dengan cara inseminasi buatan. Sel sperma sapi jantan unggul
5
dimodifikasi dan dibekukan supaya tahan sampai ke tempat tujuan untuk kemudai
disuntikkan kepada sel telur individu local, hasilnya beruap keturunan sapi unggul.
b. Bayi Tabung
Teknologi bayi tabung pertama kali diperkenalkan sebagai alat bantu kopulasi
diluar tubuh, manusia yang tidak bisa melakukan pembuahan karena sesuatu dan lain
hal namun memiliki sel kelamin yang baik, sel telur dan sel sperma diambil untuk
kemudian dipertemukan dalam tabung percobaan sehingga terbentuk zigot yang
kemudian di tanam kembali kedalam rahim ibunya.
c. Penemuan Vaksin dan Obat-Obatan
Proses pembuatan vaksin pada manusia pada prinsipnya sama dengan
pembuatan vaksin pada hewan . DNA inang dipotong kemudian dimasukkan DNA
tertentu yang dimiliki bakteri penyebab penyakit sehingga menyebabkan inang
membentuk kekebalan terhadap penyakit.
d. Kloning
Merupakan usaha untuk menghasilkan individu baru dengan sifat secara
genetik sama dengan kedua induknya tanpa melalui perkawinan secara alamiah.
e. Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu
atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene, diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgene diambil dari
organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal pada proses pembuatan jagung
Bt tahan hama.
6
B. Rekayasa Genetika Ditinjau dari aspek Epistemologi
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya
pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja? (Idris, Epistemologi / Filsafat pengetahuan. 2010). Dalam
(science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan batas-
batas ilmu pengetahuan. Mengapa sesuatu disebut ilmu?Apa saja lintas batas ilmu
pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang
mempunyai suatu cara atau metode tersendiri untuk memperoleh teknik bagaimana
7
rekayasa genetika itu diperoleh sehingga mempunyai dampak bagi penemunya.
Berikut diuraikan secara umum bagaimana metode untuk mendapatkan suatu ilmu
pengetahuan.
a. Empirisme
penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide
kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu.Jika kebenaran mengandung makna
mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan
alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan
disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah
8
melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya,
langsung dan seketika. paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di
samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang
serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan,
bertolak paling kurang dua kutub.
f. Metode ilmiah
hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam
satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset. Metode Riset menghasilkan model-
memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan alam) tadi.
9
Hasil-hasil penelitian itulah yang sekarang serupa tumpukan pengetahuan sains
10
Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Apabila suatu individu memiliki
pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipe homozigot, apabila
pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaan
heterozigot. Genotipe terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan
suatu genotipe disebut fenotipe.
a. Substansi hereditas
penurunan sifat dalam diri makhluk hidup, gen seseorang tersimpan dalam setiap
segmen atau lokus kromosom, gen tersusun dari polimer nukleotida yang terdiri dari
DNA dan RNA. Morgan menyatakan bahwa setiap gen menempati lokus yang khas
dan kompak serta mengandung informasi genetik yang mengatur sifat tertentu (lihat
gb.1). Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa terdapat dua jenis
kromosom dalam makhluk hidup yang disebut autosom (kromosom tubuh) dan
yang berbeda, jumlah kromosom manusia diketahui sebanyak 46 (22 ps autosom dan
1 ps gonosom) semakin banyak jumlah gen dalam kromosom, semakin banyak variasi
sifat yang dihasilkannya. Hal ini pula yang menjawab mengapa manusia dilahirkan
11
Gbr 1. DNA dalam kromosom
nitrogen dalam DNA terdiri atas purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan
urasil) menyusun struktur tangga tali terpilin double helix, pasangan basa nitrogen
selalu tetap, yaitu Adenin dengan Timin dan Guanin dengan Sitosin. DNA mampu
melakukan replikasi sehingga memunculkan lokus gen yang lebih banyak yang
selanjutnya akan menghasilkan pembelahan sel yang baru. RNA (Ribonucleic Acid)
merupakan rangkaian tunggal nukleotida dengan padangan Purin (Adenin dan
Guanin) serta Pirimidin (Sitosin dan Urasil). RNA merupakan alat bantu dan
substansi genetik pembawa sifat dari DNA yang sedang melakukan replikasi (RNAd,
1) Hukum mendel
12
dan seterusnya, galur intermediate, polimeri, epistasis dan hipostasis, kriptomeri, dan
komplementer.
2. Mutasi
pada DNA, perubahan tersebut dapat bersifat menurun dan mengakibatkan mutasi
gen maupun mutasi kromosom, yang pada gilirannya mengubah struktur atau sifat
yang nampak pada organisme.Mutasi gen dapat terjadi secara alami atau buatan,
mutasi alami terjadi dengan penyebab yang belum pasti dapat diketahui, contoh
terjadinya perubahan macam-macam warna mata pada lalat buah. Mutasi Gen buatan
dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan
mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsur radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi
ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun Biologis) sehingga menghasilkan sesuatu
yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah yang kemudian dilakukan secara terarah
dalam upaya manusia sehingga diperoleh teknologi rekayasa genetika.
(segregasi) pada pasangan gen, lalu kemudian mendapatkan pasangan gen baru dari
tetua nya. Sebagaiman ditegaskan dalam Al-Qur’an: Dan segala sesuatu Kami
sifat resesif yang direkayasa secara genetis untuk dihilangkan kemudian dipasangkan
dengan sifat dominan lainnya. Namun pada akhirnya makhluk hidup hasil rekayasa
13
genetika, sesuai dengan penegasan Al-Qur’an: Petunjuk bagi manusia, keterangan
mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan yang batil (QS. Al Baqarah:
185). Bahwa dalam rekayasa genetika, manusia dalam hal ini para ilmuwan diberikan
keleluasaan mengembangkan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain Islam
mempersempit daerah haram dan memperluas daerah halal, akan tetapi dalam
mengambil suatu keputusan harus yakin bahwa itu masih dalam daerah yang
diijinkan menurut Syarat. Di samping itu, Islam memberikan perkenaan untuk
memakan yang haram dalam keadaan terpaksa atau darurat, walaupun demikian
dalam syariat Islam jika terjadi keadaan darurat, ada hukumnya sendiri.“Barang siapa
terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melampaui batas, maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Pengasih”. (QS. Al Anam:146)
14
negatif dari teknik rekayasa genetika sehingga menimbulkan kontroversi di
masyarakat.
15
berkualitas dalam jumlah banyak serta dapat mengatur jarak kelahiran antar
ternak dengan baik.
b. Rekayasa genetika membantu mempermudah kesulitan manusia mendapatkan
keturunan yaitu dengan bayi tabung.
c. Rekayasa genetika dapat digunakan untuk menghasilkan vaksin dan obat-
obatan untuk mengatasi berbagai penyakit pada manusia dengan aman dan
harga murah. Contoh pembuatan insulin untuk para penderita diabetes.
d. Rekayasa genetika dengan teknik kloning merupakan alternatif untuk
melestarikan hewan langka sehingga keberadaan hewan langka dapat terus
dipertahankan, membantu meningkatkan ketersediaan bahan pangan yang
lebih banyak dengan melakukan klonning pada hewan ternak,
berperan dalam menghasilkan sel, jaringan, atau organ yang sesuai untuk
pengobatan akibat kelainan atau gangguan suatu fungsi organ,
membantu menumbuhkan spesies baru yang bebas penyakit keturunan, sangat
berperan terhadap kemajuan bidang sains.
e. Rekayasa genetika dengan cara transgenik, banyak dimanfaatkan bagi dunia
hewan dan tumbuhan. Yaitu dapat menghasilkan bibit unggul, perbanyakan
tumbuhan dan hewan dengan mudah dan terjamin kualitasnya, meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan manusia,
menghasilkan tanaman tahan pestisida dan hama, menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat. Contoh tanaman hasil transgenik yaitu jagung Bt yang tahan
terhadap hama.
16
a. Makanan dan minuman ataupun produk rekayasa genetika lainnya dapat
menimbulkan keracunan, alergi, menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia
menjadi tahan terhadap antibiotic, serta dapat menyebabkan kanker.
b. Merugikan petani dan peternak lokal yang mengandalkan reproduksi secara
alami.
c. Dampak di bidang etika dan moral, menyisipkan DNA atau gen organisme
lain yang tidak berkerabat , dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum
alam dan masih sulit di terima oleh masyrakat. Masyarakat berpendapat
bahwa pemindahan gen dari satu organisme ke organisme lain adalah tidak
etis.
d. Dampak dalam bidang agama, penggunaan gen babi menimbulkan
kekhawatiran bagi pemeluk agama islam. Permasalahan Kloning Manusia,
kloning ini haram menurut Islam dan tidak boleh dilakukan. Karena anak-anak
produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami. Anak-anak
dari produk kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki) sehingga
anak tidak akan mempunyai ayah. Kloning manusia akan menghilangkan
nasab (garis keturunan). Padahal islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab.
• Memproduksi anak hasil kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara’, seperti hukum perkawinan, nasab, nafkah, hak dan
kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak, dll.
e. Penyalahgunaan teknik kloning yaitu menciptakan spesies baru yang
bertentangan dengan nilai kemanusiaan, individu yang dihasilkan sangat
rentan terhadap suatu penyakit dikarenakan teknik kloning menghasilkan
individu yang tidak memiliki system imunitas, menyebabkan spesies yang
dihasilkan bersifat monoton, karena DNA maupun sifat dan fisik persis sama
dengan induknya, individu yang dihasilka cenderung memiliki masa hidup
yang sama dengan induknya, karena sel-selnya diperoleh dari induknya.
Kemajuan ilmu pengetahuan harus dikaji secara bijaksana dan ditelaah secara
filosofis, terutama dalam hal nilai-nilai etika dan estetika. Agar perkembangan ilmu
17
pengetahuan dapat diterima masyarakat secara utuh dari segi aksiologi, maka revolusi
ilmu pengetahuan harus dikaji secara mendalam. Tentunya dalam praktiknya,
masyarakat harus mampu menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dengan kondisi
dan budaya yang aplikatif terhadap lingkungan. Secara etika seorang ilmuwan
dituntut untuk menggunakan sains demi kesejahteraan manusia, bukan untuk
merendahkan atau menghancurkan kehidupan manusia.
18
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rekayasa genetika adalah puncak perkembangan teknologi dalam bidang
biologi saat ini, perkembangan genetika diawali dengan semangat Darwinisme
yang mengungkapkan bahwa terdapat gen penurunan sifat pada setiap organisme
yang dapat berubah dalam jangka waktu yang lama. Darwin (disetujui maupun
tidak) telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menopang
perkembangan keilmuan biologi hingga dapat melaju sedemikian pesat.
2. Teknologi rekayasa genetika dibutuhkan untuk berkembang selama dalam
koridor tanggungjawab moral dan sosial para ilmuwan yang mengembangkannya,
diperlukan ilmuwan yang bijak dalam upayanya mengembangkan keilmuan namun
dengan tetap mengindahkan keseimbangan ekologis untuk melindungi
biodiversitas ekosistem, namun juga tetap memberikan tempat bagi para ilmuwan
untuk terus berkiprah meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
3. Dalam pemanfaatan lingkungan awam, diperlukan opini publik bahwa
penggunaan produk rekayasa genetika harus memiliki aturan tertentu yang
dituangkan dalam bentuk undang undang yang mengikat dan menyeluruh.
Rekayasa genetika harus dapat digunakan untuk mendatangkan kemanfaatan bagi
manusia, untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan
martabat dan kehormatannya sebagai makhluk hidup ciptaan Yang Maha Kuasa.
Secara etika seorang ilmuwan dituntut untuk menggunakan sains demi
kesejahteraan manusia bukan untuk merendahkan atau menghancurkan kehidupan
manusia.
B. Saran
Dalam menerapkan rekayasa genetika, sebagai manusia yang memiliki naluri
seyogyanya dapat menerapkannya sesuai dengan norma-norma agar dampak
negatif dari penerapan rekayasa genetika dapat di minimalkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. 4(2), 187–204.
https://doi.org/10.21070/kanal
Hayat, M. S., et al. (2017). Lorong Waktu Revolusi Saintifik Pada Era Eksponensial.
Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 1, 41–50.
Kimball, John W. (1994) Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Muthiadin. 2014. Pengantar Rekayasa Genetika. Makassar: Alauddin University
Press
Russel, Bertrand. (2002). Berpikir Ala Filsuf Yogyakarta: Ikon Teralitera
Semiawan, Conny. (2004). Dimensi Kreatif dalam Filsafat ilmu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Shofiyah, L. (n.d.). Epistemologi Rekayasa Genetika Serta Kontroversi Terhadap
Hasil Rekaysa Genetika.
Suryanti, E. (2019). Tinjauan Etika terhadap KloningManusia. Titian Ilmu: Jurnal
Ilmiah Multi Sciences, 11(1), 10–19. https://doi.org/10.30599/jti.v11i1.354
20