Anda di halaman 1dari 21

4.1.

ANALISA DATA KLIMATOLOGI DAN HIDROLOGI


4.2.1. Evapotranspirasi
Penguapan yang terjadi dalam suatu wilayah, tidak hanya terjadi pada permukaan saja tetapi
juga pada tumbuh-tumbuhan. Penguapan pada tumbuh-tumbuhan ini dapat berupa penguapan
langsung, yaitu penguapan yang jatuh pada permukaan daun, atau penguapan melalui jaringan,
yaitu air yang diserap oleh akar dan dibawa ke seluruh jaringan tanaman termasuk daun-
daunan. Sebagian dari air yang sampai ke permukaan daun ini juga diuapkan kembali.
Untuk perhitungan evapotranspirasi, data Stasiun iklim yang berada wilayah studi dikumpulkan.
Hasil yang diperoleh untuk masing-masing stasiun ditunjukkan dalam tabel Data Klimatologi
(pada lampiran klimatologi). Dalam studi ini, besarnya penguapan dihitung sebagai
evapotranspirasi yang merupakan jumlah penguapan melalui jaringan tanaman. Besarnya
evapotranspirasi yang ada pada wilayah studi dihitung dari data stasiun Tahele. Program
komputer yang dipergunakan yaitu CROPWAT yang dikeluarkan oleh FAO. Perhitungan
evapotranspirasi program Cropwat menggunakan dasar teori Penman.

dimana :
Ea = 0,35 (ea-ed)(k + 0,01 U2)

H = Ra(1-r)(0,18 + 0,55 n/d) -  Ta4(0,56 - 0,092 Ved) * (0,10 + 0.90n/d)


Keterangan :
Et : Evapotranspirasi potensial (consumptive use factor) dinyatakan dalam mm H 2O
per hari.
 : Slope pada lengkung tekanan uap pada temperatur udara rata-rata dalam mmHg.

Ta4 : Black body radiation pada temperatur udara rata-rata dalam mm H2O per hari.
ea : Tekanan uap jenuh pada temperatur udara rata-rata dalam mm H2O per hari.
ed : Tekanan uap aktual dalam mmHg = h x ea.
h : Relative humidity dalam %
ea : Evaporasi dinyatakan dalam mm H2O per hari
Ra : Solar radiation dinyatakan dalam mm H2O per hari
r : reflection coefficient of surface
(1-r) : Penyerapan radiasi
k : Coeffisien roughness of evaporating surface
n/d : Ratio of actual to possible hours of bright sunshine dinyatakan dalam %.
U2 : Kecepatan angin pada ketinggian 2 m. di atas muka tanah dinyatakan dalam
mil/hari

T : Temperatur udara rata-rata dinyatakan dalam oC


Hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh program CROPWAT dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Dari tabel tersebut nampak bahwa besarnya evapotranspirasi untuk stasiun Sorong berkisar
2.06 mm/hari – 3.74 mm/hari.

Tabel 4.1 Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan


31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
B U L A N
Parameter Satuan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Kelembaban udara (Rh) % 82.82 78.56 74.52 81.18 81.11 84.84 85.45 83.42 79.53 82.71 84.60 84.95
Kecepatan angin (u) m/dt 1.03 1.45 0.96 1.03 0.67 0.75 1.14 1.39 0.89 0.74 0.66 0.90
n/N 0.48 0.43 0.51 0.56 0.50 0.44 0.47 0.51 0.52 0.46 0.50 0.46
0
Suhu (T) C 27.38 31.17 28.03 28.07 27.93 27.56 31.32 31.49 27.92 28.31 28.12 27.84
ea mbar 36.54 44.28 37.87 37.95 37.67 36.90 44.59 44.93 37.64 38.44 38.06 37.49
w 0.769 0.807 0.775 0.776 0.774 0.771 0.808 0.810 0.774 0.778 0.776 0.773
f(t) 16.17 17.00 16.31 16.32 16.29 16.21 17.03 17.07 16.29 16.37 16.33 16.27
Ra mm/hari 6.3 5.3 5.2 5.2 5.7 5.1 5.0 6.0 6.2 6.4 6.0 5.9
c 1.1 1.1 1 0.9 0.9 0.9 0.9 1 1.1 1.1 1.1 1.1
f(u)=0.27 (1+0,864.u) m/dt 0.51 0.61 0.49 0.51 0.43 0.45 0.54 0.59 0.48 0.44 0.42 0.48
ed mbar 30.26 34.79 28.22 30.81 30.55 31.30 38.11 37.48 29.93 31.79 32.20 31.85
0.5
f(ed)=0,34-0,044.(ed) mbar 0.10 0.08 0.11 0.10 0.10 0.09 0.07 0.07 0.10 0.09 0.09 0.09
f(n/N) 0.54 0.49 0.56 0.61 0.55 0.50 0.52 0.56 0.57 0.51 0.55 0.52
Rn-1=f(t).f(ed).f(n/N) mm/hari 0.85 0.67 0.97 0.95 0.87 0.76 0.61 0.68 0.92 0.77 0.82 0.77
Rs=(0,25+0,54.n/N)Ra mm/hari 3.22 2.56 2.74 2.89 2.96 2.49 2.52 3.17 3.29 3.17 3.13 2.95
ea-ed mbar 6.28 9.49 9.65 7.14 7.11 5.59 6.49 7.45 7.70 6.65 5.86 5.64
ET*= w.(0,75.Rs-Rn-1) + (1-w).f(u).(ea-ed) mm/hari 1.95 2.12 1.91 1.76 1.73 1.43 1.70 2.22 2.03 1.91 1.74 1.73
Eto=c.ET* mm/hari 3.43 3.74 3.06 2.54 2.50 2.06 2.45 3.55 3.57 3.36 3.07 3.04

BULAN Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Eto (mm/bln) 127.45 104.66 94.76 76.06 77.39 61.73 76.00 109.93 107.25 104.16 92.10 94.38

Sumber : Hasil Analisa, 2013

4.2.2. Analisa Curah Hujan


Pengolahan data hujan digunakan sebagai referensi perhitungan debit andalan untuk
kebutuhan desain. Data hujan yang diambil adalah dari Stasiun Sorong resume data hujan
yang ada untuk kebutuhan analisa dapat dilihat pada pada Gambar 4.1.
4.2.3. Hujan Bulanan
Hujan Bulanan yang terkumpul yaitu stasiun Sorong dari tahun 2000 sampai 2012, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Sumber : Hasil Pengolahan data Konsultan , 2013
Gambar 4.1 Curah Hujan Bulanan Rata – rata

4.2.4. Analisa Ketersediaan Air


Untuk menduga besarnya debit rata-rata dari suatu DAS yang tidak mempunyai stasiun
hidrometri dapat digunakan model hidrologi NRECA yang diajukan oleh Norman H. Crawford,
1978. Aliran yang terjadi secara menerus di sungai merupakan akibat dari siklus hidrologi.
Secara skematis siklus hidrologi digambarkan seperti pada Gambar 4.2 Debit aliran yang
terjadi didapat dari besarnya curah hujan, aliran diatas permukaan tanah terjadi selama dan
sesaat setelah hujan turun. Sebagian air terserap oleh tanah pada waktu hujan, mengalir
dibawah permukaan tanah dan kemudian masuk kedalam aliran sungai dan terjadi aliran yang
continue (menerus). Dari data yang menerus ini dapat disusun besarnya tingkat probability
(persentase kemungkinan terjadinya debit) dengan cara diurut dari yang paling besar ke kecil
sehingga terbentuk Flow Duration Curve (grafik lengkung durasi debit).
R Hujan ET Evapotranspirasi

Kelengasan
S
Tanah

INF Infiltrasi

INT
Aliran Bawah Tanah
RECH Aliran ke
Air Tanah Qsim
Total Debit Simulasi

Tampungan GW BASE
Air Tanah Aliran Dasar

Gambar 4.2 Skema perhitungan debit aliran dari data hujan dan evaporasi

Jika di sungai tersebut tidak terdapat pos pengamatan debit, data hujan dan besarnya
evaporasi aktual dapat digunakan untuk membangkitkan/menghitung debit aliran yang menerus
dengan periode tertentu. Parameter kunci dalam perhitungan proses hidrologi adalah besarnya
infiltrasi (air yang masuk kedalam profil tanah), besarnya aliran permukaan, dan aliran dibawah
permukaan tanah yang masuk kedalam sungai.
Metode perhitungan ini menggunakan data bulanan dari hujan dan evaporasi potensial untuk
menghitung besarnya debit aliran tiap periode waktu tertentu. Hasil perhitungan debit ini
digunakan sebagai lengkung durasi debit untuk lokasi tersebut.
Perhitungan ini didasarkan pada neraca air yang ada di daerah tangkapan sungai.
Persamaannya adalah :
Hujan – Evapotranspirasi Aktual + Perubahan Tampungan Air = Debit
Persamaan neraca air ini diaplikasikan di DAS untuk seluruh interval waktu, dimana hujan,
evaporasi aktual dan debit adalah jumlah volume air yang masuk dan keluar dari DAS untuk
selang waktu tersebut. Perubahan tampungan air adalah perubahan kelengasan tanah dan
kandungan air tanah dalam selang waktu tersebut, dihitung sebagai kandungan pada kondisi
awal dikurangi kondisi terakhir. Air ditahan ditampungan dalam tanah didalam akuifer air tanah,.
Semua air yang masuk dan keluar dari DAS dianggap masuk kedalam debit aliran.
Dalam perhitungan debit bulanan digunakan tiga koefisien yang menggambarkan karakteristik
DAS, yaitu :
SNOM = indek kapasitas kelengasan tanah dalam DAS (NOMINAL)
KRECH = Persentase debit yang masuk kedalam tampungan air tanah
KBASE = Persentase besarnya debit dari air tanah yang menjadi aliran
Karakteristik DAS ini dapat diperkirakan dengan acuan sebagai berikut.
SNOM = 100 + C * (rata-rata hujan tahunan)
C = 0,2 untuk daerah dengan hujan musiman. Nilai SNOM dapat dikurangi
sampai 25% untuk DAS dengan vegetasi terbatas dan lapisan tanah yang
dangkal. SNOM dalam milimeter.
KRECH = 0.5 untuk kondisi DAS pada umumnya, meningkat sampai 0,9 untuk DAS
dengan akuifer permeable tinggi, dan turun hingga 0,3 untuk DAS dengan
lapisan tanah yang dangkal dengan aquifer terbatas.
KBASE = 0.5 untuk kondisi DAS pada umumnya, meningkat sampai 0.8 untuk DAS yang
mempunyai debit andalan kecil, dan menurun sampai 0,2 untuk DAS yang
mempunyai debit andalan cukup baik.
Aliran bawah tanah yang terinfiltarsi dan mengalir ke elevasi lebih rendah dan sebagian lagi
merupakan meresap kedalam tampungan air tanah yang kemudian bagian dengan prediksi
90% mengalir sebagai baseflow.
Grafik hasil simulasi debit secara runtut waktu bulanan dari tahun 2000 sampai 2012 dapat
dilihat pada Gambar 4.3. – Gambar 4.4, Dari grafik tersebut terlihat hubungan antara besarnya
hujan dengan debit aliran yang merupakan andalan untuk wilayah masing - masing.
Gambar 4.3 Grafik hasil perhitungan model NRECA Lokasi Marle
Gambar 4.4 Grafik hasil perhitungan model NRECA DAS S. Marle
Ketersediaan air sungai Tiviet

Gambar 4.5 Grafik hasil perhitungan model NRECA DAS S. Tiviet


Ketersediaan air sungai Viane
Grafik Lengkungan Lama Aliran Sungai Viane.
Perhirungan Ketersediaan Air Sungai Titen
Grafik Lengungan Lama Aliran Sungai Titen

Perhitungan Ketersediaan Air Sungai Ismu


REKAPITULASI PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN WILAYAH AYAMARU JAYA
REKAPITULASI PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN WILAYAH AYAMARU UTARA

Re s ume Pe r hi t unga n De bi t Andal an Q90%


Wi l ayah Ayamar u Ut ar a
No Wi l ayah Bul an Sungai CA( km2) De bi t ( l / de t i k)
Aya ma r u J an Ti wi t 5, 8 43. 5
J a ya Fe b 41. 3
Ma r 23. 5
Apr 92. 2
Ma y 118. 3
J un 144. 7
J ul 110. 7
Aug 36. 5
Se p 57. 5
Oc t 27. 2
Nov 29. 0
De c 51. 2

REKAPITULASI PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN WILAYAH AYAMARU


TENGAH

Re s ume Pe r hi t unga n De bi t Andal an Q90%


Wi l ayah Ayamar u Te ngah
No Wi l ayah Bul an Sungai CA( km2) De bi t ( l / de t i k)
Aya ma r u J an Vi a ne 0. 44 8. 7
J a ya Fe b 8. 3
Ma r 4. 7
Apr 18. 4
Ma y 23. 7
J un 28. 9
J ul 22. 1
Aug 7. 3
Se p 11. 5
Oc t 5. 4
Nov 5. 8
De c 10. 2
REKAPITULASI PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN WILAYAH AYAMARU UTARA TIMUR
Re s ume Pe r hi t ung a n De bi t Anda l a n Q9 0 %
Wi l a y a h Ay a ma r u Ut a r a Ti mur
No W i l ayah Bul a n Sung a i CA( km2 ) De bi t ( l / de t i k)
Ay a ma r u Jan Ba t ma t a 0. 68 7. 1
J a ya Fe b 6. 8
Ma r 3. 9
Ap r 15. 1
Ma y 19. 4
J un 23. 7
J ul 18. 2
Au g 6. 0
Se p 9. 4
Oc t 4. 5
No v 4. 8
De c 8. 4

Re s ume Pe r hi t ung a n De bi t Anda l a n Q9 0 %


Wi l a y a h Ay a ma r u Ut a r a Ti mur
No W i l ayah Bul a n Sung a i CA( km2 ) De bi t ( l / de t i k)
Ay a ma r u Jan Ti t e n 2. 1 21. 8
J a ya Fe b 20. 7
Ma r 11. 8
Ap r 46. 3
Ma y 59. 4
J un 72. 6
J ul 55. 5
Au g 18. 3
Se p 28. 8
Oc t 13. 7
No v 14. 6
De c 25. 7

Re s ume Pe r hi t ung a n De bi t Anda l a n Q9 0 %


Wi l a y a h Ay a ma r u Ut a r a Ti mur
No W i l ayah Bul a n Sung a i CA( km2 ) De bi t ( l / de t i k)
Ay a ma r u Jan I s mu 39. 45 419. 4
J a ya Fe b 396. 6
Ma r 224. 9
Ap r 990. 3
Ma y 108 6. 9
J un 132 3. 5
J ul 943. 6
Au g 351. 4
Se p 567. 2
Oc t 261. 7
No v 277. 0
De c 490. 0

Re s ume Pe r hi t ung a n De bi t Anda l a n Q9 0 %


Wi l a y a h Ay a ma r u Ut a r a Ti mur
No W i l ayah Bul a n Sung a i CA( km2 ) De bi t ( l / de t i k)
Ay a ma r u Jan Ko s a 4. 13 43. 4
J a ya Fe b 41. 2
Ma r 23. 4
Ap r 92. 0
Ma y 118. 0
J un 144. 3
J ul 110. 4
Au g 36. 4
Se p 57. 3
Oc t 27. 1
No v 29. 0
De c 51. 0
4.2. KEBUTUHAN AIR UNTUK PENGISIAN KOLAM TAMBAK
Perhitungan kebutuhan air diasumsikan sebagai berikut :
Pengisian air dilakukan tiap hari sebagai pergantian air karena evaporasi dan perkolasi sebesar
5 cm/ hari.
Kebutuhan air tambak

Penggantian air tambak 5 cm per hari


Luas areal tambak 15 Ha 150,000 m2
Volume air per hari 7,500 m3
Debit aliran yg perlu per hari 86.81 l/ detik

4.3. NERACA AIR TAMBAK


Neraca air didefiniskan sebagai selisih antara ketersediaan air dengan kebutuhan air per
wilayah area.
Sungai Marle
Kebutuhan air tambak

Penggantian air tambak 5 cm per hari


Luas areal tambak 5 Ha 50,000 m2
Volume air per hari 2,500 m3
Debit aliran yg perlu per hari 28.94 l/ detik
NERACA AIR SUNGAI TIVIET
Kebutuhan air tambak

Penggantian air tambak 5 cm per hari


Luas areal tambak 15 Ha 150,000 m2
Volume air per hari 7,500 m3
Debit aliran yg perlu per hari 86.81 l/ detik

NERACA AIR SUNGAI TIWIT


NERACA AIR SUNGAI VIANE

NERACA AIR SUNGAI BATMATO


NERACA AIR SUNGAI ISMU

NERACA AIR SUNGAI KOSA

Anda mungkin juga menyukai