Anda di halaman 1dari 27

BAB I

OBYEK DAN SUBYEK

Bea meterai sudah diberlakukan sejak jaman penjajahan Belanda tepatnya pada
tahun 1817. Mulai tahun 1986 mulai berlaku aturan bea meterai yang diproduksi asli oleh
pemerintah Indonesia, yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai yang
menggantikan Aturan Bea Meterai 1921.

OBJEK
Bea meterai adalah pajak atas dokumen. Dengan demikian yang dijadikan objek
bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang bersifat perdata saja, sedangkan dokumen
yang bersifat publik (contoh paspor, SIM, STNK, IMB, KTP, Akta Kelahiran dll) tidak
dikenakan bea meterai.
Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan / kenyataan bagi seseorang dan / atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
Jenis-jenis dokumen yang dikenakan bea meterai yaitu:
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya ( a.l. Surat Kuasa, Surat Hibah, Surat
Pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan/keadaan yang bersifat perdata.
2. Akta-akta Notaris termasuk salinannya
3. Akta-akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya
4. Surat yang memuat jumlah uang/atau datam mata uang selain rupiah dengan jumlah
yang sama:
a. Yang menyebutkan penerimaan uang (kwitansi)
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank
(nota kredit);
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank (saldo bilyet, surat saldo);
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya/sebagian telah
dilunasi/diperhitungkan.
Untuk menentukan nilai rupiahnya maka jumlah uang atau harga nominal tersebut
dikalikan dengan nilai tukar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada
saat dokumen itu dibuat, sehingga dapat diketahui apakah dokumen tersebut dikenakan
atau tidak dikenakan bea meterai.

1
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, cek.
Surat berharga
Adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap
derivatifnya, atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk
yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU) adalah surat berharga tersebut di atas yang diperdagangkan di pasar uang,
yang terdiri dari wesel dan aksep yang diendos oleh bank lain serta surat berharga
jangka pendek lainnya yang lazim diperdagangkan di pasar uang antar bank (PUAB)
antara lain commercial papers (CP)
Surat Wesel
Adalah surat yang memuat kata "wesel" yang diterbitkan pada tanggal dan tempat
tertentu dan penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal
dan tempat tertentu. Diatur dalam pasal 100 KUHD. Istilah yang banyak digunakan
dalam transaksi wesel adalah draft atau bill of exchange.
Bilyet giro
Adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya.
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun
Efek berasal dari bahasa latin yaitu Effectus, yang dalam bahasa Belanda disebut
Effecten. Sedangkan Efek datam bahasa Inggris adalah securities. Selain diterjemahkan
menjadi Efek, dalam bahasa Indonesia terdapat pula istilah surat berharga dan
sekuritas untuk menyebut Efek. Definisi Umum Efek adalah bukti-bukti pemilikan
sebagian dari kekayaan (perusahaan), pemilikan hak sebagian keuntungan atau hak
sebagian atas hutang berjangka panjang.
Sedangkan dalam Undangan-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Efek adalah
surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak Investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.
Efek merupakan suatu surat-surat berharga jangka panjang yang diperjualbelikan di
Pasar Modal. Pada umumnya instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan
di Pasar Modal dapat dibedakan menjadi surat berharga yang bersifat hutang dan surat
berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya
dikenal dengan nama obligasi sedangkan surat berharga yang bersifat pemilikan
dinamakan saham.

2
Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Pedagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Efek yang termasuk dalam yurisdiksi Pasar Modal adalah
1. Saham dan derivatifnya
2. Efek yang bersifat hutang yang jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun.
7. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan:
a. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
Surat biasa yang dimaksud ini dibuat tidak untuk tujuan sesuatu pembuktian
misalnya seseorang mengirim surat biasa kepada orang lain untuk menjualkan
sebuah barang.
Surat biasa semacam ini pada saat dibuat tidak kena meterai, tetapi jika kemudian
dipakai sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka terlebih dahulu
dilakukan pemeteraian kemudian.
Surat kerumahtanggaan misalnya daftar harga barang. Daftar ini dibuat tidak
dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat pembuktian, oleh karena itu tidak
dikenakan bea meterai.
Apabila kemudian ada sengketa dan daftar harga barang ini digunakan sebagai
pembuktian, maka daftar harga barang ini terlebih dahulu dilakukan permateraian
kemudin.
Contoh lain. Notula rapat keluarga, silsilah keturunan, surat wasiat kepada ahli
waris dll.
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain/digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula
Adalah surat yang karena tujuannya tidak dikenakan bea materai, tetapi jika
tujuannya kemudian diubah maka surat yang demikian itu dikenakan bea materai,
misalnya tanda penerimaan uang yang dibuat dengan tujuan untuk keperluan intern
organisasi tidak dikenakan bea materai. Jika kemudian tanda penerimaan uang
tersebut digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka tanda
penerimaan uang tersebut harus dilakukan pemeteraian kemudian terlebih dahulu.

SUBJEK
Dalam pasal 6 ditentukan bahwa bea meterai terhutang oleh pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan
lain. Contoh dalam hal dokumen dibuat sepihak, misalnya kuitansi, bea meterai terhutang
oleh penerima kuitansi.

3
Dalam hal dokumen yang dibuat oleh 2 pihak atau lebih, misalnya surat perjanjian di
bawah tangan, maka masing-masing pihak terhutang bea materai atas dokumen yang
diterimanya.
Jika surat perjanjian dibuat dengan akta notaris, maka bea materai yang terhutang
baik atas asli sahih yang disimpan oleh notaris maupun salinannya yang diperuntukkan
pihak-pihak yang bersangkutan terhutang oleh pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen tersebut, yang dalam contoh ini adalah pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian.
Jika pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain, maka bea meterai
terhutang oleh pihak atau pihak-pihak yang ditentukan dalam dokumen tersebut.
Pasal 2 ayat (1) huruf a ditentukan bahwa Pihak yang memegang surat perjanjian
atau surat-surat lainnya, dibebani kewajiban untuk membayar bea meterai

OBJEK YANG DIKECUALIKAN


Pasal 4 mengatur Dokumen yang tidak dikenakan bea meterai yaitu :
a. Dokumen yang berupa (dengan tujuan menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam
mengatur kelancaran arus barang) :
1. Surat Penyimpanan Barang
Konosemen (Bill of Lading (B/L) Adalah kontrak pengangkutan barang antara
eksportir dengan maskapai pelayaran, mengenai pengangkutan barang milik
eksportir dari pelabuhan muat sampai pelabuhan tujuan. Juga berfungsi sebagai
dokumen tanda terima barang dari maskapai pelayaran dan merupakan dokumen
utama dalam suatu transaksi ekspor atau impor.
2. Surat angkutan penumpang dan.barang
3. Keterangan pemindahan yang, dituliskan diatas dokumen sebagaimana dimaksud
dalam angka 1, 2 dan 3.
4. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5. Surat Pengiriman barang, untuk dijual atas tanggungan pengirim;
6. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 s/d 6.
Artinya surat-surat yang isi dan kegunaannya dapat disamakan seperti surat titipan
barang, ceel gudang, manifest penumpang.
b. Segala bentuk ijasah, termasuk surat tanda tamat betajar, tanda tutus, surat
keterangan telah mengikuti sesuatu pendidikan, latihan, kursus dan penataran. Baik
yang, diterbitkan oleh pihak pemerintah ataupun swasta.

4
c. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
d. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah dan
bank.
Artinya bukti penerimaan uang dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD berupa DIP
atau DIK suatu bantuan atau sumbangan yang diberikan oleh negara. Tetapi kalau
penerimaannya sebagai pembayaran atas belanja barang atau jasa walaupun dari uang
negera tetap dikenakan bea meterai. Contoh pembayaran untuk pembelian ATK,
rekening tetepon, jasa cleaning services, perbaikan gedung kantor.
e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank. Ini ditujukan agar tidak
lagi membebani pajak bea meterai terhadap wajib pajak yang menyetor pajak,
sehingga tidak membebani pajak dua kali terhadap wajib pajak. Bank yang dimaksud
adalah bank yang ditunjuk pemerintah untuk menerima setoran pajak, bea dan cukai.
f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
g. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung
oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut. Ini
ditujukan dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah di bidang Tabanas dan
jenis tabungan lainnya.
h. Surat gadai yang diberikan oleh perusahaan jawatan pegadaian.
i. Tanda pembagian keuntungan atau buaga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

5
BAB II
TARIF BEA METERAI

Tarif bea meterai adalah Rp 6.000 dan Rp 3.000 sesuai dengan ketentuan PP No. 24
tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga
Nominal yang Dikenakan Bea Meterai, mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2000.
1. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp 6.000,- adalah dokumen yang
berbentuk:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (a.l. Surat Kuasa, Surat Hibah, Surat
Pemyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan/ keadaan yang bersifat perdata.
b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya
c. Akta-akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya
d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan:
1. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
2. Surat-surat yang semuta tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan
tujuannya, jikd digunakan untuk tujuan lain/digunakan oleh orang lain, lain
dari maksud semula
2. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai dengan Rp 3.000 atau tarif Rp 6.000,- adalah
dokumen yang berbentuk:
a. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
1. Yang menyebutkan penerimaan uang;
2. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening
di bank;
3. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;
4. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya/sebagian telah
dilunasi/diperhitungkan.
b. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep
Dengan ketentuan:
 Yang mempunyai harga nominal s/d Rp 250.000 tidak dikenakan Bea Meterai.
 Yang mempunyai harga nominal tebih dari Rp 250.000 s/d Rp 1.000.000
dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000
 Yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1,000.000 dikenakan Bea Meterai
dengan tarif sebesar Rp. 6.000

6
3. Cek dan bilyet giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp 3.000 tanpa batas
pengenaan besarnya harga nominal.
4. Efek dengan nama dan bentuk apapun yang, mempunyai harga nominal s/d Rp
1.000.000 dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- sedangkan yang
mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000 dikenakan Bea Meterai dengan
tarif sebesar Rp 6.000
Sekumpulan efek dengan nama dan bentuk apapun yang tercantum dalam surat
kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal s/d Rp 1.000.000 dikenakan Bea
Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000, sedangkan yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp 1.000.000 dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000

Dengan peraturan pemerintah dapat ditetapkan besarnya tarif bea meterai dan besarnya
batas pengenaan harga nominal yang dikenakan bea meterai dapat ditiadakan, diturunkan,
dinaikkan setinggi-tingginya enam kali. Sampai diterbitkan PP 24 tahun 2000, sudah enam
kali dari tarif awalnya yaitu dari Rp 500 dan Rp 1000.

SAAT TERHUTANG
Saat terhutang bea meterai ditentukan dalam hal:
a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, pada saat dokumen diserahkan dan diterima
oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, bukan pada saat ditandatangani,
misalnya kuitansi, cek dan sebagainya.
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, dokumen dibuat, yang ditutup
dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan. Sebagai contoh surat
perjanjian jual beli, maka bea meterai terhutang pada saat ditandatanganinya
perjanjian tersebut. Tanda Tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya
dipergunakan, termasuk parap, teraan/cap tanda tangan/ cap parap, teraan cap
nama/ tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri, pada saat digunakan di Indonesia. Dokumen
yang dibuat di luar negeri tidak dikenakan bea meterai sepanjang tidak digunakan di
Indonesia. Jika dokumen tersebut hendak digunakan di Indonesia harus dibubuhi
meterai terlebih dulu.

7
BAB III
CARA PELUNASAN

Berdasarkan pasal 7 ditentukan bahwa Bea meterai dilunasi dengan cara:


a. Menggunakan benda meterai yaitu meterai tempel dan kertas meterai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah R.I. Pembubuhan beberapa meterai tempel dilakukan
pada tempat tanda tangan yang akan dibubuhkan dan tanda, tangan tersebut harus
dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas dokumen.
Tata cara pelunasan Bea Meterai dengan benda meterai diatur dalam Kep. Dirjen Pajak
No. Kep-122.a. /PJ/2000.
b. Menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yaitu membubuhkan
tanda BM lunas dengan menggunakan:
1. Mesin teraan meterai
2. Teknologi percetakan
3. Sistem komputerisasi dan alat lain dengan teknologi tertentu.

BENDA METERAI

Pengadaan, Pengelolaan dan Penjualan Benda Meterai (KMK.No.133.a/KMK.04/2000)


Pencetakan dalam rangka pengadaan benda meterai dilaksanakan oleh Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri). Hasil pencetakan benda
meterai dilaporkan kepada dirjen pajak. Tata cara dan persyaratan pencetakan benda
meterai diatur lebih lanjut oleh dirjen pajak. Pengelolaan dan penjualan benda meterai
dilaksanakan oleh PT Pos Indonesia dan atau badan usaha lain yang ditunjuk. Hasil
penjualan dan persediaan benda meterai dilaporkan kepada dirjen pajak. Besarnya provisi
penjualan benda meterai ditetapkan oleh dirjen pajak

Pemusnahan Benda Meterai (KMK. 133.c/KMK.04/2000)


Benda meterai yang dimusnahkan adalah benda meterai yang rusak, cacat atau
kotor sehingga tidak jelas lagi ciri-ciri keasliannya dan benda meterai lainnya yang
dinyatakan sudah tidak berlaku lagi. Pemusnahan benda meterai dilakukan oleh panitia
yang dibentuk oleh dirjen pajak. Biaya pemusnahan benda meterai dibebankan pada mata
anggaran ditjen pajak sesuai ketentuan berlaku.

8
METERAI TEMPEL
Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas
dokumen yang dikenakan bea meterai. Meterai tempel direkatkan ditempat di mana tanda
tangan akan dibubuhkan. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman
tanggal, bulan dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu (misalnya
pensil tinta, ballpoint dsb), sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan
sebagian lagi di atas meterai tempet. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel,
tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempet dan sebagian di
atas kertas.

Bentuk, ukuran, warna dan desain meterai tempel tahun 2005 (Peraturan Menteri
Keuangan No. 15/PMK.03/2005, Tgl. 22-02-2005 berlaku tanggal 1 April 2005)

Nominal Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) adalah sebagai berikut:


1. bentuk meterai tempel nominal Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) adalah segi empat
dengan ukuran 32 mm x 24 mm;
2. cetakan dasar terdiri dari garis-garis yang berwarna biru dan kuning dengan relief teks
"DITJEN", "PAJAK";
3. blok gelombang warna kuning di sebelah kanan gambar Garuda;
4. cetakan utama mempunyai sifat dapat diraba dengan warna biru dan hitam (atau
hijau) terdiri dari:
 teks "METERAI", "TEMPEL" berada di bagian bawah;
 angka nominal 3000 (tiga ribu) dan teks "TIGA RIBU RUPIAH" berada di atasnya
dengan warna gradasi warna merah dan hitam berada di sebelah kiri atas;
 lambang Negara Republik Indonesia berada di sebelah kanan dengan warna merah
dan hitam; dan
 ornamen-ornamen tradisional, roset yang dibentuk oleh garis-garis positif dan
negatif, disertai mikroteks "PAJAKPAJAK" dengan warna gradasi merah dan hitam
berada di bagian bawah mengelilingi teks "METERAI", "TEMPEL";
5. terdapat foil hologram berupa strip dengan ukuran 5 mm x 24 mm yang memuat
gambar logo Ditjen Pajak, teks "Rl" dan teks "PAJAK" yang masing-masing terlihat utuh
atau tidak utuh;
6. jenis kertas sekuriti meterai tempel, warna putih, berlapis pada satu sisi dengan berat
dasar sekitar 84 gr/m2, memiliki serat-serat tampak berwarna biru, dan bagian
belakang kertas mengandung perekat yang berwarna kehijau-hijauan;

9
7. terdapat lubang perforasi berbentuk oval di sisi kiri dan kanan (di antara perforasi
berbentuk bulat) dan perforasi berbentuk bintang di tengah cetakan yang dapat
diketahui dengan menerawangkan cetakan;
8. menggunakan kertas sekuriti UV dull yang memiliki serat-serat tak tampak yang akan
memendar biru dan kuning di bawah sinar Ultra Violet;
9. terdapat cetakan tak tampak berupa blok diapositip teks "DITJEN PAJAK" yang akan
memendar merah di bawah sinar Ultra Violet;
10. terdapat blok bergelombang yang berwarna merah, dimana pada bagian atasnya akan
memendar kemerahan sedangkan pada bagian bawah akan memendar kekuningan bila
dilihat di bawah sinar Ultra Violet;
11. terdapat latent image huruf "M" pada elemen hiasan di atas gambar garuda yang
terlihat pada kemiringan tertentu (± 15"); dan
12. terdapat mikroteks "PAJAKPAJAK" yang dicetak menggunakan huruf yang sangat halus
dan hanya dapat diamati dengan loupe.

Nominal Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah sebagai berikut:


1. bentuk meterai tempel nominal Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah segi empat
dengan ukuran 32 mm x 24 mm;
2. cetakan dasar terdiri dari garis-garis yang berwarna biru dan merah dengan relief
teks " DITJEN", "PAJAK";
3. blok bergelombang warna merah di sebelah kanan gambar Garuda;
4. cetakan utama mempunyai sifat dapat diraba dengan merah dan hitam terdiri dari:
 teks "METERAI", "TEMPEL" berada di bagian bawah;
 angka nominal 6000 (enam ribu) dan teks "ENAM RIBU RUPIAH" berada di
atasnya dengan warna gradasi biru dan hitam berada di sebelah kiri atas;
 lambang Negara Republik Indonesia berada di sebelah kanan dengan warna
hitam; dan
 ornamen yang dibentuk oleh garis-garis positif dan negatif, disertai
mikroteks "PAJAKPAJAK" dengan warna gradasi biru dan hitam berada. di bagian
bawah mengelilingi teks "METERAI", "TEMPEL";
5. terdapat foil hologram berupa strip dengan ukuran 5 mm x 24 mm yang memuat
gambar logo Ditjen Pajak, teks "Rl" dan teks "PAJAK" yang masing-masing terlihat utuh
atau tidak utuh;
6. jenis kertas sekuriti meterai tempel, warna putih, berlapis pada satu sisi dengan
berat dasar sekitar 84 gr/m2, memiliki serat-serat tampak berwarna biru dan bagian
belakang kertas mengandung perekat yang berwarna kehijau-hijauan;

10
7. terdapat lubang perforasi berbentuk oval disisi kiri dan kanan (di antara perforasi
berbentuk bulat) dan perforasi berbentuk bintang di tengah cetakan yang dapat
diketahui dengan menerawangkan cetakan;
8. menggunakan kertas sekuriti UV dull yang memiliki serat-serat tak tampak yang
akan memendar biru dan kuning di bawah sinar Ultra Violet;
9. terdapat cetakan tak tampak berupa blok diapositip teks "DITJEN PAJAK" yang akan
memendar merah di bawah sinar Ultra Violet; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA terdapat blok bergelombang yang berwarna merah, dimana pada bagian
atasnya akan memendar kemerahan sedangkan pada bagian bawah akan memendar
kekuningan bila dilihat di bawah sinar Ultra Violet; terdapat latent image huruf "M"
pada elemen hiasan di atas gambar garuda yang terlihat pada kemiringan tertentu (±
15°); dan terdapat mikroteks "PAJAKPAJAK" yang dicetak menggunakan huruf yang
sangat halus dan hanya dapat diamati dengan loupe.
Meterai tempel yang menggunakan desain sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 323/KMK.03/2002 tentang Bentuk, Ukuran, dan Warna Benda Meterai Desain Tahun
2002, masih dapat dipergunakan sampai dengan tanggal 30 September 2005.

KERTAS METERAI
Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi. Artinya bahwa
sehelai kertas meterai hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian, sekalipun dapat
saja terjadi tulisan keterangan yang dimuat dalam kertas meterai tersebut hanya
menggunakan sebagian saja dari kertas meterai. Andaikata bagian yang masih kosong, atau
tidak terisi tulisan atau keterangan, akan dimuat tulisan atau keterangan lain, maka atas
pemuatan tulisan atau keterangan lain tersebut terhutang, bea meterai tersendiri yang
besarnya disesuaikan dengan besarnya tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.
Jika sehelai kertas meterai karena sesuatu hal tidak jadi digunakan dan dalam hal
ini belum ditandatangani oleh pembuat atau yang berkepentingan, sedangkan dalam
kertas meterai telah tertanjur ditulis dengan beberapa kata atau kalimat yang, belum
merupakan suatu dokumen yang selesai dan kemudian tulisan yang ada pada kertas
meterai tersebut dicoret dan dimuat tulisan atau keterangan baru maka kertas meterai
yang demikian dapat digunakan dan tidak pertu dibubuhi meterai lagi.
Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai tertatu panjang, untuk dimuat
seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih
tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai. Sehubungan dengan tingginya biaya
untuk pencetakan kertas meterai dan rendahnya permintaan masyarakat atas kertas
meterai, Ditjen Pajak secara bertahap mengurangi pencetakan kertas meterai. Diharapkan

11
kepada masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang masyarakatnya terbiasa
menggunakan kertas meterai untuk pelunasan bea meterai, agar menggantikan pelunasan
bea meterainya dengan menggunakan meterai tempel (SE-16/PJ.53/2003 tentang Kertas
Meterai 3 Juni 2003)
Bentuk, ukuran dan warna kertas meterai ukuran A3 nominal Rp. 6.000 adalah
sebagai berikut:
c. Berbentuk segi empat dengan ukuran 29,7 cm x 42 cm.
d. Kertas berwarna putih, memendar lemah kebiru-biruan di bawah sinar/lampu ultra
violet, memiliki tanda air garis-garis arah horizontal dan vertikal serta teks
"INDONESIA" terbaca arah diagonal, dilipat di dua tempat menjadi empat hataman
yaitu halaman satu sebagai halaman muka dan halaman empat sebagai halaman
belakang.
e. Gambar dan cetakan yang terdapat pada halaman satu adalah sebagai berikut:
1. Pada pojok kiri atas terdapat cetakan berbentuk segi sepuluh (dexagonal) yang
memuat gambar burung Garuda Pancasila di tengah-tengah lingkaran oval dengan
angka tahun pencetakan tertulis di bagian atas burung Garuda.
2. Teks "METERAI Rp 6000" di atas membentuk arah melingkar dan teks "REPUBLIK
INDONESIA" ditengah bawah membentuk arah melingkar. Di seketiting cetakan luar
terdapat mikro teks DITJEN PAJAK 2002" sedangkan di lingkaran dalam terdapat
mikro teks "REPUBLIK INDONESIA".
f. Pada halaman empat terdapat cetakan berbentuk lingkaran oval yang dibentuk oleh
mikro teks "DITJEN PAJAK 2002" di pojok kanan bawah.
Bentuk, ukuran dan warna kertas meterai ukuran A4 nominal Rp 6.000 adalah
sebagai berikut:
a. Berbentuk segi empat dengan ukuran 29,7 cm x 21 cm.
b. Kertas berwarna putih, memendar lemah kebiru-biruan di bawah sinar/lampu ultra
violet, memiliki tanda air garis-garis arah horizontal dan vertilkal serta teks
"INDONESIA" terbaca arah diagonal.
c. Gambar dan cetakan yang terdapat pada halaman muka adalah sebagai berikut:
1. Pada pojok kiri atas terdapat cetakan berbentuk segi sepuluh (dexagonal) yang
memuat gambar burung Garuda Pancasila di tengah-tengah lingkaran oval dengan
angka tahun pencetakan tertulis di bagian atas burung Garuda.
2. Teks "METERAI Rp 6000" di atas membentuk arah melingkar dan teks "REPUBLIK
INDONESIA" ditengah bawah membentuk arah melingkar. Di sekeliling cetakan luar
terdapat mikro teks DITJEN PAJAK 2002" sedangkan di lingkaran dalam terdapat
mikro teks "REPUBLIK INDONESIA".

12
d. Pada halaman empat terdapat cetakan berbentuk lingkaran oval yang dibentuk oleh
mikro teks “DITJEN PAJAK 2002” di pojok kanan bawah.

Bentuk, ukuran dan warna kertas meterai ukuran A4 nominal Rp 6.000 adalah
sebagai berikut :
a. Berbentuk segi empat dengan ukuran 29,7 cm x 21 cm.
b. Kertas berwarna putih, memendar lemah kebiru-biruan di bawah sinar/lampu ultra
violet, memiliki tanda air garis-garis arah horizontal dan vertikal serta teks
“INDONESIA” terbaca arah diagonal.
c. Gambar dan cetakan yang terdapat pada halaman muka adalah sebagai berikut :
1. Pada pokok kiri atas terdapat cetakan berbentuk segi sepuluh (dexagonal) yang
memuat gambar burung Garuda Pancasila di tengah-tengah lingkaran oval dengan
angka tahun pencetakan tertulis di bagian atas burung Garuda.
2. Teks “METERAI Rp 6000” diatas membentuk arah melingkar dan teks “REPUBLIK
INDONESIA” ditengah bawah membentuk arah melingkar. Di sekeliling cetakan luar
terdapat mikro teks “DITJEN PAJAK 2002” sedangkan di lingkaran dalam terdapat
mikro teks “REPUBLIK INDONESIA”.

MENGGUNAKAN CARA LAIN YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI (KMK. No.


133.b/KMK.04/2000)
Pelunasan bea meterai dengan menggunakan cara lain harus mendapat ijin tertulis
dari dirjen pajak. Hasil pencetakan tanda bea meterai Lunas harus ditaporkan kepada
dirjen pajak. Pembubuhan tanda bea meterai lunas dengan menggunakan teknologi
percetakan dilaksanakan oleh Perum Peruri dan/atau perusahaan sekuriti yang mendapat
ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Bea meterai yang telah dibayar atas tanda BM lunas yang tercetak pada dokumen yang
tidak terutang bea meterai ataupun yang belum digunakan untuk mencetak tanda bea
meterai lunas, dapat dialihkan untuk penggunaan berikutnya. Penerbit dokumen dengan
tanda bea meterai lunas yang bea meterai tidak atau kurang dilunasi harus melunasi bea
meterai yang terutang berikut dendanya 200% dari bea meterai yang tidak atau kurang
dilunasi dengan cara menyetorkannya ke Kas negara atau bank persepsi. Bea meterai
kurang bayar atas cek, bilyet giro dan efek yang tanda bea meterai lunasnya dibubuhkan
sebelum 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan meterai atau dengan
menggunakan meterai tempel.

13
Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan
Mesin Teraan Meterai (Kep. Dirjen Pajak No. Kep-122.b/PJ/2000)
1. Hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen yang melakukan pemeteraian dengan
jumlah rata-rata hari minimal sebanyak 50 dokumen.
2. Penerbit dokumen harus mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada kepala
KPP setempat dengan mencantumkan jenis/merk dan tahun pembuatan mesin teraan
meterai yang akan digunakan serta melampirkan surat pemyataan tentang jumlah
rata-rata dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap hari.
3. Penerbit dokumen harus, melakukan penyetoran bea meterai di muka minimal sebesar
Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah) dengan menggunakan SSP (KP.PDIP.5.1-98) ke
kas negara melalui bank persepsi.
4. Penerbit yang mendapat ijin berkewajiban :
a. Menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan meterai kepada Kepala
KPP setempat paling tambat tanggal setiap bulan.
b. Menyampaikan laporan kepada Kepala KPP setempat paling lambat satu bulan
setelah mesin teraan meterai tidak dipergunakan lagi atau terjadi perubahan
alamat/ tempat kedudukan pemilik/pemegang ijin penggunaan mesin teraan
meterai.
5. Ijin penggunaan mesin teraan berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
6. Bea meterai yang belum dipergunakan karena mesin teraan meterai rusak atau tidak
dipergunakan lagi, dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin teraan meterai lain
atau pencetakan tanda bea. meterai lunas dengan teknologi percetakan ataupun
dengan sistem komputerisasi.
7. Penerbit dokumen yang akan melakukan pengalihan, harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada kepala KPP setempat dengan mencantumkan alasan dan jumlah
bea meterai yang akan dialihkan.
8. Penggunaan mesin tanpa ijin tertulis dari dirjen pajak dikenakan sanksi pidana.
9. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian dari deposit yang
disetor dikenakan sanksi denda administrasi 200% dari bea meterai kurang bayar, dan
pencabutan ijin penggunaan mesin teraan.
10. Penggunaan mesin yang melewati masa berlakunya ijin yang diberikan, dikenakan
sanksi pencabutan ijin.
11. Penyampaian laporan kepada kepala KPP setempat yang melewati batas waktu yang
telah ditentukan dikenakan sanksi pencabutan ijin.

14
Tata Cara Pelunasan BM dengan Membubuhkan Tanda BM Lunas dengan Teknologi
Percetakan (Kep. Dirjen Pajak No. Kep-122.c/PJ/2000)
1. Hanya diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro dan efek
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea meterai cara ini harus
melakukan pembayaran bea meterai di muka sebesar jumlah dokumen yang harus
dilunasi bea meterai, dengan menggunakan SSP (KP.PDIP.5.1-98) ke kas negara
melalui bank persepsi.
3. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea meterai cara ini harus
mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan
mencantumkan jenis dokumen yang akan dilunasi bea meterai dan jumiah bea
meterai yang telah dibayar.
4. Perum Peruri dan perusahaan sekuriti yang melakukan pembubuhan tanda bea
meterai lunas pada cek, bilyet giro atau efek harus menyampaikan laporan bulanan
kepada Dirjen Pajak paling lambat tanggal 10 setiap bulan.
5. Bea meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro dan efek yang tanda bea meterai
lunasnya dibubuhkan sebelum tanggal 1 Mei 2000 harus; dilunasi dengan
menggunakan mesin teraan meterai atau dengan menggunakan meterai tempel.
6. Bea meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro dan efek yang tanda bea meterai
lunasnya dibubuhkan sejak tanggal 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan
mesin teman meterai atau dengan menggunakan meterai tempel dengan ditambah
denda administrasi sebesar 200% dari bea meterai kurang bayar tersebut.
7. Pelunasan denda administrasi tersebut di atas dilakukan dengan menyeterkan ke kas
negara melalui bank persepsi dengan menggunakan SSP (KP.PDIP.5.1-98)
8. Bea meterai yang telah dibayar atas tanda bea meterai lunas yang tercetak pada
cek, bilyet giro dan efek yang belum dipergunakan dapat dialihkan untuk pengisian
deposit mesin teraan meterai, pembubuhan tanda bea meterai lunas lainnya dengan
teknologi percetakan atau pembubuhan tanda bea meterai lunas dengan sistim
komputerisasi.
9. Penerbit dokumen yang akan melakukan pengalihan bea meterai, harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan alasan dan
jumlah bea meterai yang akan dialihkan.
10. Penerbit dokumen yang melakukan pelunasan bea meterai lunas dengan teknologi
percetakan tanpa ijin tertulis dari Dirjen Pajak dikenakan sanksi pidana berdasarkan
pasal 14 IJU No. 13 tahun 1985.

15
11. Perum Peruri atau perusahaan percetakan sekuriti yang melakukan pembubuhan
tanda bea meterai Lunas tanpa adanya ijin tertulis dari Dirjen Pajak dikenakan
sanksi pidana perdasarkan pasal 14 UU No. 13 tahun 1985 dan pencabutan Ijin
Penunjukan Sebagai Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas dengan
Teknologi Percetakan.
12. Penyampaian laporan bulanan kepada Dirjen Pajak yang melewati batas waktu yang
telah ditentukan dikenakan sanksi pencabutan Ijin Penunjukan Sebagai Pelaksana
Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi Percetakan.

Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi Percetakan (Kep.
Dirjen Pajak No. Kep-152/PJ/2000)
1. Pembubuhan tanda bea meterai lunas dengan menggunakan teknologi percetakan
dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum
Peruri) dan/ atau perusahaan percetakan sekuriti yang mendapat ijin dari Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal) yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
2. Perum Peruri dan Perusahaan percetakan sekuriti yang akan melaksanakan
pembubuhan tanda bea meterai lunas dengan teknologi percetakan harus
mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Dirjen Pajak up. Direktur PPN
dan PTLL, dengan mencantumkan desain tanda bea meterai Lunas yang akan
dibubuhkan.
3. Bentuk tanda bea meterai Lunas harus terdiri dari toga Ditjen Pajak, tarif bea
meterai yang dibayar dan nama perusahaan pelaksana pembubuhan tanda bea
meterai lunas
4. Masa berlakunya surat, ijin sebagai pelaksana pembubuhan tanda bea meterai lunas
dengan menggunakan teknologi percetakan sesuai dengan masa berlakunya ijin yang
diberikan oleh Botasupal dan BI kepada perusahaan percetakan sekuriti
5. Pelaksana pembubuhan harus menyampaikan laporan bulanan kepada Dirjen Pajak
paling lambat tanggal 10 setiap bulan.
6. Perum Peruri atau perusahaan percetakan sekuriti yang melakukan pembubuhan
tanpa Surat Ijin Pencetakan Tanda Bea Meterai Lunas (SIPT-BML) dari Dirjen Pajak
dikenakan sanksi pidana perdasarkar. pasal 14 UU No. 13 tahun 1985 dan pencabutan
Surat Ijin Penunjukan Sebagai Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
dengan Teknologi Percetakan.

16
Tata Cara Pelunasan BM dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem
Komputerisasi (Kep. Dirjen Pajak No. Kep-122.d/PJ/2000)
1. Hanya diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang
sebagaimana dimaksud pasal 1 huruf d PP No. 24 tahun 2000 dengan jumlah rata-rata
pemeteraian setiap hari minimal sebanyak 100 dokumen.
2. Penerbit dokumen harus mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada dirjen
Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-rata dokumen
yang akan dilunasi bea meterai setiap hari.
3. Penerbit dokumen harus melakukan pembayaran bea meterai di muka minimal sebesar
perkiraan jumlah dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap bulan dengan
menggunakan SSP (KP.PDIP.5.1-98) ke kas negara melalui bank persepsi.
4. Penerbit dokumen yang mendapatkan izin harus menyampaikan laporan bulanan
tentang realisasi penggunaan dan saldo bea meterai kepada Dirjen Pajak paling
lambat tanggal 15 setiap bulan.
5. Ijin pelunasan berlaku selama saldo bea meterai yang telah dibayar pada saat
mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan permeteraian 1 (satu) bulan berikutnya
6. Penerbit dokumen yang mempunyai saldo bea meterai kurang dari estimasi kebutuhan
satu bulan, harus mengajukan permohonan ijin baru dengan terlebih dahulu
melakukan pembayaran bea meterai di muka minimal sebesar kekurangan yang harus
dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan satu bulan.
7. Bea meterai yang belum digunakan dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin
teraan meterai atau pencetakan tanda bea meterai lunas dengan teknologi
pencetakan.
8. Penerbit dokumen yang akan melakukan pengalihan bea meterai, harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan atasan dan
jumlah bea meterai yang akan dialihkan.
9. Pelunasan bea meterai tanpa Ijin tertulis Dirjen Pajak dikenakan sanksi pidana
berdasarkan pasal 14 UU No. 13 tahun 1985
10. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian dari
pembayaran di muka yang dilakukan, dikenakan sanksi denda administrasi sebesar
200% dari bea meterai kurang bayar.
11. Pembubuhan tanda bea meterai lunas yang melewati masa berlakunya ijin yang
diberikan, dikenakan sanksi pencabutan ijin.
12. Penyampaian laporan kepada Dirjen Pajak yang melewati batas waktu yang telah
ditentukan dikenakan sanksi pencabutan ijin.

17
PEMETERAIAN KEMUDIAN
Pemeteraian Kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos (pejabat perusahaan umum pos dan giro yang diserahi tugas melayani
permintaan pemetaraian kemudian) atas permintaan pemegang dokumen yang Bea
Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.
Pemeteraian kemudian dokumen yang dibuat di luar negeri tidak dikenakan denda
jika dilakukan sebelum digunakan di Indonesia.
Cara Pemeteraian kemudian (KMK. No.476/KMK.03/2002)
1. Pemeteraian kemudian dilakukan atas:
a. Dokumen yang semula tidak terutang BM, namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan.
b. Dokumen yang BM-nya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
c. Dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan di Indonesia
2. Pemeteraian kemudian wajib dilakukan oleh pemegang dokumen dengan
menggunakan meterai tempel atau SSP (surat setoran pajak), dan harus disahkan oleh
pejabat pos.
3. Lembar kesatu dan ketiga SSP yang digunakan untuk pemeteraian kemudian harus
dilampiri dengan daftar dokumen yang dimeteraikan kemudian dan daftar dokumen
tersebut merupakan lampiran dari lembar kesatu dan lembar ketiga SSP yang tak
terpisahkan.
4. Pengesahan atas pemeteraian kemudian dapat dilakukan setelah pemegang
dokumen membayar denda.
5. Besarnya bea meterai yang harus dilunasi dengan cara pemeteraian kemudian
adalah :
a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan adalah sebesar bea meterai yang
terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian kemudian
dilakukan.
b. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya adalah sebesar bea meterai yang terutang
c. Dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan di Indonesia adalah
sebesar bea meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat
pemeteraian kemudian dilakukan.
7. Membayar denda sebesar 200% bagi pemegang Dokumen yang bea meterainya tidak
atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya

18
8. Membayar denda sebesar 200% bagi pemegang Dokumen yang dibuat diluar negeri
yang akan digunakan di Indonesia, baru dilakukan setelah dokumen digunakan.
9. Denda 200% tersebut dilunasi dengan menggunakan SSP.

19
BAB IV
KETENTUAN LAIN

SANKSI
Dokumen yang terutang Bea Meterai tetapi Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak atau
kurang dibayar. Pelunasan Bea Meterai yang terutang berikut dendanya dengan cara
pemeteraian kemudian.
Dokumen yang dibuat di luar negeri, dikenakan denda 200% jika dokumen tersebut
baru dilunasi bea meterai sesudah digunakan.

KETENTUAN KHUSUS
Pejabat pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris dan pejabat umum lainnya,
masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan :
1. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen,
2. Melekatkan dokumen,
3. Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen
4. Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen
Yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif bea meterai.
Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi administratif sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

LAMPAU WAKTU
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terhutang menurut
undang-undang ini daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun terhitung sejak tanggal
dokumen tersebut dibuat.
Ditinjau dari segi kepastian hukum daluwarsa 5 tahun dihitung sejak tanggal dokumen
dibuat, berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi (pasal 12).

KETENTUAN PIDANA
Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP :
1. Barang siapa meniru atau memalsukan meterai tempel, kertas meterai atau meniru
dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai

20
2. Barang siapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau
memasukkan ke negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat
dengan melawan hak
3. Barang siapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan,. menyerahkan,
menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke negara Indonesia meterai yang
mereknya, capnya, tanda tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya
mempergunakan telah dihilangkan seolah oleh meterai itu belum dipakat dan atau
menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan hak.

21
BAB V
LATIHAN SOAL

KASUS I
1. Haruskah dokumen yang dikecualikan dari obyek bea meterai dikenakan bea
meterai jika suatu saat hendak dijadikan sebagai barang bukti di pengadilan?
2. Karcis Kereta Api, tiket pesawat terbang, bus dan kapal laut dikenakan bea
meterai atau tidak? Mengapa?
3. Tn. Amin mengambil gaji bulan November 2005 untuk dirinya sendiri dan
untuk Tn. Andi, temannya yang lagi sakit, dengan disertai surat kuasa. Tn. Amin
menandatangani tanda terima gaji untuk kedua nama tersebut. Dokumen mana
yang terutang bea meterai? Berapa besarnya?
4. Pembayaran SSP (Surat Setoran Pajak), SSB (Surat Setoran BPHTB), SSCP
(Surat Setoran Cukai dan Pajak), setoran Bea Masuk dan semacamnya, apakah
terutang Bea Meterai? Jelaskan!

KASUS II
1. Dapatkah pemerintah menaikkan tarif bea meterai menjadi lebih tinggi? Mengapa?
2. Menurut anda, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan
penerimaan negara dari sekotr bea meterai ini?
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri masihkah terutang bea meterai walaupun
sudah lewat lima tahun pada saat di bawa ke Indonesia?
4. Dokumen yang akan digunakan sebagai barang bukti di pengadilan masihkah
terutang bea meterai walaupun sudah lewat lima tahun dari pembuatannya?

KASUS III
1. PT ABC didirikan pada tanggal 15 Januari 2005, dengan akte pendirian didepan
notaris Suryana, SH, LLM, dengan salinan sebanyak 10 lembar. Untuk pengurusan ini
dibayarkan sebesar Rp 12 juta secara tunai dengan memperoleh kuitansi sebagai
tanda terima. Juga diterbitkan surat penyertaan modal (saham) dengan komposisi:
 100 lembar saham @ Rp 5.000.000
 100 lembar saham @ Rp 1.000.000
 1.000 lembar saham @ Rp 250.000
 1.500 lembar saham @ Rp 100.000

22
selain itu telah dibuat perjanjian sewa menyewa ruko (di bawah tangan) dengan
nilai kontrak sebesar Rp 60.000.000 setahun terhitung tanggal 1 Pebruari 2005,
dengan sarana pembayaran cek.
Dari kejadian di atas, anda diminta menentukan mana obyek bea meterai dan
berapa tarif terutangnya?
2. Arifin, SH. seorang pengacara dari Sandra Bollock (WNA Australia), terdakwa kasus
penyelundupan narkoba di kawasan Denpasar, Bali, sedang berusaha menunjukkan
bukti baru di Pengadilan Negeri Denpasar sebuah naskah surat korespondensi
otentik yang dibuat enam tahun yang lalu dan kaset rekaman pembicaraan
terdakwa dengan seseorang yang berlangsung enam bulan yang lalu, yang
diharapkan dapat meringankan dakwaan kepada kliennya ini. Apa yang harus
dilakukan oleh Arifin untuk mengajukan bukti baru ini? Jelaskan cara atau
mekanismenya!
3. Mbak Ningsih membeli mesin genset seharga Rp 150.000.000,- pembayaran uang
muka sebesar 20%, sedangkan sisanya dibayar secara bertahap. Tahap I s.d III
masing-masing 25% dan tahap IV sebesar 5%. Hitunglah bea meterai terutang,
apabila pembayaran dengan:
a. Tunai dengan tanda terima kuitansi
b. Bilyet Giro
c. Pemindahbukuan atau transfer Bank
d. Transfer via ATM

23
Lampiran
Dokumen Perbankan Yang Dikenakan Bea Materai (Surat Edaran Dirjen Pajak No.
SE-29/PJ.5/2000, Tgl. 20-10-2000)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nomor Jenis Dokumen Tarif Bea Meterai Keterangan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Perjanjian pembukaan rekening giro Rp. 6.000,-
2 Rekening koran bulanan khusus giro Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
3 Surat Kuasa Rp. 6.000,-
4 Sertifikat Deposito Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
5 Deposito Berjangka Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
6 Bukti pencairan deposito (baik tunai Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
ataupun pemindahbukuan)
7 Deposito on call (dalam bentuk sertifikat) Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
8 Pencairan kiriman uang masuk untuk nasabah Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
9 Stop Payment Order (baik atas cek/ Rp. 6.000,-
bilyet giro atau bentuk perintah
pembayaran lainnya oleh nasabah)
10 Cek/bilyet giro Rp. 3.000,-
11 Penarikan kuitansi (selain untuk tabungan) Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
12 Bank Draft yang dibayarkan Rp. 6.000,-
di dalam negeri
13 Penegasan pemenang SBI Rp. 6.000,-
14 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
15 Bukti pelunasan SBI Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
16 Pencairan deposito antar Bank Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
17 Kontrak jual/beli forward Rp. 6.000,-
18 Kuitansi penarikan Giro Valas Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
19 Aplikasi pembelian Devisa Umum Rp. 6.000,-
20 Surat Pengikatan perjanjian transaksi Rp. 6.000,-
derivative
21 Aplikasi pembelian Traveller Check Rp. 6.000,-
22 Draft (ekspor, negosiasi L/C, dan Bank Garansi) Rp. 6.000,-
23 Indemnity/pelunasan pakai copy Rp. 6.000,-
Airway Bill (surat pernyataan guarantee)
24 Jaminan (counter guarantee) Rp. 6.000,-
25 Perjanjian permohonan plafon untuk Rp. 6.000,-
pengeluaran Bank Garansi
26 Aplikasi permohonan pengeluaran/ Rp. 6.000,-
perubahan Bank Garansi (yang disetarakan
dengan suatu perjanjian)
24
27 Garansi Bank Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
28 Penerbitan Shipping Guarantee Rp. 6.000,-
29 Perjanjian Kredit Rp. 6.000,-
30 Tanda terima pencairan kredit secara tunai Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
31 Pengakuan hutang Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
32 Surat sanggup bayar (promes) Rp. 3.000,- / Rp. 6.000,- *)
33 Cessie di bawah tangan Rp. 6.000,-
34 FEO/fidusia di bawah tangan Rp. 6.000,-
35 Laporan stock dari debitur Rp. 6.000,-
36 Borgtocht di bawah tangan Rp. 6.000,-
37 Akta pemberian tanggungan (personal Rp. 6.000,-
guarantee)
38 Surat pernyataan tidak menyewakan Rp. 6.000,-
barang jaminan
39 Perjanjian Risk Sharing Rp. 6.000,-
40 Surat perjanjian electronic banking Rp. 6.000,-
41 Perjanjian pembukaan sewa deposit box Rp. 6.000,-

Keterangan:
*) berdasarkan nominal

Pada dasarnya Bea Meterai atas seluruh dokumen perbankan yang tercantum di atas dapat
dilunasi dengan menggunakan Benda Meterai atau dengan membubuhkan tanda Bea Meterai
Lunas dengan Mesin Teraan Meterai. Namun, untuk memberikan kemudahan dalam cara
pelunasan, maka Bea Meterai atas dokumen perbankan tertentu dapat dilunasi dengan
membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan atau sistem
komputerisasi. Adapun dokumen perbankan dimaksud adalah sebagai berikut :
 Cek, bilyet giro, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Bea Meterainya dilunasi dengan
membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan.
 Rekening koran bulanan khusus giro, Bea Meterainya dilunasi dengan membubuhkan
tanda Bea Meterai Lunas dengan sistem komputerisasi.

Penjelasan tentang istilah dalam dokumen perbankan


1. Rekening giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan. Disebut juga checking atau account current account.
2. Rekening koran adalah perkiraan dalam pembukuan bank yang menatausahakan dana
nasabah, atau dana yang disediakan bank untuknya yang sewaktu-waktu dapat ditarik atau
disetor oleh nasabah.

25
3. Sertifikat Deposito adalah bukti penempatan dana jangka pendek yang dapat
dipindahtangankan dan diuangkan pada tanggal jatuh tempo yang tertera pada sertifikat
tersebut
4. Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan dengan pemberitahuan
sebelumnya (1 s.d 3 hari) sesuai perjanjian antara pemilik dana dengan bank
5. Stop Payment Order (baik atas cek bilyet giro atau bentuk perintah pembayaran lainnya
oleh nasabah) adalah edaran yang disampaikan penerbit (issuer) traveller cheque (TC) kepada
bank-bank atau agen pembayar yang berisikan daftar TC yang hilang atau dicuri, agar tidak
dibayar
6. Cek adalah perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang sedangkan Bilyet Giro
adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpanan dana untuk memindah-bukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pemegang yang disebutkan namanya
7. Bank Draft adalah draft (wesel) yang diterbitkan bank atas nama bank issuer itu sendiri
yang ditarik, hal ini berfungsi sebagai sarana untuk pengiriman uang dan dapat diuangkan pada
bank yang ditunjuk dan berlaku hanya atas nama pemegang yang tertera pada draft atau wesel
tersebut. Disebut juga wesel bank
8. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek
9. Kontrak jualbeli forward adalah suatu kontrak untuk melakukan pembelian atau penjualan
valuta asing terhadap rupiah yang penyerahannya dilakukan dalam waktu lebih dari 2 (dua) hari
kerja setelah tanggal transaksi
10. Devisa adalah aset dan kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional
11. Surat Pengikatan perjanjian transaksi derivative adalah suatu kontrak pembayaran yang
nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari suku bunga dan nilai tukar
dalam bentuk transaksi forward, swap, dan option valuta asing terhadap rupiah dan transaksi
lainnya yang dapat dipersamakan
12. Traveller Check (TC) adalah surat berharga bepergian yang dapat diuangkan pada agen atau
bak yang ditunjuk, atau cek perjalanan dalam valuta asing yang dapat digunakan sebgai
pembayaran
13. Letter of Credit (L/C) adalah komitmen dari bank pembuka untuk membayar sejumlah uang
tertentu jika penjual atau eksportir memenuhi syara-syarat yang ditentukan
14. Garansi Bank adalah jaminan dari bank bahwa bank akan membayar sejumlah uang tertentu
kepada penerima jaminan apabila pihak yang dijamin wanprestasi (ingkar)
15. Shipping Guarantee adalah garansi yang diberikan bank kepada maskapai pelayaran untuk
pengambilan barang berdasarkan copy dokumen, karena dokumen asli yang dikirimkan kepada
bank belum diterima.
16. Surat sanggup bayar (promes) adalah surat tanda setuju atau sanggup membayar sejumlah
uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu. Disebut juga surat aksep

26
17. Cessie adalah pengalihan hak atas piutang, apabila debitur mempunyai piutang yang jelas
dan dijaminkan kepada bank, maka piutang tersebut harus dialihkan haknya, dengan demikian
bank dapat menagih piutang tersebut.
18. FEO fidusia adalah jaminan kebendaan yang mengutamakan kedudukan penerima fidusia
dibanding kreditur lainnua. Jaminan ini merupakan jaminan ikutan dari perjanjian pokok.
19. Borgtocht adalah perjanjian penanggungan
20. Risk Sharing adalah risiko yang ditanggung bersama antara bank dengan lembaga
pembiayaan atau bak lain yang memberikan pembiayaan bersama atas suatu proyek keoada
nasabah tertentu. Risiko kerugian karena kemacetan kredit dan lainnya dibagi secara
proporsional sesuai dengan pangsa pembiayaan masing-masing.
21. Safe deposit box adalah jasa pelayanan bank dalam bentuk penyediaan tempat penitipan
benda atau surat berharga milik nasabah, dan bank menjamin kerahasiaannya karena memakai
sistem kunci ganda.

27

Anda mungkin juga menyukai