Anda di halaman 1dari 30

BAB I

DEFINISI

1. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground dan peralatan
rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan.
Menurut Friend dan Khon (2007:184), definisi safety yaitu membuat segala sesuatu bebas dari
kemungkinanterjadinya kerugian baik kondisi kerja, peralatan maupun sistem kerja.
2. Keselamatan Kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja
3. Kesehatan Kerja adalah usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit- penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial.
4. Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja di perusahaan semenjak
tenaga kerja meninggalkan rumah menuju tempat kerja, selama jam kerja dan jam istirahat dan
sekembalinya dari tempat kerja menuju rumah melalui jalan yang biasa dilalui.
7. Risiko adalah peluang/probabilitas timbulnya suatu insiden yang akan berdampak merugikan bagi
pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan.
8. Bahaya (hazard) adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan
kerugian. Sesuatu disebut sumber bahaya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif.
9. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan
bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di
tempat kerja. APD juga dapat diartikan sebagai pakaian khusus atau perlengkapan khusus yang
digunakan oleh pekerja (petugas kesehatan) untuk melindungi dirinya dari bahan-bahan infeksius di
dalam lingkungan Rumah Sakit.
10. Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah single-sense-positive - RNA virus terlantar. Penyakit ini
menular pada manusia dan merupakan penyebab pandemi penyakit corona virus yang sedang
berlangsung pada tahun 2019 (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai darurat Kesehatan.
1
11. COVID-19 adalah Coronavirus Disease yaitu penyakit jenis baru yang belum pernah di identifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2 atau 2019.

2
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) didesain untuk memberikan perlindungan terhadap kulit, selaput dan
selaput lendir mata, hidung, mulut dari kemungkinan terpapar oleh darah atau cairan tubuh yang
bersifat infeksius. Contoh Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai di Rumah Sakit misalnya pelindung
kepala, pelindung mata/wajah, masker, gaun, apron dan sarung tangan. Ruang lingkup Alat Pelindung Diri
(APD) meliputi :
1. Penutup kepala untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut kulit kepala ke daerah bersih atau
steril atau untuk melindungi kepala dari papapran mikro organisme dan benda jatuh. Jenis dan fungsi
penutup kepala:
a. Penutup kepala kain/disposable digunakan untuk mencegah kontaminasi kepala dan rambut pada
pasien atau melindungi kepala dan rambut dari bahan berbahaya lainnya.
b. Helm pengaman digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya benturan atau pukulan dari benda-
benda keras yang dapat mencederai kepala.
2. Kacamata pelindung untuk mencegah membran mukosa mata petugas kesehatan kontak dengan percikan
darah/cairan tubuh pasien Jenis dan fungsi kacamata pelindung:
a. Kacamata goggles digunakan untuk melindungi mata dari kontaminasi cairan tubuh atau darah pasien
atau bahan lainnya yang dapat membahayakan mata.
b. Face shield digunakan untuk melindungi wajah dari kontaminasi bahan berbahaya.
3. Masker untuk mencegah kontak droplet dari mulut, hidung petugas kesehatan yang mengandung
mikroorganisme dan terpercik saat bernafas, bicara, batuk pada pasien atau dalam keadaan sebaliknya.
Jenis dan fungsi masker :
a. Masker bedah digunakan untuk mencegah kontaminasi mulut dari cipratan darah atau cairan tubuh
lainnya saat memberikan pelayanan kepada pasien.
b. Masker N95 jenis masker efisiensi tinggi yang digunakan untuk melindungi petugas dari infeksi
saluran nafas atau kontaminasi dari partikel dengan ukuran < 0,3 mikron yang dibawa oleh udara,
misalnya pada kasus flu burung atau SARS dan Covid 19 jika ada kegiatan/prosedur yang
menimbulkan aerosolisasi seperti nebulisasi, RJP dll.
c. Pure mask digunakan untuk mencegah kontaminasi makanan dari percikan ludah dari mulut
pemasak/pramusaji/ahli gizi
Waktu pemakaian masker:

a) Bila melakukan tindakan prosedur bedah

b) Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
3
udara atau droplet. Masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran
mukosa dari petugas kesehatan.
c) Pada saat petugas kesehatan dan pasien yang mengalami tanda dan gejala gangguan saluran
pernapasan, seperti batuk (etika batuk)

d) Pada saat berada di lingkungan kerja, ketika bedekatan dengan sesama petugas kesehatan, pasien,
pendamping pasien dan siapapun selama berada di jarak kurang dari 2 meter.
e) Masker N95 digunakan ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti flu burung atau SARS dan
merawat pasien yang belum diketahui penyakit menular melalui aiborne dan droplet pada
tindakan yang menimbulkan aerosol selama pandemi Covid-19.

Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian Masker Bedah dan Masker N95:

a. Petugas kesehatan harus memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, masker sudah tidak dapat
digunakan dan harus dibuang. Selain itu, masker yang robek, terkikis, terpotong atau, terlipat pada sisi
dalam masker, juga tidak dapat digunakan.

b. Petugas kesehatan harus memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali
harus menempel dengan baik di semua titik sambungan

c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada tempatnya dan
berfungsi dengan baik. Klip hidung tersebut tidak boleh dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Klip hidung harus diletakkan di atas hidung setelah memasang masker, menggunakan
kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.
4. Gaun untuk mencegah kulit petugas kesehatan kontak dengan percikan darah/cairan tubuh pasien, untuk
mencegah kontak mikroorganisme dari tangan, tubuh, dan pakaian petugas kesehatan kepada pasien.
Jenis gaun yang dipakai di rumah sakit yaitu :
a. Gaun steril digunakan untuk mempertahankan kondisi steril area operasi. biasanya dipakai oleh ahli
bedah dan para asistennya di Kamar Bedah saat melakukan pembedahan.
b. Gaun Non steril digunakan di berbagai unit berisiko tinggi, misalnya oleh pengunjung kamar bersalin,
ruang pemulihan di kamar bedah, ruang isolasi dan ICU.
Waktu pemakaian gaun pelindung ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk
merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi, atau
ekskresi.

4
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian gaun pelindung adalah pangkal sarung tangan harus
menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah
gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu
cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
5. Apron merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada
pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh
atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh
pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. Jenis apron yang dipakai di rumah sakit, yaitu :
a. Celemek plastik/Perlak digunakan untuk melindungi tubuh dari cipratan darah atau cairan tubuh
pasien atau dari bahan berbahaya lainnya.
b. Apron timbal digunakan untuk melindungi tubuh dari paparan sinar x-ray.
c. Celemek kedap air digunakan untuk melindungi tubuh dari air kotor saat melakukan pencucian piring
d. Celemek kain digunakan untuk melindungi tubuh dari bahan makanan yang diolah/masakan
6. Sarung Tangan ada 2 jenis yaitu untuk tindakan medis dan pekerjaan umum
a. Sarung tangan dalam tindakan medis
Sarung tangan dalam tindakan medis digunakan untuk mencegah kontak mikroorganisme yang ada
pada tangan petugas kesehatan kepada pasien, untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien dari
kemungkinan paparan bahan infeksius yang mungkin melekat/terbawa oleh tangan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung
tangan harus diganti antar kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari
kontaminasi silang.
b. Sarung tangan pekerjaan umum
Sarung tangan yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan umum, diantaranya sarung tangan
plastik, sarung tangan kain, sarung tangan listrik dan sarung tangan rumah tangga.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan dalam tindakan medis :
1. Waktu pemakaian sarung tangan

1) Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa atau kulit
yang terlepas/tidak utuh, atau bahan infeksius lainnya kecuali keringat

2) Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang
tercemar.
3) Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif, misalnya menusukkan sesuatu ke dalam tubuh
atau bagian tubuh pasien.

5
4) Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (yang diperlukan pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai) atau terinfeksi patogen seperti
Vancomycin Resistence Enterococcus, Methicillin Resistence Staphylococcus aureus, dan
Respiratory Syncycial Virus. Pada keadaan tersebut, petugas kesehatan harus menggunakan sarung
tangan ketika memasuki ruangan pasien dan harus melepaskan sarung tangan tersebut sebelum
meninggalkan ruangan, mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis
alkohol.
2. Pemakaian sarung tangan

1) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung
tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek
2) Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek.

3) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika Anda memakainya) untuk melindungi pergelangan
tangan
4) Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk mencegah kulit tangan
kering/berkerut
5) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah
maupun sarung tangan periksa dari lateks
6) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi
pada kulit
7) Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin,
misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya
fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung.
8) Apabila sarung tangan digunakan dengan APD lainnya maka sarung tangan harus yang paling awal
dilepas.
9) Jangan mengggunakan sarung tangan terus menerus/tidak sesuai dengan risiko paparan.
10) Jangan gunakan sarung tangan untuk menulis.
3. Waktu penggantian sarung tangan
Sarung tangan harus diganti pada saat merawat pasien yang berbeda untuk menghindari

1) kemungkinan kontaminasi silang.


2) Bila setelah berinteraksi dengan pasien harus memegang peralatan lainnya yang terkontaminasi dan
dapat berpindah dari satu ruang rawat pasien ke ruang lainnya.

3) Setelah penggunaan sarung tangan yang terkontak dengan cairan tubuh harus dibuang pada sampah
infeksius.

6
4. Jenis sarung tangan dalam tindakan medis yang terdapat di rumah sakit yaitu :

1) Sarung tangan bersih (non steril) atau sarung tangan pemeriksaan digunakan bila kontak dengan
pasien atau cairan tubuh pasien dan bahan berbahaya lainnya, tetapi tidak kontak dengan jaringan
steril dibawah kulit atau instrumen steril.
2) Sarung tangan steril digunakan bila kontak dengan jaringan steril dibawah kulit dan instrumen
bedah steril.
3) Sarung tangan dalam pekerjaan umum

a) Sarung tangan plastik digunakan untuk menyiapkan makanan pasien, keluarga dan petugas.
b) Sarung tangan kain digunakan untuk mencegah terjadi sengatan panas dari alat sterilisasi ke
tangan pekerja
c) Sarung tangan listrik digunakan untuk mencegah terjadi sengatan listrik pada pekerjaan listrik
d) Sarung tangan rumah tangga digunakan untuk pengangkutan limbah dan menangani limbah.
5. Sepatu Pelindung untuk mengurangi kemungkinan terbawanya mikroorganisme dari ruangan lain/luar
ruangan, untuk mencegah terlukanya kaki atau benda tajam yang terkontaminasi/terjepit benda
berat/kejatuhan alat kesehatan/menginjak benda tajam dan mencegah kontak dengan darah dan cairan
tubuh lainnya
6. Sepatu Boot atau sepatu tertutup digunakan untuk melindungi kaki dari cipratan darah atau cairan tubuh
pasien atau melindungi dari bahan berbahaya lainnya.

B. Area atau zona Risiko COVID-19


1. Area atau Zona Merah (Risiko Tinggi)
Adalah zona infeksius atau zona berisiko tinggi, orang sehat dilarang memasuki daerah ini tanpa APD
berupa masker bedah atau masker N95, Gaun/Coverall/Apron, sepatu boot, sarung tangan bersih/
sarung tangan steril, goggles/ face shield, Apron di area perawatannya. (APD masker dan Goggles/
Face Shield merupakan APD yang wajib di pakai oleh petugas, sementara APD lainnya
menyesuaikan dengan indikasi).
Zona merah meliputi:

a) IGD Isolasi

b) Ruang Isolasi COVID 19

c) Kamar Jenazah (Petugas Pemulasaran Jenazah)

d) Laundry (Petugas di ruang mesin infeksius)

7
e) OK Isolasi (Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien Suspek, Probable dan Korfirmasi
COVID-19)
f) PHC/NICU Isolasi

2. Area atau Zona Kuning (Risiko Rendah)


Adalah zona area campuran yang sebagian besar berisiko rendah yang ikut terlibat dalam pelayanan
pasien. Jika memasuki area ini harus menggunakan masker bedah, apron/gaun bedah, face shield,
sandal yang tertutup bagian atasnya, masker N95 (digunakan jika melakukan tindakan memicu
aerosol). APD masker dan Face Shield merupakan APD yang wajib di pakai oleh petugas, sementara
APD lainnya menyesuaikan dengan indikasi. Zona kuning meliputi:
a) Poliklinik

b) Ruang IGD

c) Radiologi

d) Pendaftaran

e) OK Non Covid-19

f) VK/bersalin

g) Laboratorium

h) Rawat Inap

i) Rawat Jalan

j) ICU

k) CSSD

l) Laundry

m) Kamar Jenazah

3. Area atau Zona Hijau (Tidak Berisiko)


Adalah zona non infeksius tidak perlu menggunakan APD lengkap kecuali ada indikasi (APD yang
digunakan yaitu masker bedah dan Face Shield).
a) Area Administrasi

b) Gizi

c) Rekam Medis

d) IPSRS
8
e) Farmasi

f) Security

g) Aula/Ruang Pertemuan/Kantor

Penggunaan APD harus digunakan oleh seluruh staf yang bekerja di rumah sakit yang berpotensi
mengalami bahaya/kecelakaan kerja. APD digunakan bila:
1. Kontak dengan dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan semua yang tercemar oleh bahan
infeksius.
2. Kontak dengan selaput mukosa atau kulit yang tidak utuh/luka terbuka.

3. Sebelum melakukan tindakan invasive (steril maupun non steril).

4. Jika dalam proses pekerjaan terdapat bahaya

Dalam penggunaan APD harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Segera dilepaskan bila tidak diperlukan lagi.

2. Dibuang ke tempat sampah khusus yang telah di sediakan.

3. Untuk APD sekali pakai diganti bila akan melakukan tindakan/prosedur berikutnya, walaupun pada
pasien yang sama.
4. Dipahami cara penularan penyakit agar efektif dan efisien dalam memilih jenis APD

5. Pemakaian APD sesuai dengan bahaya yang ditemui dalam proses kerja.

6. Kecuali pada unit-unit area zona merah, pemakaian APD bagi DPJP yang visite dari satu unit ke unit
pelayanan lain di rumah sakit, untuk melepaskan APD terluar selesai pakai seperti apron dan sarung
tangan di unit sebelumnya, untuk APD gaun, masker, goggles dan pelindung kepala di lepaskan jika
terlihat ada noda atau cairan tubuh pasien.

9
BAB III

KEBIJAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

1.Penggunaan APD memerlukan 4 (empat) unsur yang harus dipatuhi:

1. Risiko terpapar

APD digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius.

2. Dinamika transmisi

a. Transmisi penularan COVID-19 adalah droplet dan kontak APD yang di


gunakan antara lain:
a) Gaun/gown

b) Sarung tangan

c) Masker bedah

d) Pelindung kepala

e) Pelindung mata (Goggles)

f) Sepatu pelindung (Boots)

Catatan : APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan pelindung wajah (Face Shield)

b. Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi
trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum
intubasi, nebulasi dan bronskopi, open suctioning, induksi sputum, high flow nasal canule, CPAP,
pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air driven, pemeriksaan hidung dan
tenggorokan, pengambilan swab. APD yang di gunakan antara lain:

a) Gaun/gown

b) Sarung tangan

c) Masker N95

d) Pelindung kepala

e) Pelindung mata (goggles)

f) Pelindung wajah (face shield)

g) Sepatu pelindung
10
Catatan : APD di atas bisa di tambah dengan penggunaan apron

a. Cara “memakai” dengan benar dan sesuai urutan.

b. Cara “melepas” dengan benar dan sesuai urutan.

c. Cara “mengumpulkan (disposal) setelah pakai dengan benar.


2.Petugas harus memakai APD yang sesuai jika :

1. Berada di area zona merah, kuning dan hijau sesuai dengan indikasi risiko paparan dan
dinamika transmisi
2. Kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien

3. Limbah infeksius dan non infeksius

4. Percikan api atau arus listrik

5. Radiasi atau terpapar bahan beracun

6. Pengolahan bahan makanan


3.Alat Pelindung Diri standar yang harus tersedia dan layak pakai di masing-masing ruangan :
1. Sarung tangan

2. Apron/Gaun/Coverall

3. Masker N95

4. Masker bedah

5. Face Shield

6. Pelindung mata/Goggles

7. Headcap / pelindung kepala

8. Sepatu boot/Pelindung kaki


4.Rumah Sakit menetapkan area penggunaan APD untuk memudahkan dalam pemantauan
penggunaan APD secara bijak:
1. Zona Merah

a) IGD Isolasi

b) Ruang Isolasi PINERE I dan PINERE II

c) Kamar Jenazah (Petugas Pemulasaran Jenazah)

d) Laundry (Petugas di ruang mesin infeksius)

e) OK Isolasi (Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien Suspek, Probable dan Korfirmasi
11
COVID-19)
f) PHC/NICU Isolasi
2. Zona Kuning

a) Poliklinik

b) Ruang IGD

c) Radiologi

d) Pendaftaran

e) OK Non Covid-19

f) VK/Bersalin

g) Laboratorium

h) Rawat Inap

i) Rawat Jalan

j) ICU Non Covid-19

k) CSSD

l) Laundry

m) Kamar Jenazah
3. Zona Hijau

a) Area Administrasi

b) Gizi

c) Rekam Medis

d) IPSRS

e) Farmasi

f) Security

g) Aula/Ruang Pertemuan/Kantor

12
5.Hal yang harus di perhatikan dalam penggunaan alat pelindung diri sehingga tidak
menimbulkan infeksi silang di rumah sakit
a. Masker N95 atau ekuivalen digunakan sesuai indikasi risiko paparan dengan airborne disease
atau yang melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol.
b. Satu pasang sarung tangan digunakan untuk satu pasien
c. Sarung tangan dan masker medis tidak boleh reuseable (kecuali sarung tangan rumah tangga)
d. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari
kontaminasi dengan lingkungan di luar ruang isolasi, pada pasien atau pekerja lain.
e. Risiko yang ditimbulkan apabila petugas tidak menggunakan APD secara benar menjadi tanggung
jawab petugas yang bersangkutan.

13
BAB IV

TATALAKSANA

A. PRINSIP UMUM

1. Setiap pegawai Rumah Sakit harus dapat menggunakan APD standar dengan bijak, baik dan
benar.
2. Terkait dengan kesehatan tempat kerja dan keselamatan pasien, maka rumah sakit harus
menyediakan APD yang sesuai bagi setiap petugas dalam jumlah yang cukup.
3. Pemilihan APD dipengaruhi oleh:

a. Jenis paparan yang diantisipasi dapat terjadi percikan atau kontak langsung atau sentuhan,
kategori kewaspadaan isolasi (droplet, kontak, airbone).
b. Jangka waktu pemakaian dan kesesuaian terhadap pekerjaan yang dilakukan.

c. Area Berisiko COVID-19.


4. Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya di rumah sakit harus
dilakukan dengan menggunakan APD.
5. Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan di setiap instalasi Rumah
Sakit.
6. APD yang bersifat diposable harus dibuang setelah digunakan satu kali, sedangkan APD yang
reusable seperti goggles, face shield dan boot harus, di disinfeksi dan disimpan.
7. Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam menggunakan APD di rumah
sakit, bukan merupakan tanggung jawab rumah sakit.
8. APD yang akan digunakan kembali harus melalui proses dekontaminasi.

B. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT

1. Penutup Kepala

a. Penutup kepala atau topi digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari percikan
darah/cairan tubuh, mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala
petugas kesehatan terhadap alat-alat/daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala atau rambut petugas dari percikan bahan-bahan terinfeksi dari pasien.
b. Pemilihan penutup kepala sebaiknya yang disposable dan tahan air.

c. Digunakan hingga menutupi seluruh kepala dan rambut

d. Melepaskan penutup kepala:

a) Dilakukan dengan memegang bagian dalam penutup kepala dari belakang, dan lipat atau
gulung keluar, sehingga bagian dalam penutup kepala berada diluar.
14
b) Dibuang di tempat sampah infeksius.

c) Dilanjutkan dengan prosedur kebersihan tangan.

e. Indikasi pemakaian penutup kepala

a) Saat berada di zona yang berisiko tinggi atau zona merah.

b) Saat akan melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas.

c) Saat akan melakukan tindakan operasi di kamar operasi.

d) Saat akan pemasangan kateter vena sentral.

e) Saat memasak.

f) Saat kegiatan pencucian linen.

g) Saat pencucian alat steril.

2. Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles)

a. Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus digunakan setiap kali
petugas kesehatan melakukan kegiatan yang berisiko terpercik darah atau cairan tubuh
pada wajah atau mata, misalnya saat melakukan suction endotracheal atau tracheostomy,
memasang kateter.
b. Pelindung wajah (Face Shield) dapat melindungi wajah, mata, mulut tetapi pada
situasi yang berisiko tinggi dapat ditambahkan masker jika ada kemungkinan
penyebaran infeksi secara airborne.
c. Pelindung mata (Safety Goggles) tidak menggantikan pelindung wajah. Sebaiknya
disediakan safety goggles yang dapat digunakan bersama face shield.
d. Penggunaan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus
diganti setiap pergantian shift.
e. Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus dicuci dan di
disinfeksi setelah digunakan.
f. Pemilihan Penggunaan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles),
pilihlah goggles yang terbuat dari lapisan polikarbonat jernih yang melindungi dahi dan
bagian samping mata. Sebaiknya goggles bersifat optik yang jelas, anti kabut dan anti
distorsi sehingga tidak mengganggu pandangan petugas.
g. Menggunakan pelindung mata (safety goggles) pastikan posisi pelindung mata (safety
goggles) cukup aman melintas jembatan hidung dan menutupi kedua mata secara
sempurna. Posisi pelindung mata (safety goggles) berada tepat diatas masker yang menutup
hidung.

15
h. Melepaskan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) dengan cara
memegang gagang atau tali dari pada Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety
Goggles) dan tempatkan pada wadah yang tersedia untuk dibersihkan dan di dekontaminasi
sebelum digunakan kembali

3. Masker Medis dan Masker Respirator (N95)

a. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi mulut, hidung dan saluran nafas dari inhalasi
mikroorganisme yang ditransmisikan secara droplet (seperti varicella SARS CoV-2 dan
meningococcal). Sedangkan masker respirator mampu melindungi saluran nafas dan
mikroorganisme yang ditransmisi secara droplet maupun airbone akibat suatu prosedur
aerosolisasi pada virus COVID-19.
b. Petugas kesehatan maupun pengunjung harus menggunakan masker apabila mengunjungi atau
apabila melakukan tindakan perawatan terhadap pasien menular melalui droplet atau airbone.
c. Masker mampu melindungi pasien dari mikroorganisme yang berasal dari petugas yang
menggunakan masker dan sebaliknya melindungi petugas kesehatan dari partikel droplet yang
mungkin terpercik saat tindakan dilakukan pada pasien.
d. Masker disposable digunakan selama 4-6 jam, setelah itu dibuang ke kontainer limbah
infeksius. Masker disposable tidak boleh disimpan di dalam kantong baju atau celana, maupun
tas untuk digunakan kembali. Jika masker basah oleh percikan darah atau cairan tubuh, harus
segera diganti dengan menggunakan sarung tangan dan diikuti dengan tindakan mencuci
tangan.
e. Pasien menular secara droplet atau airbone wajib menggunakan masker ketika ditransfer dari
satu unit ke unit pelayanan lain di rumah sakit.
f. Pemilihan masker:

a) Masker bedah digunakan pada keadaan dimana terdapat risiko percikan darah, cairan tubuh
atau kontak dengan pasien menular secara droplet, namum saat pandemi COVID-19 ini,
petugas kesehatan harus memakai masker bedah ketika berada di area wajib masker di
lingkungan rumah sakit.
b) Masker respirator digunakan pada keadaan dimana terdapat risiko penularan secara airbone
pada kasus COVID-19, transmisi berubah menjadi airborne jika dilakukan prosedur yang
bersifat aerosol.
g. Cara menggunakan masker

a) Ambil masker bersih dari tempat penyimpanan

b) Pastikan ukuran masker pas dan nyaman digunakan

c) Jika menggunakan kacamata, pastikan sepatu kacamata berada di atas masker

16
h. Cara melepas masker

a) Membuka kedua ikatan masker dengan posisi kepala sedikit menunduk, lalu menyimpan masker
ditempat yang telah ditentukan untuk di disinfeksi (masker N95 jika keadaan masker tersebut
menjadi minim).
b) Melepas masker, memegang hanya pada talinya, jangan memegang bagian depan masker karena
sudah di anggap terkontaminasi.

c) Membuang pada tempat sampah infeksius yang tersedia

d) Perhatian menghindari berbicara, bersin atau batuk sebisa mungkin selama menggunakan
masker

4. Gaun/Apron

a. Digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap pakaian atau kulit tubuh petugas kesehatan
dari risiko terpapar darah atau cairan tubuh baik melalui percikan maupun tumpahan.
b. Bersifat disposable, hendaknya langsung di buang setelah selesai digunakan.

c. Gaun/Apron yang tahan air digunakan pada prosedur yang berisiko tinggi terpapar bahan-bahan
infeksius, misalnya pada tindakan pembedahan, pertolongan persalinan dan lain-lain.
d. Dilepaskan Gaun/Apron sebelum meninggalkan tempat kerja.

e. Mengenakan Gaun/Apron :

1) Cuci tangan dan keringkan

2) Pegang gaun/apron pada bagian leher dalam untuk membuka lipatan

3) Memasukkan tangan ke dalam lengan gaun/apron

4) Mengikatkan tali leher

5) Mengupayakan belakang gaun/apron menutup sempurna pakaian petugas kesehatan ikat tali
pinggang dengan baik. Jika diperlukan, meminta bantuan petugas lain.

f. Melepaskan Gaun/Apron :

1) Buka lipatan gaun/apron

2) Biarkan gaun/apron jatuh kearah depan dari arah bahu tapi jangan sampai jatuh ke lantai
3) Lipat tanpa menyentuh bagian luar gaun/skort/apron

4) Masukkan kedalam tempat yang disiapkan untuk dicuci

17
5. Sarung Tangan

a. Digunakan untuk perawatan pasien, perawatan lingkungan rumah sakit. Biasanya terbuat dari
bahan vinyl, latex, nitril
b.Indikasi penggunaan sarung tangan : Saat akan melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan
akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
c. Jenis sarung tangan: sarung tangan bedah (steril), sarung tangan pemeriksaan (bersih), sarung
tangan rumah tangga. Sarung tangan medis bersifat disposable, sedangkan sarung tangan rumah
tangga dapat dipakai ulang (reusable).

d.Prinsip penggunaan sarung tangan :

1) Digunakan sepasang sarung tangan

2) Melakukan pekerjaan dimulai dari yang bersih menuju yang kotor

3) Membatasi menyentuh bahan-bahan terkontaminasi

4) Jangan menyentuh wajah atau memperbaiki APD wajah dengan sarung tangan yang telah
terkontaminasi
5) Jangan menyentuh permukaan lingkungan pasien kecuali saat diperlukan selama perawatan
pasien
6) Mengganti sarung tangan jika robek atau tampak sangat kotor, setelah digunakan pada satu
pasien
7) Jangan pernah melakukan kebersihan tangan diatas sarung tangan atau menggunakan kembali
sarung tangan disposable.
8) Tetaplah berhati-hati dalam melakukan pekerjaan dengan peralatan medis yang bersifat tajam
9) Kegunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan. Petugas kesehatan harus mencuci
tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
10) Apabila terdapat robekan kecil yang tak tampak pada sarung tangan sebelum digunakan, tangan
yang kotor dapat menjadi sumber kontaminasi melalui celah robekan tersebut
11) Keadaan tangan harus benar-benar bersih dan kering sebelum menggunakan sarung tangan.
Bakteri dapat berkembang dengan cepat pada kulit yang lembab di bawah sarung tangan. Oleh
karena itu, petugas harus mencuci tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
12) Tidak di rekomendasikan mencuci sarung tangan setelah dipakai dengan sabun, chlorhexidine
atau alkohol sebelum digunakan karena dapat menyebabkan micropuncture, yang
memungkinkan cairan merembes melalui lubang kecil tersebut.

18
e. Perbedaan beberapa sarung tangan

Tabel 4.1. Tabel Perbedaan Beberapa Sarung Tangan

Jenis Indikasi Keterangan Bahan Dasar

Sarung tangan Prosedur pemeriksaan, Non steril, single use Natural Rubber
untuk Prosedur non bedah disposable. Gunakan Latex (NRL), Nitrile
pemeriksaan lainnya yang kontak satu pasang untuk Polyvinyl Chloride
pasien dengan selaput satu pasien. Buang (Vinyl), dan sintetik
lender, Prosedur sarung tangan bekas lainnya
laboratorium pakai dengan benar

Sarung tangan Prosedur pembedahan Steril, single use Natural Rubber


pembedahan disposable. Latex (NRL), Nitrile

Gunakan satu pasang kombinasi Latex dan

untuk satu pasien. sintetik lainnya

Buang sarung tangan


bekas pakai dengan

benar.

Sarung tangan Prosedur rumah Biasanya lebih tahan Natural Rubber


medis/rumah tangga (pembersihan, tusukan atau bahan Latex (NRL), Nitrile
disinfeksi). kimia bersihkan
atau Chloroprene
Menangani benda setelah dipakai,
Blends, Neoprene
tajam atau bahan reuseable
Nitril, Butyl Rubber
kimia tidak untuk
perawatan pasien

f. Pemilihan sarung tangan

1) Gunakan sarung tangan yang bersih.

2) Sarung tangan bersih atau non steril digunakan untuk perawatan rutin pasien.

3) Sarung tangan steril digunakan untuk prosedur invasif.

4) Sarung tangan karet yang tebal untuk membersihkan instrumen, menangani linen kotor
atau menangani percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh. Jenis sarung tangan ini
dapat dicuci dan digunakan kembali (reuseable).
5) Gunakan sarung tangan yang ukurannya sesuai dengan ukuran tangan.

6) Periksa keadaan sarung tangan sebelum digunakan, apakah ada kebocoran/apakah ada
19
bagian yang robek untuk memberikan perlindungan yang optimal.

g.Cara penggunaan sarung tangan

1) Terlebih dahulu cuci tangan sesuai prosedur, lalu pastikan tangan kering.

2) Ambil sarung tangan yang pertama, pada bagian pergelangannya.

3) Gunakan sarung tangan yang pertama, kembangkan dan tarik ke arah tangan sehingga
setiap jari masuk ke dalamnya.
4) Ulang kembali langkah diatas untuk tangan yang lainnya.

h.Cara melepaskan sarung tangan

1) Ketika melepaskan semua APD, utamakan untuk melepaskan sarung tangan terlebih
dahulu.
2) Lepaskan sarung tangan kiri (atau tangan non dominan) dengan menggunakan tangan
kanan (tangan yang dominan) dengan cara menyentuh dan menarik bagian luar sarung
tangan kiri agar bagian tangan kiri tidak terkena sisa kotoran.
3) Genggam sarung tangan kiri yang sudah terlepas di tangan kanan.

4) Lepaskan sarung tangan kanan dengan cara tangan kiri menarik sarung tangan dari arah dalam
sarung tangan kanan agar tangan kiri tidak menyentuh bagian luar sarung tangan kanan.
5) Buang sarung tangan ke tempat yang telah disediakan.

6) Setelah membuang sarung tangan yang telah digunakan, kemudian lakukan cuci tangan sesuai
prosedur.

6. Sepatu Pelindung Tertutup

a. Digunakan untuk melindungi petugas kesehatan terkena percikan darah atau cairan tubuh
pada bagian kaki.
b.Harus digunakan pada tempat yang berisiko kontaminasi tinggi, lantai yang basah atau saat
pembersihan lantai.
c. Dalam pemilihan sepatu pelindung harus yang dapat dicuci ulang dan bersifat kedap air. Alas
sepatu tidak boleh licin jika digunakan pada lantai yang basah. Sebaiknya gunakan sepatu
karet atau alas yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki.
d.Melepaskan sepatu pelindung; dilepaskan pada langkah melepas APD.

e. Setelah melepaskan sepatu pelindung yang telah digunakan, kemudian lakukan cuci tangan
sesuai prosedur.

20
f. Hal-hal yang harus diperhatikan :

1) APD sebaiknya tersedia di setiap ruangan dalam keadaan siap pakai dan benar- benar bersih.
2) Penggunaan APD pada umumnya hanya sekali pakai atau dipakai terpisah untuk setiap pasien.
3) Setiap APD yang terkontaminasi harus segera di singkirkan dan segera diganti.

4) Alat yang kotor ditempatkan dalam tempat penampungan sementara dan tertutup rapat
tanpa mencemari lingkungan.
5) Alat yang kotor tersebut diproses dengan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi atau
dibuang.

21
C. JENIS, TATA CARA PENYIMPANAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN APD
1. Sarung Tangan
Sarung bersih dan sarung tangan steril bersifat disposable/sekali pakai. Sesudah dipakai untuk
melakukan suatu prosedur maka sarung tangan jenis ini harus dibuang di tempat sampah medis.
Sedangkan untuk sarung tangan karet/rumah tangan setelah dibersihkan maka harus disimpan
dalam tempat khusus menyimpan alat pelindung diri.

2. Gaun pelindung dan apron

Gaun pelindung dan apron bersifat disposable/sekali pakai, sesudah dipakai harus dibuang di
tempat sampah medis infeksius.

3. Masker

Masker bedah dan masker N95 merupakan alat pelindung diri yang bersifat disposable/sekali
pakai. Sesudah dipakai harus dibuang ke tempat sampah medis yang telah di sediakan secara di
luar anteroom (khusus zona merah).

4. Goggles (alat pelindung mata) dan pelindung wajah (Face Shield)

Goggles dan Face Shield merupakan alat pelindung diri yang bersifat dipakai berulang. Setelah
dipakai ditempatkan di kontainer yang telah disediakan di luar anteroom (khusus area isolasi)
dan harus dibersihkan dan disimpan di tempat penyimpanan alat pelindung diri yang bersih.

5. Penutup Kepala/Topi

Penutup kepala/topi ada 2 jenis, diantaranya ada yang bersifat Disposable/sekali pakai dan ada
pula yang bersifat dipakai berulang. Untuk yang bersifat Disposable/sekali pakai, maka setelah
dipakai dibuang di sampah medis sedangkan yang terbuat dari kain dapat dicuci ulang di
laundry

6. Pelindung Kaki

Pelindung kaki/sepatu boot merupakan alat pelindung diri yang dipakai berulang. Setelah
dipakai pelindung kaki/sepatu boot disinfeksi dan dicuci secara berkala atau jika terlihat kotor
dan disimpan di dalam kontainer penyimpanan alat pelindung diri setelah di proses ulang.

22
D. PEMAKAIAN DAN PELEPASAN ALAT PELINDUNG DIRI
Hal yang harus di ingat dalam penggunaan alat pelindung dirian APD
1. Menggunakan baju kerja (Scrub Suit)
2. Lepaskan seluruh perhiasan atau aksesoris yang digunakan
3. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD
4. Gunakan apd mulai dari ruang persiapan dan melepas APD di ante room
5. Mandi setelah selesai menggunakan APD

E. Langkah-Langkah Pemakaian APD Gaun / Gown

1. Petugas kesehatan masuk ke dalam ruang persiapan, setelah memakai scrub suit di ruang
ganti
2. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak rusak

3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer dengan
menggunakan 6 langkah
4. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah didepan hidung dan mulut dengan
memegang ke dua sisi tali kemudian tali diikat ke belakang.
5. Pasang pelindung mata (Goggles) rapat menutupi mata

6. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga dengan baik.
7. Pakai gaun bersih yang menutupi badan dengan baik dengan cara pertama memasukkan
bagian leher kemudian mengikat tali ke belakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan
baik
8. Kenakan sepatu pelindung (Boots). Jika petugas menggunakan sepatu kets atau sepatu lainnya
yang tertutup maka petugas menggunakan pelindung sepatu (Shoe Covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas dan menutupi celana panjang petugas
9. Apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan aerosol maka petugas kesehatan dapat
menambahkan pelindung wajah (Face Shield) setelah pemasangan pelindung kepala dengan
menempatkan bando face shield di atas alis dan pastikan pelindung wajah menutupi seluruh
wajah sampai ke dagu
10. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun

23
F. Langkah – langkah Pelepasan APD dengan menggunakan gaun:

1. Petugas kesehatan berdiri di area kotor di ante room

2. Lepaskan sarung tangan dengan cara mencubit sedikit bagian luar sambil di tarik mengarah
ke depan kemudian lipat di bagian ujung dalam sarung tangan dan lakukan yang sama di
sarung tangan berikutnya dan secara bersama di lepaskan kemudian dimasukkan ke tempat
sampah infeksius
3. Buka gown perlahan dengan membuka ikatan tali di belakang kemudian merobek bagian
belakang leher lalu tangan memegang sisi bagian dalam gown melipat bagian luar ke dalam
dan usahakan bagian luar tidak menyentuh pakaian petugas lalu dimasukkan ke tempat
sampah infeksius.

4. Lakukan disinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah


5. Buka pelindung mata (Goggles) dengan cara menundukkan sedikit kepala lalu pegang sisi
kiri dan kanan pelindung mata (Goggles) secara bersamaan, lalu buka perlahan menjauhi
wajah petugas kemudian goggles di masukkan ke dalam kotak tertutup
6. Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
7. Buka pelindung sepatu dengan cara memegang sisi bagian dalam dimulai dari bagian
belakang sepatu sambil melipat arah dalam dan perlahan menuju ke bagian depan dengan
mempertahankan tangan berada di sisi bagian dalam pelindung sepatu kemudian segera
masukkan ke tempat sampah infeksius
8. Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
9. Lepaskan masker bedah dengan cara menarik tali masker bedah secara perlahan kemudian
dimasukkan ke tempat sampah infeksius
10. Setelah membuka scrub suit, petugas harus segera mandi untuk selanjutnya memakai baju
biasa/baju dinas.
11. WHO dan CDC sampai saat ini tidak mempersyaratkan coverall, namun apabila
fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan sebagai alternatif, maka langkah-langkah
penggunaan coverall adalah

24
G. Tahap pemakaian APD – Coverall

1. Lepaskan semua barang-barang pribadi (perhiasan, jam tangan, handphone dll)


2. Pakailah baju scrub dan sepatu/sandal tertutup

3. Pindah ke area bersih di titik masuk unit isolasi

4. Lihat dan pastikan semua ukuran APD benar dan kualitas sesuai.

5. Lakukan prosedur pemakaian APD dibawah panduan dan pengawasasn terlatih (rekan
kerja)
6. Terapkan kebersihan tangan dan pakailah masker bedah (masker N95 di pakai apabila
petugas akan melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol)
7. Pakailah pelindung mata (Goggles) rapat menutupi mata

8. Pakailah pelindung kepala (Head Cap) menutupi seluruh rambut, jambang hingga telinga
9. Pakailah coverall (dapat di tambah apron jika diragukan coverall tidak kedap air)

10. Pakailah sepatu pelindung (Boots). Jika petugas mengunakan sepatu kets atau sepatu lainnya
yang tertutup maka petugas menggunakan pelindung sepatu (Shoe Cover) dipakai diluar
sepatu petugas.
11. Pakailah pelindung wajah (Face Shield) sebagai lapis kedua perlindungan wajah (jika
melakukan prosedur aerosolisasi)
12. Terapkan kebersihan tangan dan pakailah sarung tangan lapis pertama

13. Pakailah sarung tangan lapis kedua jika dibutuhkan (prosedur/tindakan operasi)
H. Tahap pelepasan APD – Coverall

1. Selalu melepaskan APD di bawah panduan dan pengawasan petugas terlatih. Pastikan
tersedia tempat sampat infeksius pada area pelepasan pembuangan APD yang aman. Tempat
pembuangan terpisah harus tersedia barang yang dapat digunakan kembali (Reusable)
2. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sarung tangan. Jika
sebelumnya memakai satu lapis sarung tangan, dapat dipakai sarung tangan bersih untuk
membuka APD selesai pakai selanjutnya.
3. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan pelindung wajah
(Face Shield) perlahan dengan memegang bagian belakang face shield, lalu lepaskan dan
menjauhi wajah petugas, kemudian di masukkan kedalam kontainer tertutup yang telah di
siapkan untuk kemudian di kelola ulang.
4. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan apron dengan tubuh
condong kedepan dan hati-hati untuk menghindari kontaminasi tangan anda. Lalu lepaskan
bagian belakang dan gulung bagian dalam ke luar

25
5. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan coverall. Miringkan
kepala kebelakang untuk menggapai resleting, buka resleting seluaruhnya tanpa menyentuh
kulit atau scrub mulai melepaskan coverall dari atas ke bawah. Tanggalkan bagian bahu,
kemudian gulung bagian dalam keluar sampai posisi coverall diatas sepatu boot. Buang
coverall dengan aman.

6. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sepatu boot karet
dengan aman dan lakukan dekontaminasi dengan benar kemudian letakkan dalam kontainer
sepatu boot kotor untuk penanganan selanjutnya hingga pengeringan oleh petugas kebersihan.
Jika sepatu boot yang sama akan digunakan diluar pada area berisiko tinggi, tetap digunakan
tetapi bersihkan dan dekontaminasi dengan benar sebelum meninggalkan area pelepasan.

7. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sarung tangan dengan
teknik yang tepat dan buang dengan aman.

8. Terapkan kebersihan tangan dan lepaskan pelindung mata dengan menarik tali dari belakang
kepala dengan posisi kepala sedikit condong ke depan dan letakkan dalam kontainer yang
telah di siapkan untuk kemudian di dekontaminasi.
9. Terapkan kebersihan tangan dan lepaskan masker bedah dengan menarik tali masker

I. DEKONTAMINASI PENGGUNAAN ULANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DALAM


MASA KRITIS
Alat pelindung diri yang dapat digunakan ulang adalah:
1. Masker N95
Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan penyimpanan atau sterilisasi
yang benar. Masker N95 yang telah digunakan kemudian dilepas tidak boleh menyentuh
bagian dalam dan luar masker. Apabila tersentuh, tenaga kesehatan harus segera melakukan
kebersihan tangan. Masker N95 tidak boleh di kelola ulang setelah masker N95 digunakan
untuk tindakan aerosol.
Ada beberapa metode agar masker N95 dapat kembali digunakan seperti :

a. Metode ke 1 : Masker N95 disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas,


tanggal dan jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali sebanyak 5 kali
selama 8 jam.

26
Gambar 4.4. Gambar Contoh Kantong Kertas

b. Metode ke 2: Masker N95 dapat digunakan kembali setelah diletakkan kering di


ruangan terbuka dalam suhu kamar selama 3 – 4 hari. Masker N95 terbuat dari
polypropylene yang bersifat hidrofobik dan sangat kering sehingga Covid -19 tidak
dapat bertahan hidup. Masker N95 tidak boleh di jemur di bawah sinar matahari
karena akan merusak material polypropylene. Masker N95 juga rusak oleh sinar
ultraviolet.
c. Metode ke 3: Sterilisasi dengan cara menggantung masker N95 menggunakan jepitan

kayu di dalam oven dapur dengan suhu 70oC selama 30 menit


d. Metode ke 4 Sterilisasi dengan menggantung masker N95 di atas uap air panas dari
air mendidih selama 10 menit

2. Gaun reusable, Apron reusable, Coverall/Hazmat

Gaun reusable, coverall, apron, pelindung kepala reusable dan masker kain dapat
digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan disinfektan dengan cara :

a. Pencucian gaun dilakukan pada suhu 57.2°C – 71°C selama minimal 25 menit.

b. Disinfektan yang digunakan adalah klorin dengan konsentrasi 1 : 99

3. Pelindung mata (Goggles) dan pelindung wajah (Face Shield)

Pelindung mata dan pelindung wajah dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian
dan disinfektan oleh petugas yang telah menggunakan sarung tangan dengan cara:

a. Membersihkan bagian dalam pelindung mata dan pelindung wajah dengan


menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke deterjen

b. Membersihkan bagian luar pelindung matadan pelindung wajah dengan menggunakan


kain bersih yang sudah dicelupkan ke desinfektan (klorin) dan kemudian dibersihkan
kembali dengan menggunakan air bersih atau alkohol untuk melepaskan residu.

27
c. Mengeringkan pelindung mata dan pelindung wajah dengan cara di jemur atau dilap
bersih.

4. Sepatu Tertutup

Sepatu pelindung dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan desinfektan oleh
petugas yang telah menggunakan sarung tangan dengan cara:

a. Mencuci sepatu pelindung dengan menggunakan deterjen pada suhu 20-30oC

b. Menggunakan disinfektan klorin setelah dibilas dengan menggunakan air bersih

c. Mengeringkan sepatu pelindung dengan cara di jemur

28
BAB V

DOKUMENTASI

A. DOKUMENTASI
Penggunaan APD dicatat berdasarkan jenis dan jumlah pemakaiannya.
B. PEMANTAUAN/AUDIT APD DAN PELAPORAN
Kepatuhan petugas dalam penggunaan APD dimonitoring oleh IPCN dan K3RS, dengan
menggunakan formulir Pemantauan/Audit APD. Selanjutnya dilaporkan dalam bentuk laporan
bulanan/triwulan/semester/tahunan kepada Direktur Rumah Sakit dan di komunikasikan kepada
unit yang menggunakan APD.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Petunjuk teknis Alat Pelindung Diri (APD) Dalam menghadapi wabah COVID-19.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, April 2020.
3. Use Personal Protective Equipment (PPE) When Caring for Patients with Confirmed of
Suspected COVID-19, CDC 06 Maret 2020.
4. Rational Use of Personal Protective Equipment (PPE) for COVID-19, WHO Interim Guidance,
19 Maret 2020.

30

Anda mungkin juga menyukai