DEFINISI
1. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground dan peralatan
rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan.
Menurut Friend dan Khon (2007:184), definisi safety yaitu membuat segala sesuatu bebas dari
kemungkinanterjadinya kerugian baik kondisi kerja, peralatan maupun sistem kerja.
2. Keselamatan Kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja
3. Kesehatan Kerja adalah usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit- penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial.
4. Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja di perusahaan semenjak
tenaga kerja meninggalkan rumah menuju tempat kerja, selama jam kerja dan jam istirahat dan
sekembalinya dari tempat kerja menuju rumah melalui jalan yang biasa dilalui.
7. Risiko adalah peluang/probabilitas timbulnya suatu insiden yang akan berdampak merugikan bagi
pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan.
8. Bahaya (hazard) adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan
kerugian. Sesuatu disebut sumber bahaya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif.
9. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan
bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di
tempat kerja. APD juga dapat diartikan sebagai pakaian khusus atau perlengkapan khusus yang
digunakan oleh pekerja (petugas kesehatan) untuk melindungi dirinya dari bahan-bahan infeksius di
dalam lingkungan Rumah Sakit.
10. Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah single-sense-positive - RNA virus terlantar. Penyakit ini
menular pada manusia dan merupakan penyebab pandemi penyakit corona virus yang sedang
berlangsung pada tahun 2019 (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai darurat Kesehatan.
1
11. COVID-19 adalah Coronavirus Disease yaitu penyakit jenis baru yang belum pernah di identifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2 atau 2019.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
b) Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
3
udara atau droplet. Masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran
mukosa dari petugas kesehatan.
c) Pada saat petugas kesehatan dan pasien yang mengalami tanda dan gejala gangguan saluran
pernapasan, seperti batuk (etika batuk)
d) Pada saat berada di lingkungan kerja, ketika bedekatan dengan sesama petugas kesehatan, pasien,
pendamping pasien dan siapapun selama berada di jarak kurang dari 2 meter.
e) Masker N95 digunakan ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti flu burung atau SARS dan
merawat pasien yang belum diketahui penyakit menular melalui aiborne dan droplet pada
tindakan yang menimbulkan aerosol selama pandemi Covid-19.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian Masker Bedah dan Masker N95:
a. Petugas kesehatan harus memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, masker sudah tidak dapat
digunakan dan harus dibuang. Selain itu, masker yang robek, terkikis, terpotong atau, terlipat pada sisi
dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
b. Petugas kesehatan harus memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali
harus menempel dengan baik di semua titik sambungan
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada tempatnya dan
berfungsi dengan baik. Klip hidung tersebut tidak boleh dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Klip hidung harus diletakkan di atas hidung setelah memasang masker, menggunakan
kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.
4. Gaun untuk mencegah kulit petugas kesehatan kontak dengan percikan darah/cairan tubuh pasien, untuk
mencegah kontak mikroorganisme dari tangan, tubuh, dan pakaian petugas kesehatan kepada pasien.
Jenis gaun yang dipakai di rumah sakit yaitu :
a. Gaun steril digunakan untuk mempertahankan kondisi steril area operasi. biasanya dipakai oleh ahli
bedah dan para asistennya di Kamar Bedah saat melakukan pembedahan.
b. Gaun Non steril digunakan di berbagai unit berisiko tinggi, misalnya oleh pengunjung kamar bersalin,
ruang pemulihan di kamar bedah, ruang isolasi dan ICU.
Waktu pemakaian gaun pelindung ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk
merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi, atau
ekskresi.
4
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian gaun pelindung adalah pangkal sarung tangan harus
menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah
gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu
cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
5. Apron merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada
pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh
atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh
pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. Jenis apron yang dipakai di rumah sakit, yaitu :
a. Celemek plastik/Perlak digunakan untuk melindungi tubuh dari cipratan darah atau cairan tubuh
pasien atau dari bahan berbahaya lainnya.
b. Apron timbal digunakan untuk melindungi tubuh dari paparan sinar x-ray.
c. Celemek kedap air digunakan untuk melindungi tubuh dari air kotor saat melakukan pencucian piring
d. Celemek kain digunakan untuk melindungi tubuh dari bahan makanan yang diolah/masakan
6. Sarung Tangan ada 2 jenis yaitu untuk tindakan medis dan pekerjaan umum
a. Sarung tangan dalam tindakan medis
Sarung tangan dalam tindakan medis digunakan untuk mencegah kontak mikroorganisme yang ada
pada tangan petugas kesehatan kepada pasien, untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien dari
kemungkinan paparan bahan infeksius yang mungkin melekat/terbawa oleh tangan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung
tangan harus diganti antar kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari
kontaminasi silang.
b. Sarung tangan pekerjaan umum
Sarung tangan yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan umum, diantaranya sarung tangan
plastik, sarung tangan kain, sarung tangan listrik dan sarung tangan rumah tangga.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan dalam tindakan medis :
1. Waktu pemakaian sarung tangan
1) Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa atau kulit
yang terlepas/tidak utuh, atau bahan infeksius lainnya kecuali keringat
2) Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang
tercemar.
3) Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif, misalnya menusukkan sesuatu ke dalam tubuh
atau bagian tubuh pasien.
5
4) Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (yang diperlukan pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai) atau terinfeksi patogen seperti
Vancomycin Resistence Enterococcus, Methicillin Resistence Staphylococcus aureus, dan
Respiratory Syncycial Virus. Pada keadaan tersebut, petugas kesehatan harus menggunakan sarung
tangan ketika memasuki ruangan pasien dan harus melepaskan sarung tangan tersebut sebelum
meninggalkan ruangan, mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis
alkohol.
2. Pemakaian sarung tangan
1) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung
tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek
2) Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek.
3) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika Anda memakainya) untuk melindungi pergelangan
tangan
4) Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk mencegah kulit tangan
kering/berkerut
5) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah
maupun sarung tangan periksa dari lateks
6) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi
pada kulit
7) Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin,
misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya
fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung.
8) Apabila sarung tangan digunakan dengan APD lainnya maka sarung tangan harus yang paling awal
dilepas.
9) Jangan mengggunakan sarung tangan terus menerus/tidak sesuai dengan risiko paparan.
10) Jangan gunakan sarung tangan untuk menulis.
3. Waktu penggantian sarung tangan
Sarung tangan harus diganti pada saat merawat pasien yang berbeda untuk menghindari
3) Setelah penggunaan sarung tangan yang terkontak dengan cairan tubuh harus dibuang pada sampah
infeksius.
6
4. Jenis sarung tangan dalam tindakan medis yang terdapat di rumah sakit yaitu :
1) Sarung tangan bersih (non steril) atau sarung tangan pemeriksaan digunakan bila kontak dengan
pasien atau cairan tubuh pasien dan bahan berbahaya lainnya, tetapi tidak kontak dengan jaringan
steril dibawah kulit atau instrumen steril.
2) Sarung tangan steril digunakan bila kontak dengan jaringan steril dibawah kulit dan instrumen
bedah steril.
3) Sarung tangan dalam pekerjaan umum
a) Sarung tangan plastik digunakan untuk menyiapkan makanan pasien, keluarga dan petugas.
b) Sarung tangan kain digunakan untuk mencegah terjadi sengatan panas dari alat sterilisasi ke
tangan pekerja
c) Sarung tangan listrik digunakan untuk mencegah terjadi sengatan listrik pada pekerjaan listrik
d) Sarung tangan rumah tangga digunakan untuk pengangkutan limbah dan menangani limbah.
5. Sepatu Pelindung untuk mengurangi kemungkinan terbawanya mikroorganisme dari ruangan lain/luar
ruangan, untuk mencegah terlukanya kaki atau benda tajam yang terkontaminasi/terjepit benda
berat/kejatuhan alat kesehatan/menginjak benda tajam dan mencegah kontak dengan darah dan cairan
tubuh lainnya
6. Sepatu Boot atau sepatu tertutup digunakan untuk melindungi kaki dari cipratan darah atau cairan tubuh
pasien atau melindungi dari bahan berbahaya lainnya.
a) IGD Isolasi
7
e) OK Isolasi (Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien Suspek, Probable dan Korfirmasi
COVID-19)
f) PHC/NICU Isolasi
b) Ruang IGD
c) Radiologi
d) Pendaftaran
e) OK Non Covid-19
f) VK/bersalin
g) Laboratorium
h) Rawat Inap
i) Rawat Jalan
j) ICU
k) CSSD
l) Laundry
m) Kamar Jenazah
b) Gizi
c) Rekam Medis
d) IPSRS
8
e) Farmasi
f) Security
g) Aula/Ruang Pertemuan/Kantor
Penggunaan APD harus digunakan oleh seluruh staf yang bekerja di rumah sakit yang berpotensi
mengalami bahaya/kecelakaan kerja. APD digunakan bila:
1. Kontak dengan dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan semua yang tercemar oleh bahan
infeksius.
2. Kontak dengan selaput mukosa atau kulit yang tidak utuh/luka terbuka.
3. Untuk APD sekali pakai diganti bila akan melakukan tindakan/prosedur berikutnya, walaupun pada
pasien yang sama.
4. Dipahami cara penularan penyakit agar efektif dan efisien dalam memilih jenis APD
5. Pemakaian APD sesuai dengan bahaya yang ditemui dalam proses kerja.
6. Kecuali pada unit-unit area zona merah, pemakaian APD bagi DPJP yang visite dari satu unit ke unit
pelayanan lain di rumah sakit, untuk melepaskan APD terluar selesai pakai seperti apron dan sarung
tangan di unit sebelumnya, untuk APD gaun, masker, goggles dan pelindung kepala di lepaskan jika
terlihat ada noda atau cairan tubuh pasien.
9
BAB III
1. Risiko terpapar
APD digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius.
2. Dinamika transmisi
b) Sarung tangan
c) Masker bedah
d) Pelindung kepala
Catatan : APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan pelindung wajah (Face Shield)
b. Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi
trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum
intubasi, nebulasi dan bronskopi, open suctioning, induksi sputum, high flow nasal canule, CPAP,
pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air driven, pemeriksaan hidung dan
tenggorokan, pengambilan swab. APD yang di gunakan antara lain:
a) Gaun/gown
b) Sarung tangan
c) Masker N95
d) Pelindung kepala
g) Sepatu pelindung
10
Catatan : APD di atas bisa di tambah dengan penggunaan apron
1. Berada di area zona merah, kuning dan hijau sesuai dengan indikasi risiko paparan dan
dinamika transmisi
2. Kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien
2. Apron/Gaun/Coverall
3. Masker N95
4. Masker bedah
5. Face Shield
6. Pelindung mata/Goggles
a) IGD Isolasi
e) OK Isolasi (Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien Suspek, Probable dan Korfirmasi
11
COVID-19)
f) PHC/NICU Isolasi
2. Zona Kuning
a) Poliklinik
b) Ruang IGD
c) Radiologi
d) Pendaftaran
e) OK Non Covid-19
f) VK/Bersalin
g) Laboratorium
h) Rawat Inap
i) Rawat Jalan
k) CSSD
l) Laundry
m) Kamar Jenazah
3. Zona Hijau
a) Area Administrasi
b) Gizi
c) Rekam Medis
d) IPSRS
e) Farmasi
f) Security
g) Aula/Ruang Pertemuan/Kantor
12
5.Hal yang harus di perhatikan dalam penggunaan alat pelindung diri sehingga tidak
menimbulkan infeksi silang di rumah sakit
a. Masker N95 atau ekuivalen digunakan sesuai indikasi risiko paparan dengan airborne disease
atau yang melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol.
b. Satu pasang sarung tangan digunakan untuk satu pasien
c. Sarung tangan dan masker medis tidak boleh reuseable (kecuali sarung tangan rumah tangga)
d. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari
kontaminasi dengan lingkungan di luar ruang isolasi, pada pasien atau pekerja lain.
e. Risiko yang ditimbulkan apabila petugas tidak menggunakan APD secara benar menjadi tanggung
jawab petugas yang bersangkutan.
13
BAB IV
TATALAKSANA
A. PRINSIP UMUM
1. Setiap pegawai Rumah Sakit harus dapat menggunakan APD standar dengan bijak, baik dan
benar.
2. Terkait dengan kesehatan tempat kerja dan keselamatan pasien, maka rumah sakit harus
menyediakan APD yang sesuai bagi setiap petugas dalam jumlah yang cukup.
3. Pemilihan APD dipengaruhi oleh:
a. Jenis paparan yang diantisipasi dapat terjadi percikan atau kontak langsung atau sentuhan,
kategori kewaspadaan isolasi (droplet, kontak, airbone).
b. Jangka waktu pemakaian dan kesesuaian terhadap pekerjaan yang dilakukan.
1. Penutup Kepala
a. Penutup kepala atau topi digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari percikan
darah/cairan tubuh, mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala
petugas kesehatan terhadap alat-alat/daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala atau rambut petugas dari percikan bahan-bahan terinfeksi dari pasien.
b. Pemilihan penutup kepala sebaiknya yang disposable dan tahan air.
a) Dilakukan dengan memegang bagian dalam penutup kepala dari belakang, dan lipat atau
gulung keluar, sehingga bagian dalam penutup kepala berada diluar.
14
b) Dibuang di tempat sampah infeksius.
b) Saat akan melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas.
e) Saat memasak.
a. Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus digunakan setiap kali
petugas kesehatan melakukan kegiatan yang berisiko terpercik darah atau cairan tubuh
pada wajah atau mata, misalnya saat melakukan suction endotracheal atau tracheostomy,
memasang kateter.
b. Pelindung wajah (Face Shield) dapat melindungi wajah, mata, mulut tetapi pada
situasi yang berisiko tinggi dapat ditambahkan masker jika ada kemungkinan
penyebaran infeksi secara airborne.
c. Pelindung mata (Safety Goggles) tidak menggantikan pelindung wajah. Sebaiknya
disediakan safety goggles yang dapat digunakan bersama face shield.
d. Penggunaan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus
diganti setiap pergantian shift.
e. Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) harus dicuci dan di
disinfeksi setelah digunakan.
f. Pemilihan Penggunaan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles),
pilihlah goggles yang terbuat dari lapisan polikarbonat jernih yang melindungi dahi dan
bagian samping mata. Sebaiknya goggles bersifat optik yang jelas, anti kabut dan anti
distorsi sehingga tidak mengganggu pandangan petugas.
g. Menggunakan pelindung mata (safety goggles) pastikan posisi pelindung mata (safety
goggles) cukup aman melintas jembatan hidung dan menutupi kedua mata secara
sempurna. Posisi pelindung mata (safety goggles) berada tepat diatas masker yang menutup
hidung.
15
h. Melepaskan Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety Goggles) dengan cara
memegang gagang atau tali dari pada Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield and Safety
Goggles) dan tempatkan pada wadah yang tersedia untuk dibersihkan dan di dekontaminasi
sebelum digunakan kembali
a. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi mulut, hidung dan saluran nafas dari inhalasi
mikroorganisme yang ditransmisikan secara droplet (seperti varicella SARS CoV-2 dan
meningococcal). Sedangkan masker respirator mampu melindungi saluran nafas dan
mikroorganisme yang ditransmisi secara droplet maupun airbone akibat suatu prosedur
aerosolisasi pada virus COVID-19.
b. Petugas kesehatan maupun pengunjung harus menggunakan masker apabila mengunjungi atau
apabila melakukan tindakan perawatan terhadap pasien menular melalui droplet atau airbone.
c. Masker mampu melindungi pasien dari mikroorganisme yang berasal dari petugas yang
menggunakan masker dan sebaliknya melindungi petugas kesehatan dari partikel droplet yang
mungkin terpercik saat tindakan dilakukan pada pasien.
d. Masker disposable digunakan selama 4-6 jam, setelah itu dibuang ke kontainer limbah
infeksius. Masker disposable tidak boleh disimpan di dalam kantong baju atau celana, maupun
tas untuk digunakan kembali. Jika masker basah oleh percikan darah atau cairan tubuh, harus
segera diganti dengan menggunakan sarung tangan dan diikuti dengan tindakan mencuci
tangan.
e. Pasien menular secara droplet atau airbone wajib menggunakan masker ketika ditransfer dari
satu unit ke unit pelayanan lain di rumah sakit.
f. Pemilihan masker:
a) Masker bedah digunakan pada keadaan dimana terdapat risiko percikan darah, cairan tubuh
atau kontak dengan pasien menular secara droplet, namum saat pandemi COVID-19 ini,
petugas kesehatan harus memakai masker bedah ketika berada di area wajib masker di
lingkungan rumah sakit.
b) Masker respirator digunakan pada keadaan dimana terdapat risiko penularan secara airbone
pada kasus COVID-19, transmisi berubah menjadi airborne jika dilakukan prosedur yang
bersifat aerosol.
g. Cara menggunakan masker
16
h. Cara melepas masker
a) Membuka kedua ikatan masker dengan posisi kepala sedikit menunduk, lalu menyimpan masker
ditempat yang telah ditentukan untuk di disinfeksi (masker N95 jika keadaan masker tersebut
menjadi minim).
b) Melepas masker, memegang hanya pada talinya, jangan memegang bagian depan masker karena
sudah di anggap terkontaminasi.
d) Perhatian menghindari berbicara, bersin atau batuk sebisa mungkin selama menggunakan
masker
4. Gaun/Apron
a. Digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap pakaian atau kulit tubuh petugas kesehatan
dari risiko terpapar darah atau cairan tubuh baik melalui percikan maupun tumpahan.
b. Bersifat disposable, hendaknya langsung di buang setelah selesai digunakan.
c. Gaun/Apron yang tahan air digunakan pada prosedur yang berisiko tinggi terpapar bahan-bahan
infeksius, misalnya pada tindakan pembedahan, pertolongan persalinan dan lain-lain.
d. Dilepaskan Gaun/Apron sebelum meninggalkan tempat kerja.
e. Mengenakan Gaun/Apron :
5) Mengupayakan belakang gaun/apron menutup sempurna pakaian petugas kesehatan ikat tali
pinggang dengan baik. Jika diperlukan, meminta bantuan petugas lain.
f. Melepaskan Gaun/Apron :
2) Biarkan gaun/apron jatuh kearah depan dari arah bahu tapi jangan sampai jatuh ke lantai
3) Lipat tanpa menyentuh bagian luar gaun/skort/apron
17
5. Sarung Tangan
a. Digunakan untuk perawatan pasien, perawatan lingkungan rumah sakit. Biasanya terbuat dari
bahan vinyl, latex, nitril
b.Indikasi penggunaan sarung tangan : Saat akan melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan
akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
c. Jenis sarung tangan: sarung tangan bedah (steril), sarung tangan pemeriksaan (bersih), sarung
tangan rumah tangga. Sarung tangan medis bersifat disposable, sedangkan sarung tangan rumah
tangga dapat dipakai ulang (reusable).
4) Jangan menyentuh wajah atau memperbaiki APD wajah dengan sarung tangan yang telah
terkontaminasi
5) Jangan menyentuh permukaan lingkungan pasien kecuali saat diperlukan selama perawatan
pasien
6) Mengganti sarung tangan jika robek atau tampak sangat kotor, setelah digunakan pada satu
pasien
7) Jangan pernah melakukan kebersihan tangan diatas sarung tangan atau menggunakan kembali
sarung tangan disposable.
8) Tetaplah berhati-hati dalam melakukan pekerjaan dengan peralatan medis yang bersifat tajam
9) Kegunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan. Petugas kesehatan harus mencuci
tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
10) Apabila terdapat robekan kecil yang tak tampak pada sarung tangan sebelum digunakan, tangan
yang kotor dapat menjadi sumber kontaminasi melalui celah robekan tersebut
11) Keadaan tangan harus benar-benar bersih dan kering sebelum menggunakan sarung tangan.
Bakteri dapat berkembang dengan cepat pada kulit yang lembab di bawah sarung tangan. Oleh
karena itu, petugas harus mencuci tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
12) Tidak di rekomendasikan mencuci sarung tangan setelah dipakai dengan sabun, chlorhexidine
atau alkohol sebelum digunakan karena dapat menyebabkan micropuncture, yang
memungkinkan cairan merembes melalui lubang kecil tersebut.
18
e. Perbedaan beberapa sarung tangan
Sarung tangan Prosedur pemeriksaan, Non steril, single use Natural Rubber
untuk Prosedur non bedah disposable. Gunakan Latex (NRL), Nitrile
pemeriksaan lainnya yang kontak satu pasang untuk Polyvinyl Chloride
pasien dengan selaput satu pasien. Buang (Vinyl), dan sintetik
lender, Prosedur sarung tangan bekas lainnya
laboratorium pakai dengan benar
benar.
2) Sarung tangan bersih atau non steril digunakan untuk perawatan rutin pasien.
4) Sarung tangan karet yang tebal untuk membersihkan instrumen, menangani linen kotor
atau menangani percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh. Jenis sarung tangan ini
dapat dicuci dan digunakan kembali (reuseable).
5) Gunakan sarung tangan yang ukurannya sesuai dengan ukuran tangan.
6) Periksa keadaan sarung tangan sebelum digunakan, apakah ada kebocoran/apakah ada
19
bagian yang robek untuk memberikan perlindungan yang optimal.
1) Terlebih dahulu cuci tangan sesuai prosedur, lalu pastikan tangan kering.
3) Gunakan sarung tangan yang pertama, kembangkan dan tarik ke arah tangan sehingga
setiap jari masuk ke dalamnya.
4) Ulang kembali langkah diatas untuk tangan yang lainnya.
1) Ketika melepaskan semua APD, utamakan untuk melepaskan sarung tangan terlebih
dahulu.
2) Lepaskan sarung tangan kiri (atau tangan non dominan) dengan menggunakan tangan
kanan (tangan yang dominan) dengan cara menyentuh dan menarik bagian luar sarung
tangan kiri agar bagian tangan kiri tidak terkena sisa kotoran.
3) Genggam sarung tangan kiri yang sudah terlepas di tangan kanan.
4) Lepaskan sarung tangan kanan dengan cara tangan kiri menarik sarung tangan dari arah dalam
sarung tangan kanan agar tangan kiri tidak menyentuh bagian luar sarung tangan kanan.
5) Buang sarung tangan ke tempat yang telah disediakan.
6) Setelah membuang sarung tangan yang telah digunakan, kemudian lakukan cuci tangan sesuai
prosedur.
a. Digunakan untuk melindungi petugas kesehatan terkena percikan darah atau cairan tubuh
pada bagian kaki.
b.Harus digunakan pada tempat yang berisiko kontaminasi tinggi, lantai yang basah atau saat
pembersihan lantai.
c. Dalam pemilihan sepatu pelindung harus yang dapat dicuci ulang dan bersifat kedap air. Alas
sepatu tidak boleh licin jika digunakan pada lantai yang basah. Sebaiknya gunakan sepatu
karet atau alas yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki.
d.Melepaskan sepatu pelindung; dilepaskan pada langkah melepas APD.
e. Setelah melepaskan sepatu pelindung yang telah digunakan, kemudian lakukan cuci tangan
sesuai prosedur.
20
f. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1) APD sebaiknya tersedia di setiap ruangan dalam keadaan siap pakai dan benar- benar bersih.
2) Penggunaan APD pada umumnya hanya sekali pakai atau dipakai terpisah untuk setiap pasien.
3) Setiap APD yang terkontaminasi harus segera di singkirkan dan segera diganti.
4) Alat yang kotor ditempatkan dalam tempat penampungan sementara dan tertutup rapat
tanpa mencemari lingkungan.
5) Alat yang kotor tersebut diproses dengan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi atau
dibuang.
21
C. JENIS, TATA CARA PENYIMPANAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN APD
1. Sarung Tangan
Sarung bersih dan sarung tangan steril bersifat disposable/sekali pakai. Sesudah dipakai untuk
melakukan suatu prosedur maka sarung tangan jenis ini harus dibuang di tempat sampah medis.
Sedangkan untuk sarung tangan karet/rumah tangan setelah dibersihkan maka harus disimpan
dalam tempat khusus menyimpan alat pelindung diri.
Gaun pelindung dan apron bersifat disposable/sekali pakai, sesudah dipakai harus dibuang di
tempat sampah medis infeksius.
3. Masker
Masker bedah dan masker N95 merupakan alat pelindung diri yang bersifat disposable/sekali
pakai. Sesudah dipakai harus dibuang ke tempat sampah medis yang telah di sediakan secara di
luar anteroom (khusus zona merah).
Goggles dan Face Shield merupakan alat pelindung diri yang bersifat dipakai berulang. Setelah
dipakai ditempatkan di kontainer yang telah disediakan di luar anteroom (khusus area isolasi)
dan harus dibersihkan dan disimpan di tempat penyimpanan alat pelindung diri yang bersih.
5. Penutup Kepala/Topi
Penutup kepala/topi ada 2 jenis, diantaranya ada yang bersifat Disposable/sekali pakai dan ada
pula yang bersifat dipakai berulang. Untuk yang bersifat Disposable/sekali pakai, maka setelah
dipakai dibuang di sampah medis sedangkan yang terbuat dari kain dapat dicuci ulang di
laundry
6. Pelindung Kaki
Pelindung kaki/sepatu boot merupakan alat pelindung diri yang dipakai berulang. Setelah
dipakai pelindung kaki/sepatu boot disinfeksi dan dicuci secara berkala atau jika terlihat kotor
dan disimpan di dalam kontainer penyimpanan alat pelindung diri setelah di proses ulang.
22
D. PEMAKAIAN DAN PELEPASAN ALAT PELINDUNG DIRI
Hal yang harus di ingat dalam penggunaan alat pelindung dirian APD
1. Menggunakan baju kerja (Scrub Suit)
2. Lepaskan seluruh perhiasan atau aksesoris yang digunakan
3. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD
4. Gunakan apd mulai dari ruang persiapan dan melepas APD di ante room
5. Mandi setelah selesai menggunakan APD
1. Petugas kesehatan masuk ke dalam ruang persiapan, setelah memakai scrub suit di ruang
ganti
2. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak rusak
3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer dengan
menggunakan 6 langkah
4. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah didepan hidung dan mulut dengan
memegang ke dua sisi tali kemudian tali diikat ke belakang.
5. Pasang pelindung mata (Goggles) rapat menutupi mata
6. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga dengan baik.
7. Pakai gaun bersih yang menutupi badan dengan baik dengan cara pertama memasukkan
bagian leher kemudian mengikat tali ke belakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan
baik
8. Kenakan sepatu pelindung (Boots). Jika petugas menggunakan sepatu kets atau sepatu lainnya
yang tertutup maka petugas menggunakan pelindung sepatu (Shoe Covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas dan menutupi celana panjang petugas
9. Apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan aerosol maka petugas kesehatan dapat
menambahkan pelindung wajah (Face Shield) setelah pemasangan pelindung kepala dengan
menempatkan bando face shield di atas alis dan pastikan pelindung wajah menutupi seluruh
wajah sampai ke dagu
10. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun
23
F. Langkah – langkah Pelepasan APD dengan menggunakan gaun:
2. Lepaskan sarung tangan dengan cara mencubit sedikit bagian luar sambil di tarik mengarah
ke depan kemudian lipat di bagian ujung dalam sarung tangan dan lakukan yang sama di
sarung tangan berikutnya dan secara bersama di lepaskan kemudian dimasukkan ke tempat
sampah infeksius
3. Buka gown perlahan dengan membuka ikatan tali di belakang kemudian merobek bagian
belakang leher lalu tangan memegang sisi bagian dalam gown melipat bagian luar ke dalam
dan usahakan bagian luar tidak menyentuh pakaian petugas lalu dimasukkan ke tempat
sampah infeksius.
24
G. Tahap pemakaian APD – Coverall
4. Lihat dan pastikan semua ukuran APD benar dan kualitas sesuai.
5. Lakukan prosedur pemakaian APD dibawah panduan dan pengawasasn terlatih (rekan
kerja)
6. Terapkan kebersihan tangan dan pakailah masker bedah (masker N95 di pakai apabila
petugas akan melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol)
7. Pakailah pelindung mata (Goggles) rapat menutupi mata
8. Pakailah pelindung kepala (Head Cap) menutupi seluruh rambut, jambang hingga telinga
9. Pakailah coverall (dapat di tambah apron jika diragukan coverall tidak kedap air)
10. Pakailah sepatu pelindung (Boots). Jika petugas mengunakan sepatu kets atau sepatu lainnya
yang tertutup maka petugas menggunakan pelindung sepatu (Shoe Cover) dipakai diluar
sepatu petugas.
11. Pakailah pelindung wajah (Face Shield) sebagai lapis kedua perlindungan wajah (jika
melakukan prosedur aerosolisasi)
12. Terapkan kebersihan tangan dan pakailah sarung tangan lapis pertama
13. Pakailah sarung tangan lapis kedua jika dibutuhkan (prosedur/tindakan operasi)
H. Tahap pelepasan APD – Coverall
1. Selalu melepaskan APD di bawah panduan dan pengawasan petugas terlatih. Pastikan
tersedia tempat sampat infeksius pada area pelepasan pembuangan APD yang aman. Tempat
pembuangan terpisah harus tersedia barang yang dapat digunakan kembali (Reusable)
2. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sarung tangan. Jika
sebelumnya memakai satu lapis sarung tangan, dapat dipakai sarung tangan bersih untuk
membuka APD selesai pakai selanjutnya.
3. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan pelindung wajah
(Face Shield) perlahan dengan memegang bagian belakang face shield, lalu lepaskan dan
menjauhi wajah petugas, kemudian di masukkan kedalam kontainer tertutup yang telah di
siapkan untuk kemudian di kelola ulang.
4. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan apron dengan tubuh
condong kedepan dan hati-hati untuk menghindari kontaminasi tangan anda. Lalu lepaskan
bagian belakang dan gulung bagian dalam ke luar
25
5. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan coverall. Miringkan
kepala kebelakang untuk menggapai resleting, buka resleting seluaruhnya tanpa menyentuh
kulit atau scrub mulai melepaskan coverall dari atas ke bawah. Tanggalkan bagian bahu,
kemudian gulung bagian dalam keluar sampai posisi coverall diatas sepatu boot. Buang
coverall dengan aman.
6. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sepatu boot karet
dengan aman dan lakukan dekontaminasi dengan benar kemudian letakkan dalam kontainer
sepatu boot kotor untuk penanganan selanjutnya hingga pengeringan oleh petugas kebersihan.
Jika sepatu boot yang sama akan digunakan diluar pada area berisiko tinggi, tetap digunakan
tetapi bersihkan dan dekontaminasi dengan benar sebelum meninggalkan area pelepasan.
7. Terapkan kebersihan tangan pada tangan yang bersarung dan lepaskan sarung tangan dengan
teknik yang tepat dan buang dengan aman.
8. Terapkan kebersihan tangan dan lepaskan pelindung mata dengan menarik tali dari belakang
kepala dengan posisi kepala sedikit condong ke depan dan letakkan dalam kontainer yang
telah di siapkan untuk kemudian di dekontaminasi.
9. Terapkan kebersihan tangan dan lepaskan masker bedah dengan menarik tali masker
26
Gambar 4.4. Gambar Contoh Kantong Kertas
Gaun reusable, coverall, apron, pelindung kepala reusable dan masker kain dapat
digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan disinfektan dengan cara :
a. Pencucian gaun dilakukan pada suhu 57.2°C – 71°C selama minimal 25 menit.
Pelindung mata dan pelindung wajah dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian
dan disinfektan oleh petugas yang telah menggunakan sarung tangan dengan cara:
27
c. Mengeringkan pelindung mata dan pelindung wajah dengan cara di jemur atau dilap
bersih.
4. Sepatu Tertutup
Sepatu pelindung dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan desinfektan oleh
petugas yang telah menggunakan sarung tangan dengan cara:
28
BAB V
DOKUMENTASI
A. DOKUMENTASI
Penggunaan APD dicatat berdasarkan jenis dan jumlah pemakaiannya.
B. PEMANTAUAN/AUDIT APD DAN PELAPORAN
Kepatuhan petugas dalam penggunaan APD dimonitoring oleh IPCN dan K3RS, dengan
menggunakan formulir Pemantauan/Audit APD. Selanjutnya dilaporkan dalam bentuk laporan
bulanan/triwulan/semester/tahunan kepada Direktur Rumah Sakit dan di komunikasikan kepada
unit yang menggunakan APD.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Petunjuk teknis Alat Pelindung Diri (APD) Dalam menghadapi wabah COVID-19.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, April 2020.
3. Use Personal Protective Equipment (PPE) When Caring for Patients with Confirmed of
Suspected COVID-19, CDC 06 Maret 2020.
4. Rational Use of Personal Protective Equipment (PPE) for COVID-19, WHO Interim Guidance,
19 Maret 2020.
30